Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
Tutor :
dr. Ninik M Sallatalohy
2020
1
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK PENYUSUN
Anggota :
2. Melinda Kesia........................................................2017-83-047
3. Febi Tambayo........................................................2018-83-033
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya, laporan ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Laporan ini berisi hasil diskusi kami mengenai skenario “Pembesaran Kelenjar
Getah Bening” yang telah di bahas pada PBL tutorial 1 dan 2. Dalam
penyelesaian laporan ini, banyak pihak yang turut terlibat. Oleh karena itu, pada
Akhir kata, kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
Kelompok IX
ii
1
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK PENYUSUN..............................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
Skenario 1 1
Seven Jumps 1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................29
1
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Distribusi jaringan limfatik di sekeliling pintu masuk dari mulut dan
hidung ke pharynx..................................................................................................6
Gambar 2.9 Sinus subkortikalis, sinus trabekularis, sel reticular, dan nodulus limfoid
................................................................................................................................10
Gambar 2.18 Pembentukan antibodi dan limfosit yang tersensitisasi oleh nodus limfe
sebagai respons terhadap antigen…………………………………………………………………18
1
Gambar 2.20 Daerah kelenjar limfe leher menurut Sloan Kattering Memorial Center
Cancer Classification ………………………………………..................................20
Gambar 2.21 Pembagian level area leher menurut Committee for Head and Neck
Surgery and Oncology of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-
HNS), 2002………………………………………………………………………….........................21
PENDAHULUAN
Permasalahan
melihat ada benjolan pada axilla sinistra. Sudah hampir sebulan benjolan
Keluhanlain seperti demam, berat badan turun, dan batuk lama disangkal.
Seven Jumps
1. Axilla sinistra : suatu daerah berbentuk piramid yang berada diantara dinding
1. Karena adanya kelenjar getah bening contohnya domi mengalami luka maka turut
membawa bakteri patogen ,maka bakteri masuk ke kapiler limfatik,kemudian akan
bermuara noduluds limfaticus ,maka akan terdapat benjolan pada axilla
domi.Ketika terjadi luka maka akan inflamasi sehingga terpicunya pengaktifan sel
imun sebagai pertahanan tubuh dari infeksi.Pembesaran getah bening karena respon
makrofag.di ketiak terdapat limfonodus yang merupakan pertahanan tubuh,jika
bakteri virus dibawa ke limfonodus,maka limfonodus akan proliferasi membesar
untuk melawan bakteri virus,karena produksi imun yang berlebihan akan
menyebabkan benjolan pada limfonodus
2. Organ limfoid berfungsi:
membentuk antiibodi
menyaring limfa
membentuk limfosit
membatasi penyebaran sel tumor
Limfoid primer:
Bertanggung jawab diferensiasi,proliferasi ,dan maturasi limfoid menjadi imuno
kompeten sel
Limfoid sekunder:
Menyediakan lingkungan imuno kompeten sel dapat saling berintakis dan
menyiapkan antigen untuk melawan patogen
3. Organ yang terkait dengan skenario nodus limfaticus,lien,thimus,dan tonsil,limfoid
primer,limfoid sekunder
Limfoid primer:bertanggung jawab pada proliferasi,maturasi dari sel sel imun.pada
sumsum tulang :thimus
Limfoid sekunder:bertanggung jawab untuk melawan patogen.pada kelenjar getah
bening: lien,tonsil,adenoid ,appendix
4. Pembesaran ini disebabkan karena autoimun,atau obat obatan
5. Karena terjadi inflamasi di ketiak bagian kiri dan apabila terjadi di daerah lain
mungkin juga terjadi infeksi dan kalau terjadi di daerah kelenjar getah bening akan
terjadi pembengkakan
6. Peran pembuluh limfa: penyerapan cairan dan makromolekul dari jaringan,dan
mengambil lipid pada usus
pembuluh limfa :mengumpulkan dan mengembalikan cairan intrstisial dan
mempertahankan tubuh terhadap penyakit dengan memproduksi limfosit,menyerap
lemak dari intestinum dan membawa ke darah
7. Termasuk suatu proses fisilogis tubuh normal terjadi secara alami dimana
pembengkakan muncul karena kelenjar getah bening mengalami pembesaran akibat
reaksi sistem imun yang dihasilkan kelenar untuk melawan zat asing,saat
peradengan mulai membaik maka benjolan yang timbul akan turut
mengecil.kelenjar getah bening sistem imun jika terjadi infeksi akan bengkak
sebagai tanda nanti akan mengempis dengan sendirinya.
8. Cairan yang diedarkan pembuluh limfa:getah bening ,pembuluh darah=darah
Warna cairan:
Limfa kuning muda
Pembuluh darah merah
Sistem sirkulasi:
Pembuluh limfa terbuka
Pembuluh darah tertutup
Penyebab aliran :
Limfa kontraksi =otot jantung
Pem darah= kontraksi jantung
Macam pembuluh:
Limfa pembuluh limfa dada kiri dan kanan
Pembuluh darah arteri dan vena
pembuluh darah dipompa jantung ,limfa dikontraksi oleh otot rangka
Kadar protein:
Pembuluh limfa 3%
Pembuluh darah 8%
1
Step IV : Klarifikasi dan Mind Mapping
Mind Mapping
limfatik.
imun.
(hasil belajar mandiri dibahas pada step VII yaitu jawaban dari learning
objective).
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfe dan jaringan limfatik. Pembuluh limfe membantu
kapiler dan venula sistem kardiovaskular mengembalikan cairan jaringan ke dalam darah. Jaringan
limfatik adalah jenis jaringan ikat yang mengandung banyak sel Iimfosit dan penting untuk pertahanan
imunologik tubuh terhadap bakteri dan virus.
2.1.1 Pembuluh Limfe
Ductus Thoracicus
Nodus Lymphaticus
Nodus lymphaticus dapat ditemukan di seluruh tubuh dan terletak sepanjang perjalanan
pembuluh limfe (Gambar 2.1). Bentuknya oval atau seperti ginjal dan ukuran panjangnya
bervariasi dari beberapa millimeter sampai 2 cm. Nodus lymphaticus biasanya didapatkan
berkelompok dan berkaitan dengan aliran limfatik dari daerah atau organ tertentu.
Setiap nodus lymphaticus diliputi kapsula fibrosa yang kuat, yang membentuk sejumlah
partisi fibrosa di dalam nodus disebut trabeculae. Bergantung pada trabecula terdapat anyaman
tiga dimensi dari serabut-serabut retikularis. Lubang-lubang anyaman diisi oleh limfosit
(Gambar 2.1). Limfe masuk ke dalam nodus lymphaticus melalui sejumlah pembuluh limfatik
aferen berkatup yang menembus kapsula pada perrnukaan konveksnya. Limfe berialan melalui
sinus subscapularis dan kemudian disaring melalui anyaman sampai limfe mencapai medulla.
Akhirnya limfe meninggalkan nodus melalui satu atau dua pembuluh limfatik eferen yang
muncul dari hilus.
Thymus
Gambar 2.2 Thymus pada seorang remaja.
Sumber: Paulsen F, Waschke J. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. Vol 2. Jakarta : EGC, 2010.
51p.2
51p.2
Thymus berbentuk pipih, berlobus dua dan terletak di mediastinum superior dan anterior
thorax. Pada bayi yang baru lahir, thymus mencapai ukuran terbesamya jika dibandingkan
dengan ukuran tubuh. Thymus terus berkembang sampai pubertas, tetapi setelah itu mengalami
involusi. Pembuluh limfatik tidak bermuara ke thymus, tetapi sejumlah besar berasal dari
thymus. Thymus merupakan salah satu organ paling penting untuk mekanisme pertahanan
terhadap infeksi serta tempat untuk pembentukan sel limfosit T (thymic). Pendarahan thymus
berasal dari arteria thyroidea inferior dan thoracica interna.
1
Lien
Tonsila
Gambar 2.5 Distribusi jaringan limfatik di sekeliling pintu masuk dari mulut dan hidung ke pharynx.
Sumber: Snell, Richard S.,M.D,PhD. Anatomi Klinis: Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2012. 275p. 1
Tonsilla membentuk cincin jaringan limfatik yang tidak utuh disekitar pintu masuk dari
mulut dan hidung ke pharynx. Tonsilla ini terdiri dari sepasang tonsilla palatina, sepasang
tonsilla tubaria, sebuah tonsilla lingualis, dan sebuah tonsilla nasopharyngealis. Terdapat juga
beberapa jaringan limfatik di palatum molle (Gambar 2.4). Tonsilla secara strategis terletak di
pintu masuk sistem respirasi dan digestif serta berperan dalam respons immunologis terhadap
antigen asing yang masuk ke dalam kedua sistem ini.
1
11
mengangkut lemak yang diserap dari usus halus, dan berespons secara imunologis terhadap benda
asing yang masuk. Organ limfoid utama adalah limfonodus, tonsil, timus, dan limpa. Karena sumsum
tulang menghasilkan limfosit, sumsum tulang dianggap sebagai organ limfoid dan bagian sistern
limfoid.Fungsi utama organ limfoid adalah melindungi organisme terhadap patogen atau antigen
(bakteri, parasit, dan virus) yang masuk ke dalam tubuh. Respons imun timbul jika organisme
mendeteksi adanya patogen, yang dapat masuk ke dalam organisme dari mana saja. Karena itu, sel,
jaringan, dan organ limfe terdistribusi luas di dalam tubuh. Sistem limfatik tersusun atas beberapa
bagian yaitu :
1. Pembuluh Limfatik, merupakan pembuluh limfe terkecil (dead-end tubes) yang lokasinya
dan Kornea.Pada pembuluh limfatik dapat ditemukan adanya villi intestinum tenue (untuk absorbsi
lemak/Fatty lymph)
2. Organ Limfoid, distribusi sistem limfoid di tubuh dan struktur umum dua organ limfoidberkapsul,
Limfonodus
Setiap limfonodus mengandung korteks di bagian luar dan medulla dibagian dalam.
Korteks ditandai oleh anyaman serat retikular dan agregasi limfosit bulat tidak berkapsul yang
1
Medula mengandung korda medularis dan sinus medularis. Korda medularis adalah anyaman
serat retikular yang terisioleh sel plasma, makrofag, dan limfosit yang dipisahkan oleh saluran
permukaan konveks.
Limfe mengalir melalui sinus medularis dan keluar dari limfonodus di sisi berlawananmelalui
Gambar 2.6“Limfonodus”
Sumber: Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi 12.
Jakarta: EGC; 2015. 243p.
a. Limfonodus
Terdiri dari massa agregasi limfosit padat yang terdapat bersama-sama dengan sinus
limfe yang berdilatasi, yang mengandung limfe dan ditunjang oleh kerangka serat retikular
halus. Sebuah limfonodus terbagi menjadi 2 bagian untuk memperlihatkan korteks sebelah luar
pembuluh darah, tampak arteriol dan venula. Kapsul yaitu jaringan ikat padat pembungkus
13
limfonodus. Dari kapsul, jaringan ikat trabekula masuk ke dalam nodus, awalnya berada di
antara nodulus limfoid, dan kemudian bercabang-cabang ke seluruh medulla dengan jarak
bervariasi. Jaringan ikat trabekula juga mengandung pembuluh darah utama limfonodus.
Di kapsul jaringan ikat limfonodus terdapat pembuluh darah aferen dengan katup
dan,pada interval tertentu, menembus kapsul untuk masuk ke ruangan sempit yaitu sinus
subscapullaris. Sinus kortikalis berjalan di sepanjang trabekula untuk masuk ke dalam sinus
medularis.
limfoid. Bila nodulus limfoid terpotong melalui bagian tengah maka akan terlihat bagian yang
berwarna lebih terang. Bagian berwarna lebih terang ini adalah pusat germinal dan nodulus
Di medula limfonodus, limfosit tersusun dalam untaian jaringan limfe yang tidak teratur
yaitu korda medularis. Korda medularis mengandung makrofag, sel plasma, limfosit kecil.
Sinus medularis yang berdilatasi mengalirkan limfe dari bagian korteks limfonodus dan
berjalan di antara korda medulla menuju hilus organ. Bagian cekung pada limfonodus
menunjukkan hilus. Saraf, pembuluh darah, dan venamenyuplai dan mengaliri limfonodus yang
terletak di hilus. Pembuluh darah eferen mengalirkan limfe dari sinus medularis dan keluar dari
limfonodus di hilus.
Limfonodus paling banyak dijumpai di daerah inguinal dan aksila. Fungsi utamanya
adalah filtrasi limfe dan fagositosis bakteri atau substansi asing dari limfe, mencegahnya masuk
ke dalam sirkulasi umum. Makrofag terfiksasi atau bebas yang mengnancurkan substansi asing,
terperangkap di dalam anyaman serat reticular setiap nodus.Karena itu, sewaktu limfe disaring,
nodus berperan melokalisasi dan mencegah penyebaran infeksi ke dalam sirkulasi urnum dari
organ lainnya.
Limfonodus juga membuat, menyimpan, dan menyalurkan sel B dan sel T. Limfosit
dapat berproliferasi dan sel B dapat berubah menjadi sel plasma. Akibatnya, limfe yang keluar
dari limfonodus mengandung banyak antibadi yang dapat didistribusikan ke seluruh tubuh.
juga merupakan tempat pengenalan antigen dan aktivasi antigenik limfosit B, yang
Gambar 2.8
“Korteks dan Medula Limfonodus”
Sumber: Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi 12.
Jakarta: EGC; 2015. 247p.
15
Gambar 2.9“ Sinus subkortikalis, sinus trabekularis, sel reticular, dan nodulus limfoid”
Sumber: Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi 12.
Jakarta: EGC; 2015. 247p.
b. Thymus
Kelenjar timus adalah organ limfoid berlobus yang dibungkus oleh suatu kapsula jaringan
ikat tempat trabekula berasal. Trabekula masuk ke dalam organ dan membagi kelenjar timus
menjadi banyak lobulus yang tidak utuh. Setiap lobulus terdiri dari korteks yang terpulas gelap dan
medula yang terpulas-terang. Karena lobulus tidak utuh, medula memperlihatkan kontinuitas di
Pembuluh darah masuk ke dalam kelenjar timus melalui kapsul jaringan ikat dan trabekula.
Korteks setiap lobulus mengandung limfosit yang tersusun padat yang tidak membentuk nodulus
limfoid. Sebaliknya, medulla mengandung limfosit lebih sedikit tetapi mempunyai sel-sel reticular.
Medula juga mengandung banyak Hassal’s body yang merupakan ciri khas kelenjar timus.
Kelenjar timus bervariasi bergantung pada usia individu. Kelenjar timus berkembang
mencapai puncaknya segera setelah lahir. Pada saat pubertas, kelenjar timus mulai mengalami
involusi atau menunjukkan tanda-tanda regresi dan degenerasi secara bertahap. Akibatnya,
produksi limfosit menurun, dan Hassal’s body menjadi lebih menonjol. Hassal’s body adalah
struktur lonjong yang terdiri dari agregasi sferis atau bula sel-sel epitel gepeng. Hassal’s body juga
memperlihatkan pusat kalsifikasi atau pusat degenerasi yang berwarna merah muda atau
eosinofilik.
Kelenjar timus memiliki peran penting pada masa dini anak-anak dalam perkembangan
system imun. Kelenjar timus memiliki peran penting pada masa dini anak-anak dalam
1
perkembangan system imun.
Gambar
2.11 “Kelenjar Timus”
Sumber:Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2015. 251p.
17
c. Limpa (Lien)
Limpa dibungkus oleh sebuah kapsul jaringan ikat padat, yang menjulurkan jaringan ikat
trabekulake bagian dalam limpa. Trabekula utama memasuki limpa di hilus dan meluas ke seluruh
organ. Pada trabekula terdapat arteri trabekularis dan vena trabekularis. Trabekula yang terpotong
Limpa ditandai oleh adanya agregasi nodulus limfoid yang banyak. Nodulus ini membentuk
pulpa putih. Nodulus limfoid juga mengandung pusat germinal yang jumlahnya berkurang seiring
bertambahnya umur. Arteri sentralis yang berada di pinggir nodulus limfoid, melewati setiap
nodulus limfoid. Arteri sentralis adalah cabang arteri trabekularis yang diselubungi oleh jaringan
limfe saat meninggalkan jaringan ikat trabekula. Selubung limfe periarterial ini juga membentuk
Di sekitar nodulus limfoid bercampur dengan jaringan ikat trabekula terdapat anyaman
selular difus yang mementuk bagian terbesar organ. Anyaman secara kolektif ini membentuk pulpa
merah atau pulpa limpa. Pada sediaan baru, pulpa merah berwarna merah karena banyak jaringan
vaskular. Pulpa merah juga mengandung arteri pulpa, sinus venosus, dan korda limpa (Billroth).
Korda limpa ini tampak sebagai untaian difus jaringan limfe di antara sinus venosus dan
membentuk anyaman longgar jaringan ikat retikular, yang biasanya tertutup oleh kepadatan
jaringan lain.
1
Gambar 2.13 “Limpa”
Sumber:Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi 12.
Jakarta: EGC; 2015. 255p.
d. Tonsilla Palatina
Tonsila palatina yang berpasangan merupakan agregat nodulus limfoid yang terletak di
rongga mulut.Tonsila palatina tidak dibungkus oleh kapsul jaringan ikat. Akibatnya, permukaan
tonsila palatina dilapisioleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang juga melapisi bagian
mulut lainnya.
Masing-masing tonsila memiliki alur-alur yang dalam yaitu kriptus tonsil(crypta tonsillae)
yangjuga dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk (1, 6).
Di bawah epitel dalam jaringan ikat terdapat banyak nodulus limfoid yang tersebar di
sepanjang kriptus tonsil. Nodulus limfoid sering menyatu dengan yang lain dan
dengan pembuluh darah. Jaringan ikat ini meluas ke arahpermukaan tonsil di antara nodulus-
nodulus limfoid. Dbawah kapsul jaringan ikat terdapat potongan serat otot rangka.
Sistem limfatik merupakan suatu jalur tambahan tempat cairan dapat mengalir dari ruang
interstisial ke dalam darah. Dalam keadaan normal, jumlah cairan yang keluar dari kapiler ke dalam
cairan interstisial sedikit lebih banyak daripada cairan yang dapat direabsorpsi dari cairan interstisium
kembali ke dalam plasma. Secara rerata, tekanan ultrafiltrasi bersih adalah 11 mmHg di awal kapiler,
sedangkan tekanan reabsorpsi bersih hanya mencapai 9 mmHg di ujung pembuluh. Akibat perbedaan
tekanan ini, secara rerata lebih banyak cairan yang tersaring keluar di separuh pertama kapiler daripada
yang direabsorpsi di paruh terakhir. Kelebihan cairan yang tersaring keluar akibat ketidakseimbangan
filtrasi-reabsorpsi ini akan diserap oleh sistem limfe yang merupakan anyaman luas pembuluh satu-
arah yang menjadi rute tambahan bagi pengembalian cairan dari cairan interstisial ke sistem vena. 1,2
1
Gambar 2.16. Siklus aliran limfe.
Sumber : Tortora G. J, Derrickson B. H. Principle of anatomy and physiology. 14th Ed. Hoboken:
Wiley; 2013. 880p.
Aliran limfe berawal dari penyerapan cairan interstisial oleh kapiler limfatik sehingga cairan
interstitial itu disebut cairan limfe. Dari kapiler limfatik, limfe dialirkan melalui pembuluh yang makin
melebar dan menjadi pembuluh limfe awal atau limfatik pengumpul. Selanjutnya dari pembuluh
limfatik awal, cairan limfe akan masuk dan masuk melewatilimfe nodus. Di limfe nodus, limfe masuk
melalui pembuluh aferen, mengalir melalui sinus subscapular ke sinus trabekular lalu ke sinus
medular dan keluar melalui pembuluh eferen. Setelah melewati pembuluh eferen, limfe akan dialirkan
melalui batang pembuluh limfatik atau trunci lymphatici ke sistem sirkulasi melalui ductus
lymphaticus. Pada dasarnya seluruh cairan limfe dari bagian bawah tubuh dan dari sisi kiri kepala dan
leher, lengan kiri dan sebagian daerah toraks akan bermuara ke ductus thoracicus. Sedangkan, cairan
limfe dari sisi kanan kepala dan leher, lengan kanan dan bagian kanan toraks akan bermuara ke ductus
lymphaticus dextra. Limfe dari kedua ductus lymphaticus ini akan bermuara ke dalam sistem sirkulasi
melalu v. jugularis interna dan v.subclavia.4,6
21
Lalu bagaimana limfe diarahkan dari jaringan menuju sistem vena di rongga toraks. Aliran
limfe terjadi melalui dua mekakanisme. Pertama, pembuluh limfe awal dikelilingi oleh otot polos, yang
berkontraksi secara ritmis akibat aktivitas miogenik. Ketika otot ini teregang akibat pembuluh terisi
oleh limfe, otot tersebut secara inheren akan berkontraksi lebih kuat, mendorong cairan limfe di dalam
pembuluh. "Pompa limfe" intrinsik ini adalah kekuatan utama yang mendorong limfe. Stimulasi otot
polos limfe oleh sistem saraf simpatis semakin meningkatkan aktivitas pemompaan pembuluh limfe.
Kedua, karena pembuluh limfe terletak di antara otot-otot rangka, kontraksi otot-otot ini memeras
limfe keluar dari pembuluh. Katup-katup satu-arah yang terletak di pembuluh limfe mengarahkan
aliran limfe menuju pintu keluarnya di vena dada.5
Limfosit sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia, karena limfosit berperan dalam
pembentukan imunitas. Orang-orang yang memiliki cacat genetik berupa kekurangan limfosit atau
limfositnya rusak karena bahan kimia atau radiasi, tidak dapat membentuk imunitas. Oleh karena
itu, dalam waktu beberapa hari setelah lahir pasien seperti ini akan meninggal karena infeksi yang
ganas kecuali bila diobati dengan tindakan yang hebat.11
Limfosit biasanya paling banyak ditemukan dalam nodus limfe, namun dapat juga dijumpai
dalam jaringan limfoid khusus, seperti limpa, daerah submukosa saluran cerna, timus, dan sumsum
tulang. Jaringan limfoid tersebar di lokasi-lokasi yang sangat menguntungkan di dalam tubuh untuk
menahan invasi organisme atau toksin sebelum dapat menyebar lebih luas.11
Limfosit terbagi menjadi dua macam yaitu imunitas yang diperantarai sel dan imunitas humoral,
Walaupun sebagian besar limfosit dalam jaringan limfoid normal tampak sama dilihat dari
mikroskop, tetapi sel-sel tersebut dapat dibedakan dalam dua kelompok besar. Kelompok pertama,
yaitu limfosit T, berfungsi dalam pembentukan limfosit teraktivasi yang dapat membentuk imunitas
1
“diperantarai sel”. Dan kelompok kedua, yaitu limfosit B, berfungsi dalalm pembentukan antibodi
yang memberikan imunitas humoral.
Pada masa embrio, kedua macam limfosit ini berasal dari sel punca hematopoietik pluri poten yang
membentuk sel progenitor limfoid umum sebagai salah satu hasil diferensiasi sel terpenting.
Walaupun semua limfosit tubuh berasal dari sel punca yang membentuk limfosit di masa embrio,
sel punca ini sendiri tidak mampu membentuk limfosit T teraktivasi atau antibodi secara langsung.
Sebelum dapat melakukan hal itu, sel punca tersebut harus berdiferensiasi lebih lanjut atau "diolah
lebih dulu" dengan cara berikut.
Sel-sel progenitor limfoid yang dipersiapkan untuk membentuk limfosit T teraktivasi, mula-mula limfosit T
bermigrasi ke kelenjar timus dan diolah lebih dulu di sana. Limfosit T membelah secara cepat dan pada
waktu yang bersamaan untuk membentuk keanekaragaman yang ekstrem untuk bereaksi melawan berbagai
antigen spesifik. Artinya, tiap satu limfosit di kelenjar timus membentuk reaktivitas yang spesifik untuk
melawan satu antigen. Kemudian limfosit berikutnya membentuk spesifisitas terhadap antigen yang lain.
HaI ini terus berlangsung sampai terdapat ribuan jenis limfosit timus dengan reaktivitas spesifik untuk
melawan ribuan jenis antigen. Berbagai tipe limfosit T yang telah diproses ini sekarang meninggalkan timus
dan menyebar ke seluruh tubuh melalui darah untuk mengisi jaringan limfoid di setiap tempat. Sebagian
besar proses pengolahan limfosit T dalam timus berlangsung beberapa saat sebelum bayi lahir dan selama
beberapa bulan setelah lahir. Limfosit ini bertanggung jawab untuk membentuk imunitas yang diperantarai
sel.1
Kelompok limfosit yang lain limfosit B yang dipersiapkan untuk membentuk antibodi mula-mula diolah
lebih dulu di hati selama masa pertengahan kehidupan janin, kemudian diolah di sumsum tulang pada masa
akhir janin dan sesudah lahir. Limfosit B berbeda dengan limfosit T dalam dua hal yaitu: 11
1. Pada limfosit T seluruh sel membentuk reaktivitas terhadap antigen, sedangkan limfosit B secara
aktif menyekresi antibodi yang merupakan bahan reaktif berupa molekul protein besar yang
mampu berikatan dengan bahan antigenik dan menghancurkannya.1
2. Limfosit B memiliki lebih banyak keanekaragaman jika dibandingkan dengan limfosit T, limfosit B
membentuk banyak sekali antibodi sampai berjuta-juta dengan berbagai reaktivitas yang spesifik.
Setelah diolah lebih dulu, limfosit B, seperti juga limfosit T, bermigrasi ke jaringan limfoid di
seluruh tubuh, tempat limfosit B tersebut menempati daerah yang berdekatan dengan limfosit-T
tetapi sedikit lebih jauh. Limfosit B bertanggung jawab untuk imunitas humoral.1
Gambar 2.18. Pembentukan antibodi dan limfosit yang tersensitisasi oleh nodus limfe sebagai respons terhadap
antigen.
Sumber : Guyton, A. C., Hall J E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2011. 435p.11
23
B. Kelenjar-kelenjar yang terletak di 1/3 atas, termasuk kelenjar limfe jugular superior, kelenjar
C. Kelenjar limfe jugularis antara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid dengan m.
1
Gambar : 2.20 Daerah kelenjar limfe leher menurut Sloan Kattering Memorial Center Cancer Classification
Sumber : Wardhani LK, Kentjono WA. Aliran Limfatik Daerah Kepala Dan Leher Serta Aspek Klinisnya. THT-
KL. 2011;33–51. 7
Klasifikasi lainnya adalah menurut Robbins dkk dari Committee for Head and Neck Surgery
and Oncology of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS) tahun
1991 yang kemudian dimodifikasi dan diperbaharui pada tahun 2002 (gambar 2.21). Klasifikasi
tersebut merupakan modifikasi dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center yang mengacu pada
lokasi topografi tertentu daerah leher sesuai pola konsisten kelenjar limfe yang ada. Pembagian ini
mengakibatkan acuan kelenjar limfe adalah sesuai levelnya dan bukan kelenjar limfe tertentu.
Contohnya kelompok kelenjar limfe juguler inferior terletak di area IV sementara kelenjar
jugulodigastrik berada di level II. Menurut klasifikasi ini, daerah leher dibagi atas 6 level yaitu level I
hingga VI dan tiap-tiapnya menaungi kelompok kelenjar limfe spesifik. Level I akan dibagi menjadi
level I A dan IB, level II menjadi IIA dan II B, dan level V menjadi level VA dan VB, lebih jelasnya
sebagai sebagai berikut:7
A. Level IA merupakan tempat kelenjar limfe submental dan submandibula.
C. Level III dan level IV terletak sepanjang rantai jugular tengah dan bawah
D. Level V membatasi kelompok kelenjar di segitiga posterior. Level V A dan V B dipisah oleh garis
Gambar 2.21 : Pembagian level area leher menurut Committee for Head and Neck Surgery and Oncology of the American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS), 2002
Sumber : Wardhani LK, Kentjono WA. Aliran Limfatik Daerah Kepala Dan Leher Serta Aspek Klinisnya. THT-KL.
2011;33–51.7
Cairan limfe berasal dari cairan interstisial yang mengalir ke dalam sistem limfatik. Oleh
karena itu, cairan limfe yang memasuki pembuluh limfe terminal mempunyai komposisi hampir sama
Konsentrasi protein dalam cairan interstisial di sebagian besar jaringan rata-rata sekitar 2 g/dl,
dan konsentrasi protein cairan limfe yang mengalir dari jaringan tersebut mendekati nilai ini. Di hepar
cairan limfe yang terbentuk mempunyai konsentrasi protein setinggi 6 g/dl, dan cairan limfe yang
dibentuk di usus memiliki konsentrasi protein setinggi 3 sampai 4 g/dl. Oleh karena kurang lebih dua
pertiga dari seluruh cairan limfe normalnya berasal dari hati dan usus, cairan limfe duktus toraksikus,
yang merupakan campuran cairan limfe dari seluruh tubuh, biasanya mempunyai konsentrasi protein 3
sampal 5 g/dl.
Sistem limfatik juga merupakan salah satu jalur utama untuk absorpsi zat nutrisi dan saluran
cerna, terutama untuk absorpsi hampir semua lemak tubuh. Setelah menyantap makanan berlemak,
cairan limfe di dalam duktus toraksikus kadang-kadang mengandung 1 sampai 2 persen lemak.
Akhirnya, bahkan partikel-partikel besar, seperti bakteri, dapat memasuki saluran limfe di
antara sel-sel endotel kapiler limfe dan dengan cara tersebut, masuk ke cairan limfe. Ketika cairan
limfe melewati kelenjar limfe, partikel-partikel ini hampir seluruhnya akan dikeluarkan dan
1
dihancurkan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
limfe yang normal adalah protein plasma dari kapiler darah keluar menuju daerah
interstisial oleh tekanan hidrostatik kapiler dan tekanan osmotik cairan interstisial
disana dan cairan berubah nama menjadi cairan interstisial, dimana proses ini
disebut ultra filtrasi, karena yang keluar dari kapiler hanya protein plasmanya saja
sedangkan sel darah merah tetap dalam kapiler darah. Cairan interstisial hasil ultra
filtrasi kapiler darah akan memasuki kapiler limfe yang buntu melalui
celah/bukaan dinding kapiler limfe. Tidak semua hasil cairan interstisial akan
masuk ke kapiler limfe, kebanyakan akan mengalami proses reabsorbsi oleh vena.
Proses reabsorbsi terjadi karena tekanan osmotik vena dan tekanan hidrostatik
hidrostatik kapiler terlalu besar dan tekanan osmotik vena terlalu kecil, maka
jumlah cairan interstisial yang tertinggal dan diserap kapiler limfe akan
meningkat, dan jika kapasitas kapiler limfe sudah melewati batas, maka kelenjar
limfe akan membengkak. Pembengkakan juga bisa terjadi karena infeksi, penyakit
49
1
50
Daftar Pustaka
1. Snell, Richard S.,M.D,PhD. Anatomi Klinis: Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2012. 264-
275p, 743p.
2. Paulsen F, Waschke J. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. Vol 2. Jakarta : EGC, 2010.
51p.
3. Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi 12.
4. Guyton AC, Hall JE. Guyton dan Hall: Buku ajar fisiologi kedokteran. 12nded. Singapore:
Elsevier; 2016. 186p.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia: Dari sel ke sistem. 9thed. Jakarta: EGC; 2018. 386-087p.
6. Tortora G. J, Derrickson B. H. Principle of anatomy and physiology. 14th Ed. Hoboken:
Wiley; 2013. 880p, 882p.
7. Wardhani LK, Kentjono WA. Aliran Limfatik Daerah Kepala Dan Leher Serta Aspek
Klinisnya. THT-KL. 2011;33–51.
8. Mescher A L. Histologi dasar junqueira text & atlas.12th ed.Dany F, translator.
Jakarta:EGC.2017
9. Sherwood L. Introduction.to human physiology. 8th ed. Suzannah Alexander. Editor. New
York: Yolanda Cossio; 2013. 380-387P..
10. Guyton AC, Hall JE. Guyton and Hall buku ajar fisiologi kedokteran. 11 th ed. Jakarta:
EGC;2006.
11. Guyton, A. C., Hall J E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2011. 434-
435p.
12. AL-MUQSITH, Al-Muqsith. Anatomi Sistem Vaskular dan Limfatik. 2015.15p.