OLEH:
KELOMPOK 1
Hari :
Tanggal :
Dosen Tutor
Gambar 1 ………………………………………………......……………………..... 10
Gambar 2 ……………………………………………………......………………..... 11
Gambar 3 ………………………………………………………….....……….....…. 13
Gambar 4 ……………………………………………...........………......………….. 14
Gambar 5 …….....…………………………………………..……………......…….. 15
Gambar 6 ………………………………………………………………................... 17
Gambar 7 ………………………………………………………………………. .... 18
Gambar 8 ……………………………………………………………...........…........ 21
Gambar 9 ……………………………………………………………...........…........ 22
Gambar 10 ………………………………………………………...............…......… 22
Gambar 11 ………………………………………………………...........…......…… 25
Gambar 12 …………………………………………………………………….....… 25
Gambar 13 ………………………………………………………………….....…… 27
Gambar 14 ................................................................................................................. 29
Gambar 15 ………………………………………………………………….....…… 30
Gambar 16 ................................................................................................................. 30
Gambar 17 ………………………………………………………………….....…… 31
Gambar 18 ................................................................................................................. 31
Tabel 1………………………..………………………….................…....................... 48
Tabel 2........................................................................................................................ 55
Bagan 1………………………..……………...…………….................….................. 50
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke dokter dengan keluhan
nyeri saat buang kecil sejak dua hari yang lalu. Selain itu dia juga
merasakan anyang-anyangen dan perasaan ingin buang air kecil terus-
menerus walaupun ketika setiap buang air kecil jumlahnya sedikit. Pasien
juga mengeluhkan adanya nyeri di perut bagian bawah dan pinggang.
Pasien juga merasakan demam dan warna air kencing kadang terlihat
kemerahan. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, asma, penyakit
ginjal, penyakit liver, penyakit tiroid maupun penyakit ginjal. Pasien tidak
meminum obat-obatan apapun dan tidak memiliki kebiasaan merokok.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
dan lemah. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan tekanan darah 120/80
mmHg, denyut nadi 90x/mnt reguler, rekurensi nafas 26x/mnt, suhu 38 oC.
Pemeriksaan kepala leher dan thorax normal, tidak ada kelainan.
Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan supra simpisis (+), flank
pain (+) pada para vertebra dekstra. Pemeriksaan ektrimitas normal, tidak
ada kelainan.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan Hemoglobin
12,0 g/dL, Leukosit 15600/uL, Platelet 245.000/mL, Gula darah acak 99
mg/L, BUN 10 mg/dL, Serum kreatinin 1,0 mg/dL, SGOT 45 U/L, SGPT
23 U/L, Albumin 3,08 g/dL, Sodium (Na) 142 mEq/L, Potasium (K) 3,8
mEq/L, Chlorida (Cl) 100 mEq/L, Bilirubin direct/Total 0,8/1,3 mg/dL.
Pemeriksaan urinalisis menunjukkan ph 6,5 , berat jenis 1.020, protein (+),
Eritrosit 4-5/LPB, Epitel 5-10/LBP, Leukosit 15-30/LPB, Bakteri (+++),
Nitrit (+), dan Kristal (+).
Pada pemeriksaan (BOF) Buick Oversic Foto didapatkan hasil
banyangan gas dalam usus normal , bayangan hepar dan lien tidak
membesar, contour ginjal kanan dan kiri normal, psoas shadow simetris,
tampak bayangan radio opaque di cavum pelvis sisi kanan. Kesimpulan :
- Pelvis renalis:
o Bagian yang melebar dari ureter dibagian proximal, terletak
dala sinus renalis
o Ke dalam tiap-tiap calyx minor bermuara papilla renalis yang
merupakan gabungan dari 3-4 pyramid renalis.
2.2.1 GINJAL
1. Cortex Ginjal
Secara Makroskopik
Tampak bentukan-bentukan bulat kecil(granula) yang disebabkan karena
adanya Renal Corpuscle dan Tubulus yang berkelok-kelok.
Tampak bentukan berupa garis-garis sejajar yang disebut medullary
rays(processus-Ferraini), yang merupakan tonjolan-tonjolan tubulus dari
dalam medula.
Sedangkan bagian cortex yang terdapat diantara medullary ray disebut
Labyrinth.
HENLE TIPIS :
Ada 2 macam Henle tipis yaitu :
o Henle tipis dari shortnephron : Saluran ini sangat pendek dan
terletak pada bagian yang descending. Lokasinya pada inner
stripe medulla.
o Henle tipis dari long nephron :. Saluran ini panjang sehingga
2.2.6 URETER:
Saluran ini menembus vesica-urinaria dengan arah serong.Bentuk
lumennya seperti bintang karena lipatan-lipatan longitudinal akibat dari
lamina propria yang kendor dan adanya jaringan elastik serta otot
polos.Dindingnya terdiri dari 3 lapis yaitu lapisan mukosa, lapisan
muskuiaris dan lapisan adventitia.
1. Filtrasi Glomerulus
Tekanan filtrasi neto : selisih gaya yang mendorong filtrasi dan melwan
filtrasi
Kontrol Intrinsik
Mekanisme miogenik
Arteriol aferen secara otomatis berkonstriksi sendiri ketika
teregang akibat peningkatan tekanan darah arteri. Respon ini
membantu membatasi aliran darah ke dalam glomerulus normal
meskipun tekanan arteri meningkat. Sebaliknya, relaksasi arteriol
aferen yang tidak teregang ketika tekanan di dalam pembuluh darah
Kontrol Ekstrinsik
2. Reabsorpsi Tubulus
Reabsorpsi Natrium
Direabsorpsi secara aktif di tubulus , 67% di tubulus proksimal, 25% di ansa
Henle dan 8% di tubulus distal dan duktus pengumpul
3. Sekresi Tubulus
Ekskresi Urine
Dari 125 mL plasma yang difiltrasi per menit biasanya 124 mL/mnt
direabsorpsi sehingga rerata jumlah akhir urine yang terbentuk 1 mL/mnt .
dengan demikian dari 180 L yang difiltrasi per hari , 1,5 L menjadi urine
2.4.1 Definisi
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur.
Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya
dapat keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di
saluran kemih atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu
berada di saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat
menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis
maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik
renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggang yang menjalar ke perut juga daerah kemaluan dan paha sebelah
dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon ureter terhadap batu
f. Teori Infeksi
Teori terbentuknya batu saluran kemih juga dapat
terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu. Pengaruh
infeksi pada pembentukan batu saluran kemih adalah teori
terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7
dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan molekul
magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium
ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri
pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang
menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphilococcus.
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano
bakteria di mana penyebab pembentukan batu saluran
kemih adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-
200 nanometer yang hidup di dalam darah, ginjal dan air
kemih. Bakteri ini tergolong gram negative dan sensitif
terhadap tetrasiklin. Di mana dinding pada bakteri tersebut
dapat mengeras dan membentuk cangkang kalsium kristal
karbonat apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal
kalsium oksalat akan menempel yang lama kelamaan akan
membesar.
g. Teori Vaskuler
Pada penderita batu saluran kencing sering didapat
penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi,
maka Stoller mangajukan teori vaskuler untuk terjadinya
batu saluran kemih, yaitu:
h. Teori Nukleasi
Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal
dari inti batu yang membentuk kristal atau benda asing. Inti
batu yang terdiri dari senyawa jenuh yang lama kelamaan
akan mengalami proses kristalisasi sehingga pada urin
dengan kepekatan tinggi lebih berisiko untuk teerbentuknya
batu karena mudah sekali untuk terjadi kristalisasi.
A. Faktor Intrinsik
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Heriditer/ Keturunan
2) Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air
kemih rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis
B. Faktor Ekstrinsik
1. Geografi
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum
tersebut. Bila jumlah air yang diminum sedikit maka akan meningkatkan
konsentrasi air kemih, sehingga mempermudah pembentukan BSK.
Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat
sehingga terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air kemih dengan
banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara
dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum akan
mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih dan
mengeluarkan komponen tersebut dalam air kemih.
Kandungan mineral dalam air salah satu penyebab BSK. Air yang
mengandung sodium karbonat seperti pada soft drink penyebab terbesar
timbulnya batu saluran kemih . Air sangat penting dalam proses
pembentukan BSK. Apabila seseorang kekurangan air minum maka
dapat terjadi supersaturasi bahan pembentuk BSK. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya BSK. Pada penderita dehidrasi kronik pH air
kemih cenderung turun, berat jenis air kemih naik, saturasi asam urat
naik dan menyebabkan penempelan kristal asam urat.
5. Jenis Pekerjaan
1. Batu kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu
sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di
jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran,
misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau
campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut
diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine
atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe
yang berbeda, yaitu:
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi
ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk
pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-
20% pada penderita BSK Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita
daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya
konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume
air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan
menurunkan supersaturasi dari fosfat.
4. Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena
gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan
frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin
dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi.
Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena
urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada
individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu
yang statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup,
diet mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih
yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi
sistin dalam air kemih
1. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menyebabkan dua jeni nyeri yaitu nyeri
kolik dan nyeri non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi
batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan irritabilitas
pada jaringan sekitar ( Brooker,2009, dalam jurnal urolithiasis FK
UMY). Nyeri kolik juga karena adanya aktivitas peristaltic otot polos
sitem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu saluran kemih. Peningkatan peristaltic itu
menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
peregangan pada terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
(Purnomo ,2012, dalam jurnal urolithiasis FK UMY).
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena
terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal ( Purnomo,2012 dalam
jurna FK UMY) sehingga nyeri hebat dengan peningkatan
prostaglandin E2 ginjal (O’Callaghan, 2009 dalam jurnal urolithiasis
FK UMY). Rasa nyeri akan bertambah hebat apabila batu bergerak
turun dan menyebabkan obstruksi. Pada ureter bagian distal akan
menyebabkan rasa nyeri disekitas testis pada pria dan labia mayora
pada wanita.( Brunner & Suddart, 2015 dalam jurnal urolithiasis FK
UMY)
2. Gangguan miksi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin mengalami
penurunan sehingga sulit sekali untuk miksi secara spontan. Pada
pasien nefrolithiasis, obstruksi saluran kemih terjadi di ginjal sehingga
kekuatan untuk mengeluarkan urin masuk ke vesika urinaria
mengalami penurunan. Sedangak pada pasien uretrolithiasis, obtruksi
terjadi di saluran paling akhir sehingga kekuatan untuk mengeluarkan
urin ada namun hambtan pada saluran menyebabkan aliran mengalami
stagnansi. ( Brooker,2009 dalam jurnal urolithiasis FK UMY). Batu
dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar secara spontan stekah
5) BNO-IVP
BNO-IVP adalah pemeriksaan radiografi pada system urinaria
(ginjal,ureter, dan kandung kemih ) dengan menyuntikkan zat
kontras melalui pembuluh darah vena pada tangan pasien, media
kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam
ginjal dan saluran kemih sehingga traktus urinarius berwarna putih.
Sebelumnya pasien harus dilakukan skin test terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah ada alergi pada bahan kontras. Terdapat
beberapa fase pada BNO-IVP :
a. Fase Eksresi (3-5 menit)
Melihat apakah ginjal mampu mengeksresikan kontras yang
dimasukkan.
Bagan 1. Patofisiologi
Aktivitas otot polos ureter meningkat terjadi akibat otot ureter yang
mecobamengkompensasi agar batu yanag menyumbat tersebut dapat turun,
maka kompensasi tersebur mengakibatkan tekanan intraluminal ureter
meningkat sehingga distensi ureter akan merangsang saraf terminal dan
terjadilah nyeri punggung.
Mengatasi nyeri
Menghilangkan batu yang sudah ada
Mencegah terjadinya pembentukan batu berulang
B. Tatalaksana
Tata laksana batu saluran kemih bergantung kepada ukuran, lokasi dan
ada tidaknya infeksi, dan fungsi ginjal. Indikasi pengeluaran aktif batu
saluran kemih (MENURUT EAU 2014):
C. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila cara non bedah tidak berhasil dan
tidak tersedia alat untuk litotripsi. Indikasi bergantung pada lokasi batu.
Indikasi pembedahan pada batu ginjal :
D. Pencegahan
a. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
b. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu
Sitrat (kalisium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk
nipis atau lemon sesudah makan malam).
Batu ginjal tunggal (meingkatkan masukan cairan, mengontrol
secara berkala pembentukan batu baru)
c. Pengaturan diet
Meningkatkan masukan cairan
Masukan cairan terutama pada malam hari akan meningkatkan
aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu
dalam air kemih.
Hindari masukan minuman gas (soft drink)lebih 1 liter per
minggu.
Kurangi masukan protein
Membatasi masukan natrium
Masukan kalsium.
Hidronefrosis
Gagal ginjal
Urosepsis
ISK
2.4.10 Prognosis
Tergantung pada :
Besar batu
Letak batu
Adanya infeksi
Obstruksi
Ada dan tidaknya uremia
“Juga bahwa seorang manusia tidak memperoleh balasan selain dari apa
yang telah diusahakannya.”
5.1 Kesimpulan
Diagnosis yang kami dapatkan dari keluhan pasien laki-laki usia 35 tahun,
dengan keluhan nyeri saat buang kecil sejak dua hari yang lalu,yaitu pasien
menderita batu saluran kemih dengan komplikasi ISK. Hal ini ditunjang dari
anamnesa dimana pasien juga merasakan anyang-anyangen dan perasaan
ingin buang air kecil terus-menerus walaupun ketika setiap buang air kecil
jumlahnya sedikit. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri di perut bagian
bawah dan pinggang. Pasien juga merasakan demam dan warna air kencing
kadang terlihat kemerahan,. Selain itu juga ditunjang dengan pemeriksaan
fisik abdomen yaitu didapatkan abdomen didapatkan nyeri tekan supra
simpisis (+), flank pain (+) pada para vertebra dekstra, dan dilakukan
pemeriksaan penunjang laboratorium darah dan urin, dan juga dilakukan
pemeriksaan tambahan seperti BOF untuk menentukan lokasi batu dan
pemeriksaan IVP untuk menegakkan diagnose kami.
5.2 Saran
Dalam pembuatan laporan ini masih banyak kekurangan referensi yang
detail dan gamblang dalam menjelaskan kasus yang dianalisis. Selain itu,
dalam proses pengeditan laporan ini juga masih belum sempurna.
Harapannya untuk laporan selanjutnya akan lebih baik lagi.
Sudibjo, H;dkk. 2015. “Diktat Anatomi Jilid I”I. Surabaya: Departemen Anatomi
dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Hidayah, I.D. 2013. “Hubungan Lokasi Batu Ureter dengan MAnifestasi Klinis
Ureterolithiasis”. Yogyakarta: JKKI, Vol. 5, No. 2
F. Paulsen;dkk. 2015. “Sobotta Atlas Anatomi Manusia, edisi 23, jilid II”. Jakarta:
EGC
Jurnal “Urolithiasis” FK UMY. Diakses pada 5 Mei 2018, pukul
19.46.http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7842/6.%20
BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
Satyanegara Pratisha.2017.Radiologi pada Urolithiasis. Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI. Jakarta.
Windy Atusti Cahya Ningrum, Urolithiasis,
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://reposito
ry.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7842/6.%2520BAB%2520II.pdf
%3Fsequence%3D6%26isAllowed%3Dy&ved=2ahUKEwjjg9e2l-
jaAhWFqY8KHcQvDnwQFjAAegQICRAB&usg=AOvVaw1Ol2w552Im
SFPAGiRaWs-T , (diakses 3 Mei 2018, 6.37)
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://reposito
ry.usu.ac.id/bi
tstream/123456789/30750/4/Chapter%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjjg9e2l-
jaAhWFqY8KHcQvDnwQFjADegQIARAB&usg=AOvVaw2rmcrgsaxCn
E1_2gYKxiU- , (diakses 3 Mei 2018, 6.37)
2015. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, edisi I”. Surabaya: UNAIR
Amindariati. 2015. “Diktat HistologiI”I. Surabaya: Departemen Anatomi dan
Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Setati, siti;dkk. 2014. “Ilmu Penyakit Dalam UI Jilid II Edisi VI”. Jakarta: Interna
Publishing
Sherwood,L. 2014. Fisiologi Manusia:” Dari Sistem ke Sel, edisi 8”. Jakarta.
EGC
Mansjoer, Arif;dkk. 2016. “Kapita Selekta” Jakarta: Media Ausculapius