Disusun Oleh:
Kelompok 3
Tutor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK PENYUSUN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, laporan ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Laporan ini berisi hasil diskusi kami mengenai skenario 3 yang telah
dibahas pada PBL tutorial 1 dan 2. Dalam penyelesaian laporan ini banyak pihak
yang turut terlibat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin
4. Semua pihak yang turut serta, yang tak dapat kami ucapkan satu per satu.
Akhir kata, kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
PEMBAHASAN .................................................................................................. 7
BAB III............................................................................................................................ 37
PENUTUP....................................................................................................................... 37
iii
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 37
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.5 New Orleans Criteria untuk mTBI (Mild Traumatic Brain Injury) 30
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Seorang laki-laki umur 25th datang ke UGD RSU diantar oleh petugas
dinas sosial, ditemukan mengalami penurunan kesadaran setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas sekitar 1 jam sebelum masuk RS. Mekanisme kejadian,
pasien sedang mengendarai sepeda motor tiba tiba ditabrak truk dari arah
belakang sehingga terpental dan kepala membentur aspal. Pasien tidak
menggunakan helm. Pasien sempat sadar baik sesaat setelah kecelakaan, hanya
mengeluh nyeri karena kaki kanannya terluka dan penuh darah. Namun dalam
perjalanan kesadaran pasien menurun secara tiba tiba. Saat ini ditemukan
kesadaran pasien mengantuk dan pendarahan merembes dari kaki kanan pasien.
Jejas di anggota tubuh lainnya tidak ada. Pada pemeriksaan fisik BB
50kg,tekanan darah 80/40 laju nadi 155x/mnt, laju nafas 32x/mnt Suhu 37,5°C
kesadaran GCS E3V4M5 akral dingin, basah dan pucat. Suara nafas&suara
jantung normal.
Pemeriksaan penunjang :
- Pada pemeriksaan lab Hb 6,7 gr/dl Plt 555.000 WBC 9.700 Hct 19,7 GDS
195.
- Pada hasil Rontgen tungkai bawah ditemukan fraktur di femur dextra 1/3
proximal
- Hasil Ro thorax, cervical dan lumbosacral dalam batas normal
- Hasil CT scan kepala menunjukkan adanya lesi hiperdens di daerah temporal
dextra yang menggambarkan suatu epidural hematoma.
1
Apa yang anda lakukan sebagai dokter jaga UGD yang bertugas hari itu?
a. Pada pemeriksaan lab Hb 6,7 gr/dl Plt 555.000 WBC 9.700 Hct 19,7
GDS 195.
b. Pada hasil Rontgen tungkai bawah ditemukan fraktur di femur dextra
1/3 proximal
2
c. Hasil Ro thorax, cervical dan lumbosacral dalam batas normal
d. Hasil CT scan kepala menunjukkan adanya lesi hiperdens di daerah
temporal dextra yang menggambarkan suatu epidural hematoma
3
perdarahan ini berasal dari kapiler. Penanganan perdarahan dari luar
yang dilakukan adalah menekan pada daerah perdarahan dengan
kain/kasa atau turniket jika ada, setelah itu lakukan elevasi pada
bagian ekstermitas melalui jantung. Namun apabila sudah dilakukan
penekanan namun belum berhenti maka dapat dilakukan penekanan
pada pembuluh darah sekitar luka tersebut.
Berdasarkan skenario, pada epidural hematom yang pertama
dilakukan adalah usahakan jalan napas pasien bebas, apabila ada
lendir atau darah yang keluar harus segara dibersihkan agar tidak
menganggu pernapasan, kemudian lakukan hiperventilasi agar tidak
terjadi vasodilatsi pembuluh darah pada otak.
3) Tindakan awal yang pertama meminta pertolongan medis lain di TKP
kemudian membawa pasien ke lingkungan yang aman, kemudian
panggil ambulance, setelah itu lakukan pemriksaaan primary survey
dengan memperhatikan ABCD kepada pasien. Untuk airway lihat
apakah ada sumbatan/tidak, jika ada lakukan chin lift atau jaw thrust,
kemudian cek breathing, apakah nafas ada atau tidak, jika tidak
lakukan napas spontan mouth to mouth 2x atau lakukan pemasangan
nasofaring atau orofaring, cek sirkulasi dengan raba arteri karotis
pasien, teraba kuat angkat atau tidak, jika tidak lakukan RJP 30:2.
Jika membaik posisikan recovery position. Selanjutnya kita
perhatikan lingkungan agar tetap aman, kemudian lakukan
pemeriksaan kesadaran pada korban, setalah itu periksa airway
pasien, setelah itu periksa breathing dari kecepatan nadi, aroma
napas, dan lihat pernapasan baik/tidak dengan memperhatikan dinding
dada pasien, kemudian periksa sirkulasi dan disability dari pasien.
Selain ABCD, pada masalah muskulo dapat dilakukan rekontruksi
atau rehabuilitas.
4) Pada hasil Rontgen tungkai bawah ditemukan fraktur di femur dextra
1/3 proximal
4
5) Pada pemeriksaan fisik : didapatkan TD 80/40 (Hipotensi),
150x/menit (takikardi), 37,5 (hipotermi), GCS 12 (Apatis,
berdasarkan cedera kepala maka pasien masuk kedalam kategori
sedang) dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 6,7
(Anemia), hematokrit 19,7 (anemia), platelet 555.000 (trombositosit),
GDS (Hiperglikemi).
Laki-laki, 25 tahun
Pemeriksaan penunjang
KGD
Penanganan awal: Jika terjadi henti napas dan jantung
- ABC - RJP
- Penganan fraktur - Intubasi
- Penganann epidural - Dfebrilasi
5
1.2.5 Step V: Learning Objective
secondary survey
dan tatalaksana.
GCS.
komplikasi
6
BAB II
PEMBAHASAN
bagi tenaga medis (dokter dan perawat) dalam pengelolaan kasus trauma atau
4. Atur dengan tepat transfer antar rumah sakit atau intra rumah sakit pasien.
Saat merawat pasien yang terluka, dokter dengan cepat menilai cedera dan
sistematis yang dapat diterapkan dengan cepat dan akurat sangat penting.
1. Persiapan
2. Triase
7
3. Survei primer (ABCDE) dengan resusitasi segera pada pasien dengan
9. Perawatan definitive
2.1.1 Persiapan
Persiapan untuk pasien trauma terjadi dalam dua keadaan klinis yang berbeda
baik itu di lapangan dan di rumah sakit. Pertama ialah selama fase pra-rumah sakit
Kedua yaitu selama fase rumah sakit, persiapan dilakukan untuk memfasilitasi
jalan napas, kontrol perdarahan eksternal dan syok, imobilisasi pasien, dan
8
cedera, dan riwayat pasien. Mekanisme cedera dapat menunjukkan tingkat
cedera serta cedera spesifik yang perlu dievaluasi dan diobati oleh pasien.1
penerima harus menjadi proses yang mulus, diarahkan oleh pemimpin tim
seluruh tim. Pada anggota tim trauma dilatih untuk menggunakan tindakan
air, dan sarung tangan, saat bersentuhan dengan cairan tubuh. Aspek kritis
9
2) Peralatan saluran napas yang berfungsi dengan baik (misalnya,
beroperasi
10
perlindungan tulang belakang leher, pernapasan, dan sirkulasi dengan kontrol
menentukan fasilitas medis penerima yang sesuai. Aktivasi tim trauma dapat
dipertimbangkan untuk pasien yang terluka parah. Personil pra-rumah sakit dan
yang tepat tiba di rumah sakit yang tepat. Misalnya, mengantarkan pasien yang
mengalami trauma berat ke rumah sakit selain pusat trauma tidak tepat jika
a. Banyak Korban
Insiden banyak korban adalah insiden di mana jumlah pasien dan tingkat
yang mengancam jiwa dan mereka yang mengalami cedera sistem ganda
b. Korban Massal
kasus seperti itu, pasien memiliki peluang terbesar untuk bertahan hidup
11
1. Primary Survey with resscitation
belakang leher.
E : Exposure/kontrol lingkungan
Dokter dapat dengan cepat menilai A,B,C dan D pada pasien trauma (penilaian 10
serta bangun jalan napas paten sambil membatasi gerakan tulang belakang.
1) Amati pasien apakah gelisah, apakah ada tanda sianosis yang menandakan
dengan pemeriksaan dasar kuku dan kulit. Oksigenasi yang tidak adekuat
12
dapat terdeteksi denganpenggunaan oksimetri nadi.
dengan oklusi parsial faring atau laring. Dapat juga ditandai dengan suara
serak.
3) Evaluasi perilaku pasien. Pasien yang cenderung kasar dan agresif ada
depan.
13
Gambar 2.4 The jaw thrust maneuver
Sumber: American College of Surgeons of Committee on Trauma.Advanced Trauma Life
Support Student Course Manual 10th edition.2022
14
Gambar 2.6 Krikotiroidotomi
Sumber: American College of Surgeons of Committee on Trauma.Advanced Trauma Life Support
Student Course Manual 10th edition.2022
penilaian dapat dilakukan dengan look (melihat), listen (mendengar) dan feel
(merasakan).
15
Tabel 2.1 Penanganan Pernafasan dan Ventilasi
Sumber: American College of Surgeons of Committee on Trauma.Advanced Trauma Life Support
Student Course Manual 10th edition.2022
- Perfusi pada kulit, tanda ini dapat membantu dalam mengevaluasi pasien
16
akan memiliki kulit wajah yang lebih pucat atau abu-abu dan ekstremitas
Evaluasi neorologis yang cepat dapat menetapkan tingkat kesadaran pasien dan
ukuran serta reaksi pupil sehingga mengidentifikasi adanya tanda lateralisasi dan
menentukan tingkat cedera tulang belakang. GCS adalah metode cepat, sederhana
dan objektif untuk menentukan tingkat kesadaran. nilai motorik GCS sesua
penurunan oksigen dan perfusi cerebral tau disebabkan oleh cedera cerebral
langsung.1
e. Exposure/Environmental Control
dengan selimut hangat, atau alat penghangat eksternal untuk mencegah pasien
17
memasukkannya, dan pertahankan lingkungan yang hangat. Hipotermia dapat
muncul saat pasen tiba atau didapatkan pada saaat pasien tiba di UGD.1
2. Secondary survey
Survei sekunder ini tidak akan bisa dilakukan apabila survei primer belum
selesai, sehingga sangat diperlukan evalusi berulang hingga masuk ke tahap ini.
Dalam survei sekunder terjadi pemeriksaan head to toe yang dimulai dari
past illness or pregnancy, Last meal dan events atau lingkungan yang terkait
dengan trauma. Setelah itu dapat dilaksanakan pemeriksaan tambahan berupa foto
18
2.2. Syok Hipovolemik
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul
akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti, perdarahan yang masif,
trauma atau luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard atau emboli
paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik),
tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun
(syok anafilaktik).2
volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Syok ini dapat terjadi
cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh
berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik
disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang
dan hanya berfungsi untuk memandu terapi awal. Penggantian volume selanjutnya
19
a. Sistem klasifikasi berikut berguna untuk menekankan tanda-tanda awal
takikardia minimal dapat terjadi. Tidak ada perubahan terukur yang terjadi
pada tekanan darah, tekanan nadi, atau laju pernapasan. Untuk pasien yang
hemoragik dini oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi tekanan nadi
20
orang dewasa dengan perdarahan kelas II. Kehilangan cairan yang
klasik perfusi yang tidak memadai, termasuk takikardia dan takipnea yang
darah sistolik yang terukur. Dalam kasus yang tidak rumit, ini adalah
tekanan nadi yang sangat sempit atau tekanan darah diastolik yang tidak
terukur. Keluaran urin dapat diabaikan, dan status mental sangat tertekan.
21
didasarkan pada respon pasien terhadap teknik manajemen awal resusitasi
cairan. 3
b. Resusitasi cairan
diprediksi pada evaluasi awal pasien. Berikan bolus cairan isotonik awal
yang dihangatkan. Dosis biasa adalah 1 liter untuk orang dewasa dan 20
mL/kg untuk pasien anak dengan berat badan kurang dari 40 kilogram.
ini mencakup semua cairan yang diberikan di tempat pra-rumah sakit. Kaji
organ yang adekuat dan oksigenasi jaringan. Amati respons pasien selama
diagnostik lebih lanjut pada respons ini. Infus cairan dan darah dalam
22
jumlah besar secara terus-menerus dalam upaya untuk mencapai tekanan
Pengamatan dasar penting untuk menilai respons pasien terhadap terapi, dan
sangat penting. Pemeriksaan yang lebih rinci terhadap pasien mengikuti jika
situasinya memungkinkan. 2
yang jelas, mendapatkan akses intravena yang memadai, dan menilai perfusi
23
dengan tekanan langsung ke tempat perdarahan, meskipun kehilangan darah
pasien, yang berguna untuk menilai perfusi serebral. Perubahan fungsi SSP
pada pasien yang mengalami syok hipovolemik tidak selalu berarti cedera
untuk evaluasi perfusi ginjal secara terus menerus. Darah pada meatus uretra
uretra.3
24
2.3 Penilaian Kesadaran Melalui GCS.
25
2) Nilai (3) membuka mata : pasien membuka matanya ketika ia di
4) Nilai (1) tidak ada yang membuka mata: mata tidak pembukaan verbal
untuk menilai respon verbal dari pasien dengan mengajukan tiga pertanyaan
orientasi. Tiga pertanyaan tersebut adalah waktu (tahun), tempat (tempai iya
berada maupun alamatnya berada), dan orang (nama keluarga dekatnya). Ada
waktu, tempat, dan orang dengan benar. Beberapa pasien yang menjawab
mampu menjawab semua tiga pertanyaan dengan benar maka dia masih
2) Nilai (4) bingung (Disoriented): Pasien tidak mampu menjawab satu atau
lebih dari tiga pertanyaan orientasi (waktu, tempat, dan orang) dengan
26
orientasi benar tapi percakapan mereka masih bisa walaupun Cuma
3) Nilai (3) kata-kata yang tidak tepat: Pasien memiliki acak atau seruan
4) Nilai (2) suara tidak komprehensif: mengerang Pasien (tidak ada kata-
skornya (2).
5) Nilai (1) tidak ada respon verbal: Pasien tidak membuat suara atau
memprediksi hasil-hasil pasien 6. Ada enam nilai dalam komponen ini yaitu:5
27
mereka, atau menunjukkan gigi mereka dengan senyum ataupun
mengedipkan mata.
yang menyakitkan.
dinding dada.
berlaku, pasien akan telah memperkuat siku dan rotasi internal bahu
dan fleksi pergelangan tangan dan jari. Kedua lengan adduksi dan
6) Nilai (1) tidak ada respon: Pasien tidak menunjukkan dan gerakan
28
2.4 Trauma Kepala
dan non degenratif oleh massa mekanik dari luar tubuh yang melibatkan
yang sangat berat karena struktur antomik dan fisiologik dari isi rauang
tenggorak yang majemuk, dengan konsistensi yang cair, lunak, dan padat
seperti cairan serebrospinal, selaput otak, tulang, dan otak itu sendiri.6
pembunuhan, atau bunuh diri. Selain itu kekerasan benda tajam, dan yang
menjadi penyebeb tersering adalah seperti batang besi atau kayu runcing,
pecahan kaca, atau benda tajam lainnya. Dapat juga terjadi karena
dimana dilihat dari kaliber peluru dan jenis peluru yang digunakan, serta
deformitas yang terjadi pada tulang dan jalan masuknya peluru ke otak.
sekitarnya.7
29
Trauma kepala dapat diklasifikasi berdasarkan derajat kesdaram
populasi. Kasus initerjadi di semua usia dan terbanyak pada usia 15-24
tahun pada laki-laki. Kasus cedera kepala atau cedera lain yang melibatkan
setiap tahunnya sekitar 1,2 juta orang meninggal dengan diagnosis cedera
kepala berat yaitu akibat kecelakaan lalu lintas (KLL). Kasus cedera
30
juta penduduk menderita cedera kepala sedang - berat dan sepertiganya
a. Pemeriksaan radiologi
Pada cedera kepala perlu dibuat foto rontgen kepala dan kolumna
lesi terdapat di daerah temporal, parietal atau frontal lateral kiri, film
diletakkan pada sisi kiri dan dibuat foto dari kanan ke kiri. Kalau
diduga ada fraktur basis kranii, maka dibuatkan foto basis kranii
dengan kepala menggantung dan sinar rontgen terarah tegak lurus pada
31
2. CT Scan
pasien dengan trauma kepala karena dapat dilakukan dengan cepat dan
pada pasien dengan cedera kepala sedang dan berat (GCS ≤ 12) dan
pada pasien dengan cedera kepala ringan (GCS > 12) kecuali jika
Tabel 2.5 New Orleans Criteria untuk mTBI (Mild Traumatic Brain Injury)
Sumber: Yuneiwati Y, Aurora H. Peran Pencitraan Pada Cedera Otak Traumtatis.
Malang: Universitas Brawijaya Press UB Press; 2022.
3. MRI
32
4. Angiografi serebral
5. Sinar X
2.4.6 Prognosis
2.4.7 Komplikasi
33
2.5 Operasi yang Dilakukan, Serta Evakuasi dan Transportasi
pasien yang dapat dirawat dengan aman di rumah sakit setempat dan mereka yang
spesifik yang dapat diidentifikasi, dan mekanisme cedera. Pasien dengan cedera
kepala berat (skor GCS 8 atau kurang) dan hipotensi mudah dikenali dan
transfer energi tinggi mungkin berisiko kematian dan merupakan kandidat untuk
jiwa termasuk perdarahan arteri besar, patah tulang femoralis bilateral, dan
34
berkepanjangan, cedera saraf, dan kerusakan otot mungkin memerlukan amputasi.
Pedoman yang disarankan untuk transfer antar rumah sakit ketika kebutuhan
pasien melebihi sumber daya yang tersedia diuraikan dalam TABEL 2.6.Penting
untuk dicatat bahwa pedoman ini fleksibel dan harus mempertimbangkan keadaan
35
Table 2.6. triase cepat dan pedoman transportasi.
Sumber: American Collage of Surgeons of Committee on Trauma. Advanced Trauma Life
Support Student Course Student Course Manual. Ed 10 th. 2022.
36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari skenario bisa kita ketahui bahwa cedera kepala merupakan suatu
trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau tidak
tekanan intrakranial akibat perdarahan pada otak pasien hal ini dibuktikan
dengan hasil foto radiologi pada kepala pasien dengan gambaran epidural
hematoma, selain itu pasien juga mengeluh nyeri karena kaki kanannya
terluka dan penuh darah kemudia dilakukan foto radiologi pada paha pasien
dan didapati fraktur di femur dextra 1/3 proximal kedua kasus pasien diatas
pertolongan medis.
kondisi pasien telah membaik pasca primary and secundary survey maka
37
segera rujuk pasien ke dokter spesialis untuk dapat dilakukan terapi
komprehensif lebih lanjut. Pada kasus cedera kepala dapat diberikan terapi
cedera paha dapat dilakukan operasi pembidaian untuk menolong pasien, jika
cairan yang rasional dan transfusi darah untuk mengembalikan cairan tubuh
38
DAFTAR PUSTAKA
2. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Edisi VI. Penerbit FKUI.Jakarta.2017
3. American Collage of Surgeons of Committee on Trauma. Advanced
Trauma Life Support Student Course Student Course Manual. Ed 10th.
2018
4. Tursinawati Y, Tajally A, Arum K, Takdir N, Setiawan K. Buku Ajar
Ambon Pada Tahun 2018. Jurnal Molucca Medica. 2020. 2(12). 14-15p.
7. Forensik, D. B., Rsup, M., Kandou, R. D., Awaloei, A. C., Mallo, N. T. S.,
vi
10. Yuneiwati Y, Aurora H. Peran Pencitraan Pada Cedera Otak Traumtatis.
Malang: Universitas Brawijaya Press UB Press; 2022.
11. Mahaklory SS. Manjemen care bundle pada pasien cedera kepala. Jawa
Tengah: Nasya Expanding Management; 2021. Hal 12
12. Liwang F, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-5. Depok: Media
Aesculapius Fak. Kedokteran UI. 2020
vii