Anda di halaman 1dari 20

STUDY KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM

PENYEDIAAN AIR MINUM PTDI – STTD

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM


( SPAM )

Bekasi, Desember 2021


Daftar Isi

1. PENDAHULUAN
2. GAMBARAN UMUM WILAYAH
3. KONDISI EKSISTING PELAYANAN SPAM
4. GAMBARAN AIR BAKU
5. ANALISIS DAN PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
6. HASIL SURVEY DAN RENCANA SPAM
7. KAJIAN AWAL DAMPAK LINGKUNGAN
8. ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
9. ANALISIS KELEMBAGAAN
10. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
STUDY KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PTDI – STTD

1.PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kapasitas produksi air minum di Kawasan belum sepenuhnya dapat melayani kebutuhan. Saat ini masih diperlukan pengembangan kapasitas
sistem agar dapat dilayani oleh sistem penyediaan air minum sepenuhnya.

Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan air minum untuk kawasan tersebut terbatas. Keterbatasan tersebarnya daerah pelayanan serta
kurangnya dalam memelihara sarana dan prasarana sering menjadi pokok permasalahan. Sementara itu penyediaan air minum sendiri
merupakan suatu upaya yang cukup komplek, baik dari segi manajemen, teknik maupun legalitas. Berbagai persoalan dapat ditemui dalam
rangka penyediaan air minum untuk suatu kawasan seperti masalah ketersediaan sumber air yang memadai baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya.

Oleh karena itu, dalam rangka usaha pemenuhan kebutuhan air melalui Kegiatan Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar
Terutama bagi Taruna Taruni, akan melaksanakan Penyusunan FS (Studi Kelayakan) Sistem Penyediaan Air Minum Kawasan PTDI – Sekolah Tinggi
Transportasi Darat.
1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN KEGIATAN
a. Maksud
Untuk mengetahui tingkat kelayakan usulan pembangunan sistem penyediaan air minum, pelayanan ditinjau dari aspek
kelayakan teknis teknologis, lingkungan, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan dan finansial.

b. Tujuan Kegiatan

Tersusunnya dokumen kelayakan usulan pembangunan sistem penyediaan air minum di Kawasan
PTDI – Sekolah Tinggi Transportasi Darat.

c. Sasaran Kegiatan
Sasaran dari kegiatan ini adalah agar pengembangan sarana dan prasarana air minum yang direncanakan dapat layak secara
ekonomi, keuangan, lingkungan, dan kelembagaan sehingga dapat berfungsi secara berkelanjutan dan bermanfaat optimal.
2. GAMBARAN UMUM WILAYAH
3. KONDISI EKSISTING PELAYANAN SISTEM PENYEDIAAN
AIR MINUM-SPAM

KAPASITAS GROUND WATER TANK + 4 X 3 X 2,5 M= 30 M3


PENAMPUNGAN AIR BERSIH KAPASITAS.10.400 LTR IPA ( INSTALLASI PENGOLAHAN AIR ) YANG SANGAT KECIL
DENGAN SISTEM DISTRIBUSI POMPA

Kebutuhan dukungan air baku untuk memenuhi kebutuhan air minum Komitmen STTD untuk membangun penyediaan air minum yang dapat
Installasi pipa sumber air baku mata air sumur dalam
dari sumber mata air sumur dalam memenuhi kebutuhan 10.000 jiwa.

TARGET PELAYANAN AIR MINUM PADA RUANG MAKAN DAN DAPUR AREA RUANG MAKAN TARUNA DAN TARUNI
DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN SPAM

UU 11/1974 UU 23/2014
tentang Pengairan tentang Pemerintahan Daerah

PP 121/2015 PP 122/2015
Tentang Pengusahaan SDA Tentang SPAM

Permen PUPR
25/2016
Permen PUPR
Tentang Pelaksanaan
27/2016
Penyelenggaraan
Tentang
SPAM untuk
Penyelenggaraan
Memenuhi Kebutuhan
SPAM
Sendiri oleh Badan
Usaha
PENYELENGGARAAN SPAM
Kerjasama dalam
rangka efisiensi & Penyelenggaraan SPAM
efektivitas
penyelenggaraan Tanggung Jawab
SPAM

Badan Usaha PTDI - STTD


Swasta Wewenang
membentuk
Kerjasama Operator
operasional
PIHAK.1
Jika berada di luar jangkauan Wewenang
pelayanan mengatur

Target 10.000 PIHAK.2


Jika berada di luar jangkauan
jiwa pelayanan
Terlayani
PIHAK.3

Badan Usaha untuk


Untuk kawasan yang belum
terjangkau pelayanan SPAM
kebutuhan sendiri

Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana
yang mengikuti proses dasar manajemen untuk penyediaan Air Minum.
4.GAMBARAN AIR BAKU
AIR PERMUKAAN
Di Kabupaten Bekasi terdapat 16 aliran sungai besar yaitu: Sungai Citarum, Sungai Bekasi, Sungai Cikarang, Sungai Ciherang, Sungai Belencong, Sungai
jambe, Sungai Sadang, Sungai Cikedokan, Sungai Ulu, Sungai Cilemahabang, Sungai Cibeet, Sungai Cipamingkis, Sungai Siluman, Sungai Serengseng,
Sungai Sepak dan Sungai Jaeran. Lebar sungai tersebut berkisar antara 3 sampai 80 meter.
Di Kabupaten Bekasi terdapat 13 situ yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu : Situ Tegal Abidin, Situ Bojongmangu , Situ Bungur, Situ Ceper,
Situ Cipagadungan, Situ Cipalahar, Situ Ciantra, Situ Taman, Situ Burangkeng, Situ Liang Maung, Siru Cibeureum, Situ Cilengsir dan Situ Binong. Luas
situ tersebut berkisar antara 3 - 40 Ha.
Kondisi air tanah yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi sebagian besar merupakan air tanah dangkal yang berada pada kedalaman 5 – 25 meter dari
permukaan tanah, sedangkan air tanah dalam pada umumnya didapat pada kedalaman antara 90 – 200 meter.

Beberapa sungai dan danau/setu tersebut mengalir jauh melewati dari wilayah PTDI – Sekolah Tinggi Transportasi Darat,Adapun yang terdekat yaitu
Sungai kalimalang dan siti Cibeureum.
5.ANALISIS DAN PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

ANALISIS DAN PROYEKSI KEBUTUHAN AIR DI WILAYAH PERENCANAAN

Dalam merencanakan besarnya kebutuhan air minum di wilayah perencanaan,


terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu :
1.Jumlah jiwa dan hasil proyeksinya.
2.Daerah pelayanan & Periode pelayanan.
3.Ketersediaan air baku.
4.Rencana pengembangan produksi.
5.Rencana pengembangan pelayanan.

Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air minum, dapat dilakukan dengan


menjumlahkan kebutuhan air internal, external, dan kebutuhan air minum
untuk keperluan internal sesuai dengan proyeksi pertambahan siswa dan
fasilitas umum sepanjang periode pelayanan. Perlu pula diperhatikan besarnya
tingkat pelayanan dari sistem penyediaan air bersih eksisting untuk siswa dan
tingkat kehilangan air. Kehilangan air dapat disebabkan oleh kebocoran pipa
dan lain lain.

Pada perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum( SPAM ) PTDI – Sekolah Tinggi
JUMLAH Transportasi darat ini ditetapkan periode pelayanan selama 20 tahun yang
TAHUN
TARUNA TARUNI dibagi ke dalam 4 tahap, masing-masing 5 tahun. Periode pelayanan dengan
rentang waktu 5 tahun dipertimbangkan sebagai periode yang cukup ideal
2010
untuk merencanakan suatu sistem penyediaan air, termasuk merencanakan
2011 369 170 kapasitas dari suatu instalasi pengolahan air minum.
2012 367 171
2013 411 189
DAERAH PELAYANAN
2014 414 200
2015 498 232 Berdasarkan Potensi pengembangan sistem penyediaan air minum ditujukan
2016 1021 466 untuk melayani kebutuhan air di wilayah asrama sampai dengan tahun 2042.
Untuk studi saat ini sesuai dengan rencana pelayanan sistem penyediaan
2017 735 351
air minum hanya diperuntukan pelayanan internal saja.
2018 721 355 Dengan asumsi estimasi pertambahan jumlah jiwa pada Kawasan PTDI - Sekolah
2019 977 517 Tinggi Transportasi Darat sebanyak 2100 s-d 2700 jiwa.
2020 1085 582
TAHUN
PROYEKSI JUMLAH TARUNA DAN TARUNI
AJARAN
BARU
YANG 912 Proyeksi jumlah siswa sangat penting dalam memperhitungkan jumlah
AKAN kebutuhan air minum di masa yang akan datang. Hasil proyeksi jumlah siswa
MASUK
ditunjukkan pada Tabel berikut:
SKEMA PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN SPAM
(LINGKUP PTDI - STTD)

Reservoar
Jaringan
Transmisi Jaringan Distribusi
Air Baku Utama

Jaringan Distribusi
Reservoir Bagi
Intake Watermeter Induk
IPA

UNIT DISTRIBUSI &


UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI
PELAYANAN

PTDI – Sekolah Tinggi Transportasi Darat

STTD :
- KAS STTD
- KSO
6.HASIL SURVEY DAN RENCANA SPAM
6.1 SUMBER AIR BAKU
Berdasarkan survei dan informasi untuk ketersediaan sumber air baku Kawasan PTDI - STTD sebagai berikut :

1. Mata Air Sumur dalam, terletak di belakang Gedung ruang makan dengan debit + 15 L/detik dengan wadah penampung kap
5200 ltr sebanyak 2 bh dan wadah penampung bawah tanah dengan kapasitas + 30m3. Saat ini telah dimanfaatkan sebagai
sumber air bersih untuk Gedung ruang makan,dapur dan gedung sekitar.

Jaringan
TANDO AIR
Transmisi GWT KAP.30M3
KAP.10M3
Air Baku

Jaringan Distribusi
Utama Jaringan Distribusi
Bagi

Intake IPA ( INSTALLASI


PENGOLAHAN AIR )

UNIT DISTRIBUSI &


UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI
PELAYANAN
6.2 RENCANA UMUM PENGEMBANGAN SPAM
Reservoar Jaringan Distribusi
TANKI Bagi
kap.150m3
Air Stainless
Steel
IPA Regional Meter
Offtake
Jaringan
Transmisi Jaringan Distribusi
Air Baku Bagi

Mesin RO kap. Jaringan Distribusi Meter


Utama Offtake
Intake 10.000 gpd
existing Jaringan Distribusi
Bagi

Meter
Offtake

Air kemasan

UNIT DISTRIBUSI &


UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI
PELAYANAN

Lintas
Provinsi INTERNAL TARGET PELAYANAN +10.000 JIWA

SUMBER AIR BAKU PENGADAAN RESERVOIR - PENGADAAN IPA PEGOLAHAN AIR SISTEM RO SUMBER DANA:
EXISTING TANK.KAPASITAS 150M3 (reverse osmosis ) KAP.10.000 GPD. - KAS STTD
ESTIMASI BIAYA + 450JT - ESTIMASI BIAYA + 550 JT - KSO

* Offtake dapat berupa reservoir/watermeter


7.1 LANDASAN HUKUM
Beberapa landasan hukum terkait dengan aspek lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari rencana
pembangunan dan pengelolaan air minum adalah:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.


2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2008 tentang Jenis Kegiatan
Yang Wajib Dilengkapi Amdal.
7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis Amdal
Proyek Bidang Pekerjaan Umum.

Setiap kegiatan usaha yang diperkirakan akan menimbulkan dampak penting dan besar maka pada tahap studi kelayakan disusun
pertimbangan lingkungan, dan studi Amdal. Studi AMDAL tersebut mengacu pada:

1. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 86 Tahun 2002 Tentang : Kegiatan Wajib UKL &UPL;
2. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08. Tahun 2006 Tentang: Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan;
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 Tentang Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.
4. Sistem penyaringan untuk masing–masing rencana kegiatan harus berdasarkan pada skala dan besaran pekerjaan. Berdasarkan
keputusan MenLH No. 11 Tahun 2006, kriteria penyaringan awal AMDAL untuk air minum ditunjukkan oleh Tabel 8.1 berikut
8.ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

8.1 KEBUTUHAN INVESTASI DAN SUMBER PENDANAAN


Analisis kelayakan investasi ini dimaksudkan dalam rangka mengetahui tingkat kelayakan usulan investasi pembangunan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) PTDI – Sekolah Tinggi Transportasi Darat- Bekasi Indonesia, selama 5 tahun ke depan (interval tahun 2022 s.d. 2026) yang akan
dikelola oleh STTD,
sehingga keputusan investasi yang diambil oleh STTD untuk membangun sarana dan prasarana ini dapat layak secara ekonomi, berfungsi secara
berkelanjutan dan mampu memberi manfaat yang optimal.

8.1.1 KEBUTUHAN INVESTASI


Kebutuhan investasi dihitung berdasarkan estimasi pengadaan sistem dan peralatan dengan jumlah pembiayaan yaitu sebesar Rp. 1.000.000.000

8.1.2 PROYEKSI PENDAPATAN


Di dalam menyusun proyeksi pendapatan, penentuan asumsi tarif dan berbagai biaya yang dikenakan dengan memperhatikan kemampuan sebagai calon pelanggan
perusahaan air minum di STTD. Sebagai acuan proyeksi, khusus untuk tarif penjualan air serta beban administrasi dan biaya tetap ditetapkan pada kesepakatan
pihak pengelola.
Volume air terjual merupakan salah satu komponen utama yang dapat meningkatkan pendapatan (revenue), sehingga diproyeksikan meningkatkan secara optimal
dan realistis. Target realistis volume air terjual merupakan asumsi peningkatan penjualan air berdasarkan kemampuan kinerja pelayanan yang akan dicapai. Untuk
memenuhi kebutuhan para pihak, dengan memperhitungkan proyeksi volume penjualan air dan laju pertumbuhan pelanggan yang mungkin dicapai, maka
diperlukan asumsi kenaikan tarif sebesar 10% per tahun sehingga diharapkan dengan memperhitungkan berbagai komponen biaya yang mempengaruhi penetapan
tarif ini perusahaan tidak mengalami defisit (full cost recovery), serta diharapkan seiring berjalannya tahun operasi maka capaian operating ratio perusahaan
dapat ditingkatkan.

8.1.3 PROYEKSI PENGELUARAN


Berdasarkan komponen pengeluaran yang dapat didefenisikan sebagai berikut,
proyeksi biaya operasioal dan pemeliharaan.
9.ANALISIS KELEMBAGAAN

9.1 LEMBAGA PENGELOLA.


Didalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85//PUU-XI/2013 yang salah satu putusannya menyatakan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 sehingga tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, ditegaskan bahwa pengusahaan air harus ada
pembatasan yang sangat ketat sebagai upaya untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan ketersediaan air bagi kehidupan bangsa, sehingga Pengelolaan sumber daya
air menurut putusan MK tersebut harus mengedepankan 6 (enam) prinsip sebagai berikut1:

1. Setiap pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat atas air karena bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya selain harus dikuasai oleh negara, juga peruntukannya adalah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2. Negara harus memenuhi hak rakyat atas air. Sebagaimana dipertimbangkan di atas, akses terhadap air adalah salah satu hak asasi tersendiri maka Pasal 28I ayat (4)
menentukan, “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

3. Mengingat kelestarian lingkungan hidup, sebab sebagai salah satu hak asasi manusia, Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 menentukan, “Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

4. Sebagai cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak yang harus dikuasai oleh negara [vide Pasal 33 ayat (2) UUD 1945] dan air yang
menurut Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat maka pengawasan dan pengendalian oleh
negara atas air sifatnya mutlak.

5. Sebagai kelanjutan hak menguasai oleh negara dan karena air merupakan sesuatu yang sangat menguasai hajat hidup orang banyak maka prioritas utama yang
diberikan pengusahaan atas air adalah Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.

6. Apabila setelah semua pembatasan tersebut di atas sudah terpenuhi dan ternyata masih ada ketersediaan air, Pemerintah masih dimungkinkan untuk memberikan
izin kepada usaha swasta untuk melakukan pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu dan ketat.

Berdasarkan enam prinsip pengelolaan sumber daya air dalam Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, khususnya poin ke-5 (lima), menegaskan bahwa prioritas utama
yang diberikan pengusahaan atas air adalah Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, hal tersebut untuk menjamin terpenuhinya hak akses masyarakat
terhadap pelayanan air bersih yang merupakan hak asasi manusia. prioritas pengelolaan sumber daya air berada pada badan usaha milik negara (BUMN) maupun badan
usaha milik daerah (BUMD) baik yang berbentuk PDAM ataupun non PDAM (PT) juga merupakan peluang bagi BUMD bidang pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) untuk berkembang, hal tersebut harus dapat dimanfaatkan pemerintah daerah sebagai pemilik BUMD tersebut.

9.2 SUMBER DAYA MANUSIA

Secara umum kualifikasi Sumber daya manusia yang diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan kelembagaan SPAM sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah sebagai berikut:
a. Ahli Kelembagaan/Manajemen
b. b. Ahli Teknik Penyehatan/Teknik Lingkungan/Ahli Air Minum
c. c. Ahli Sosial Ekonomi/Keuangan
d. d. Ahli Teknik Hukum
e. e. Ahli Pemberdayaan Masyarakat namun kualifikasi tersebut tidak dibatasi pada keahlian tersebut.
namun lebih disesuikan dengan kemampuan dan kebutuhan pengelola melaksanakan pengelolaan dan pelayanan SPAM yang lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan latar belakang pendidikan tersebut, secara umum telah memiliki kualifikasi sebagai penyelenggara pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum,
meskipun untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan pekerjaan yang lebih spesifik dalam pengelolaan SPAM, diperlukan program pelatihan
tambahan khususnya dengan memperhatikan kemampuan yang paling dibutuhkan misalnya pengoperasian instalasi pengolahan air (IPA),
sistem/pemeliharaan jaringan perpipaan, dan manajemen kehilangan air/NRW

9.3 ALTERNATIF KELEMBAGAAN KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA DAN/ATAU BADAN USAHA

Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-IX/2013 yang membatalkan UU SDA dan peraturan pelaksanaannya, berdampak besar terhadap arah kebijakan
Kerjasama Pemerintah Dan Swasta Dalam Sistem Penyediaan Air Minum (KPS SPAM), tanpa UU SDA dan peraturan pelaksananya tersebut, KPS SPAM tidak
mempunyai pengaturan yang jelas. namun secara substansial pelibatan swasta dalam pengusahaan SPAM dapat tetap dilakukan, dengan
bersandarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur yang terbit pada
tanggal 20 Maret 2015, dalam Pasal 2 Perpres tersebut ditegaskan bahwa Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur. selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) poin (d) disebutkan Jenis Infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial yang
dikerjasamakan diantaranya infrastruktur air minum. dari pasal tersebut sangat jelas bahwa kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pengusahaan sektor
air minum/air bersih akan tetap melibatkan pihak swasta.
Badan Usaha dalam bidang pembangunan infrastruktur dilakukan berdasarkan prinsip :
a. Kemitraan, yakni kerjasama antara STTD dengan Badan Usaha dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan yang mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak;
b. Kemanfaatan, yakni Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan oleh STTD dengan
Badan Usaha untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat;
c. Bersaing, yakni pengadaan mitra kerjasama Badan Usaha dilakukan melalui tahapan pemilihan yang adil, terbuka, dan transparan, serta memperhatikan
prinsip persaingan usaha yang sehat;
d. Pengendalian dan pengelolaan risiko, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur dilakukan dengan penilaian risiko, pengembangan strategi
pengelolaan, dan mitigasi terhadap risiko;
e. Efektif, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mampu mempercepat pembangunan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan pengelolaan dan
pemeliharaan infrastruktur; dan
f. Efisien, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan Infrastruktur melalui
dukungan dana.
Berdasarkan prinsip Kemitraan sebagaimana dimaksud, yaitu kerjasama antara STTD dengan Badan Usaha dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang- undangan dan persyaratan yang mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak, menegaskan bahwa kerjasama tersebut harus tunduk pada asas
kepastian hukum dan asas keseimbangan kepentingan para pihak.
Dokumen-dokumen Penyiapan
SPAM
❖ Kesepakatan Kerjasama (KSB) antara STTD, dan
Pihak ke Tiga
❖ Perjanjian Kerjasama (PKS)
❖ Rencana Induk SPAM (RISPAM)
❖ Studi Kelayakan SPAM Regional
❖ Perencanaan Teknis Terinci (DED)
▪ Bagian Hulu (Intake s/d Off-take)
▪ Bagian Hilir (Distribusi dan Pelayanan)
❖ AMDAL
❖ Surat Ijin Penggunaan dan Pemanfaatan Air
Permukaan (SIPPA)
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan mengenai rencana pengembangan SPAM, maka dapat disimpulkan bahwa rencana pengembangan
penyediaan SPAM adalah sebagai berikut:
Untuk dapat memenuhi kebutuhan air minum, maka direncanakan hanya memanfaatkan sumber mata air existing.
Perencanaan jalur transmisi air baku dari mata air menuju area pengolahan dan pelayanan, memiliki 1 jalur existing.
Rencana Jalur Transmisi dari sumber Mata Air sumur dangkal.
• Air baku dari Mata Air sumur. akan dipompa ke Reservoar/GWT Transmisi dialirkan secara sistem tekan pompa
dan dilakukan pengolahan sederhana dengan menggunakan Saringan, water triatmentplan dan Reverses Osmosi
agar dapat langsung dikosumsi

• Dari Saringan air bersih akan dialirkan ke penampungan air minum dan selanjutnyaakan di distribusikan ke ruang makan
dengan luasan area ruang makan + 1 1 5 7 m 2 d a n d a p u r d e n g a n l u a s a n a r e a d a p u r + 6 8 5 m 2 .
• Dari Reservoir Distribusi air akan di distribusikan secara gravitasi a t a u p o m p a ke daerah pelayanan.
• Rencana kebutuhan air minum dapat melayani 10.000 jiwa.

• Untuk rencana pengembangan sistem penyediaan air minum untuk komersial dapat dilakukan pertimbangan terlebih dahulu
dari segi pengembangan sumber air baku,lahan dengan akses jalan mudah untuk mobilisasi,lahan untuk penyimpanan air
kemasan.

RENCANA LAHAN SISTEM PENYEDIAAN


AIR MINUM
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
REKOMENDASI
Berdasarkan uraian untuk sistim penyediaan air minum dapat dibuat rekomendasi yang menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari sistim
pengembangan tersebut, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

No Uraian INTERNAL KOMERSIAL

A Segi Teknis
1 Sumber air baku SUMUR DALAM EXISTING Air permukaan,sumur dalam dan AIR HUJAN

2 Kapasitas 150M3 >350 M3

4 Sistem distribusi SISTEM POMPA DAN GRAVITASI SISTEM POMPA DAN GRAVITASI

5 Lahan Jalur Transmisi JALUR EXISTING JALUR TRANSMISI BARU

6 Panjang dan Diameter Pipa + 100 M Kebutuhan lahan +

7 Pengolahan RO (reverse osmosis ) KAP.10.000 GPD RO (reverse osmosis ) KAP.> 50.000 GPD
8 Operasi dan pemeliharaan Swakelola atau Pihak III Swakelola atau Pihak III

B Segi Investasi
1 Total Investasi + 1.000.000.000 Lebih dari 1.000.000.000

2 Biaya Operasional SWAKELOLA ATAU KSO SWAKELOLA ATAU KSO

Adapun untuk pengembangan komersial membutuhkan lahan 1,34 Ha.


Artinya bila di suatu daerah akan tumbuh sebesar, maka lahan kawasan industri yang
dibutuhkan adalah seluas 1,34 Ha. b. Pola Penggunaan Lahan
Pola Penggunaan Lahan untuk pengembangan kawasan industri adalah sebagai
berikut:
1.Luas areal industri maksimum 70% dari total luas areal.
2.Luas ruang terbuka hijau (RTH) minimum 10% dari total luas areal.
3.Jalan dan saluran antara 8 12% dari total luas areal.
4.Fasilitas penunjang antara 6 12% dari total luas areal.

Berdasarkan uraian dari table diatas dapat dilihat kelebihan dan kekurangan
masing – masing sistim pengembangan penyediaan air minum pada Kawasan
PTDI – STTD.
BERIKUT GARIS BESAR FS-SPAM PTDI – STTD BEKASI

Anda mungkin juga menyukai