Anda di halaman 1dari 32

Case : PT Garuda 2019

ETIKA DAN TATA KELOLA


G23 Group 2:
Irham Suharja (NPM 2306300552)
Rinaldi Wilopo (NPM 2306189635)
Agung Wahyu (NPM 2306299765)
Putri Kartika (NPM 2306300930)
Irena Shafira (NPM 2306189300)
Ferlita Aprillia (NPM 2306300312)
01 BACKGROUND

2
Background
PT Garuda merupakan salah satu maskapai penerbangan
milik pemerintah Republik Indonesia yang didirikan pada
tahun 1950. Bergerak di bidang transportasi udara dengan
lebih dari 90 tujuan, 600 penerbangan per hari dan
mengoperasikan armada sebanyak 202 pesawat.

● PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menyajikan ulang


laporan keuangan tahun buku 2018 dan kuartal I
2019 dengan penyesuaian pada indikator aset.
● PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk terbukti
melakukan pelanggaran Peraturan OJK Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan
Emiten atau Perusahaan Publik dan diberikan
Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp. 100
juta. Selain itu, seluruh anggota Direksi PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk. juga dikenakan Sanksi
Administratif berupa masing-masing Rp. 100 juta
karena melanggar Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan.
PROBLEM
02
IDENTIFICATION
4
Problem Identification

01 Evaluate the duties, roles, the execution of duties and roles of the board of commissioners (BOC), the board of directors
(BOD), audit committee and the internal audit unit of Garuda.

02 Evaluate the nomination procedure, the composition of BOC and BOD of Garuda.

03 Evaluate the performance evaluation policy (including the procedure and criteria) of BOC, BOD, members of BOC and
BOD and audit committee of Garuda.

04 Evaluate the remuneration policy, structure, criteria for receiving bonus of members of BOC and BOD of Garuda.

05 Analyze whether the restatement financial statements of Garuda may be due to point 1 to 4.

06 Recommend improvement with regard to the duties, roles, nomination procedure, board composition, performance
evaluation policy, the remuneration policy in Garuda.
03 ANALYSIS

6
Q1. UU No. 40 - Perseroan Terbatas

● Board of Commisioner
Pasal 108, ayat 1:
(1) Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya,
baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.

Pasal 114
(1) Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108
ayat (1)
(2) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108
ayat (1) untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
(3) Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih, tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris.
Q1. UU No. 40 - Perseroan Terbatas

5) Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) apabila dapat membuktikan:

a. telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan;
b. tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi
yang mengakibatkan kerugian; dan
c. telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
(6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau
kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke pengadilan negeri.
Q1. POJK No. 33 tahun 2014
Q1. UU No. 40 - Perseroan Terbatas

● Board of Director

(1) Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka
waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir.

(2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya:
a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam
perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus
kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;
b. laporan mengenai kegiatan Perseroan;
c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan;
d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan;
e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang
baru lampau;
f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris;
g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris
Perseroan untuk tahun yang baru lampau.
Q1. UU No. 40 - Perseroan Terbatas

3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun berdasarkan standar akuntansi
keuangan.
(4) Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus disampaikan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Q1. POJK No. 33 tahun 2014
Q1. POJK No. 33 tahun 2014
Q2. POJK Nomor 34 Tahun 2014

Berdasarkan Pasal 2 dan 8 POJK Nomor 34 Tahun 2014


PT Garuda Indonesia sudah memilih Komite Nominasi dan
Remunerasi.
Q2. Nomination Procedure

Hasil evaluasi Pelaksanaan Kinerja 2018 dari Komite Nominasi dan Remunerasi tersebut adalah:

1. Komite Nominasi dan Remunerasi sangat efektif membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi
Nominasi dan Remunerasi. Adapun pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang dilakukan yakni,
menetapkan kriteria dan mempersiapkan calon Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, menyusun dan
menetapkan sistem Remunerasi Direksi berdasarkan asas keadilan dan kinerja serta melakukan seleksi
awal kandidat yang profesional dan memiliki kompetensi menjadi calon Direksi Perseroan.

2. PT. Garuda berdasar Annual Report 2018 telah menetapkan kriteria dan prosedur pengangkatan anggota
direksi. Dalam rangka memenuhi ketentuan Peraturan Menteri BUMN No. PER-03/MBU/02/2015 berikut
dengan perubahannya, PP No. 45 tahun 2005 serta Peraturan OJK No. 33/POJK.04.2014 tentang Direksi
dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.

3. Kandidat anggota Direksi Perseroan harus memenuhi sejumlah kriteria pengangkatan formal, materiil, dan
lainnya
Q2. Nomination Procedure

Prosedur Penunjukan Calon anggota Direksi diangkat jika mereka telah memenuhi persyaratan formal,
persyaratan materiil, dan persyaratan lain dengan prosedur antara lain sebagai berikut:

1. Anggota Direksi diangkat oleh RUPS.

2. Anggota Direksi wajib mengikuti uji kelayakan dan kepatutan yang dilakukan oleh Lembaga Profesional
yang ditunjuk oleh Menteri untuk melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon Direksi.

3. Anggota Direksi mulai menjabat secara efektif terhitung sejak tanggal yang ditetapkan dalam keputusan
RUPS.

4. Anggota Direksi yang jabatannya berakhir dapat diangkat kembali, dengan memperhatikan ketentuan yang
berlaku termasuk penilaian atas kemampuan yang bersangkutan melaksanakan tugasnya dengan baik
selama masa jabatannya.
Q2. Nomination Procedure

Melihat prosedur penunjukan Dewan Komisaris dan Direksi Garuda ketika kasus fraud pada Laporan Keuangan 2018
bergulir, komposisi Dewan Direksi Garuda mengalami 3 kali perubahan. Sesuai Prosedur Penunjukkan Dewan Direksi
yang tercantum dalam Annual Report PT. Garuda 2018, anggota Direksi diangkat melalui RUPS.
1. Komposisi I (1 Januari - 19 April 2018)
Susunan Dewan Direksi di awal tahun 2018.
2. Komposisi II (19 April - 12 September 2018)
Berdasarkan RUPST tanggal 19 April 2018 Pemegang Saham memberhentikan dengan hormat Puji Nur Handayani sebagai
Direktur Produksi Perseroan. Kemudian Mengangkat nama-nama di bawah sebagai anggota Direksi, Triyanto Moeharsono
sebagai Direktur Operasi dan I Wayan Susena sebagai Direktur Teknik. Pemegang Saham juga menyetujui perubahan jabatan
Direksi, dimana Direktur Kargo menjadi Direktur Kargo dan Niaga Internasional, Direktur Marketing & Teknologi Informasi
menjadi Direktur Direktur Niaga Domestik. Selanjutnya menghapus jabatan Direktur Operasi dan menggantinya dengan
Direktur Operasi dan Direktur Teknik.
3. Komposisi III (Sejak 12 September 2018)
Berdasarkan Keputusan RUPSLB pada 12 September 2018, Pemegang Saham memberhentikan dengan hormat Pahala
Nugraha Mansury sebagai Direktur Utama, Nina Sulistyowati sebagai Direktur Niaga Domestik, Sigit Muhartono sebagai
Direktur Kargo dan Niaga Internasional, Triyanto Moeharsono sebagai Direktur Operasi, Helmi Imam Satriyono sebagai
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko, Linggarsari Suharso sebagai Direktur SDM & Umum. Kemudian mengangkat I Gusti
Ngurah Askhara Danadiputra sebagai Direktur Utama, Pikri Ilham Kurniansyah sebagai Direktur Niaga, Mohammad Iqbal,
sebagai Direktur Kargo & Pengembangan Usaha, Bambang Adisurya Angkasa sebagai Direktur Operasi, Fuad Rizal sebagai
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko, Heri Akhyar sebagai Direktur Human Capital. Pada RUPSLB, Pemegang Saham juga
menyetujui perubahan nomenklatur, yakni Direktur Niaga Domestik menjadi Direktur Niaga, Direktur Kargo & Niaga
Internasional menjadi Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha, dan Direktur SDM & Umum menjadi Direktur Human Capital.
Q3 Performance Evaluation Policy BOC Garuda

Pada awal dan akhir tahun buku, Direksi membuat RKAP, KPI dan target perusahaan yang menjadi dasar usulan
pemberian remunerasi dan tantiem bagi Direksi dan Dewan Komisaris.

Proses penilaian kinerja BOC Garuda dilakukan setiap tahun melalui mekanisme RUPS.

Pada laporan tahunan Garuda 2018, indikator kinerja yang dipakai sebagai tolak ukur kinerja Dewan Komisaris
mencakup:
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris sesuai Anggaran
Dasar Perseroan (11 indikator)
2. Pelaksanaan pengawasan oleh Komite Audit (7 indikator)
3. Pengawasan oleh KPU-PR (2 indikator)
4. Pendidikan dan Pelatihan (2 indikator)
Q3 Performance Evaluation Policy BOC Garuda
Q3 Performance Evaluation Policy BOC Garuda
Q3 Performance Evaluation Policy BOD Garuda

Penilaian kinerja anggota Direksi dilakukan dengan cara melaksanakan self-assessment dan ditinjau oleh Dewan
Komisaris. Secara garis besar, hal-hal yang menjadi dasar penilaian terhadap anggota Direksi adalah pelaksanaan
Direksi dalam mengimplementasikan visi dan misi Perseroan dalam program kerja di tahun berjalan serta
pelaksanaan implementasi GCG.

Menurut laporan tahunan Garuda 2018, Penilaian GCG pada aspek Direksi, Direksi Perseroan berhasil
mendapatkan skor 96,384 atau berkontribusi terhadap hasil penilaian GCG secara keseluruhan yang mendapatkan
skor 93,850 dengan predikat “Sangat Baik”.
Q3 Performance Evaluation Policy BOD Garuda
Q4. Evaluate the remuneration policy, structure, criteria for receiving bonus of members of BOC and BOD of Garuda

● Remunerasi adalah penghasilan adalah imbalan/balas jasa yang diberikan kepada Direksi, Dewan Komisaris, dan
Dewan Pengawas karena kedudukan dan peran yang diberikan kepada BUMN sesuai dengan tugas, wewenang,
kewajiban dan tanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan.
● Dewan harus mempertimbangkan untuk menugaskan anggota dewan non-eksekutif dalam jumlah yang cukup yang
mampu melakukan penilaian independen untuk tugas-tugas di mana terdapat potensi konflik kepentingan.

Berdasarkan tabel pada laporan keuangan PT.


Garuda berikut:
● Anggota Komite Nominasi dan Remunerasi
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara
profesional, independen.
● Komite tidak memiliki usaha atau memiliki saham
pada perusahaan yang mempunyai hubungan bisnis
dengan Perseroan.
● Ketua dan Anggota Komite Nominasi dan
Remunerasi tidak memiliki usaha atau memiliki
saham pada perusahaan yang mempunyai
hubungan bisnis dengan Perseroan.
● Terlihat di tabel bahwa anggota komite nominasi
dan remunerasi bersifat independen dan tidak terikat
dengan Garuda.
Q4. Evaluate the remuneration policy, structure, criteria for receiving bonus of members of BOC and BOD of Garuda

Berdasarkan laporan keuangan Garuda tahun 2018, kebijakan dan prosedur penetapan remunerasi bagi Direksi terdiri dari
beberapa tahapan berikut:
1. Proses penyusunan : penyusunan kebijakan dan usulan remunerasi yang dilaksanakan oleh Komite Remunerasi
menggunakan jasa konsultan independen.
2. Proses analisa : rekomendasi remunerasi tersebut kemudian diteruskan pada Dewan Komisaris untuk dibahas
dan dianalisa.
3. Proses pengajuan : rekomendasi remunerasi diajukan dalam RUPS tahunan.
4. Proses penetapan : penetapan penghasilan yang berupa gaji, tunjangan, dan fasilitas yang bersifat tetap dilakukan
dengan mempertimbangkan faktor skala usaha, faktor kompleksitas usaha, tingkat inflasi, kondisi dan kemampuan
keuangan Perseroan dan faktor-faktor lain yang relevan serta tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
Dalam PER-02/MBU/06/2016 diatur hal mengenai penghasilan anggota Direksi yaitu :
Pasal 1
A. Jenis Penghasilan B. Tunjangan Direksi
Penghasilan anggota Direksi dapat terdiri dari: Anggota Direksi BUMN dapat diberikan Tunjangan sebagai berikut :
a. Gaji; 1) Tunjangan hari raya;
b. Tunjangan yang terdiri atas: 2) Tunjangan perumahan: dan
1) Tunjangan hari raya; 3) Asuransi purna jabatan.
2) Tunjangan perumahan; C. Fasilitas Direksi
3) Asuransi purna jabatan. Anggota Direksi BUMN dapat diberikan fasilitas sebagai berikut :
c. Fasilitas yang terdiri atas: 1) Fasilitas kendaraan;
1) Fasilitas kendaraan; 2) Fasilitas kesehatan;
2) Fasilitas kesehatan; 3) Fasilitas bantuan hukum;
3) Fasilitas bantuan hukum; dan 4) Fasilitas perumahan.
4) Fasilitas perumahan.
d. Tantiem/Insentif Kinerja, dimana di dalam Tantiem tersebut dapat diberikan
tambahan berupa Penghargaan Jangka Panjang (Long Term Incentive/LTI).
Q5.Analyze whether the restatement financial statements of Garuda may be due to point 1 to 4.

Beberapa pelanggaran yang menyebabkan restatement financial statement PT Garuda adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Board of Director yang tidak menjalankan UU PT No 40 Tahun 2017 khususnya pasal 66 ayat 3 yaitu
“ Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan”

2. Fungsi pengawasan dewan komisaris kurang, hal ini terlihat dari tidak terdapatnya rapat gabungan dengan direksi yang
khusus membahas laporan keuangan perusahaan.
3. Direktur Keuangan yang menjabat saat itu tidak memiliki kompetensi di bidang keuangan dan/ akuntansi, sehingga tidak
memiliki pengawasan yang cukup dalam pelaporan keuangan dan ditambah terdapat motif dari manajemen untuk
mengakui pendapatan di tahun berkenan agar kinerja perusahaan terlihat baik.
4. Fungsi Komite Audit yang tidak menjalankan fungsi pengendalian internal dengan baik.

Sebagaimana tugas komite audit yang tercantum dalam laporan tahunan Garuda diantaranya adalah melakukan kajian
terkait pengendalian internal yang mencakup laporan keuangan. Dalam hal ini, Komite Audit dapat melakukan koordinasi
dengan manajeman, auditor internal, dan auditor eksternal untuk memastikan kualitas laporan keuangan.

5. Kebijakan remunerasi terhadap direksi dan manajemen dilakukan melalui penilaian oleh dewan komisaris dengan
berdasarkan pada capaian KPI perusahaan. Kebijakan demikian mendorong manajemen untuk melakukan manipulasi
laporan keuangan agar kinerja perusaahaan terlihat baik.
Q6. Recommend improvement with regard to the duties, roles, nomination procedure,
board composition, performance evaluation policy, the remuneration policy in Garuda
1. Perusahaan terbuka yang memiliki banyak stakeholder seharusnya lebih dapat menjalankan Tata Kelola Perusahaan yang
baik khususnya prinsip pengungkapan dan transparansi sehingga laporan keuangannya tidak menyesatkan, karena laporan
keuangan menjadi alat penting baik bagi pemegang saham mayoritas dalam membuat keputusan pemegang saham dan
pemegang saham minoritas (masyarakat/publik ) dalam membuat keputusan investasi.
2. Fungsi Auditor Eksternal sebagai pihak yang netral dan sebagai pihak yang dapat mengurangi asimetri informasi antara
manajemen dengan pemegang saham seharusnya dapat menjalankan fungsi prinsip ke- 5 CG G20/OECD yaitu audit tahunan
harus dilakukan oleh auditor yang independen, kompeten, dan mempunyai kualifikasi, sesuai dengan standar audit yang
berkualitas tinggi, untuk memberikan asurans eksternal dan obyektif kepada dewan dan pemegang saham bahwa laporan
keuangan telah menyajikan secara wajar posisi keuangan dan kinerja dari perusahaan dalam semua aspek yang material.
3. Mempertimbangkan 2 dari 3 komisaris independen memiliki latar belakang pemerintahan, komisaris independen sebaiknya
ditunjuk dari kalangan profesional yang bukan representasi dari pemerintah ataupun pemilik saham. Hal ini diperlukan untuk
menjaga independensi komisaris.
4. Sesuai POJK 33/POJK.04/2014, rapat bersama antara dewan komisaris dan dewan direksi dilaksanakan minimal 1 kali dalam
4 bulan. Dalam rapat gabungan ini, rekomendasi kami adalah membahas pula laporan keuangan perusahaan triwulanan
5. Direksi yang ditunjuk sebaiknya memiliki latar belakang pendidikan dan keterampilan sesuai bidangnya. Di Garuda, Direktur
Keuangan yang menjabat pada saat kasus terjadi tidak memiliki latar belakang di bidang keuangan. Hal ini mengakibatkan
timbul fraud dalam laporan keuangan.
6. Penilaian kinerja dewan komisaris terhadap manajemen dalam rangka pemberian remunerasi sebaiknya tidak dilakukan
secara self assessment, melainkan memerlukan penilaian pihak ketiga agar hasilnya lebih objektif.
04 CONCLUSION &
RECOMMENDATION
Conclusion
1. Tanggung Jawab Dewan Direksi:
● Dewan Direksi memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi manajemen perusahaan, termasuk kebijakan
keuangan dan pelaporan keuangan.
● Dalam konteks restatement, peran Dewan Direksi dapat melibatkan peninjauan dan penilaian yang cermat
terhadap praktik akuntansi, kebijakan pengendalian internal, dan kepatuhan terhadap standar akuntansi.
2. Peran Dewan Komisaris:
● Dewan Komisaris, sebagai organ pengawas independen, seharusnya memainkan peran kritis dalam memastikan
bahwa manajemen perusahaan beroperasi dengan integritas dan kepatuhan terhadap regulasi.
● Mereka dapat memastikan bahwa praktik pengendalian internal yang efektif telah diterapkan untuk mencegah
kesalahan pelaporan keuangan.
3. Ketelitian dan Transparansi:
● Dewan Direksi dan Dewan Komisaris perlu memastikan bahwa praktik tata kelola yang baik diterapkan, termasuk
tingkat ketelitian dalam pelaporan keuangan dan transparansi dalam komunikasi dengan pemegang saham.
4. Manajemen Risiko:
● Dewan Direksi seharusnya memastikan bahwa manajemen risiko yang efektif telah diimplementasikan untuk
mengidentifikasi dan mengelola potensi risiko yang dapat mempengaruhi keakuratan pelaporan keuangan.
Recommendation
1. Komisaris independen sebaiknya ditunjuk dari kalangan profesional yang bukan representasi dari
pemerintah atau pemilik saham.
2. Rapat bersama antara dewan komisaris dan dewan direksi dilaksanakan minimal 1 kali dalam 4 bulan
dapat membahas laporan keuangan triwulan.
3. Direksi yang ditunjuk sebaiknya memiliki latar belakang pendidikan dan keterampilan sesuai
bidangnya.
4. Penilaian kinerja dewan komisaris terhadap manajemen dalam rangka pemberian remunerasi
sebaiknya tidak dilakukan secara self assessment, melainkan memerlukan penilaian pihak ketiga agar
hasilnya lebih objektif.
05 LESSON LEARNED
Lesson Learned
1. Pentingnya Pengawasan Internal yang Kuat:
● Memiliki sistem pengawasan internal yang kuat dapat membantu mencegah kesalahan dan
kecurangan dalam pelaporan keuangan.
● Perusahaan perlu secara teratur mengevaluasi dan memperbarui prosedur pengawasan internal
mereka untuk memastikan kepatuhan dengan standar akuntansi dan regulasi.
2. Peningkatan Tanggung Jawab Pemimpin Perusahaan:
● Pemimpin perusahaan perlu mengambil tanggung jawab penuh terhadap integritas dan akurasi
pelaporan keuangan. Mereka harus memastikan bahwa semua tingkatan manajemen memahami
pentingnya kepatuhan dan ketaatan terhadap prinsip-prinsip akuntansi.
3. Pelajaran dari Kesalahan:
● Pengalaman restatement seharusnya menjadi pelajaran berharga. Perusahaan perlu melakukan
analisis menyeluruh untuk memahami akar penyebab kesalahan dan mengimplementasikan
perubahan untuk mencegahnya terjadi di masa depan.
MM FEB UI

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai