JELITA PERMATASARI
(NIM : 18.021)
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
Menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan
JELITA PERMATASARI
(NIM : 18.021)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan” dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dijadikan sebagai syarat
menyelesaiakan pendidikan gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III
Keperawatan Politeknik Yakpermas Banyumas. Dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
2. Ibu Rahaju Ningtyas, S.Kp., M.Kep selaku Direktur Politeknik Yakpermas
Banyumas.
3. Ibu Christina Trisnawati S, S.Kp,M.Kes selaku pembimbing utama yang telah
membimbing penulisan dengan penuh kesabaran dan ketekunan memberikan
dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan, serta saran dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir.
4. Bapak Ns. Roni Purnomo, M.Kep selaku Kaprodi dan pembimbing
pendamping yang banyak membantu dan memberikan masukan sehingga karya
tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
5. Kedua orang tua saya tercinta bapak Kuswadi dan ibu Supriyati yang selalu
memberikan doa terbaiknya untuk saya dan selalu memberikan dukungan baik
secara moral dan material.
6. Kakak penulis Dessy Widyoko, Puji Astuti Dwi Kusumawardani, Kristiani,
dan Wakhid Yogi Pribowo yang selalu memberi motivasi serta memberikan
dukungan untuk penulis
7. Teman-teman stase jiwa yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
8. Sahabat-sahabat saya Gustian Eka Putri Fitriani, Ati Lulu Zahroh, One Azizah,
Talitha Ami Zuleika, Titis Prabawati, Dewi Nilasari, Salsabilla Putri, Shakella
Jelita Permatasari
vi
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian........................................................................................4
C. Fokus Studi.................................................................................................23
D. Definisi Operasional...................................................................................23
vii
B. Hasil Penelitian..........................................................................................29
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................63
B. Saran.............................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
ix
xi
% : Persen
WHO : Word Health Organization
Rikesdas : Riset Kesehatan Dasar
ECT : Electronic Convulsive Therapy
RR : Respiratory Rate
GABA : Gamma Amino Butyric Acid
Dll : Dan lain-lain
RSU : Rumah Sakit Umum
SP : Strategi Pelaksanaan
BB : Berat Badan
TB : Tinggi Badan
Tn : Tuan
xii
xiii
xiv
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menggambarkan bagian integral dari kesehatan dan
kondisi yang menyesuaikan perkembangan fisik, psikis dan sosial
seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu yang
disampaikan Tuasikal et al., (2019) Kesehatan jiwa yaitu keadaan pikiran
sejahtera yang dapat menciptakan kehidupan yang harmonis dan produktif.
Kesehatan jiwa dianggap sebagai bagian bernilai dari kesehatan secara
totalitas. Kesehatan tidak hanya dilihat dari sudut pandang fisik saja, tetapi
juga harus mempertimbangkan kesehatan dari sudut pandang mental untuk
menciptakan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini didukung oleh WHO
dalam sebuah keputusan tahun 1984 yang menetapkan bahwa kesehatan
merupakan kondisi tubuh yang fungsinya tidak akan terganggu dalam jiwa
atau rohani manusia, dalam lingkup psikologi disebut “bio-psiko-sosio-
spiritual”.
Pada kondisi sebenarnya seseorang yang mengalami terganggu dari
segi mental biasanya tidak mampu menggunakan pikirannya secara normal
maka dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa. Penderita gangguan jiwa
akan mengalami gangguan pada pikiran, perilaku dan perasaannya akan
terganggu. Gejala-gejala ini ditandai dalam bentuk serangkaian gejala atau
perilaku yang berarti, dan akan menimbulkan rasa sakit dan hambatan
dalam memenuhi fungsi manusia sebagai manusia. Berdasarkan pengertian
di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa mengacu pada
apakah seseorang dapat memahami kekuatan dan kelemahan dirinya
sendiri sehingga dapat mengatasi permasalahan hidupnya sendiri (Fitri,
2019).
Gangguan jiwa mengacu pada penyakit yang disebabkan oleh
penyakit biologis, sosial, psikologis, genetik, fisik atau kimiawi yang
berhubungan dengan rasa sakit yang sebenarnya dan perilaku tidak baik.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Risiko
Perilaku Kekerasan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Risiko
Perilaku Kekerasan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran Studi Kasus pengkajian pasien pada Risiko
Perilaku Kekerasan.
b. Mengetahui gambaran Studi Kasus diagnosa keperawatan pasien
pada Risiko Perilaku Kekerasan.
c. Mengetahui gambaran Studi Kasus intervensi pasien pada Risiko
Perilaku Kekerasan.
d. Mengetahui gambaran Studi Kasus implementasi pasien pada Risiko
Perilaku Kekerasan.
e. Mengetahui gambaran Studi Kasus evaluasi pasien pada Risiko
Perilaku Kekerasan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Menambah ilmu dan kompetensi bidang keperawatan dalam
pengembangan penelitian mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Risiko Perilaku Kekerasan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi masyarakat
Hasil studi ini bisa dijadikan informasi tambahan bagi masyarakat
tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Risiko Perilaku
Kekerasan.
b. Bagi penulis
Sebagai catatan pengalaman dan pengetahuan dalam
mengaplikasikan hasil studi keperawatan khusunya studi
kepustakaan mengenai terapi spiritual sebagai terapi tambahan, serta
masalah Risiko Perilaku Kekerasan dan konsep keperawatannya
sehingga dapat dijadikan sumber ilmu bagi penulis.
f. Secara spiritual
Merasa paling berkuasa, merasa benar sendiri, curiga, tidak bermoral,
dan frustrasi dalam kreativitas.
g. Sosial
Menarik diri, keterasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Melarikan diri, bolos, dan terlibat dalam penyimpangan seksual.
5. Penatalaksanaan
Menurut Prabowo (2014), penatalaksanaan risiko perilaku kekerasan
meliputi:
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah membutuhkan perawatan dan
pengobatan yang tepat. Sedangkan untuk penggunaan antipsikotik
dengan dosis efektif yang tinggi.
b. Terapi Okupasi
Terapi ini biasanya diterjemahkan sebagai terapi kerja. Terapi ini tidak
menggunakan pekerjaan atau aktivitas sebagai media untuk melakukan
aktivitas dan memulihkan keterampilan komunikasi. Oleh karena itu,
dalam terapi ini klien tidak perlu terlibat dalam pekerjaan apa pun,
tetapi harus terlibat dalam semua bentuk kegiatan seperti membaca
koran dan bermain catur juga bisa dijadikan media, yang penting
mereka diundang untuk berdialog atau berdiskusi seusai acara untuk
pengalaman dan arti kegiatan tersebut. Terapi ini merupakan tindakan
rehabilitasi pertama yang harus dilakukan petugas setelah memilih dan
menentukan rencana kegiatan.
c. Keterlibatan keluarga
Keluarga menggambarkan system pendukung utama yang
membagikan perawatan langsung terhadap tiap keadaan (penyakit)
penderita. Perawat menolong keluarga melaksanakan 5 tugas
kesehatan, ialah menciptakan permasalahan kesehatan, membuat
keputusan kegiatan kesehatan, membagikan perawatan kepada anggota
b. Tindakan
1) Menjelaskan masalah resiko perilaku kekerasan
a) Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien resiko
perilaku kekerasan.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya
resiko perilaku kekerasan.
2) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada
klien resiko perilaku kekerasan.
a) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada
klien resiko perilaku kekerasan.
b) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien
resiko perilaku kekerasan.
3) Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien resiko
perilaku kekerasan.
a) Menjelaskan cara merawat klien resiko perilaku kekerasan.
b) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien
untuk latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal.
c) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien
untuk minum obat dengan prinsip 6 benar.
d) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien
dengan cara verbal/bicara baikbaik.
e) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien
dengan cara spiritual.
4) Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang
terapeutik bagi klien resiko perilaku kekerasan.
a) Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam
perawatan klien.
b) Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung
perawatan klien.
c) Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya
dalam merawat klien.
2. Pohon Masalah
(Core Problem)
Resiko Perilaku Kekerasan
METODOLOGI PENULISAN
22
C. Fokus Studi
Fokus studi sama dengan variabel penelitian, yaitu perilaku atau
karakteristik memberikan nilai yang berbeda (Nursalam, 2011). Fokus
studi pada kasus ini yaitu ilustrasi kasus Asuhan Keperawatan pada pasien
Risiko Perilaku Kekerasan.
D. Definisi Operasional
Menurut Siyoto dan Sodik (2015), salah satu hal yang membantu
peneliti berkomunikasi adalah definisi operasional, yang menunjukkan
bagaimana mengukur variabel. Dengan membaca definisi operasional
dalam penelitian, peneliti akan memahami ukuran-ukuran variabel
sehingga peneliti dapat memahami kelebihan dan kekurangan dari
pengukuran tersebut.
1. Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
2. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
3. Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku agresif yang
menyebabkan pasien berisiko melukai diri sendiri dan orang lain
(termasuk hewan dan benda).
2. Mereduksi data
Mereduksi data mengacu pada penyederhanaan, pemprosesan, dan
penghapusan data yang tidak diperlukan sehingga data tersebut
menghasilkan informasi yang berarti untuk membantu menarik
kesimpulan.
3. Penyajian data
Penyajian informasi merupakan suatu kegiatan yang mengumpulkan
sekumpulan informasi, sehingga dapat ditarik kesimpulan dan tindakan
yang dapat diambil (Rijali, 2019).
4. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan ide yang dicapai di akhir percakapan.
27
Tahun 1993 RSU Banyumas naik kelas dari Rumah Sakit Kelas D
menjadi C pada tanggal 19 Januari 1993 melalui SK Menkes RI
No./Menkes/SK/I/1993. Tahun 2000 RSU Banyumas naik kelas dari
Rumah Sakit Kelas C menjadi kelas B Non pendidikan pada tanggal 28
Juni 2000 dengan SK Menkes RI No. 115/Menkes/SK/VII/2000. Tahun
2001 RSU Banyumas ditetapkan menjadi RS Kelas B pendidikan oleh
Menteri Kesehatan dengan SK No. 850/Menkes/SK/VIII/2001 tanggal 5
Oktober 2001, pengelolaannya masih di bawah kendali Pemerintah Daerah
Kabupaten Banyumas dan menjalin ikatan kerjasama dengan Fakultas
Kedokteran UGM sehingga menjadi salah satu dari tiga Rumah Sakit
Pendidikan Utama FK UGM, selain RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dan
RSU Soeradji Tirtonegoro Klaten. Tahun 2008 RSUD Banyumas
ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Dareah. Penelitian ini dilakukan
di ruang Nakula Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
B. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Tabel 4.1 Pengkajian
a. Identitas
Identitas Pasien Pasien A Pasien B
Nama Sdr. S Tn. T
Umur 17 th 29 tahun
Agama Islam Islam
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Pendidikan SMA SD
Pekerjaan Pelajar Buruh
Status Belum Menikah Belum Menikah
Suku/Bangsa Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
Alamat Menganti, 9/7 Rawalo Dumeling, 1/1 Brebes
Dx Medis Resiko perilaku kekerasan Skizofrenia
Alasan Masuk Klien mengatakan sepulang sekolah klien Tn. T mengatakan masuk ke Martani
kumpul bersama teman-teman kemudian Cilacap pada bulan Januari. Sebelumnya
setelah beberapa menit ada teman yang sekitar 2 tahun yang lalu pernah dibawa ke
menyuruh Sdr.S untuk membayar iuran Rumah Sakit Jiwa Magelang dengan
membeli rokok dan kopi. Namun Sdr.S perubahan tingkah laku marah-marah dan
tidak mau atau menolak dan akhirnya teman mengamuk bahkan sempat memukul
tidak terima dan mengajak Sdr.S untuk bapaknya dan lebih suka diam.
berkelahi. Sesampai dirumah, Sdr.S
mengamuk memukul-mukul tembok sampai
tangannya terluka, berbicara kasar, marah-
marah, berbicara kotor, membentak,
mengganggu lingkungan. Kemudian pada
tanggal 6 Maret 2017 keluarga sepakat
untuk membawa Sdr.S ke Rumah Sakit
Banyumas. Sdr.S dirawat diruang Bima.
Faktor Presipitasi Sdr.S tidak mau atau menolak untuk Tn. T mengatakan sering mengamuk,
membayar iuran membeli rokok atau kopi marah-marah dirumah karena dia Tn. T
lalu Sdr.S ditantang untuk berkelahi oleh mudah tersinggung, sering dimaraih oleh
temannya. bapaknya dan kurang mendapatkan
perhatian oleh keluarganya.
Faktor Predisposisi Pasien A Pasien B
Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu Pasien mengalami pengalaman masa lalu Tn.T mengatakan pernah mengalami
yang kurang menyenangkan kurang lebih 4 gangguan jiwa 2 tahun yang lalu.
tahun yang lalu, yaitu kehilangan mbahnya
yang sangat dia sayangi yang selalu
menuruti apa yang pasien mau. Pasien
sangat merasa sedih dan kehilangan.
Pengobatan Sebelumnya Pasien tidak pernah menjalani pengobatan Tn. T mengatakan pengobatannya
sebelumnya. sebelumnya mengalami putus obat.
Aniaya fisik Pasien tidak pernah mengalami aniaya fisik. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami
aniaya fisik.
Aniaya seksual Pasien tidak pernah mengalami aniaya Pasien mengatakan tidak pernah mengalami
seksual. aniaya seksual.
Penolakan Pasien tidak pernah mengalami penolakan Pasien tidak pernah mengalami penolakan
sebelumnya. sebelumnya.
Kekerasan dikeluarga Pasien tidak pernah mengalami kekerasan Pasien mengatakan sering dimarahi oleh
dikeluarga. bapaknya.
Tindakan Kriminal Pasien tidak pernah mengalami tindakan Pasien mengatakan tidak pernah mengalami
kriminal. tindakan kriminal.
Riwayat Keluarga Keluarga pasien mengatakan bahwa didalam Keluarga pasien mengatakan tidak ada
keluarga besarnya, baik dari keluarga pihak anggota keluarganya yang mengalami
ayah atau pihak ibu tidak ada yang gangguan jiwa.
mengalami gangguan jiwa.
Hubungan Keluarga - -
Gejala - -
Riwayat penyakit - -
Masalah Keperawatan - -
Pengalaman masa lalu yang tidak - -
menyenangkan
b. Fisik
Tabel 4.1.1 Pemeriksaan Fisik
No Fisik Pasien A Pasien B
Tanda Vital TD : - mmHg TD : 100/90 mmHg
N : - x/menit N : 82 x/menit
1.
Suhu : - ℃ Suhu : 36,6 ℃
RR : - X/menit RR : 20 X/menit
Ukur TB : - cm TB : 160 cm
2.
BB : - kg BB : 56 kg
Keluhan Fisik Tangannya terasa sakit dan pegal-pegal. Pasien mengatakan tidak mempunyai
3.
keluhan fisik saat ini.
c. Psikososial
Tabel 4.1.2 Psikososial
No Psikososial Pasien A Pasien B
1. Konsep Diri
Citra Diri Pasien mengatakan menerima keadaan Pasien mengatakan menyukai semua bagian
tubuhnya, klien menyukai bentuk tubuhnya. tubuhnya karena bagian tubuhnya lengkap
dan sempurna.
Identitas Diri Pasien mengetahui bahwa klien bernama “S”, Pasien merupakan laki-laki pasien tinggal
alamatnya di Rawalo, jenis kelaminya laki-laki bersama kedua orangtuanya, pasien berlatar
dan pasien bangga menjadi laki-laki karena bisa belakang pendidikan SD.
menjadi penguasa.
Peran Diri Pasien sebagai seorang pelajar SMK kelas XI. Pasien belum menikah pasien anak ke 2 dari
Pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik 3 bersaudara.
dan tidak pernah membolos sekolah. Saat ini
pasien di rawat di instalasi jiwa RSUD
Banyumas. Pasien sudah tidak berangkat
d. Status Mental
f. Mekanisme Koping
h. Aspek Pengetahuan
Tabel 4.1.7 Aspek Pengetahuan
Pasien A Pasien B
Pasien mengatakan tidak mengerti tentang perilaku kekerasan dan cara
-
mengontrolnya, untuk obat-obatan pasien hanya mengetahui warnanya
sedangkan nama, dosis, dan kegunaannya pasien tidak mengetahui.
i. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Resiko Perilaku Kekerasan
Terapi Medik
Tabel 4.1.8 Aspek Medik Pasien A
NO Nama obat Dosis Aturan Pakai
1. Clozapine 25 mg 3x1
2. Clobazam 10 mg 3x1
3. Risperidone 2 mg 3x1
2. Analisa Data
Tabel 4.2 Analisa Data Pasien A
Tanggal/Jam Data Fokus Problem Paraf
15 Maret 2017 DS : Risiko mencederai diri, Dicky
Pasien mengatakan memukul tembok sampai tangan terluka. orang lain dan
DO : lingkungan
- Pasien tampak gelisah.
15 Maret 2017 DS : Risiko Perilaku Dicky
Pasien mengatakan membanting 2 hp, mengamuk, berbicara kotor atau kasar. Kekerasan
DO :
- Pasien terlihat pandangan mata tajam.
3. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.3 Diagnosa Keperawatan Pasien A dan Pasien B
Dignosa Pasien A Dignosa Pasien B
Risiko Tinggi Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Risiko Tinggi Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan
Lingkungan Lingkungan
Risiko Perilaku Kekerasan Risiko Perilaku Kekerasan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
4. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.4 Intervensi Keperawatan Pasien A
Rencana Keperawatan
Tanggal/ Diagnosa
jam Keperawatan Tujuan Intervensi
15 Maret Risiko Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 4 x 7 jam Pasien :
2017 Mencederai Diri diharapkan pasien dapat : 1. Menanyakan penyebab risiko mencederai diri sendiri, orang
Sendiri, Orang 1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya lain dan lingkungan, tanda dan gejala resiko mencederai diri
Lain dan 2. Pasien dapat mengenal Risiko mencederai diri sendiri, sendiri, orang lain dan lingkungan.
Lingkungan orang lain dan lingkungan 2. Menyebutkan cara mengontrol risiko mencederai diri sendiri,
3. Pasien dapat mengontrol Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (fisik, verbal, obat, spiritual).
orang lain dan lingkungan 3. Melatih cara mengontrol risiko mencederai diri sendiri, orang
4. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik lain dan lingkungan secara fisik (tarik nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal).
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
15 Maret Resiko Perilaku Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 4 x 7 jam SP 1 Pasien :
2017 Kekerasan diharapkan pasien dapat : 1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala serta akibat, perilaku
1. Pasien dapat mengetahui penyebab dari perilaku kekerasan.
SP 2 Keluarga :
1. Indentifikasi kegiatan yang lalu (SP 1).
2. Latih stimulus 2 (cara lain untuk merawat pasien).
3. Rencana tindak lanjut keluarga atau jadwal untuk merawat
pasien.
SP 3 Keluarga :
1. Evaluasi SP 1 dan SP 2.
2. Latih lngsung ke pasien.
3. Rencana tindak lanjut keluarga atau jadwal untuk merawat
pasien.
SP 4 Keluarga :
1. Evaluasi SP 1, SP 2 dan SP 3.
2. Latih langsung ke pasien.
3. Rencana tindak lanjut keluarga (follow up).
15 Maret Gangguan Konsep Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 4 x 7 jam SP 1 Pasien :
2017 Diri : Harga Diri diharapkan pasien dapat : 1. Mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki pasien.
Rendah 1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya 2. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilakukan sesuai
2. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek dengan kemampuan.
positif yang dimiliki. 3. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan.
3. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan 4. Masukan dalam jadwal kegiatan harian.
aspek positif yang dimiliki. SP 2 Pasien:
4. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan 1. Menegvaluasi kegiatan sebelumnya.
kemampuannya. 2. Latih pasien melakukan kegitan kedua atau selanjutnya sesuai
5. Pasien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada. yang dipilih sesuai kemampuan.
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
SP 1 Keluarga
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2. Menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah yang di alami
pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan harga diri rendah.
SP 2 Keluarga
1. Menjelaskan keluarga mempraktekan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien
dengan harga diri rendah.
SP 3 Keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning).
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
Risiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dengan intervensi Sp 1 pasien :
selama 4 x pertemuan dalam 2 minggu di 1. Menanyakan penyebab, tanda dan gejala risiko
harapkan : mencederai diri sendiri, orang lain dan
1. Pasien mampu mengontrol risiko lingkungan yang dilakukan.
mencederai diri sendiri, orang lain 2. Menyebutkan cara mengontrol risiko
dan lingkungan. mencederai diri sendiri, orang lain dan
2. Pasien tidak mencederai diri sendiri, lingkungan.
orang lain dan lingkungan. 3. Melatih cara mengontrol risiko mencederai diri
Dengan kriteria hasil : sendiri, orang lain dan lingkungan.
1. Pasien mampu mengidentifikasi
penyebab tanda dan gejala, risiko
mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan yang dilakukan, dan
akibat risiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
2. Pasien mau mendengarkan penjelasan
cara mengontrol risiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
3. Pasien mau latihan cara mengontrol
risiko mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
Risiko perilaku kekerasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dengan intervensi Sp 1 pasien :
selama 4 x pertemuan dalam 2 minggu di 1. Menanyakan penyebab, tanda dan gejala
harapkan : perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat
SP 3 Pasien : Dicky
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu - Pasien mengatakan bahwa jika pasien S :
(SP 1 dan SP 2). marah pasien akan memukul bantal, Pasien mengatakan bahwa pasien
2. Melatih secara sosial atau verbal. bukan tembok. masih ingat tarik napas dalam dan
3. Menolak dengan baik. - Pasien koopertif. memukul bantal ketika marah.
4. Mengungkapkan dengan baik. - Pasien dapat menolak dengan cara yang O :
5. Masukan dalam jadwal atau baik yang telah diajarkan. - Pasien kooperatif kontak
kegiatan harian. - Kontak mata kurang. mata kurang
- Pasien tampak berbicang-
SP 3 Keluarga : bincang dengan keluarganya
1. Mengevaluasi SP 1 dan SP 2. - Keluarga pasien mengatakan akan lebih bicara pasien lembut tapi
2. Melatih lngsung ke pasien. sering mengajak pasien berbincang- jelas.
3. Merencana tindak lanjut keluarga bincang agar marahnya terlupakan karena A :
atau jadwal untuk merawat pasien. mengobrol dengan keluarganya. SP 3 tercapai.
P :
Lanjutkan SP 4
- Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1,SP 2, SP 3).
- Latih secara spiritual (sholat
dan berdoa).
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan harian pasien.
SP 4 Pasien : Dicky
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu - Pasien mengatakan bahwa pasien sudah S :
(SP 1, SP 2 dan SP 3). bisa berbicara dengan pelan. - Pasien mengatakan bahwa
2. Melatih secara spiritual (sholat - Pasien mengatakan bahwa pasien bisa dan pasien masih ingat cara-cara
dan berdoa). hafal bacaan ayat kursi. yang diajarkan untuk
3. Memasukan dalam jadwal - Pasien bersedia jika marah akan membaca menahan emosi, seperti tarik
kegiatan harian pasien. doa dan tidak teriak serta berkata kasar napas dalam, memukul bantal
dan kotor. dan berbincang dengan orang
- Kontak mata kurang. lain.
SP 4 Keluarga : - Pasien mengatakan bahwa
1. Mengevaluasi SP 1, SP 2 dan SP - Keluarga pasien mengatakan akan pasien hafal doa ayat kursi.
3. memantau pasien ketika di rumah, O :
2. Melatih langsung ke pasien. terutama minum obat agar tepat waktu. - Pasien dapat menghafal ayat
3. Merencana tindak lanjut keluarga kursi, sedikit-sedikit masih
SP 5 tercapai.
P :
Hentikan intervensi, pertahankan
kondisi.
18 Gangguan 1. Mengidentifikasi aspek positif - Pasien mengatakan bahwa pasien bisa - Dicky
Maret konsep diri : yang dimiliki pasien. merapikan tempat tidur.
2021 Harga Diri 2. Membantu pasien memilih - Pasien dapat merapikan tempat tidurnya
Rendah kegiatan yang akan dilakukan sendiri dengan baik.
sesuai dengan kemampuan.
3. Melatih pasien kegiatan yang
dipilih sesuai kemampuan.
4. Masukan dalam jadwal kegiatan
harian.
Tanggal / Dx
Implementasi Evaluasi TTD
Jam
Selasa, Resiko Perilaku 1. Melakukan Bina hubungan saling percaya dengan pasien. S: Eka
16 April 2. Melakukan kontrak waktu dan memperkenalkan diri pasien. Pasien mengatakan masih bingung dengan apa
Kekerasan
2019 3. Mengidentifikasi penyebab,tanda dan gejala perilaku yang dijelaskan mengenai cara mengontrol marah
10.00 kekerasan yang dilakukan, akibat perilaku kekerasan yang dengan cara fisik yaitu tarik nafas dalam.
WIB dilakukan. O:
4. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan : Fisik, Pasien kooperatif, saat interaksi kontak mata
obat, verbal, spiritual. kurang, pandangan tajam, suara lambat dan lirih.
5. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan secara Pasien cenderung diam, pasien belum paham dan
fisik : Tarik nafas dalam. masih bingung mengontrol marah dengan cara
tarik nafas dalam.
A:
1. Melakukan Bina hubungan saling percaya
dengan pasien.
2. Melakukan kontrak waktu dan
O:
Pasien kooperatif, pasien lebih aktif, saat
interaksi mempertahankan kontak mata, suara
sedang, pasien sudah mampu menerapkan
relaksasi nafas dalam dengan baik , dan pasien
tampak lebih rileks.
A:
SP 1 : latihan fisik 1 yaitu nafas dalam.
P:
Lanjutkan intervensi, ulangi SP 1 latihan fisik 1
nafas dalam.
Sabtu, 20 Melakukan SP 1 pada pasien yaitu latihan nafas dalam. S: Eka
April Pasien mengatakan sudah paham mengontrol
2019 marah dengan cara tarik nafas dalam tetapi belum
09.00 mampu menerapkannya.
WIB O:
Pasien kooperatif, mempertahankan kontak mata,
suara sedang, pasien mampu
mempraktekannyadan menerapkannya dengan
baik, pasien sikap tenang, dan pasien tampak
lebih rileks.
A:
SP 1: latihan fisik 1 yaitu nafas dalam.
P:
Lanjutkan intervensi, ulangi SP 1 latihan fisik 1
nafas dalam.
Dari data di atas maka core problem pada kedua pasien adalah
Risiko Perilaku Kekerasan. Sehingga Risiko Perilaku Kekerasan menjadi
prioritas masalah untuk diselesaikan.
2. Pembahasan Diagnosa Keperawatan
Dari ilustrasi yang ada diagnosa keperawatan yang muncul pada Sdr.
S adalah Risiko perilaku kekerasan. Sama halnya dengan Tn. T diagnosa
keperawatan yang muncul ialah Risiko perilaku kekerasan. Bahwa di
diagnosa masalah utama dari studi pustaka Sdr. S dan Tn. T adalah risiko
perilaku kekerasan. Meskipun memiliki diagnosa yang sama Sdr. S dan Tn.
T memiliki perbedaan dalam risiko perilaku kekerasan yang dialaminya.
Pada Sdr. S mengamuk karena Sdr.S tidak mau atau menolak untuk
membayar iuran membeli rokok atau kopi lalu Sdr.S ditantang untuk
berkelahi oleh temannya, sedangkan Tn. T mengatakan sering mengamuk,
marah-marah dirumah karena dia Tn. T mudah tersinggung, sering dimaraih
oleh bapaknya dan kurang mendapatkan perhatian oleh keluarganya. Dalam
data objektif disebutkan bahwa kedua pasien sama-sama terlihat gelisah,
marah-marah, wajah pasien tampak tegang, tatapan mata tajam ke arah
lawan bicara.
Jika peneliti telaah kembali ke DS – DO dan data pengkajian ada
beberapa data yang tidak sesuai dan jika dilakukan analisa kembali terkait
keempat Tn. T sudah paham mengontrol marah dengan Tarik nafas dalam
tetapi belum mampu menerapkannya.
Evaluasi yang sudah dilakukan peneliti merupakan evaluasi proses
dan evaluasi hasil. Menurut Nurhaliza (2014) evaluasi proses (formatif)
adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan
keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai
efektivitas intervensi tersebut. Sedangkan evaluasi hasil (sumatif) adalah
perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan
keperawatan. Evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel, dan efisien.
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan peneliti
dengan Sdr. S sebagai responden 1 dan Tn. T sebagai responden 2
yang mengalami risiko perilaku kekerasan di dapat, isi, tanda dan
gejala yang sama yaitu pasien sama-sama mengalami mengamauk
dan marah-marah.
Pentingnya menyusun Analisa data dan pohon masalah yang
dapat digunakan untuk memprioritaskan masalah.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul pada Sdr. S dan Tn. T adalah risiko
perilaku kekerasan sebagai Core Problem, gangguan konsep diri :
harga diri rendah sebagai Caussa, dan risiko mencederai diri sendiri,
lingkungan dan orang lain : risiko bunuh diri sebagai Effect. Dan
terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang masih bisa ditegakkan
berdasarkan analisa data.
3. Intervensi Keperawatan
Penyusunan rencana tindakan keperawatan pada pasien A
disesuiakan dengan analisa data serta melibatkan pasien dan
keluarga. Intervensi yang diberikan pada pasien A yaitu SP I sampai
SP V. Sedangkan pada pasien B intervensi yang telah direncanakan
yaitu intervensi yang diambil sesuai analisa data. Penulis
merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan data yang
diperoleh dari pengkajian yang sesuai dengan keadaan pasien dan
konsep teori yang ada melalui strategi pelaksanaan.
63
4. Implementasi Keperawatan
Terdapat perbedaan antara hasil dari Sdr. S dan Tn. T.
Karena pada Sdr. S melakukan SP 1 sampai SP 5 maka masalah
pada risiko perilaku kekerasan pada Sdr. S dapat teratasi, sedangkan
pada Tn. T melakukan SP 1 sampai SP 5 hanya dihari pertama dan
dihari selanjutnya hanya melakukan SP 1, maka masalah pada risiko
perilaku kekerasan pada Tn. T teratasi sebagian.
5. Evaluasi
Pada pasien A setelah dilakukan implementasi selama 4 kali
pertemuan didapatkan evaluasi pada tahapan akhir dapat
disimpulkan bahwa evaluasi yang dilakukan tercapai dan berhasil,
pasien mampu melakukan serta menerapkan implementsi yang telah
dilatih perawat. Sedangkan pada pasien B didapatkan hasil evaluasi
strategi pelaksanaan pasien dari tindakan yang telah dilakukan pada
diagnosa resiko perilaku kekerasan masalah teratasi sebagian.
B. Saran
1. Untuk Keluarga Pasien denga resiko perilakuku kekerasan
Keluarga Yang memiliki anggota dengan resiko perilaku kekerasan
diharapkan dapat memahami dan membantu proses penyembuhan
serta mendukung agar cepat dalam proses penyembuhan.
2. Waktu untuk keluarga
Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan tenaga kesehatan dapat
meningkatkan pelayanan kesehatannya dengan cara melakukan
asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan
sehingga progres dari kesembuhan pasien resiko perilaku kekerasan
dapat terlaksana dengan baik.
3. Waktu selanjutnya
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan
menjadikan sumber tambahan bagi penelti yang akan datang tentang
resiko perilaku kekerasan. Peneliti melaksanakan studi kasus dengan
mendokumentasikan secara lengkap sesuai dengan pedoman SAK.
Amidos Pardede, J., Siregar, L., & Putra Hulu, E. (n.d.). Efektifitas Behaviour
Therapy Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia. In
Jurnal Mutiara Ners Januari (Vol. 2020, Issue 1).
Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019).
Implementasi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Pada
Pasien Skizofrenia. Jurnal Kesmas Asclepius (JKA), 1(2), 146–155.
Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. 3-7.
Hidayat, R., & Hayati, H. (2019). Pengaruh Pelaksanaan Sop Perawat Pelaksana
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Di Rawat Inap Rsud Bangkinang.
Jurnal Ners, 53(9), 1689–1699.
Irfan, I. A. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Sdr.S Dengan Resiko Perilaku
Kekerasan Di Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember.
Madhani, A., & Kartina, I. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Malfasari, E., Febtrina, R., Maulinda, D., & Amimi, R. (2020). Analisis Tanda
dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(1), 65. https://doi.org/10.32584/jikj.v3i1.478
Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, R. (2020). Gejala Perilaku Kekerasan
Menurun Setelh Diberikan Prgressive Muscle Relaxation Therapy Pada
Pasien Skizofrenia. Program Studi Ners, Universitas Sari Mutiara Indonesia,
Jln. Kapten Muslim No.79 Medan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 91–
100.
Pristalia, L., & Solikhah, M. M. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Dengan Resiko Perilaku Kekerasan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Kusuma HUsada Surakarta, 18.
Pujiasih, N., Priyatin, W., & Purnomo, R. (2016). Asuhan Keperawatan Pada
Tn.N Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Sadewa RSUD
Banyumas. Journal of Nursing & Health Politeknik Yakperma Banyumas,
1(2), 79–91.
Rahayu, S., Mustikasari, M., & Daulima, N. H. . (2019). Perubahan Tanda Gejala
dan Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan Terapi
Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga. Journal Educational of Nursing(Jen),
2(1), 39–51. https://doi.org/10.37430/jen.v2i1.10.
Sutejo. (2018). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawtan Jiwa : Gangguan Jiwa
dan Psikososial.
Tuasikal, H., Siauta, M., & Embuai, S. (2019). Upaya Peningkatan Harga Diri
Rendah Dengan Terapi Aktivitas Kelompok (Stimulasi Persepsi) di Ruang
Asoka (Sub Akut Laki) RSKD Provinsi Maluku. Window of Health : Jurnal
Kesehatan, 2(4), 345–351. https://doi.org/10.33368/woh.v0i0.210.
Widianti, E. (2019). Asuhan Keperawatan pada Tn. T dan Tn. K dengan Resiko
Perilaku Kekerasan di Balai Rehabilitas Sosial “Martani” Cilacap.
Ziaulkhaq, N. C., Erawati, E., Sugiarto, A., & Suyanta, S. (2020). Asuhan
keperawatan pada klien skizofrenia dengan fokus studi risiko perilaku
kekerasan. 8(3), 255–264.