Anda di halaman 1dari 6

Moral Value: Jangan lupa siapakah diri yang kamu inginkan, seperti singa yang

menjadi domba, jika tidak ada yang menyadarinya mungkin seekor singa itu akan

menjadi domba selama-lamanya.

Anak Singa Dari Domba


Karya: Rafael XI-6

Dalam hutan liar yang sunyi di Afrika, terhampar pemandangan yang damai

dari keluarga kawanan singa. Ibu dan ayah singa dengan penuh kasih dikaruniai

seekor anak singa bernama Jefri. Keluarga singa menjaga ketentraman, mencari

makan dan bermain bersama kawanan lainnya. Keluarga singa itu terlihat aman.

Namun tidak lama kemudian, kabar buruk menghampiri mereka.

Hidup harmonis mereka mendadak terguncang oleh kehadiran manusia jahat,

pemburu liar yang tanpa belas kasihan membantai keluarga singa tersebut. Sebelum

nyawanya sirna, Ibu singa dengan susah payah melemparkan bayinya yang baru

lahir, Jefri, ke semak-semak, berusaha menyelamatkannya dari nasib yang sama.

Jefri terbangun setelah pembantaian, kebingungan dan ketakutan

menyelimutinya. Hutan yang sebelumnya penuh kehidupan kini berubah menjadi

tempat yang hampa dan menakutkan. Suara tangis bayi singa menarik perhatian

sekelompok domba yang kebetulan melintas.

“Mengerikan sekali, siapakah makhluk kuat yang dapat menghabisi raja dari

hutan rimba ini?” ucap ketua domba.

“Hey, lihatlah, ada binatang kecil yang selamat dari tragedi kali ini, dia masih

menangis tersedu-sedu.” ucap salah satu domba lainnya.


Salah satu domba, yang kemudian bernama Dambu, memutuskan untuk

mengambil peran sebagai penyelamat Jefri. Dia menyapa anak singa itu.

“Hey, nak, mulai sekarang kamu akan menjadi salah satu dari bagian kami.

Kemarilah dan ayo ikuti kami.” ucap Dambu.

“Uhh, terimakasih, tapi aku bukan bagian dari kalian. Apakah kalian mampu

merawat dan menjaga aku dari marabahaya?” ucap Jefri sang anak singa.

“Kamu mungkin bukan makhluk yang sama seperti kami, tetapi memangnya

kamu punya pilihan lain? Tidak, tidak, satu-satunya cara agar kamu dapat tetap

hidup, adalah dengan hidup seperti kami.” ucap ketua domba yang logis.

“Tak apa nak, ikutilah kata ketua, jika kamu menurut, maka kami akan

memberikanmu makanan dan minuman yang secukupnya. Bagaimana? Bukankah

itu ide yang bagus bukan?” ucap Dambu dengan baik hati.

“Baiklah, aku akan ikut dengan kalian.” kata Jefri kepada domba.

Lalu mereka merangkul Jefri sebagai salah satu anggota baru keluarga

domba dan memberinya kasih sayang dan kehangatan yang diperlukan. Jefri tumbuh

bersama kawanan domba, belajar berbicara dan berperilaku seperti mereka. Seperti

kawanan domba yang memakan rumput dan minum susu. Suara teriakan

Baa'aa-nya bergabung dengan teriakan Baa'aa kawanan domba, menciptakan

simfoni unik di hutan tersebut. Beberapa tahun kemudian, sebuah kawanan singa

muncul, melihat Jefri yang telah tumbuh menjadi "domba" di antara mereka,

kawanan singa itu terkejut dan bingung.

"Jefri, apa yang terjadi padamu?" Salah satu singa berkata.


"Tolong tinggalkan kami, kami adalah domba. Baa’aa, Baa’aa.” Jefri menjawab

dengan suara domba.

Hamza, ketua dari kawanan singa itu, merasa penasaran dan memutuskan

membawa Jefri ke sebuah danau yang tenang.

"Kamu pikir kamu adalah seekor domba? Ikut denganku," kata Hamza,

mengajak Jefri ke tepi danau yang tenang.

"Lihatlah ke bawah, apa yang kamu lihat?" Hamza berkata.

Di tepi danau, bayangan singa tampak jelas. Jefri melihat dirinya sendiri, dan

ia menyadari bahwa meskipun terlahir sebagai singa, ia telah hidup bersama domba

dan belajar menjadi seperti mereka. Jefri melihat bayangan singa besar dengan surai

yang gagah.

"Lihat, kita sama. Kamu adalah seekor singa, kamu selalu menjadi seekor

singa." Hamza berkata.

Pada saat itu, Jefri melihat dirinya sebagaimana adanya, dan dengan gagah

berani, ia meraung sebagai singa sejati. Hutan yang sebelumnya penuh dengan

kesedihan dan ketidakpastian kini bersinar dengan kebahagiaan. Jefri, yang telah

menemukan identitasnya yang sejati, memimpin kawanan singa tersebut dengan

keagungan dan keberanian.

Ingatannya yang lama kembali, mengingatkan terhadap ayah dan ibunya yang

meninggalkan Jefri demi keselamatannya, kini Jefri sadar alasan Ia hidup bersama

kawanan domba.
“Terimakasih, Hamza, jika aku masih memiliki kesempatan untuk menjadi

seekor singa yang sebagaimana mestinya, izinkan aku bergabung dengan kalian.”

Ucap Jefri dengan tulus.

“Tentu saja, perjalananmu tidak akan semudah memakan rumput dan minum

susu selayaknya domba. Tapi, tekadmu patut diuji coba, kalau begitu ikut kami

berburu.” ucap Hamza.

“Tapi, tolong janganlah memburu domba-domba itu, karena mereka juga yang

telah membesarkan aku, sebaliknya, biarkanlah mereka hidup dan bersama dengan

damai sebagai belas kasihanku.” ucap Jefri karena ingin berbalas budi kepada

domba yang mau merawatnya.

“Baik, sebagai keluarga, aku tidak akan merenggut nyawa dari keluarga-Mu,

ayo sebaiknya kita pergi dan mencari rusa-rusa.” ucap Hamza.

“Aku setuju padamu.” ucap Jefri.

Dambu dan kawanan domba melihat perubahan luar biasa dalam Jefri.

Mereka menyaksikan transformasi dari anak singa yang tidak percaya diri menjadi

pemimpin kawanan singa yang teguh. Jefri tidak lagi bersikap seperti domba; dia

membimbing kawanan domba dengan kebijaksanaan dan keberanian yang

diperolehnya selama hidup bersama kawanan singa.

Berkat tekad yang dimiliki Jefri, Kawanan singa yang sebelumnya terkejut

dengan kehadiran Jefri sekarang, menghormatinya sebagai pemimpin mereka.

Hamza, singa tua yang bijaksana, melihat potensi besar dalam Jefri dan menjadi

mentor yang bijak baginya.


Namun, ancaman manusia jahat masih mengintai di luar hutan. Jefri

memahami bahwa untuk melindungi keluarganya dan menjaga kedamaian, mereka

perlu menghadapi bahaya tersebut. Dengan kepemimpinan yang kuat dan

keberanian yang tumbuh, Jefri membimbing kawanan singa melawan pemburu liar

yang mencoba menghancurkan kehidupan mereka.

Pertempuran yang sengit terjadi di antara kawanan singa dan pemburu liar.

Jefri, dengan keberanian dan kecerdasannya, memimpin pasukannya untuk

mengusir ancaman manusia dari wilayah mereka. Setelah kemenangan itu, hutan

kembali tenang dan damai dari pasukan liar. Hutan yang sebelumnya dihantui oleh

tragedi kini menjadi tempat kehidupan yang damai dan bersatu

Seiring berjalannya waktu, kawanan singa di bawah kepemimpinan Jefri

semakin berkembang dan memperluas wilayah mereka. Mereka belajar untuk hidup

berdampingan dengan makhluk-makhluk lain di hutan, menciptakan hubungan

harmonis dengan berbagai spesies. Jefri tidak hanya menjadi pemimpin yang

bijaksana bagi kawanan singa, tetapi juga menjadi perantara yang membantu

memecahkan konflik antara berbagai kelompok hewan di hutan.

Dambu, sang domba yang dulunya menyelamatkan Jefri, menjadi sahabat

setia pemimpin singa ini. Mereka berdua, bersama dengan kawanan singa dan

domba, bekerja sama untuk menjaga keseimbangan alam di hutan. Jefri juga

melibatkan Hamza, singa tua yang bijaksana, dalam proses pengambilan keputusan

penting untuk keberlanjutan hidup semua makhluk di sana.

Suatu hari, ketika hujan deras mengguyur hutan, Jefri merasa terpanggil untuk

menjelajahi bagian yang belum dijamah oleh kawanan singa. Bersama rombongan

singa terpilih, termasuk Dambu, mereka memasuki daerah yang belum terjamah oleh
pemimpin mereka sebelumnya. Di sana, mereka menemukan kehidupan baru yang

melimpah, dengan sumber air bersih dan pangan yang beragam.

Namun, tantangan baru muncul ketika kelompok singa bertemu dengan

kawanan harimau yang mendominasi daerah tersebut. Jefri, dengan kepemimpinan

yang cemerlang, berhasil menjalin perdamaian dengan harimau dan menciptakan

kesepakatan untuk berbagi sumber daya di hutan. Hubungan yang erat antara singa

dan harimau memperkuat persatuan di hutan dan menciptakan suatu keadaan

harmonis yang lebih besar.

Dengan keberhasilan menjaga perdamaian, Jefri dan kawanan singa menjadi

contoh bagi semua makhluk di hutan. Mereka mengajarkan pentingnya toleransi,

kerjasama, dan saling pengertian di antara berbagai spesies. Hutan yang

sebelumnya penuh dengan ketakutan dan ketidakpastian kini berkembang menjadi

tempat yang dipenuhi kebahagiaan dan kehidupan yang makmur.

Seiring berjalannya waktu, kawanan singa di bawah kepemimpinan Jefri dan

Dambu membangun komunitas yang inklusif di mana setiap makhluk, tidak peduli

jenisnya, diterima dan dihormati. Mereka bekerja sama untuk menjaga kelestarian

alam dan memastikan bahwa hutan tetap menjadi tempat yang aman dan damai bagi

semua makhluk yang tinggal di sana.

Pada suatu hari, ketika matahari terbenam di langit Afrika, Jefri duduk di

puncak bukit dengan pandangan bangga melihat keindahan hutan yang sekarang

dipenuhi kehidupan yang berlimpah. Dia merenungkan perjalanan panjang mereka

dari ketidakpastian dan tragedi menuju kedamaian dan persatuan. Jefri tidak hanya

menjadi singa yang gagah, tetapi juga pemimpin yang membawa perubahan positif

dalam kehidupan semua makhluk di hutan liar Afrika. -END-

Anda mungkin juga menyukai