Anda di halaman 1dari 8

The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

PENGEMBANGAN MINAT DAN KEMAMPUAN LITERASI AWAL ANAK


PRASEKOLAH DI RUMAH

Lisnawati Ruhaena1), Juni Ambarwati2)


1
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
email: lisnawati.ruhaena@ums.ac.id
2
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract
Early literacy skill of preschool children is very important for children achievement and needs
to be stimulated efectively. Parent, especially mother, is a significant person for preschool
children. Therefore, how mother stimulate their preschool children to develop early literacy
skill still unclear. This study aimed to understand and describe the way of early literacy
development at home in family context. Data was collected by interview and observation to
obtain information about the way mother stimulated children interest and skill of early literacy.
The informan were six mothers who had 4-6 years old preschool children. Content analyzed
showed that early literacy stimulation had been done using story books and multimedia
technology such as televition and computer. Mother were involved in early literacy activities,
however the mother-child interaction were much more directive rather than facilitative.
Literacy activities tent to be formal instruction and learning process so that children less
interest and became unmotivated. Children had less chance to actively explore and manipulate
objects in constructing their knowledge and understanding. Mother did not apply constructivist
theory yet. Recommendation for solving the problem and further study is discussed.

Key words: interest, skill, early literacy, preschool.

1. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa mayoritas dari mereka


Kemampuan literasi atau membaca dan hanya membaca kurang dari 15 menit dalam
menulis anak di Indonesia masih tergolong sehari, fasilitas buku bacaan yang dimiliki
rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil anak masih kurang dari 10, dan orangtua
penelitian PIRLS (Progress in International belum memiliki kebiasaan membacakan
Reading Literacy Study) tahun 2006, yang anak buku cerita (Ruhaena, 2012). Oleh
menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan karena itu minat membaca menjadi faktor
memahami bacaan siswa kelas IV SD dan yang penting untuk dikembangkan. Bila
MI di Indonesia memperoleh skor 405, yang ditilik dengan cermat, sudah banyak upaya
masih dibawah skor rata-rata 500, dan untuk mengusahakan agar anak lebih
menduduki peringkat ke 41 dari 45 negara berminat terhadap literasi. Sebagai contoh
yang diteliti (I. Mullis, Martin, Kennedy, & adalah kompanye gemar membaca yang
Foy, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa didukung pemerintah dengan penyediaan
pengembangan kemampuan literasi yang buku gratis atau murah dan menambah
dilakukan di sekolah belum berhasil seperti jumlah perpustakaan. Di sekolah juga
yang diharapkan. Selain kemampuan banyak dilengkapi buku-buku baru. Gerakan
literasi, minat literasi juga masih untuk meningkatkan minat membaca juga
memprihatinkan. Survei terhadap 84 orang dilakukan seperti Gerakan Indonesia
anak usia 3-6 tahun di Surakarta Membaca, namun hasilnya belum terlihat
nyata. Menurut Baderi (2005) dalam pidato

172
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

pengukuhan pustakawan, ia menyampaikan Minat literasi awal didefinisikan


bahwa masalah minat membaca tidak sebagai kualitas dari interaksi anak prasekolah
berujung pangkal dan masih sulit diatasi. dan objek baca yang saat melakukannya
Hal ini disebabkan karena masih terdapat ditunjukkan dengan interaksi yang bertahan lama,
banyak kendala untuk mengatasi rendahnya penuh perhatian, dan merasa senang (Byrnes &
minat membaca. Wasik, 2009). Minat mencakup proses kognitif
Menghadapi masalah di atas, penulis dan juga proses emosional, dan dapat dipandang
berpendapat bahwa pengembangan minat dan sebagai trait dari individu dan juga sebagai
kemampuan literasi penting dilakukan sedini karakteristik objek yang dapat menarik perhatian
mungkin, dan dimulai dari lingkungan kebanyakan orang. Pilihan dan tujuan yang
terdekat keluarga dan tentunya dengan cara ditetapkan oleh orang dipengaruhi oleh minat.
yang sesuai dengan kebutuhan Misalnya individu yang memiliki minat pada
perkembangan anak. Keterlibatan dan peran buku tertentu akan bertahan dan menyelesaikan
orangtua perlu dioptimalkan sebagai orang memnbaca buku tersebut, sedangkan individu
signifikan dan guru pertama bagi anak. yang menganggap buku itu membosankan akan
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah berhenti membacanya.
bagaimana cara yang tepat mengembangkan Anak prsekolah dapat dibedakan menjadi
minat dan kemampuan literasi anak dua kelompok bila dilihat dari minat membaca;
prasekolah oleh orangtua di rumah? Jawaban pertama anak yang memiliki minat terhadap
pertanyaan ini membutuhkan pengkajian huruf, permainan kata dan buku, kedua anak yang
tidak hanya secara teoretis tetapi yang lebih kurang berninat pada huruf, kata dan buku.
penting lagi adalah fakta dan realitas di Kelompok anak pertama biasanya aktif mencari
lapangan. Oleh karena itu dalam penelitian atau menciptakan kesempatan membaca dan
ini dirumuskan permasalahan; bagaimana menulis untuk mereka sendiri, seperti minta
proses pengembangan minat dan kemampuan dibacakan buku. Mereka juga sangat mudah
literasi anak prasekolah oleh orangtua di menyerap pembelajaran terkait membaca saat
rumah? apakah prosesnya sudah sesuai anak berusia 3-5 tahun. Kelompok anak kedua
dengan seharusnya menurut tinjauan teoretis? biasanya hanya melakukan kegiatan membaca
dan menulis bila diajak atau dikondisikan oleh
Untuk menjawab permasalahan yang
orang lain. Selain itu anak menolak pembelajaran
telah dirumuskan maka dilakukan penelitian
sebelum usia 5 atau 6 tahun. Kegiatan membaca
ini, dengan tujuan untuk memahami secara
yang dipilih sebagai aktivitas menghabiskan
mendalam dan mendeskripsikan proses
waktu luang, juga menjadi indikasi dari minat
pengembangan minat dan kemampuan
membaca.
literasi awal anak prasekolah oleh orangtua
Pola minat dan kebiasaan orangtua dalam
di rumah.
aktivitas literasi memberi pengaruh yang
signifikan dalam pengembangan minat dan
2. MINAT DAN KEMAMPUAN kebiasaan literasi anak. Konteks keluarga di
LITERASI AWAL, SERTA rumah adalah sebuah lingkungan yang paling
PENGEMBANGANNYA signifikan bagi anak dalam pengembangan
Literasi sering disebut juga sebagai literasi awal mengingat keluarga adalah
baca-tulis. Sedangkan literasi awal orang yang paling dekat bagi anak. Di rumah
merupakan baca tulis permulaan pada anak keluarga juga beraktivitas yang menciptakan
prasekolah. Pengembangan minat dan dinamika keluarga yaitu dengan siapa dan
kemampuan literasi awal anak prasekolah bagaimana keluarga melakukan aktivitasnya.
dalam penelitian ini adalah upaya yang Dalam aktivitas bersama ini terjadi interaksi
dilakukan untuk dapat mengembangkan timbal balik secara berkelanjutan. Pola asuh
minat dan kemampuan baca tulis permulaan orangtua berpengaruh pada anak, anak juga
yang dimiliki anak sebelum belajar baca tulis berpengaruh pada pola asuh. Selain itu
di sekolah dasar. interaksi anak-orangtua mempengaruhi anak

173
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

dalam hal kelekatan, pengendalian diri, Pengembangan literasi awal anak


prososial, kompetensi dan motivasi berjalan dengan lebih baik bila dalam
berprestasi (Berns, 2012). konteks relasi orangtua-anak. Orang yang
Kemampuan literasi awal merupakan berbagi emosi positif dalam keseharian
pengetahuan, sikap dan ketarampilan yang seperti halnya orang tua, akan memberi
menjadi penentu perkembangan perilaku panduan dalam aktivitas anak. Orangtua yang
literasi selanjutnya yang lebih baik. Menurut memiliki keterlibatan terhadap aktivitas
mereka literasi awal terdiri dari sembilan membaca dan menulis anak akan aktif
komponen, yaitu bahasa, memberi arahan pada anak, sehingga
aturan/ketentuan/kebiasaan, pengetahuan selanjutnya akan berlanjut meski tanpa
tentang huruf, kesadaran terhadap unsur- arahan (R. L. Mullis, Mullis, Cornille,
unsur bahasa, kesesuaian fonem-grafem, Ritchson, & Sullender, 2004). Kebiasaan
pura-pura membaca (Emergent reading), sehari-hari orangtua yang terlibat
pura-pura menulis (Emergent writing), mengarahkan aktivitas membaca dan menulis
motivasi dan keterampilan kognitif. anak akan mengembangkan minat dan
(Whitehurst & Lonigan, 1998). kebiasaan mereka.
Menurut Slavin and Davis (2006) Dalam rangka pengembangan
kemampuan literasi awal anak merupakan kemampuan literasi awal di rumah, berbagai
pengetahuan dan keterampilan anak terkait macam aktivitas dapat dilakukan oleh
membaca yang berkembang karena orangtua. Contohnya berupa membacakan
pengalamannya terpapar dengan buku dan buku cerita dan mengeksplorasi materi
media tulisan lainnya, sebelum anak mulai bacaan dengan anak, memberi anak
mendapat pengajaran membaca menulis kesempatan untuk menceritakan kembali
secara formal di sekolah dasar. cerita yang dibaca, meniru cara membaca
Menurut Snow, (2008) pada anak orangtua serta mengeksplorasi cara
prasekolah, kemampuan literasi awal menggambar dan menulis. Selain itu
merupakan kapasitas untuk menyebutkan mengajak bernyanyi dan berpuisi, bermain
nama huruf dan menuliskannya, mengeja peran serta menciptakan lingkungan yang
kata sederhana, mengenal huruf dan tanda- kondusif dengan material dan instruksi yang
tanda di sekitar, mengidentifikasi buku dari memadai. Reese, Sparks, and Leyva (2010)
judul serta melakukan aktivitas yang dalam penelitiannya membagi keterampilan
berkaitan dengan buku. Green, Peterson, and orangtua yang dapat diberi intervensi
Lewis (2006) menyatakan kemampuan menjadi tiga, yaitu intervensi untuk
literasi anak prasekolah dapat mengembangkan keterampilan dalam
dikelompokkan menjadi 6 macam yaitu konteks membacakan anak buku cerita,
keterampilan menceritakan, motivasi untuk mengajak anak bercakap-cakap, dan
membaca tulisan, kosakata, kesadaran mengajari anak menulis. Sementara itu
fonologis (bunyi huruf), pengetahuan tentang Green, et al. (2006) menyatakan beberapa
huruf, dan kesadaran terhadap tulisan. strategi untuk meningkatkan kemampuan
Weigel, Martin, and Bennett (2010) memilah literasi dasar anak adalah membacakan buku
kemampuan literasi awal menjadi tiga: dengan keras dan bersifat interaktif,
pengetahuan tulisan (print knowledge), dasar- meningkatkan pemahaman anak terhadap
dasar menulis (emergent writing), dan minat konsep tulisan, memberi anak kesempatan
membaca (reading interest). untuk mencorat-coret/menulis, mengenalkan
Penelitian menunjukkan dengan jelas dengan huruf, nama alfabetnya, bunyinya
bahwa kemampuan literasi awal yang baik serta meningkatkan keterampilan fonologis.
membantu anak untuk lebih mudah belajar
menbaca dan meningkatkan tingkat Barbarin and Aikens (2009)
kesuksesan anak di sekolah (Sénéchal & membedakan aktivitas literasi awal orangtua
LeFevre, 2002). dan anak menjadi dua yaitu tipe yang

174
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

terfokus pada anak dan yang terfokus pada meningkatkan kemampuan memahami
lingkungan. Tipe pertama menjadikan anak bacaan. (Dieterich, Assel, Swank, Smith, &
sebagai target sehingga bersifat pengajaran Landry, 2006).
langsung pada anak, seperti a) mengajak Dalam menjelaskan bagaimana proses
anak membaca buku, b) bercakap-cakap, pengembangan literasi awal anak prasekolah
mendongeng, permainan yang merangsang digunakan kerangka teoretis yang mengacu
perkembangan bahasa, c) pengajaran pada pandekatan konstruktivis
langsung pengetahuan alfabet, cara menulis (constructivist) yang dewasa ini diikuti oleh
huruf atau kata, d) aktivitas pengayaan, sebagian besar peneliti dan ahli pendidikan
seperti mengajak anak ke luar rumah untuk prasekolah. Menurut Barbarin and Aikens
mengunjungi musium, pameran buku, (2009) teori Piaget dan Vygotsky merupakan
pertunjukan musik dll. Tipe kedua teori utama yang mendasari teori
menciptakan lingkungan rumah atau sekolah konstruktivis, yang memandang bahwa teori
yang mendukung perkembangan dan Piaget dan Vygotsky memiliki perbedaan
pembelajaran kemampuan, motivasi, dan dalam memandang perkembangan tetapi
keterlibatan anak dalam literasi dasar. tidak berlawanan. Menurut Santrock (2011)
Penelitian beberapa dekade Piaget menyatakan bahwa anak prasekolah
menunjukkan bahwa anak memperoleh bertindak dalam lingkungannya dan
manfaat dari dukungan dan kebiasaan membangun intelektualitas melalui
orangtua terhadap pendidikan anak. pengalaman dan pengamatan (cognitive
Keterlibatan orangtua dalam bentuk aktivitas constructivist). Vygotsky menyatakan bahwa
terbukti lebih penting untuk menolong anak perkembangan anak dirangsang oleh
mencapai keberhasilan sekolah daripada perantara melalui interaksi sosial dengan
struktur keluarga seperti status ekonomi, orang dewasa atau orang yang memiliki
pendidikan orangtua, ukuran keluarga, umur kompetensi lebih tinggi (social
anak dan suku. Hal ini mengingat keluarga constructivist). Dewasa ini, belajar lebih
mengkompensasikan kekurangan secara banyak dijelaskan dengan perspektf
ekonomi dengan memperkuat dalam hal konstruktivis karena lebih memfokuskan
sikap dan energi untuk memberikan pada pembelajar, lebih berbicara bagaimana
dukungan dan pemantauan terhadap pengetahuan itu dibangun daripada diperoleh.
pendidikan anak (Banks, 2004).
Kebiasaan orangtua memberikan 1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget.
metalingual utterances (ungkapan dalam Menurut Bjorklund (Bjorklund, 2011),
percakapan yang mengarahkan anak untuk Piaget memberi sumbangan besar dalam
memperhatikan bahasa itu sendiri) psikologi perkembangan karena mengubah
berkontribusi dalam perkembangan bahasa cara pandang terhadap anak. Anak yang dulu
anak lebih meningkat dan minat anak dipandang pasif dan dibentuk oleh
terhadap membaca menjadi lebih tinggi, lingkungan menjadi dipandang sebagai anak
untuk kemudian mendukungnya untuk yang aktif yang memiliki peran utama dalam
menguasai kemampuan membaca (Deckner, perkembangan pemikirannya. Cara pandang
Adamson, & Bakeman, 2006). Penelitian lain ini dikenal dengan nama konstruktivis,
menunjukkan bahwa orangtua yang namun mengingat teori Piaget lebih
memberikan verbal scaffolding (bertanya, menekankan pada proses kognitif, maka
mengarahkan, mendemonstrasikan sesuatu disebut juga konstruktivis kognitif.
untuk mengembangkan konsep objek, orang, Menurut Crain (2000), teori Piaget
aktivitas dan fungsi) terhadap anaknya dapat memandang anak sebagai individu yang
meningkatkan kemampuan bahasa, terus-menerus melakukan eksplorasi,
selanjutnya kemampuan bahasa ini memanipulasi, dan berusaha untuk
minginkatkan kemampuan decoding, dan memahami lingkungannya. Dalam proses ini
kemudian kemampuan decoding anak aktif membangun struktur baru yang

175
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

lebih mendalam untuk menghadapi 2. Teori Sosiokultural (Vygotsky).


lingkungan. Piaget tidak meyakini bahwa Teori ini menekankan pentingnya
perkembangan anak lebih ditentukan oleh lingkungan sosial sebagai fasilitator proses
genetik seperti pandangan maturationist, dan belajar dan perkembangan. Dalam hal ini
juga tidak menyetujui pandangan bahwa anak membangun pemahaman dan
pemikiran anak dibentuk oleh pengajaran pemikirannya dengan arahan dari orang
orang dewasa atau pengaruh lingkungan dewasa atau orang lain yang lebih kompeten,
seperti teori belajar. Piaget lebih memandang dan terjadi perkembangan yang lebih jauh.
anak berkembang karena ada interaksi Faktor sosial di luar diri anak yang
dengan lingkungan, tetapi anak sendiri yang memediasi terjadinya perkembangan. Oleh
membangun struktur kognitifnya bukan karena itu, maka pandangan ini disebut
lingkungan, konstruktivis sosial.
Anak adalah constructivist yang secara Menurut Vygotsky (Bjorklund, 2011),
aktif membentuk pemahaman baru tentang lingkungan sosial mempengaruhi kognisi
dunianya dari pengalaman yang dialaminya melalui alat berupa objek budaya, bahasa,
sendiri. Kognisi berkembang karena proses simbol dan institusi sosial. interaksi sosial,
konstruktif, anak memaknai objek dan kultural-historikal dan faktor individu adalah
kejadian disekitarnya dipengaruhi oleh faktor kunci untuk perkembangan manusia.
informasi atau pemahaman yang sudah Interaksi dengan orang lain dalam
dimilikinya. Dalam hal ini terjadi proses lingkungan (kolaborasi, apprientice)
kognitif yang aktif mengkonstruk atau merangsang proses perkembangan dan
membangun pengetahuan sendiri. Anak meningkatkan pertumbuhan kognitif. Tetapi
bukanlah organisme yang pasif dan interaksi bukan bersifat tradisional yang
menunggu stimulasi lingkungan untuk memberikan anak informasi, tetapi memberi
berperilaku. Anak adalah organisme aktif kesempatan agar anak memiliki pengalaman
yang mencari rangsangan dan memiliki rasa yang disesuaikan dengan kebutuhannya.
ingin tahu dan melakukan eksplorasi. Anak ZPD (zone of proximal development)
memiliki rasa ingin tahu yang membuatnya adalah perbedaan antara tingkat
selalu mencari tahu untuk memahami sesuatu perkembangan yang ditentukan oleh
lebih baik. pemecahan masalah sendiri dan tingkat
Berdasarkan teori Piaget maka dapat perkembangan yang potensial dicapai oleh
disimpulkan bahwa proses anak belajar pemecahan masalah dibawah bimbingan
harus merupakan belajar aktif, yang orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
memberi anak kesempatan untuk mampu (Vygotsky, 1978). Perubahan
mengeksplorasi, memanipulasi dan kognitif terjadi dalam ZPD ketika guru dan
menyelesaikan masalah sendiri untuk murid berinteraksi yang dimediasi oleh
membangun sendiri pemahamannya. Hal ini kultur ini menghasilkan perubahan kognitif
dapat menjelaskan bagaimana proses ketika murid menginternalisasikannya.
pencapaian kemampuan literasi sebagai Dengan internalisasi maka murid memiliki
proses belajar individu. Namun hal ini kesadaran lebih dari hasil interaksi dengan
berbeda dengan pendapat Vygotsky, yang lingkungan, institusi sosial (Schunk, 2008).
menyatakan bila anak membangun
pemahamannya sendiri, maka kemajuan 3. METODE PENELITIAN
pemikirannya tidak akan terlalu jauh. Oleh Penelitian ini menggunakan metode
karena itu dibutuhkan interaksi sosial untuk penelitian kualitatif fenomenologis dengan
meningkatkan kemajuan kognitif yang lebih maksud untuk mengkaji secara mendalam
dibandingkan anak belajar individu. fenomena pengembangan minat dan
kemampuan literasi awal anak prasekolah
oleh orangtua di rumah.

176
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

Metode pengumpulan data yang diperolah hasil analisis isi di atas, kemudian
digunakan adalah wawancara dan observasi. dilakukan pembahasan berdasarkan tinjauan
Wawancara dilakukan untuk menggali literatur. Adapun pembahasan ini
informasi mengenai bagaimana proses mengevaluasi proses pengembangan minat
pengembangan minat dan kemampuan dan kemampuan literasi yang telah dilakukan
literasi, kendala yang dihadapi dan cara informan penelitian dengan teori
mengatasinya. Observasi digunakan untuk konstruktivis.
memperoleh data tentang situasi dan kualitas Pengembangan minat literasi awal anak
interaksi pengembangan minat dan prasekolah di rumah dilakukan ibu dengan
kemampuan literasi anak. menyediakan fasilitas berupa buku cerita
Analisis yang digunakan dalam bergambar, majalah anak, multimedia seperti
penelitian ini adalah analisis isi (content komputer, laptop, ipad, CD edukatif. mainan
analysis). Data yang diperoleh dari hasil puzzle, dan gambar huruf-huruf, Bentuk
wawancara dan observasi dinarasikan secara kegiatan literasi yang dilakukan ibu dengan
deskriptif dan selanjutnya dilakukan anaknya adalah membacakan buku cerita,
pengkodean secara tematik. mengajak anak ke toko buku untuk memberi
Informan penelitian ini berjumlah kesempatan anak memilih buku yang
enam orang ibu dengan kriteria memiliki disukainya, bermain sambil belajar
anak prasekolah usia 4-6 tahun, dan huruf/tulisan, dan dilakukan juga kegiatan
berdomisili di kota Surakarta. Selain itu mengajarkan anak membaca dengan buku
keenam ibu ini terpilih sebagai informan latihan membaca, mengoreksi kesalahan anak
setelah melalui penyaringan melalui angket saat membaca, dan mendikte.
terbuka bahwa mereka mengisi waktu luang Informan dalam penelitian ini sudah
dengan kegiatan literasi bersama anak. Ibu di mengembangkan literasi awal anak
pilih sebagai informan utama penelitian prasekolah dengan menyediakan fasilitas
karena ternyata ibu lebih berperan dalam media buku dan teknologi multimedia yang
perkembangan literasi anak prasekolah bermanfaat untuk memfokuskan konsentrasi
dibandingkan ayah. Selain itu, anak anak dalam mengikuti aktivitas literasi.
prasekolah lebih dekat dengan ibu Walaupun demikian aktivitas literasi anak
dibandingkan anggota keluarga yang lain. prasekolah yang dilakukan masih lebih
menempatkan anak sebagai subjek yang pasif
4. HASIL DAN PEMBAHASAN menerima informasi. Ibu juga lebih
Data penelitian diperoleh dari informan menempatkan anak sebagai subjek belajar
dengan karakteristik seperti pada tabel 1. yang pasif dan ditentukan oleh arahan
ibunya. Anak belum diberi kesempatan untuk
Tabel 1. Karakteristik informan berperan aktif memanipulasi, eksplorasi dan
memahami pengetahuan literasi awal. Hal ini
No Nama Usia Pend Profesi kurang sesuai dengan teori konstruktifis
1 YW 35 S1 Staf BUMN kognitif dari Piaget yang menyatakan bahwa
2 RAS 41 S1 IRT
anak memiliki rasa ingin tahu yang
3 FY 37 S1 Karyawan
4 EZF 43 S1 IRT mendorongnya untuk aktif mencari tahu dan
5 MHS 35 S2 IRT membangun pemahamannya. Aktifitas
6 R 37 S1 Pedagang literasi yang dipilih informan lebih bersifat
mentransfer informasi sehingga pengetahuan
Analisis isi terhadap data naratif diperoleh anak bukan dibangun anak.
deskriptif menunjukkan hasil dalam empat Ibu rumah tangga, memiliki waktu
kategori yaitu tentang fasilitas yang menemani anak lebih banyak sehingga lebih
digunakan dalam aktivitas literasi, bentuk terlibat dalam aktivitas literasi anak di
keterlibatan ibu, kesulitan yang dihadapi, dan rumah. Sedangkan ibu bekerja memiliki
cara ibu mengatasi kesulitannya. Setelah waktu menemani anak yang lebih sedikit

177
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

sehingga lebih menunjukkan dukungan menciptakan suasana bermain sambil belajar


dengan menyediakan fasilitas untuk untuk menarik minat anak terhadap aktivitas
mengimbangi kurangnya kesempatan terlibat. literasi. Ibu yang lain masih membutuhkan
Selama ibu menemani anak, ibu lebih sering peningkatan keterampilan menciptakan
melakukan interaksi yang bersifat mengatur, suasana bermain sehingga aktivitas literasi
mengajar (directive) daripada menjadi berjalan dalam konteks yang menyenangkan
fasilitator atau mentor. Ibu juga lebih anak. Suasana bermain sambil belajar ini
menganggap aktivitas literasi bersama anak dapat lebih mudah diciptakan bila ibu
sebagai aktivitas belajar yang tekstual, bukan memiliki keterampilan melakukan
sebagai aktivitas bermain yang kontekstual. metalingual utterances (ungkapan,
Aktivitas ini juga berorientasi pada percakakpan yang mengarahkan anak untuk
meningkatkan kemampuan akademik baca memahami suatu konsep) dan keterampilan
tulis, tetapi kurang berorientasi verbal scaffolding (bertanya, mengarahkan,
meningkatkan minat anak terhadap baca tulis mendemonstrasikan sesuatu untuk
dan menikmati aktivitas literasi. Hal ini mengembangkan konsep tertentu).
kurang sesuai dengan teori sosio-kultural dari Dalam penelitian ini masih belum
Vygotsky yang menekankan pentingnya menggali data mengenai metalingual
peran ibu sebagai mentor atau fasilitator utterances dan verbal scaffolding yang
untuk menciptakan interaksi sosial yang diberikan oleh ibu. Oleh karena itu dari
membantu anak lebih memahami literasi penelitian ini tidak dapat diketahui sejauh
awal. mana keterampilan ibu dalam metalingual
Ibu masih mengeluhkan anak malas, utterances dan verbal scaffolding. Namun
mudah bosan, capek, jenuh, dan kurang demikian, dapat direkomendasikan untuk
bersemangat. Ibu bekerja juga mengeluh penelitian selanjutnya agar dilakukan
sudah lelah bekerja sehingga tidak cukup observasi dan analisis mendalam terkait
tenaga dan waktu untuk melibatkan diri kualitas percakapan ibu dan anak.
dalam aktivitas literasi anak. Hal ini
menunjukkan bahwa minat anak terhadap
literasi masih belum berkembang, Keenam 5. SIMPULAN
anak dalam penelitian ini semuanya Penelitian ini menghasilkan simpulan
termasuk anak yang membutuhkan bahwa fasilitas dalam proses pengembangan
pengkondisian dan bujukan untuk dapat minat dan kemampuan literasi awal anak
terlibat dalam aktivitas literasi. prasekolah di rumah sudah memanfaatkan
Untuk mengatasi masalah anak malas media terutama berupa buku cerita dan
dan kurang bersemangat, ibu tidak memaksa teknologi multimedia seperti televisi dan
anak dan berusaha membujuk atau komputer. Ibu juga sudah terlibat dalam
menasehati anak. Selain itu ibu aktivitas literasi anak prasekolah, ibu rumah
menggunakan media CD, buku bergambar tangga lebih rutin dalam melakukan aktivitas
atau televisi untuk menarik perhatian anak. literasi daripada ibu bekerja.
Upaya memahami karekter anak dan Namun demikian, interaksi ibu-anak
mengikuti alur aktivitas literasi yang dalam aktivitas literasi masih didominasi
diinginkan anak juga dilakukan ibu. Salah interaksi direktif, ibu mengatur anak dan
satu ibu menyatakan bahwa ia harus kreatif lebih berorientasi pada belajar akademik baca
untuk menciptakan suasana bermain sambil tulis. Ibu kurang memperhatikan kebutuhan
belajar agar anak senang dan tidak merasa anak untuk bermain, anak kurang aktif
sedang belajar. Usaha yang dilakukan ini melakukan aktivitas eksplorasi dan
sudah menunjukkan peningkatan kualitas manipulasi untuk membangun
interaksi selama melakukan aktivitas literasi pengetahuannya sendiri. Cara ini membuat
bersama anak. Walaupun demikian hanya anak kurang menikmati aktivitas literasi dan
satu ibu yang melakukan upaya kreatif untuk mudah bosan, jenuh, malas, dan kurang

178
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

berminat terhadap aktivitas literasi. Ibu harus abilities on later decoding and
kreatif menciptakan situasi bermain dan reading comprehension skills.
meningkatkan kualitas interaksi dalam Journal of School Psychology, 43,
aktivitas literasi. 481-494.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka Green, S. D., Peterson, R., & Lewis, J. R.
dapat direkomendasikan pengembangan (2006) Language and literacy
keterampilan ibu sebagai fasilitator untuk promotion in early childhood
meningkatkan kualitas aktivitas literasi. settings: A survey of center-based
Fasilitator yang menyalurkan rasa ingin tahu practices. Early Childhood Research
anaknya untuk melakukan eksplorasi literasi and Practice, 8, 27-47.
di lingkungan sekitarnya sehingga mampu Mullis, I., Martin, M., Kennedy, A., & Foy,
membangun pemahamannya sendiri. P. (2007) Progress in international
Untuk penelitian selanjutnya reading literacy study. Pirls 2006
direkomendasikan dilakukan observasi dan report. In: Lynch School of
analisis mendalam terkait kualitas Education, Boston College, Chestnut
percakapan ibu dan anak, terutama Hill, MA: TIMMS & PIRLS
bagaimana ibu memberikan metalingual International Study Centre.
utterance dan scaffolding. International Association for the
Evaluation of Educational
6. REFERENSI Achievement (IEA).
Barbarin, O. A., & Aikens, N. (2009) Mullis, R. L., Mullis, A. K., Cornille, T. A.,
Supporting parental practices in the Ritchson, A. D., & Sullender, M.
language and literacy development (2004) Early literacy outcomes and
of young children. Handbook of parent involvement. Tallahassee, FL:
child development and early Florida State University.
education: Research to practice, Reese, E., Sparks, A., & Leyva, D. (2010) A
378-398. review of parent interventions for
Berns, R. M. (2012) Child, family, school, preschool children’s language and
community: Socialization and emergent literacy. Journal of Early
support: Wadsworth Publishing Childhood Literacy, 10, 97-117.
Company. Sénéchal, M., & LeFevre, J.-A. (2002)
Bjorklund, D. F. (2011) Children's thinking: Parental Involvement in the
Cognitive development and Development of Children’s Reading
individual differences: Wadsworth Skill: A Five-Year Longitudinal
Publishing Company. Study. Child Development, 73, 445-
Byrnes, J. P., & Wasik, B. A. (2009) 460.
Language and literacy development: Slavin, R. E., & Davis, N. (2006)
What educators need to know: Educational psychology: Theory and
Guilford Press. practice.
Deckner, D. F., Adamson, L. B., & Weigel, D. J., Martin, S. S., & Bennett, K. K.
Bakeman, R. (2006) Child and (2010) pathways to literacy:
maternal contributions to shared connections between family assets
reading: Effects on language and and preschool children’s emergent
literacy development. Journal of literacy skills. Journal of Early
applied developmental psychology, Childhood Research, 8, 5-22.
27, 31-41. Whitehurst, G. J., & Lonigan, C. J. (1998)
Dieterich, S. E., Assel, M. A., Swank, P., Child development and emergent
Smith, K. E., & Landry, S. H. (2006) literacy. Child Development, 69,
The impact of early maternal verbal 848-872.
scaffolding and child language

179

Anda mungkin juga menyukai