1. Terdapat enam ragam standar yang mengatur organisasi sektor publik
a. Standar Nomenklatur Nomenklatur disebut juga dengan istilah kode rekening. Standar nomenklatur berpedoman pada proses perencanaan dan pertanggungjawaban yang terkait dengan pengkodean aktivitas publik atau transaksi publik yang terjadi dan bebagai barang dan jasa yang telah dihasilkan. Standar nomenklatur merupakan pengikat berbagai organisasi publik dengan kegiatan, program dan wujud hasil dari semua kegiatan dan programnya. b. Standar Harga Standar harga dapat didefinisikan sebagai standar biaya dan harga satuan tertinggi yang dapat dibeli atau dibayarkan dan belum termasuk pajak penghasilan serta dapat dinegosiasikan kembali untuk memperoleh harga yang wajar sebagaimana harga yang berlaku dipasaran apabila terdapat perubahan harga. c. Standar Akuntansi Biaya Standar akuntansi baia sektor publik dirancang untuk mencapai keseragaman dan konsistensi dalam pengukuran, penetapan dan pengalokasian biaya pada organisasi sektor publik. Standar didasarkan pada pemeriksaaan praktik akuntansi biaya umum eseluruh industri atau usaha yang ada. d. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Standar pelayanan minimal adalah suatu standard dengan batas –batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib organisasi publik yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencangkup jenis pelayanan, indikator dan nilai. e. Standar Akuntasi Keuangan Pemerintah (SAKP) Standar akuntansi keuangan sektor publik adalah pedoman untuk praktik akuntansi keuangan yang digunakan oleh organisasi sektor publik. Standar akuntansi keuangan juga dapat diartikan sebagai suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. f. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) SPKN adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. SPKN dijadikan panduan dalam proses audit di Indonesia. Standar ini akan menjadi acuan bagi auditor pemerintah dalam melaksakan tugasnya sebagai pemeriksa. 2. Tahapan perencanaan publik terbagi kedalam tahap pra-pelaksanaan dan tahap pelaksanaan perencanaan publik. Tahapan pra pelaksanaan perencanaan publik, terdiri dari tahapan berikut ini: 1. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Tahun Lalu dan Penetapan Prosedur Perencanaan Dengan evaluasi ini, gambaran pelaksanaan aktivitas dapat ditentukan mana yang telah berjalan dengan baik atau yang kurang optimal sehingga perencana bias menyusun strategi perencanaan baru yang bias meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan yang sudah berjalan baik. Setelah melakukan evaluasi dari pelaksanaan aktivitas tahun lalu, maka prosedur perencanaan ditetapkan. 2. Organisasi Pendukung Perencanaan Strategi perencaan dari hasil evaluasi tahun lalu dan prosedur perencanaan akan dapat dilaksanakan oleh organisasi pensukung perencanaan. 3. Penetapan Asumsi Perencanaan Setelah dilakukan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan tahun lalu, hasil dari evaluasi tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam membuat asumsi perencanaan untuk tahun berjalan 4. Kriteria evaluasi Hasil Perencanaan Agar perencanaan dapat dijalankan sesuai dengan prosedur pelaksanaan dan hasil yang telah ditetapkan, maka sebelumnya perlu disepakati berbagai kriteria evaluasi hasil perencanaan. 5. Penyusunan Indikator Program Selain kriteria evaluasi hasil perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan perencanaan juga membutuhkan indikator program. Indikator program ini kan mengkerangkai bagaimana input, benefit, outcome, output dan impact suatu program seharusnya dijalankan.
Tahapan pelaksanaan perencanaan publik, terdiri dari tahapan berikut ini :
1. Pembuatan Kertas Kerja Perencanaan Strategi dan Program
Tahapan pelaksanaan perencanaan publik dimulai dengan pembuatan kertas kerja perencanaan stategi dan program. Kertas kerja ini dibuat sebagai konsep awal atau usulan- usulan terkait strategi dan program yang hendak dilakukan. 2. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanan (Musrenbang) Tahap berikutnya setelah pembuatan kertas kerja perencanaan strategi dan program tahun berjalan adalah pembicaraan atau permusyawarahan perencanaan bertahap. Hal ini dilakukan untuk menjaring berbagai aspirasi masyarakat atau memberikan wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam menentukan program-program berdasarkan kebutuhan riilnya. 3. Penentuan Usulan Perencanaan Strategik Dari kertas kerja perencanaan strategi dan program yang telah dibuat dan dimusyawarahkan, maka pada akhir musyawarah akan dihasilkan usulan-usulan perencanaan strtegik berdasarkan keputusan bersama. Ketentuan ini menjadi dasar bagi proses selanjutnya, baik pada penentuan program maupun terkait anggaran. 4. Penentuan Draft Skala Prioritas dan Plafon Anggaran Tidak seluruh kebutuhan dan aspek perencanaan, dimasukkan dalam draft dokumen perencanaan. Terkait dengan keterbatasan sumber daya yang ada, skala prioritas dan plafon anggaran, perlu disusun dalam rangka mengakomodir kepentingan dari yang paling mendesak dan segera membutuhkan tindakan hingga kepentingan yang paling ringan. 5. Penentuan Usulan Rencana Program Kerja Draft dokumen perencanaan yang sudah disertai dengan skala prioritas dan plafon anggaran, dibahas oleh legislative dan ekskutif untuk mencapai kesepakatan bersama tentang struktur draft usulan rencana program kerja yang tepat dan sesuai kondisi organisasi beserta lingkungannya. 6. Penyelesaian Draft Dokumen Perencanaan Usulan rencana program kerja yang telah ditentukan kemudian dinyatakan kedalam draft dokumen perencanaan sebelum pembahasan finasl dilakukan. 7. Pembahasan Draft Dokumen Perencanaan Draft dokumen perencanaan yang telah dihasilkan kemudian dibahas dalam rapat paripurna untuk menghasilkan kesepakatan akhir dokumen perencanaan. 8. Penetapan Dokumen Perencanaan Melalui proses pembahasan dan kespakatan bersama, draft dokumen perencanaan tersebut, ditetapkan dan di sahkan menjadi dokumen perencanaan dengan peran sebagai pedoman dalam pelakasanaan kegiatan yang sudah direncanakan. 3. Zero Based Budgeting (ZBB) merupakan sistem anggaran yang didasarkan pasa perkiraan kegiatan, bukan pada apa yang telah dilakukan dimasa lalu. ZBB merupakan anggaran sebagai jawaban untuk rasionalisasi proses pembuatan angggaran. Dalam sistem ZBB muncul apa yang disebut sebagai unit kputusan (decision units). Decision unit menghasilkan berbagai paket alternative anggaran yang dibuat sebagai motivasi anggaran organisasi yang lebih responsive terhadap kebutuhan masyarakat dan terhadap fluktuasi jumlah anggaran. Dalam prakteknya, ZBB membutuhkan banyak kertas kerja (paper work), data serta menuntut penerapan sistem manajemen informasi yang cukup canggih.