Anda di halaman 1dari 156

PENEGAKAN PERATURAN DAERAH

TERHADAP PENYALAHGUNAAN RUMAH


KOST DI KOTA PONTIANAK PROVINSI
KALIMANTAN BARAT
SKRIPSI

diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


pemerintahan dan syarat penyusunan skripsi pada Program Sarjana Sains
Terapan Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri

oleh
PUTRI NUR ASYIFA OKTARIANI
31.0604

PROGRAM STUDI
PRAKTIK PERPOLISIAN TATA PAMONG
FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2024
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi :PENEGAKAN PERATURAN DAERAH


TERHADAP PENYALAHGUNAAN
RUMAH KOST DI KOTA
PONTIANAK PROVINSI
KALIMANTAN BARAT
Nama : Putri Nur Asyifa Oktariani
NPP : 31.0604
Fakultas : Perlindungan Masyarakat
Program Studi : Praktik Perpolisian Tata Pamong
Tempat dan Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 20 April 2002

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada Sidang

Ujian Komprehensif Skripsi, pada hari… tanggal… bulan…

Tahun 2024.

Jatinangor, … Mei 2024


Dosen Pembimbing

Ir. RAHMAN IBRAHIM, M.Sc


Pembina Utama Madya (IV/d)
NIP. 19590623 201112 1 001
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : PENEGAKAN PERATURAN


DAERAH TERHADAP
PENYALAHGUNAAN RUMAH
KOST DI KOTA PONTIANAK
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Nama : Putri Nur Asyifa Oktariani
NPP : 31.0604
Program Studi : Praktik Perpolisian Tata Pamong
Fakultas : Perlindungan Masyarakat

Telah diuji dan dinyatakan lulus pada hari .. tanggal.. bulan… tahun 2024,
di hadapan Tim Penguji pada Sidang Ujian Skripsi, yang terdiri dari :

No. Nama Kedudukan Tanda Tangan

1. Gradiana Tefa, S.STP, M.AP Ketua (………………………..)

2. Ir. Rahman Ibrahim, M.Sc Sekretaris (…….…………………)

3. Ir. H. Boytenjuri, Ces Anggota (………………………..)

Dosen Pembimbing, Ketua Program Studi


Praktik Perpolisian Tata Pamong

Ir. RAHMAN IBRAHIM, M.Sc Dr. Dra. EVA EVIANY, M.Si


Pembina Utama Madya (IV/d) Pembina (IV/a)
NIP. 19590623 201112 1 001 NIP. 19680819 198903 2 001
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Putri Nur Asyifa Oktariani
NPP : 31.0604
Program Studi : Praktik Perpolisian Tata Pamong
Fakultas : Perlindungan Masyarakat
Judul Skripsi :PENEGAKAN PERATURAN DAERAH TERHADAP
PENYALAHGUNAAN RUMAH KOST DI KOTA
PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi yang saya
tulis ini adalah asli hasil karya saya sendiri bukan hasil menjiplak atau
plagiat dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
diperguruan tinggi manapun. Hal ini dibuatkan dengan surat keterangan
hasil pemeriksaan deteksi plagiarism berbasis internet (seperti : tur it in)
yang kurang dari 30% dari Perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam
Negeri.
Sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, apabila ternyata saya
terbukti melakukan pelanggaran akademik tersebut diatas, saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan Lembaga dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Jatinangor, 2024
Yang membuat pernyataan,

Putri Nur Asyifa Oktariani


NPP. 31.0604

xiii
Motto

“Direndahkan dimata manusia, ditinggikan dimata Tuhan, Prove them wrong


gonna fight and dont stop, until your big family proud”

“ Selalu ada harga dalam setiap proses. Nikmati saja lelah-lelah itu.
Lebarkan lagi rasa sabar itu. Semua yang kamu investasikan untuk
menjadikan dirimu serupa yang kamu impikan, mungkin tidak akan selalu
berjalan lancar tapi gelombang-gelombang itu yang nanti akan bisa kamu
ceritakan pada anak cucumu kelak”

Persembahan
Dengan segenap rasa syukur dalam hati tiada lembar yang paling inti dalam
sebuah lembar ini
Kupersembahkan sebuah karya nan indah dan sederhana ini kepada orang-orang
yang paling kucintai
Yang selalu memanjatkan untaian doa terbaiknya setiap hari, yang selalu
memberi tanpa diminta, Ibuku tersayang (Eem Rohimah) dan Alm.Ayah (Rukana
Jayalaksana) dan semua keluarga besar terimakasih selalu ada dalam setiap
suka maupun duka
Ucapan terimakasih juga selalu tersampaikan kepada Keluarga Besar IPDN
Yang telah mengajarkan bahwa saudara tidak harus sedarah.
Terimakasih atas warna-warni cerita
Terimakasih atas pahit dan manisnya Pendidikan ini
Terimakasih atas ilmu dan pengalaman luar biasa rasa bangga ini akan selalu
menggebu-gebu dalam hati
Menjadi kenangan indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang
Jayalah Alamamaterku

Insitut Pemerintahan Dalam Negeri

PENEGAKAN PERATURAN DAERAH TERHADAP


PENYALAHGUNAAN RUMAH KOST DI KOTA PONTIANAK PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

Oleh:
Putri Nur Asyifa Oktariani
Dosen Pembimbing : Ir. Rahman Ibrahim, M.Sc

ABSTRAK

xiii
Penelitian ini dilakukan karena adanya peningkatan jumlah kasus
asusila di Kota Pontianak khususnya yang bersumber telah dari usaha
rumah kost yang semakin berkembang dan bertambah setiap tahunnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penegakan Peraturan
Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum pada
pelaksanaan penertiban atau Razia kost oleh Satuan Polisi Pamong Praja
di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan
teori 5 faktor dalam penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto, yaitu
faktor hukum, faktor penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, faktor
masyarakat, dan faktor budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif. Data penelitian
dianalisis dengan tekhnik snowball sampling. Hasil penelitian menunjukan
bahwa penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 secara garis
besar telah berjalan cukup baik. Koordinasi antar stakeholders dan sarana
prasarana pun sangat mendukung penertiban serta penegakan peraturan
daerah ini tak luput juga dukungan dari para elite politik pemerintah
daerah. Adapun hambatannya adalah pelaksanaan penegakan peraturan
daerah masih melakukan input data secara manual sehingga memakan
waktu yang cukup lama dan dalam pelaksanaan proses tindak lanjut
berupa sanksi denda maupun tindak pidana ringan masih banyak
ditemukan kasus penolakan oleh penghuni rumah kost yang melanggar
maupun dari pemilik rumah kost, tentunya hal ini mempersulit pihak Satpol
PP untuk melanjutkan kasus ke tahap selanjutnya sebagai bentuk
penegakan peraturan daerah.

Kata Kunci : Penegakan Peraturan Daerah,Penegakan Hukum, Satpol


PP, Rumah Kost

ENFORCEMENT OF REGIONAL REGULATIONS AGAINST MISUSE


OF BOARDING HOUSES IN PONTIANAK CITY, WEST KALIMANTAN
PROVINCE

By:
Putri Nur Asyifa Oktariani
Promotor : Ir. Rahman Ibrahim, M.Sc

ABSTRACT

xiii
This research was carried out because of the increase in the number of
immoral cases in Pontianak City, especially those originating from the
boarding house business which is growing and increasing every year. The
aim of this research is to evaluate the enforcement of Regional Regulation
Number 19 of 2021 concerning Public Order in the implementation of
boarding house control or raids by the Civil Service Police Unit in
Pontianak City, West Kalimantan Province. This research uses the 5
factor theory in law enforcement according to Soerjono Soekanto, namely
legal factors, law enforcement factors, facilities and infrastructure factors,
community factors, and cultural factors. The method used in this research
is descriptive qualitative with an inductive approach. Research data was
analyzed using snowball sampling technique. The research results show
that enforcement of Regional Regulation Number 19 of 2021 has generally
gone quite well. Coordination between stakeholders and infrastructure
also really supports order and enforcement of regional regulations. This
also includes support from the political elite of the regional government.
The obstacle is that the implementation of regional regulation enforcement
still involves inputting data manually so it takes quite a long time and in
implementing the follow-up process in the form of fines and minor criminal
offenses, there are still many cases of refusal by boarding house residents
who violate it and from boarding house owners, of course. This makes it
difficult for Satpol PP to continue the case to the next stage as a form of
enforcing regional regulations.

Key Word: Enforcement of Regional Regulations, Law Enforcement,


Satpol PP, Boarding House

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

xiii
“PENEGAKAN PERATURAN DAERAH TERHADAP

PENYALAHGUNAAN RUMAH KOST DI KOTA PONTIANAK PROVINSI

KALIMANTAN BARAT” dengan baik. Sebagai salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program Diploma IV pada Institut Pemerintahan

Dalam Negeri Tahun Akademik 2023/2024.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan Skripsi ini

masih belum sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan,

pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki peneliti serta keterbatasan

waktu dalam proses pembuatan proposal ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tidak

terlepas dari dukungan, kasih sayang, motivasi dan bimbingan dari

berbagai pihak. Sehingga peneliti menyampaikan penghargaan dan

ucapan terimakasih kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Hadi Prabowo, M.M selaku Rektor Institut

Pemerintahan Dalam Negeri;

2. Yth. Bapak Dr. Hyronimus Rowa, M.Si selaku Wakil Rektor Bidang

Akademik dan Inovasi Institut Pemerintahan Dalam Negeri

3. Yth. Bapak Dr. Drs. Rizari, M.B.A., M.Si selaku Wakil Rektor Bidang

Adminsitrasi Institut Pemerintahan Dalam Negeri;

4. Yth. Bapak Dr. Yudi Rusfiana, S.IP., M.Si selaku Wakil Rektor

Bidang Kemahasiswaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri;

5. Yth. Ibu Dr. Deti Mulyati, SH., MH., CN selaku Wakil Rektor Bidang

Hukum, Kerjasama dan Kepegawaian Institut Pemerintahan Dalam

xiii
Negeri;

6. Yth. Bapak Dr. Drs. Udaya Madjid, M.Pd selaku Dekan Fakultas

Perlindungan Masyarakat;

7. Yth. Bapak Dr. Drs. H. Kusworo, M.Si, Bapak Drs. Florianus Aser

M.Si, Bapak Maris Gunawan Rukmana, S.IP, M.Si, selaku Wakil

Dekan Fakultas Perlindungan Masyarakat;

8. Yth. Ibu Dr. Dra.Eva Eviany, M.Si selaku Kepala Program Studi

Praktik Perpolisian Tata Pamong;

9. Yth. Bapak Ir.Rahman Ibrahim, M.Sc selaku Dosen Pembimbing

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya

selama proses bimbingan;

10. Kepada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak yang telah

membantu dalam proses penyusunan skripsi ini;

11. Kepada Keluarga Besar terutama Mamah Eem Rohimah dan Alm.

Ayah tercinta Bapak Rukana Jayalaksana yang selalu

memberikan do’a dan motivasi dalam penulisan skripsi ini;

12. Kepada tiga saudara kandung Hendayana,Herdik Rudiyana dan

Egi Kristiana yang telah memberikan dukungan dalam penulisan

skripsi ini;

13. Sahabat syurga Sintha Dwi Nugraeni, Syahna Leidia Dharma dan

Nila Wardani yang selalu ada dalam suka maupun duka;

14. Serta semua pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu

persatu, yang telah memberikan dukungan dan doa dalam

xiii
penulisan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki

beberapa kekurangan. Maka dari peneliti berharap saran dan kritik

yang membangun supaya dalam penelitian dapat lebih baik lagi.

Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang yang membaca

khususnya bagi peneliti sendiri agar dapat dijadikan referensi untuk

peneliti selanjutnya.

Jatinangor, …2024
Penulis,

PUTRI NUR ASYIFA OKTARIANI


NPP 31.0604

xiii
DAFTAR ISI
ABSTRAK..........................................................................................v
ABSTRACT......................................................................................vi
KATA PENGANTAR.......................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
1.2. Latar Belakang....................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................9
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................9
1.4. Kegunaan Penelitian..........................................................10
1.4.1. Kegunaan Teoritis....................................................10
1.4.2. Kegunaan Praktis.....................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................12
2.1. Penelitian Sebelumnya......................................................12
2.2. Landasan Teoritis dan Legalistik.......................................16
2.2.1. Pemerintahan...........................................................16
2.2.2. Satuan Polisi Pamong Praja.....................................18
2.2.3. Ketertiban Umum.....................................................22
2.2.4. Penegakan Hukum...................................................23
2.2.5. Rumah Kost..............................................................28
2.3. Kerangka Pemikiran..........................................................28
BAB III METODE PENELITIAN......................................................30
3.1. Pendekatan Penelitian.......................................................30
3.2. Operasional Konsep..........................................................32
3.3. Sumber Data dan Informan...............................................33
3.3.1. Sumber Data............................................................33
3.3.2. Informan...................................................................36
3.4. Instrumen Penelitian..........................................................37
3.5. Teknik Pengumpulan Data................................................38
3.5.1. Wawancara..............................................................39

vi
3.5.2. Observasi.................................................................40
3.5.3 Triangulasi................................................................42
3.6. Teknik Analisis Data..........................................................42
3.6.1. Dokumentasi............................................................44
3.7. Jadwal dan Lokasi Penelitian............................................46
3.7.1. Jadwal Penelitian.....................................................46
3.7.2. Lokasi Penelitian......................................................47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................48
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................48
4.1.1. Gambaran Umum Kota Pontianak...........................48
4.2. Kondisi Demografis Kota Pontianak..................................50
4.3. Visi Misi Kota Pontianak....................................................51
4.4. Gambaran Umum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Kota Pontianak...............................................................53
4.4.1.Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pontianak
........................................................................................ 53
4.4.2. Visi Misi Satpol PP Kota Pontianak...............................54
4.4.3. Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol
PP) Kota Pontianak.......................................................55
4.4.4. Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Kota Pontianak.....................................56
4.4.5. Sarana dan Prasarana Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP) Kota Pontianak............................................60
4.5 Penegakan Perda Nomor 19 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum Dan
Perlindungan Masyarakat Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat
62
4.6 Upaya Satpol PP Kota Pontianak dalam penegakan perda
Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum terhadap
Penyaahgunaan Rumah Kost sebagai tempat asusila.....................83
4.7 Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan
Penegakan Peraturan Daerah Terhadap Penyalahgunaan Rumah
Kost Sebagai Tempat Asusila Di Kota Pontianak............................88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................92
5.1 Kesimpulan........................................................................92

vi
5.2 Saran.................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA........................................................................97
LAMPIRAN I..................................................................................101
PEDOMAN WAWANCARA...........................................................101
LAMPIRAN II.................................................................................110
DOKUMENTASI.............................................................................110
LAMPIRAN III................................................................................119

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Rekapitulasi Izin Usaha Rumah Kost yang Terdaftar di Dinas
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Pontianak Periode 2020 – 2023.....................3
Tabel 1. 2 Jumlah Pelanggaran Penertiban Penyalahgunaan Rumah Kost di Kota
Pontianak Tahun 2021-2023................................................................................................7

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya.....................................................................................12

Tabel 3. 1 Operasional Konsep.........................................................................................33


Tabel 3. 2 Informan Penelitian..........................................................................................37
Tabel 3. 3 Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi Praja Utama Tahun
Akademik 2023/2024.........................................................................................................46

Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Kota Pontianak Tahun 2019-2023......................................50


Tabel 4. 2 Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak...................56
Tabel 4. 3 Sarana dan Prasarana Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak....61

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran.....................................................................................29

Gambar 4. 1 Peta Wilayah Kota Pontianak.......................................................................49

x
x
BAB I
PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang

Kota Pontianak merupakan Ibukota Provinsi

Kalimantan Barat, dimana luas keseluruhan wilayahnya

mencapai 107,82 Km2. Secara administrasi Kota Pontianak

dibagi menjadi 6 (enam) Kecamatan dan 29 (dua puluh

sembilan) Kelurahan, dimana Kecamatan di Kota Pontianak

yang mempunyai wilayah terluas adalah Kecamatan

Pontianak Utara (34,52 persen), diikuti oleh Kecamatan

Pontianak Barat (15,25 persen), Kecamatan Pontianak Kota

(14,39 persen), Kecamatan Pontianak Tenggara (13,75

persen), Kecamatan Pontianak Selatan (13,49 persen) dan

Kecamatan Pontianak Timur (8,14 persen)1.

Secara administratif wilayah Provinsi Kalimantan

Barat berdekatan dengan beberapa pusat pertumbuhan

Regional yaitu Batam, Pekanbaru, Natuna, Jakarta,

Balikpapan, Pangkalan Bun. Provinsi Kalimantan Barat

letaknya juga tidak jauh dari Negara ASEAN yang cukup

berkembang seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan

Singapura. Bahkan Provinsi Kalimantan Barat berbatasan


1
https://ppid.pontianak.go.id/profil-daerah diakses pada 25 November
2023

1
langsung dengan Negara Bagian Sarawak Malaysia,

sehingga menjadi beranda terdepan Negara Indonesia

dalam berinteraksi langsung dengan tetangga Malaysia.

Kota Pontianak merupakan titik sentral dari semua

kegiatan, baik kegiatan perdagangan.

2
pendidikan, perindustrian, pemerintahan, sehingga banyak

memberikan konstribusi dalam menunjang pembangunan

daerah. Oleh karena itu, terjadi pertambahan jumlah

penduduk yang cukup signifikan dikarenakan banyak

pendatang yang berasal dari berbagai daerah kabupaten

/kota di lingkungan Provinsi Kalimantan Barat dan tidak

sedikit pula yang berasal dari pulau Kalimantan yang

memilih menetap di Kota Pontianak untuk mengadu nasib

atau menimba ilmu dibeberapa Lembaga Pendidikan di Kota

Pontianak.

Apabila dilihat dari kenyataan di atas, jumlah para pendatang

semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga secara otomatis

pertambahan penduduk juga semakin meningkat di Kota Pontianak.

Diperkuat oleh catatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang

merekam bahwa selama jangka waktu 3 tahun terakhir jumlah penduduk

di Kota Pontianak terus bertambah. Dapat dilihat pada tahun 2020

terdapat 670.859 jiwa, tahun 2021 berjumlah 672.440 jiwa, tahun 2022

terdapat 673.400 jiwa dan tahun 2023 tercatat 676.096 jiwa. Artinya dalam

kurun waktu 3 tahun terakhir terdapat kenaikan sebanyak 6.096 jiwa2

Para pendatang ini mayoritas diantaranya tidak memiliki tempat

tinggal, mereka memilih untuk menyewa rumah kontrakan atau menyewa

rumah kost di Kota Pontianak, karena apabila dilihat dari sudut ekonomi

2
https://disdukcapil.pontianakkota.go.id/kategori/jumlah-penduduk diakses
pada 28 November 2023

3
jauh lebih murah dengan fasilitas yang memadai daripada harus membeli

rumah sendiri.

Rumah kost merupakan salah satu tempat penyedia jasa

penginapan atau tempat tinggal sementara yang terdiri dari beberapa

kamar dan setiap kamar memiliki beberapa fasilitas yang ditawarkan atau

disediakan dan juga memiliki harga yang telah ditentukan oleh pemilik

kost/kontrakan. Jumlah rumah kost di Kota Pontianak terus bertambah

setiap tahunnya. Informasi ini diperkuat oleh jumlah rekapitulasi izin usaha

rumah kost yang terdaftar di Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

Kota Pontianak sebagai berikut3 :

Tabel 1. 1
Jumlah Rekapitulasi Izin Usaha Rumah Kost yang Terdaftar di Dinas
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Pontianak Periode 2020 – 2023
Kecamatan Tahun Terdaftar Jumlah
2020 2021 2022 2023 Total
Pontianak Barat 8 7 8 8 31
Pontianak Kota 18 23 27 30 98
Pontianak Selatan 9 8 9 10 36
Pontianak Tenggara 16 25 26 26 93
Pontianak Timur 4 4 5 4 17
Pontianak Utara 1 1 2 3 7
Jumlah 56 68 77 81 282
Sumber: Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Pontianak

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat usaha rumah kost di Kota

Pontianak semakin bertambah setiap tahunnya. Hal ini menjadi perhatian

khusus Pemerintah Daerah Kota Pontianak untuk melakukan pengawasan

intensif terhadap rumah kost agar tidak terjadi penyalahgunaan dalam


3
https://satudata.pontianak.go.id/dataset?pd=satuan-polisi-pamong-praja

4
peruntukkannya khususnya yang berkaitan dengan perbuatan asusila.

Beberapa kasus asusila ditemukan di rumah kost yang belum

terdaftar di Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu padahal sebelum pelaku

usaha kost akan membangun usahanya terlebih dahulu harus mendatangi

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk dapat melakukan

pengecekan fungsi tata ruang dan kelayakan hunian. Seperti yang

dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 Tentang

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pasal 2 menyebutkan bahwa:

PTSP bertujuan:
a. memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada
masyarakat;
b. memperpendek proses pelayanan;
c. mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah,
murah, transparan, pasti, dan terjangkau; dan
d. mendekatkan dan memberikan pelayanan yang lebih
luas kepada masyarakat.

Penyalahgunaan rumah kost termasuk pelanggaran perda dan

perkada yang banyak dilakukan oleh pasangan diluar nikah yang tinggal di

rumah kost kemudian tertangkap berada di kamar tertutup dan tidak

memiliki buku nikah serta diduga melakukan perbuatan asusila. Namun

pemilik kost sendiri tidak memberikan aturan dan pengawasan terkait apa

yang boleh dan tidak boleh dilakukan kepada penghuni kostnya dan

hanya mementingkan bisnisnya meskipun itu melanggar aturan yang

berlaku.

Kebijakan terkait rumah kost di Kota Pontianak sendiri telah

tertuang didalam Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 19 Tahun 2021

tentang Ketertiban Umum bahwa:

5
Pasal 39
1. Setiap orang dilarang bertingkah laku asusila dan/atau
melakukan perbuatan asusila di jalan umum, jalur hijau, lorong-
lorong, taman atau tempat umum lainnya.
2. Setiap orang yang berlainan jenis dilarang berada di dalam
ruangan tertutup di rumah kost, hotel/penginapan dan sejenisnya
tanpa ikatan pernikahan yang sah.
3. Setiap orang/ badan baik sengaja maupun tidak, dilarang
memberikan kesempatan/menyediakan bangunan atau rumah
sebagai tempat untuk berbuat asusila yang berada di:
a. rumah kos; dan
b. hotel/penginapan dan sejenisnya.
4. Setiap orang/badan dilarang memberikan kesempatan/
menyediakan bangunan atau rumah sebagai tempat untuk
berbuat asusila yang dilakukan oleh anak-anak yang berada di:
a. rumah kos; dan
b. hotel/penginapan dan sejenisnya.

Aktor pelaksana penegakkan peraturan daerah yaitu Satuan Polisi

Pamong Praja dibantu dengan beberapa anggota TNI dan POLRI untuk

menidaklanjuti kasus penyalahgunaan rumah kost serta pasangan yang

tidak sah secara hukum yang diduga melakukan asusila di rumah kost,

hotel, atau penginapan melalui inovasi program Sidang Cepat Operasi

Yustisi (SICEPOY). Inovasi SICEPOY berupa pelaksanaan operasi yustisi

terhadap pelaku perbuatan asusila di tempat-tempat kost dan pada hari

yang sama juga langsung dikenakan biaya penegakan perda atau

mengikuti sidang Tindak Pidana Ringan (TIPIRING) di pengadilan negeri

setempat4. Dalam pelaksanaan inovasi program SICEPOY ini telah diatur

dalam Peraturan Walikota No. 40 Tahun 2017 mengenai Standar

Operasional Prosedur Sidang Cepat Operasi Yustisi. Dalam proses

4
https://kalbarprov.go.id/berita/kasat-pol-pp-kota-pontianak-sampaikan-inovasi-di-tingkat-
nasional.html

6
penegakan perda melalui SICEPOY ini, Satuan Polisi Pamong Praja

dibantu oleh beberapa anggota TNI/POLRI untuk mendampingi proses

razia kost . Disebutkan dalam Peraturan Walikota No. 40 Tahun 2017

Pasal 5 ayat 1 huruf b bahwa:

Pelaksanaan Penegakan Perda dilakukan selama 2 jam terhitung


mulai dari pukul 05.00 WIB s.d pukul 07.00 WIB, selanjutnya
pelanggar Peraturan Daerah dibawa ke Kantor Satpol PP untuk
dilakukan pemeriksaan dan akan disidang tipiringkan ke
Kejaksaan Negeri dengan waktu proses 15 (lima belas) menit.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018

tentang Satuan Polisi Pamong Praja. Berdasarkan Pasal 5 dalam PP No.

16 Tahun 2018, Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas yaitu:

1. Menegakkan Perda dan Perkada;


2. Menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman; dan
3. Menyelenggarakan perlindungan masyarakat.

Peraturan Daerah tersebut dibuat semata-mata untuk memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat sekitar agar terciptanya rasa damai

dilingkungan sekitar. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka Satuan Polisi

Pamong Praja berperan aktif dalam langkah selanjutnya yaitu menegakan

Peraturan Daerah bagi masyarakat yang melanggar kebijakan tersebut

guna menciptakan ketentraman dan ketertiban umum.

Meskipun Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 Pasal 39

terkait larangan penyalahgunaan rumah kost telah dikeluarkan, dan

penertiban rumah kost terus dilaksanakan bahkan dari tahun 2012 hingga

sekarang. Sanksi selalu diberikan sesuai dengan aturan yang berlaku

akan tetapi kasus asusila di rumah kost ini belum menunjukkan perubahan

7
maupun penurunan signifikan dan bahkan semakin bertambah.

Hal tersebut diperkuat oleh Badan Pusat Statistik dalam Statistik

Kriminal hingga bulan Oktober 2023 yang merekam bahwa Provinsi

Kalimantan Barat sebagai provinsi tertinggi kesembilan tentang kasus

asusila (999 kasus)5. Dilihat dari informasi Badan Pusat Statistik tersebut

menandakan bahwa kasus asusila yang terjadi di Provinsi Kalimantan

Barat semakin meningkat. Tak dapat dipungkiri, penyalahgunaan rumah

kost juga menjadi salah satu penyumbang angka kasus asusila. Infromasi

ini diperkuat oleh berita yang dilansir dalam media online

TribunPontianak.co.id pada 5 April 2023 bahwa:

PONTIANAK, lima pasang muda-mudi terciduk tengah berada


dikamar kost ketika didatangi petugas Satpol PP Kota Pontianak
saat penertiban penyakit masyarakat. Rabu (5/04/2023) dini hari.
Kelima pasang muda-mudi tersebut diamankan ke Kantor Satpol
PP Kota Pontianak karena tidak dapat menunjukan bukti sebagai
pasangan suami istri yang sah. “Giat Satpol PP menertibkan
pasangan tidak sah yang kedapatan berada dalam satu kamar,
dalam rangka menangani penyakit masyarakat. Peran pemilik kos
juga sangat penting untuk mencegah terjadinya hal-hal seperti ini.”
tegas Kasatpol PP Kota Pontianak Hj. Syarifah Adriana, S.E, M.Si.

Tabel 1. 2
Jumlah Pelanggaran Penertiban Penyalahgunaan Rumah Kost di Kota
Pontianak Tahun 2021-2023
NO. TAHUN JUMLAH JUMLAH KASUS
KEJADIAN PELANGGAR PELANGGARAN
1. 2021 681 orang 84 kasus

2. 2022 1.188 orang 75 kasus

3. 2023 999 orang 114 kasus

Sumber: Rekapitulasi data hasil pelanggaran perda pertahun Satuan


5
https://pontianakkota.bps.go.id/indicator/27/451/1/-jumlah-kejahatan-pelanggaran-yang-
dilaporkan-dan-diselesaikan-menurut-satuan-kepolisian.html

8
Polisi Pamong Praja Kota Pontianak

Berdasarkan tabel 1.2 menandakan bahwa kasus

penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila masih tinggi.

Penyalahgunaan kost dapat berupa menjadi tempat mesum, esek-esek,

pesta alkohol dan lain- lain6. Faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan

rumah kost antara lain masih rendahnya pengawasan atau control pemilik

rumah kost terhadap penghuni/ penyewanya, masih kurang tegasnya

peraturan yang ada didalam kost tentang apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan dan juga masih kurangnya sosialisasi mengenai peraturan

daerah yang berlaku terkait rumah kost7.

Dalam hal ini Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak sebagai

penegak perda dan perkada berwenang untuk meningkatkan kesadaran

dan ketaatan masyarakat, aparatur, badan hukum dengan memproses

setiap pelanggaran peraturan daerah dengan cara menjalankan prosedur

agar dapat membuat pelanggar jera dan lebih patuh hukum.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti berasumsi bahwa masih

banyaknya ditemukan kasus penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat

asusila dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi peraturan

daerah yang berlaku. Jika penegakan peraturan tidak dilakukan, tentunya

penyakit masyarakat akan semakin merajalela dan berpengaruh buruk

bagi masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengambil
6
https://news.detik.com/berita/d-3085494/razia-kos-di-setiabudi-3-pasangan-kumpul-
kebo-ditemukan-berduaan-di-kamar diakses pada 27 November 2023
7
https://www.kompasiana.com/arifiana/552ffa736ea8340b7b8b45b4/maraknya-
penyalahgunaan-kos-di-kalangan-mahasiswa diakses pada 27 November 2023

9
judul

“PENEGAKAN PERATURAN DAERAH TERHADAP


PENYALAHGUNAAN RUMAH KOST DI KOTA PONTIANAK PROVINSI
KALIMANTAN BARAT”.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang dirumuskan berdasarkan latar belakang diatas

dapat ditarik permasalahan yang akan menjadi batasan pembahasan

penelitian adalah :

1. Bagaimana Penegakan Peraturan Daerah Kota Pontianak

Nomor 19 Tahun 2021 Pasal 39 tentang Penyelenggaraan

Ketenteraman, Ketertiban Umum Dan Perlindungan Masyarakat

terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

Penegakan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 19 Tahun

2021 Pasal 39 tentang Penyelenggaraan Ketenteraman,

Ketertiban Umum Dan Perlindungan Masyarakat terhadap

penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan daripada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana penegakan

Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 19 Tahun 2021 Pasal

39 tentang Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum

Dan Perlindungan Masyarakat dalam menangani kasus

penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila.

10
2. Untuk mengetahui dan menganalisa apa faktor penghambat

dan faktor pendukung dalam Penegakan Peraturan Daerah

Kota Pontianak Nomor 19 Tahun 2021 Pasal 39 tentang

Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum Dan

Perlindungan Masyarakat dalam menangani kasus

penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Peneliti berharap penelitian ini mampu menambah wawasan dan

mengembangkan inovasi dalam mengurus urusan pemerintahan daerah

terutama dalam Penegakan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 19

Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum

Dan Perlindungan Masyarakat terhadap penyalahgunaan rumah kost

sebagai tempat asusila

1.4.2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian magang dan riset pemerintahan

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman

yang dapat diterapkan dalam dunia kerja yang akan datang.

2. Bagi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak, Peneliti

berharap penelitian ini dapat menjadi acuan serta masukan

kedepannya dalam melaksakan penegakan peraturan daerah

terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila

11
3. Bagi Institut Pemerintahan Dalam Negeri, peneliti berharap

penelitian ini dapat menyumbangkan dan menjadi sumber

referensi bagi Pendidikan Ilmu Terapan Pemerintahan dalam

rangka penegakan peraturan daerah.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Sebelumnya

Perbandingan antara penelitian yang

dilaksanakan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya

dinamakan penelitian sebelumnya. Tujuan adanya

penelitian sebelumnya adalah sebagai sumber inspirasi

dalam penelitian yang akan dilaksanakan, untuk

memperluas serta memperdalam teori yang akan

digunakan dalam kajian penelitian, dan juga untuk

meneruskan keilmuan yang telah dilakukan penelitian

sebelumnya sehingga bisa menciptakan suatu penelitian

baru. Adapun penelitian yang memiliki keterikatan dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. 1
Penelitian Sebelumnya
Research GAP
Penel
itia
Judu Penelitian
n
l Terdahul
Sa
u
at
Ini
(2) (3) (4)
Upay a) Fokus: Penegakan a) Fokus :
a Perda dalam izin usaha Penegakan Perda
Pe kost terhadap kasus
ne b) Teori: Penegakan penyalahgunaan
ga Hukum, Munfir Fuady rumah kost
ka ( 2010: 176) sebagai tempat
n c) Metode Penelitian: asusila
Pe Deskriptif Kualitatif b) Teori :

13
Research GAP
Penel
itia
Judu Penelitian
n
l Terdahul
Sa
u
at
Ini
(2) (3) (4)
rat d) Hasil: Penegakan Penegakan
ur terhadap Perda Kota Hukum, Soerjono
an Yogyakarta No. 1 Tahun Soekanto ( 2008 :
Da 2017 tentang 86)
er Penyelenggaraan c) Metode Penelitian
ah Pondokan di Kota : Kualitatif
No Yogyakarta belum Deskriptif
m sepenuhnya dapat d) Hasil :-
or ditegakkan, upaya yang
1 dilakukan Satpol PP
Ta adalah dengan
hu melakukan sosialisai,
n pembinaan dan
20 pemberian sanksi non
17 yustisi dan yustisi.
te Selain itu,Satpol PP juga
nt berupaya membentuk
an Kampung panca tertib
g demi mewujudkan
Pe Kampung tertib
ny Pondokan. Dijelaskan
ele juga faktor penghambat
ng kurang adanya sikap
ga perduli dari masyarakat
ra sekitar Selain itu sanksi
an terhadap pelanggar
Po perda juga dirasa kurang
nd tegas, Tidak ada
ok pengecekan ulang
an terhadap Pondokan
Di yang sudah berizin.
Ko
ta
Yo
gy
ak
art
a
Ol
eh
Ga
lan

14
Research GAP
Penel
itia
Judu Penelitian
n
l Terdahul
Sa
u
at
Ini
(2) (3) (4)
g
Fe
ba
Ra
m
ad
ha
n
(2
01
7)
2. Pene a) Fokus: Penertiban a) Fokus :
rti terhadap Rumah kost Penegakan
ba yang tidak memiliki izin Perda terhadap
n b) Teori: Penertiban, kasus
Te Widjajanti (2000:10) penyalahgunaan
rh c) Metode : Deskriptif rumah kost
ad Analisis sebagai tempat
ap d) Hasil : Hasil penelitian asusila
Ru menunjukan bahwa b) Teori :
m kurangnya sosialisasi Penegakan
ah dan pemahaman Hukum,
Ko masyarakat terhadap Soerjono
st pentingnya memiliki izin Soekanto
Be usaha rumah kost, ( 2008 : 86)
rd namun masyarakat c) Metode
as merasa keberatan Penelitian:
ar mengurus izin ini Kualitatif
ka disebabkan mereka Deskriptif
n memang kurang d) Hasil :-
Pa mengetahui aturannya,
sal juga dalam
6 pengurusannya terlalu
Pe banyak persyaratan
rat yang sulit untuk
ur didapatkan. Maka dari
an itu Problem Solve dari
Da masalah ini Satpol PP
er Kubu Raya gencar
ah melaksanakan
Ka penyuluhan hukum
bu terhadap masyarakat

15
Research GAP
Penel
itia
Judu Penelitian
n
l Terdahul
Sa
u
at
Ini
(2) (3) (4)
pa dan pemilik rumah kost,
te dan juga memberikan
n kemudahan dalam
Ku pengurusan izin usaha
bu rumah kost.
Ra
ya
No
m
or
4
Ta
hu
n
20
10
Te
nt
an
g
Ke
ter
tib
an
U
m
u
m
di
Ke
ca
m
at
an
Su
ng
ai
Ra
ya
Ol
eh
Tri

16
Research GAP
Penel
itia
Judu Penelitian
n
l Terdahul
Sa
u
at
Ini
(2) (3) (4)
Se
pt
a
Le
sta
ri
(2
01
7)
3. Pera a) Fokus : Peran a) Fokus :
n pemerintah dalam Penegakan
Pe pengelolaan rumah kost Perda terhadap
m b) Teori : Peranan, kasus
eri Soekanto (2009) penyalahgunaan
nt c) Metode Penelitian : rumah kost
ah Kualitatif sebagai tempat
Da d) Hasil : Terdapat asusila
la beberapa masyarakat b) Teori :
m penghambat yaitu tidak Penegakan
Pe adanya kejelasa Hukum,
ng identitas penghuni Soerjono
elo rumah kost serta Soekanto
laa kurangnya kesadaran ( 2008 : 86)
n penghuni rumah kost c) Metode
Ru dalam menaati aturan- Penelitian :
m aturan rumah kost yang Kualitatif
ah telah di buat. Hasil dari Deskriptif
Ko penelitian ini Pemerintah d) Hasil :-
st berperan melalui
di Pemberian Bimbingan
Ke kepada masyarakat
ca terutama pengelola
m rumah kost serta
at memberikan Pelatihan
an agar masyarakat
Ra menjaga kebersihan dan
pp pengarahan secara
oci intensif dan efektif
ni kepada masyarakat.
Ko
ta
M

17
Research GAP
Penel
itia
Judu Penelitian
n
l Terdahul
Sa
u
at
Ini
(2) (3) (4)
ak
as
sa
r
Ol
eh
Ri
ka
Sri
W
ah
yu
ni
(2
01
8)
4. Imple a) Fokus: Implementasi a) Fokus :
m kebijakan penertiban Penegakan
en rumah kost oleh satpol Perda terhadap
tas PP Kota Pontianak kasus
i b) Teori : Implementasi, penyalahgunaan
Ke Van Horn dan Van rumah kost
bij Meter (1975) sebagai tempat
ak c) Metode : Kualitatif asusila
an Deskriptif b) Teori :
Pe d) Hasil : Hasil penelitian ini Penegakan
ne menunjukkan bahwa Hukum,
rti Satpol PP Kota Soerjono
ba Pontianak telah Soekanto
n melaksanakan ( 2008 : 86)
Ru implementasi kebijakan c) Metode
m penertiban rumah kost di Penelitian:
ah Kota Pontianak dengan Kualitatif
Ko cukup baik. Koordinasi Deskriptif
st antar stakeholders dan d) Hasil :-
Ol sarana prasarana pun
eh sangat mendukung
Sa implementasi kebijakan
tu ini serta tak luput juga
an dari dukungan para elit
Po politik pemerintah
lisi daerah. Adapun

18
Research GAP
Penel
itia
Judu Penelitian
n
l Terdahul
Sa
u
at
Ini
(2) (3) (4)
Pa hambatannya adalah
m pelaksanaan penertiban
on menggunakan
g kendaraan yang masih
Pr dibatasi, dalam hal ini
aja menyulitkan para
Ko anggota Satpol PP untuk
ta merazia rumah kost
Po yang masuk di gang
nti gang kecil. Dan dalam
an pelaksanaan razia masih
ak banyak ditemukan kasus
Pr penolakan oleh pemilik
ovi atau penghuni rumah
nsi kost, tentunya hal ini
Ka membuat sulit para
lim Satpol PP untuk merazia
an rumah kost karena
ta terdapat penolakan.
n
Ba
rat
Ol
eh
Se
ka
r
Ar
u
m
Pe
rm
at
a
(2
02
2)
Sumber: Galang Feba Ramadhan 2017, Tri Septa Lestari
2017, Rika Sri Wahyuni 2018, Sekar Arum Permata 2022

Berdasarkan tabel di atas, penelitian sebelumnya

19
bertujuan sebagai pembeda antara penelitan saat ini dan

penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada

fokus kajian penelitian saat ini yang lebih berfokus pada

perizinan usaha rumah kost serta implementasi kebijakan

penertiban rumah kost, perbedaan lokasi penelitian, dan

perbedaan teori yang digunakan. Terdapat pembaharuan

(novelty) dengan penelitian sebelumnya, peneliti lebih

berfokus pada bagaimana Penegakan Peraturan Daerah

Kota Pontianak Nomor 19 Tahun 2021 dalam menertibkan

dan menindaklanjuti kasus asusila di rumah kost guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2. Landasan Teoritis dan Legalistik

2.2.1. Pemerintahan

Martini dan Juwono dalam Rahman (2018: 2)

menjelaskan bahwa kata perintah memiliki empat unsur

yaitu pertama terdapat dua pihak yang saling terikat.

Kedua, kedua belah pihak saling memiliki hubungan

kontraktual. Ketiga, pihak yang memerintah memiliki

kewenangan. Keempat, pihak yang diperintah memiliki

ketaatan.Brewster dalam (Labolo, Muhadam, 2007)

Mendefinisikan Pemerintah sebagai sesuatu badan

sebagai sarana bagi negara untuk bertindak sehingga

memiliki wewenang dalam kekuasaan penegakan hukum

20
yang terakhir serta selanjutnya juga memberikan

pemerintah sebagai tempat pembentukan keputusan

akhir dari masalah-masalah sosial. Labolo dalam

Mustanir (2023: 2) juga memberikan pengertian tentang

pemerintahan, yaitu sebagai usaha untuk hidup bersama

secara baik dan benar dalam rangka mencapai tujuan

yang diinginkan bersama. Perwujudan terselenggaranya

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

guna mewujudkan fungsi pemerintahan dengan

kemandirian yang dilaksanakan dengan asas

desentralisasi sehingga terdapat pemberian kewenangan

untuk daerah dalam mengatur maupun mengelola

wilayahnya sendiri. Terdapat urusan pemerintahan yang

telah disahkan antara urusan pemerintah pusat dengan

urusan yang diserahkan ke daerah baik yang bersifat

wajib dan tidak wajib sesuai peraturan perundang-

undangan. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Seperti

yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 pasal 9 mengenai penggolongan urusan

pemerintah yang terdiri dari:

1. Urusan pemerintah absolut yaitu merupakan


urusan pemerintahan yang semuanya menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat.
2. Urusan pemerintah konkuren adalah urusan pemerintah

21
yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/ Kota. Urusan pemerintah
konkuren yang diserahkan kepada Daerah menjadi dasar
pelaksanaan otonomi daerah.
3. Urusan pemerintah umum adalah urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan.

Seperti yang tertuang dalam pasal 11 ayat 1 dan

2 dimana pemerintah konkuren yang menjadi

kewenangan daerah terdiri dari urusan pemerintah wajib

dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan

wajib terdiri dari urusan pemerintahan yang berhubungan

dengan pelayanan dasar dan tidak berhubungan dengan

pelayanan dasar. Di dalam pasal 12 ayat (1) dinyatakan

bahwa terdapat urusan pemerintahan wajib yang

berkaitan dengan pelayanan dasar, seperti :

1. Pendidikan;
2. Kesehatan;
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang;
4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
5. Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan
masyarakat;
6. Sosial.

Langkah Pemerintah Daerah untuk melaksanakan urusan

tersebut adalah dengan menegakan peraturan daerah yang berlaku

melalui pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah pada Bagian Kelima Penegakkan Perda dan

Perkada Paragraf 1 Satuan Polisi Pamong Praja pasal 255 berbunyi:

22
(1) Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan
Perda dan Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum
dan ketenteraman, serta menyelenggarakan pelindungan
masyarakat.

2.2.2. Satuan Polisi Pamong Praja

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja dalam

Pasal 1 menyebutkan bahwa:

Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Satpol PP


adalah perangkat daerah yang dibentuk untuk menegakan
Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah,
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman serta
menyelenggarakan perlindungan masyarakat.

Sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Pemerintah

Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong

Praja yang mana Satpol PP mempunyai tugas sebagai

berikut:

a. menegakkan Perda dan Perkada;


b. menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman;
dan
c. menyelenggarakan pelindungan masyarakat.

Selain memiliki tugas yang harus dijalankan,

Satpol PP juga memiliki fungsi, sesuai dengan Pasal 6

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 Tentang

Satuan Polisi Pamong Praja, yaitu :

a. Penyusunan program penegakan Perda dan Perkada,


penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
serta penyelenggaraan pelindungan masyarakat
b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Perkada
c. Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan Perkada
d. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan

23
hukum atas pelaksanaan Perda dan Perkada
e. Pelaksanaan fungsi lain berdasarkan tugas yang
diberikan oleh kepala daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

Untuk menghindari kesewenang-wenangan yang

dilakukan, maka diperlukan adanya peraturan yang

menjelaskan mengenai kewenangan yang dapat

dijalankan oleh Satpol PP, yang mana peraturan tersebut

diatur dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 16

Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja.

Beberapa kewenangan yang dapat dilakukan oleh Satpol

PP yaitu:

a. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap


warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada
b. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum
yang mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat
c. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga
melakukan pelanggaran atas Perda dan/ atau Perkada
d. Melakukan tindakan administratif terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 54 Tahun 2011 Standar Operasional Prosedur

Satpol PP yang selanjutnya disebut SOP Satpol PP

adalah prosedur bagi aparat Polisi Pamong Praja, dalam

rangka meningkatkan kesadaran dalam melaksanakan

tugas menegakan peraturan daerah dalam rangka

24
meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat,

aparat serta badan hukum terhadap peraturan daerah,

peraturan kepala daerah dan keputusan kepala daerah

serta penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat. SOP Satpol PP meliputi:

a. Standar Operasional Prosedur penegakan peraturan


daerah;
b. Standar Operasional Prosedur ketertiban umum
dan ketenteraman masyarakat;
c. Standar Operasional Prosedur pelaksanaan penanganan
unjuk rasa dan kerusuhan massa;
d. Standar Operasional Prosedur pelaksanaan
pengawalan pejabat/orang-orang penting;
e. Standar Operasional Prosedur pelaksanaan tempat-
tempat penting; dan
f. Standar Operasional Prosedur pelaksanaan
operasional patroli.

Dalam Peraturan Walikota Kota Pontianak No. 73

Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Struktur Organisasi,

Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak Pemerintah

Kota Pontianak telah mengeluarkan sebuah peraturan

walikota terkait kedudukan, struktur organisasi, tugas

pokok, fungsi, uraian tugas dan tata kerja Satpol PP.

Pasal 7
Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas pokok membantu
Walikota melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan tugas pembantuan dibidang
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat.

Pasal 8

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

25
Pasal 7, Satuan Polisi Pamong Praja menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan dibidang ketentraman dan
ketertiban umum serta perlindungan masyarakat;
b. pelaksanaan kebijakan dibidang ketentraman dan
ketertiban umum serta perlindungan masyarakat;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan
masyarakat;
d. pelaksanaan administrasi satuan polisi pamong praja; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota
yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Satuan Polisi
Pamong Praja.

Berdasarkan Peraturan Walikota Pontianak No.

73 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Struktur Organisasi,

Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak dalam Pasal

8 telah dimuat fungsi-fungsi Satpol PP Kota Pontianak

yaitu fungsi Satpol PP fokus terhadap persoalan

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Terkait

penyalahgunaan rumah kost, Satpol PP berfungsi untuk

melakukan penertiban rumah kost serta menegakan

peraturan daerah bagi para pelanggar untuk menjaga

ketentraman masyarakat dan ketertiban umum. Bersama

dengan adannya Satpol PP ini berbagai kebijakan hukum

yang telah dibuat pemerintah daerah akan terlaksana

dengan baik dimasyarakat, proses trantibum akan

berjalan dengan baik pula salah satunya yaitu dengan

mengimplememtasikan Program Sidang Cepat Operasi

Yustisi atau biasa disingkat SICEPOY.

26
Sidang Cepat Operasi Yustisi atau biasa disingkat

SICEPOY adalah pelaksanaan operasi yustisi terhadap

pelaku perbuatan asusila di tempat-tempat kost dan pada

hari yang sama juga langsung dikenakan biaya

penegakan perda atau mengikuti sidang Tindak Pidana

Ringan (TIPIRING) di pengadilan negeri setempat. Dalam

pelaksanaannya program SICEPOY ini telah diatur dalam

Peraturan Walikota No. 40 Tahun 2017 mengenai Standar

Operasional Prosedur Sidang Cepat Operasi Yustisi.

Program SICEPOY ini dijalankan oleh Satuan

Polisi Pamong sebagai aparat pemerintah daerah dalam

penegakan peraturan daerah dalam rangka

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman

serta perlindungan masyarakat. Dalam pelaksanaan

Sidang Cepat Operasi Yustisi ini dibantu oleh beberapa

anggota TNI dan POLRI untuk menjamin keamanan

ketika razia kost dilaksanakan. Prosedur dari Sidang

Cepat Operasi Yustisi ini berupa penggeledahan rumah

kost yang diduga terdapat pelanggaran Perda kemudian

pemberian sanksi kepada pelanggar berupa denda atau

tindak pidana ringan dan dibawa ke Pengadilan untuk

menjalankan sidang.

27
2.2.3. Ketertiban Umum

Pemerintah Kota Pontianak mengeluarkan

kebijakan yaitu Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 19

Tahun 2021 Pasal 39 tentang Ketertiban Umum untuk

menjaga ketertiban dan ketentraman sekitar. Salah satu

tujuan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Pontianak

No. 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum adalah

untuk menyikapi permasalahan penyalahgunaan rumah

kost yang marak terjadi di Kota Pontianak yang

mengganggu ketertiban sekitar, pasal nya yaitu berbunyi:

Pasal 39
1) Setiap orang dilarang bertingkah laku asusila dan/atau
melakukan perbuatan asusila di jalan umum, jalur hijau,
lorong- lorong, taman atau tempat umum lainnya.
2) Setiap orang yang berlainan jenis dilarang berada di
dalam ruangan tertutup di rumah kost, hotel/penginapan
dan sejenisnya tanpa ikatan pernikahan yang sah.
3) Setiap orang/ badan baik sengaja maupun tidak, dilarang
memberikan kesempatan/menyediakan bangunan atau
rumah sebagai tempat untuk berbuat asusila yang berada
di:
a. rumah kos; dan
b. hotel/penginapan dan sejenisnya.
4) Setiap orang / badan dilarang memberikan
kesempatan/menyediakan bangunan atau rumah sebagai
tempat untuk berbuat asusila yang dilakukan oleh anak-
anak yang berada di:
a. rumah kos; dan
b. hotel/penginapan dan sejenisnya

Berdasarkan pasal 39 diatas terlihat jelas bahwa

telah ada peraturan daerah yang mengatur terkait

larangan penyalahgunaan rumah kost di Kota Pontianak.

28
Peraturan daerah ini dibuat untuk dijadikan tolak ukur

dalam kehidupan sehari-hari guna mencapai ketertiban

dan ketentraman dalam berkehidupan.

2.2.4. Penegakan Hukum

Negara Indonesia merupakan negara hukum.

Dimana pelaksanaan hukum didalam masyarakat

tergantung pada kesadaran hukum masyarakat. Hukum

itu sendiri merupakan kaidah atau peraturan yang

memiliki isi yang bersifat normatif dan umum. Dikatakan

umum karena diberlakukan bagi setiap orang dan

dinyatakan normatif karena menentukan serta mangatur

tindakan yang tidak boleh dan boleh dilakukan oleh

masyarakat dan bersifat harus dipatuhi8.

Hukum adalah kumpulan peraturan atau kaidah

yang mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif.

Umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif

karena menentukan apa yang seharusnya dilakukan, apa

yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta

menentukan bagaimana caranya melaksanakan

kepatuhan pada kaidah-kaidah9 . Menurut Hans Kelsen

Hukum adalah tatanan tingkah laku manusia. Hukum

8
Sudikno Mertokusumo, ‘Mengenal Hukum Suatu Pengantar’, Liberty, 2010, hlm. 50.
9
HJ. Marsiyem, 2011, pengantar Ilmu Hukum, Unissula press , Hal 1

29
adalah aturan utama yang menentukan sanksi10.

Penegakan hukum seringkali dilakukan di dalam negara

hukum agar hukum selalu terjaga kedaulatannya.

Kedaulatan hukum harus diakui oleh semua masyarakat

karena hukum adalah suatu sarana untuk merubah

masyarakat menjadi lebih baik lagi, untuk mencapai

keadilan kepastian serta manfaat di dalampenegakan

hukum. Aparat penegak hukum merupakan bagian

instrumen penting untuk menjaga kedaulatan. Hukum

merupakan panglima tertinggi bagi negara hukum, oleh

sebab itu perlunya penegakan hukum agar hukum selalu

ditaati dan dipatuhi oleh masyarakat hukum.

Di Indonesia sendiri penegakan hukum dilakukan

oleh para penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim

maupun pengacara. Para penegak hukum ini bertugas

untuk menjaga hukum agar tetap dipatuhi oleh

masyarakat. Penegakan hukum berfungsi menjaga hukum

dapat berjalan efektif, mengatur masyarakat untuk menuju

masyarakat yang lebih baik lagi. Negara Indonesia

berdasarkan atas hukum tidak berdasarkan atas

kekuasaan. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

merupakan bagian dari negara hukum yang menjunjung


10
M.H. Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dan M. Ali Safa\’at, S.H., ‘Teori Hans Kelsen
Tentang Hukum’, Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006

30
tinggi hukum sebagai kedaulatan tertinggi. Sebagai

penegak hukum, pemerintah wajib menjaga dan

memelihara ketertiban yang ada di masyarakat dengan

cara melakukan penegakan hukum terhadap masyarakat

yang melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum.

Penegakan hukum yang baik menyangkut

persesuaian antara nilai dengan kaidah serta perilaku

manusia yang nyata karena di dalam pergaulan hidup

manusia pada dasarnya mempunyai pandangan-

pandangan tertentu mengenai apa yang baik dan apa

yang buruk serta di dalam pandangan tersebut terwujud

pasangan nilai-nilai yang perlu dijabarkan lebih konkret

terhadap kaidah-kaidah yang berisi perintah, larangan

atau hal yang diperbolehkan sehingga kaidah-kaidah

tersebut yang berisi perintah, larangan atau hal yang

diperbolehkan sehingga aturan tersebut menjadi acuan

atau tolak ukur manusia yang dianggap pantas atau

seharusnya. Perilaku atau sikap tindak manusia tersebut

bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan kedamaian11.

Menurut Handri Raharjo (2016) Hukum ada dua

jenis hukum berdasarkan bentuknya yaitu :

11
H. John Kenedi, 2017, Kebijakan Hukum Pidana, Jilid 1, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
hlm. 206

31
a. Hukum Tertulis
Hukum tertulis merupakan hukum yang tertulis pada
peraturan perundang-undangan.Contoh hukum tertulis
yaitu UUD 1945, Keputusan Presiden, KUHP, Peraturan
Daerah, Peraturan Bupati, dan lain – lain.
b. Hukum Tidak Tertulis
Hukum tidak tertulis merupakan kaidah hidup yang diyakini
oleh masyarakat serta ditaati berlakunya sebagai kaidah
hukum yang biasa disebut dengan hukum kebiasaan.
Atau dapat diartikan juga dengan suatu peraturan yang
tidak ditulis dalam bentuk peraturan perundang-undangan
namun aturan itu hidup dan berkembang dalam
masyarakat serta diyakini dan ditaati oleh masyarakat
sebagai kaidah hukum. Contoh hukum tidak tertulis di
Indonesia seperti norma dan juga hukum adat.

Pengertian penegakan hukum menurut beberapa

Ahli adalah sebagai berikut12:

1. Soerjono Soekanto menyatakan penegakan hukum


adalah kegiatan untuk menyerasikan hubungan nilai-nilai
yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap
dan pengimplementasian dalam sikap dan tindakan
sebagai rangkaian penjabaran nilai-nilai tahap terakhir
untuk menciptakan (sebagai social engineering) dan
memelihara serta mempertahankan (sosial kontrol)
kedamaian pergaulan hidup;
2. Jimly Asshiddiqie menyatakan penegakan hukum adalah
suatu proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma‐norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan‐
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara;
3. Satjipto Rahardjo menyatakan penegakan hukum adalah
suatu proses untuk mewujudkan keinginan‐keinginan
hukum yaitu pikiran‐pikiran dari badan‐badan pembuat
undang‐undang yang dirumuskan dan ditetapkan
dalamperaturan‐pera‐ turan hukum yang kemudian
menjadi kenyataan.

Pada prosesnya, banyak faktor yang mempengaruhi agar

12
H.John Kenedi,Op.Cit.hlm 205

32
suatu hukum tersebut bisa berjalan dengan baik di masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor yang mempengaruhi

jalannya hukum tersebut yaitu13:

a. Faktor Hukum
Pada pelaksanaanya, penyelenggaraan suatu bentuk hukum
dimasyarakat biasanya menemui benturan antara
kepastian dari suatu hukum dengan keadilan. Kepastian
hukum didasarkan pada norma-norma atau aturan
sebagai titik tolak pelaksanaan keadilan, sedangkan
keadilan sendiri memiliki sifat yang abstrak pada
implementasinya di masyarakat.

b. Penegak Hukum
Untuk menunjang hukum yang berlaku di masyarakat maka
diperlukan peranan para penegak hukum yang optimal.
Hukum yang berlaku di suatu tempat jika sudah baik akan
tetapi pada proses implementasinya tidak di barengi
dengan para penegak hukum yang optimal untuk
menyelenggarakan hukum tersebut, maka hukum itu tidak
akan berjalan dengan baik.

c. Sarana dan Fasilitas Pendukung


Proses penegakan suatu hukum harus diimbangi dengan
prasarana dan fasilitas yang mampu menunjang jalannya
hukum tersebut, tanpa prasarana dan fasilitas yang baik
maka mustahil hukum tersebut akan berjalan dengan baik
di masyarakat. Sarana dan fasilitas yang dimaksud adalah
cara berpikir, keterampilan, manajemen organisasi,
peralatan, biaya dan lain sebagainya.

d. Masyarakat
Hukum yang ada dan di tegakkan bersumber dari
masyarakat guna untuk kepentingan masyarakat itu
sendiri berupa terciptanya ketentraman dan kedamaian.
Adanya bentuk kepatuhan terhadap hukum oleh
masyarakat merupakan suatu aspek yang penting dari
berjalannnya suatu hukum.

e. Budaya
Budaya merupakan faktor yang penting bagi manusia dalam
masyarakat, yaitu melakukan pengaturan bagaimana
13
Soerjono Soekanto, ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum’,
Raja Grafindo : Jakarta, 2008, 86.

33
hubungan dan sikap dari individu.
Penegakan hukum dapat tercapai salah satunya

jika mencapai tingkat efektivitas penegakan hukum yang

baik. Efektivitas penegakan hukum sangat berkaitan erat

dukungan adanya aparat penegak hukum untuk

memberikan sanksi. Sanksi yang diberikan yang nantinya

akan menjadi aktualisasi bentuk ketaatan dari

masyarakat.

2.2.5. Rumah Kost

Dikutip dari laman

https://id.wikipedia.org/wiki/Indekos diakses tanggal 27

November 2023 menjelaskan bahwa:

Rumah Kost adalah sebuah jasa yang

mempromosikan kamar atau hunian layak huni oleh

seseorang dengan bayaran tertentu untuk setiap periode

waktu tertentu dinamakan kost.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa rumah kost

merupakan tempat hunian sementara bagi masyarakat

baik dari kalangan pelajar, keluarga maupun pekerja.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran berfungsi sebagai dasar

dalam mengembangkan konsep dan teori serta

hubunganya dengan pemecahan masalah yang perlu

34
diteliti dan perlu untuk digambarkan olah peneliti.

35
Peneliti ingin menganalisis bagaimana upaya Penegakan

Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 19 Tahun 2021

Pasal 39 tentang Penyalahgunaan Rumah Kost oleh

Satpol PP Kota Pontianak serta faktor pendukung dan

penghambat dalam pelaksanaanya. Adapun model

kerangka pemikirannya sebagai berikut:

Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
Penyalahgunaan Rumah
Kost Sebagai Tempat
Asusila

Penegakan Peraturan Daerah


Faktor No.19 Tahun 2021 Pasal Faktor
Penghambat 39Tentang Penyalahgunaan Pendukung
Kost Sebagai Tempat Asusila
oleh Satpol PP Kota Pontianak

LANDASAN LEGALISTIK :
• UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
• PP No.16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong
Praja
• Peraturan Daerah Kota Pontianak No.19 Tahun 2021
tentang Ketertiban Umum
• Peraturan Walikota Kota Pontianak No.73 Tahun 2016
tentang Kedudukan, Struktur Organisasi, Tugas Pokk,
Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Pontianak
• Peraturan Walikota No. 40 Tahun 2017 mengenai
Standar Operasional Prosedur Sidang Cepat Operasi
Yustisi

Faktor- faktor penegakan


hukum oleh Soejono Soekanto
(2008 : 11) Faktor
Hukum,Penegak Hukum,
Sarana/Fasilitas,Masyarakat,
Kebudayaan

Terciptanya
lingkungan yang
aman tertib dan
kasus asusila
menurun

36
Sumber : Diolah Peneliti,2023

37
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian pada penyusunan karya tulis ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan pendekatan induktif

bertujuan untuk memahami fenomena yang terjadi dalam konteks sosial

manusia melalui pengumpulan data dari sumber-sumber yang relevan,

seperti wawancara, observasi, dan dokumen-dokumen tertulis. Sehingga

hasil penelitian dapat memberikan gambaran yang mendalam tentang

fenomena yang diteliti. Pada penelitian kualitatif, peneliti menjadi

instrumen utama untuk mengumpulkan dan menganalisis data, dan

interaksi antara peneliti dengan subjek penelitian menjadi fokus utama

dalam memahami fenomena yang terjadi.

Menurut Sugiyono (2015:9) metode kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi. Menurut

Kirk dan Miller dalam Sugiyono (2015:4) penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

maupun dalam peristilahannya.

38
Cresswell dalam Satori dan Komariah (2017: 21) menjelaskan

penelitian kualitatif adalah metode-metode digunakan untuk memahami

dan mengeksplorasi makna oleh sejumlah sekelompok orang ataupun

individu yang dianggap berasal dari masalah kemanusiaan atau

kemanusiaan.

Dalam penelitian ini, metode deskriptif menjadi metode yang

digunakan peneliti melakukan penelitian sebagaimana dikatakan Moleong

(2016:11), data dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin

berasal dari naskah wawancara, catatan laporan, foto, videotape,

dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

Peneliti menggunakan metode deskriptif karena untuk melakukan

penelitian dengan menggambarkan situasi ataupun hubungan-hubungan

sosial secara rinci sesuai dengan permasalahan yang ada. Metode

deskriptif bertujuan agar penggambaran secara mengenai sifat khas dari

suatu permasalahan yang diteliti dengan pertanyaan-pertanyaan yang

mengarah pada permasalahan yang dijadikan fokus penelitian sehingga

dapat dijawab dengan fakta-fakta yang sesuai di lapangan.

Kemudian terkait dengan pendekatan induktif, menurut Moeleong

(2016:10) analisis data secara induktif ini digunakan karena proses

induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai

yang terdapat dalam data, analisis dapat membuat hubungan-hubungan

39
peneliti

40
dan responden menjadi eksplisit, lebih dapat menguraikan latar secara

penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat

atautidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya, lebih dapat menemukan

pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan, serta dapat

memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur

analitik.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian secara pendekatan

induktif dilakukan dengan adanya sistematika proses berupa

pengumpulan data-data yang faktual yang kemudian dilanjutkan dengan

penganalisian data untuk mendapatkan pemacahan masalah dengan

dikonsepkan dalam suatu kesimpulan yang bersifat umum.

Pendekatan induktif merupakan pendekatan yang dilakukan

dengan mengamati dan selanjutnya mempelajari dan menarik kesimpulan

berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan. Dengan metode ini,

peneliti akan mendeskripsikan bagaimana prosedur Penegakan Peraturan

Daerah oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak dalam

menertibkan penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila,

sehingga akan terlihat bagaimana masalah yang ditemukan di lapangan

sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi.

3.2. Operasional Konsep

Berikut merupakan operasional konsep yang bertujuan

memudahkan peneliti agar membuat pengumpulan data dan analisis lebih

tabel serta efisien yang disertakan pada table berikut:

41
Tabel 3. 1
Operasional Konsep

No. Konsep Dimensi Indikator


(1) (2) (3) (4)
1. Penegakan Faktor Hukum Kepastian Hukum
Hukum Efektifitas Hukum
menurut
(Soerjono Kinerja Satpol PP
Soekanto:2008) Penegak Hukum Koordinasi
Teknik Operasional
Sanksi Hukum
SDM
Sarana dan Fasilitas Keuangan Fasilitas
Pendukung
Respon Masyarakat
Masyarakat Partisipasi Masyarakat
Kesadaran Hukum
Budaya Kepatuhan Hukum
Budaya Kerja Penegak
Hukum
Sumber: Teori Penegakan Soerjono Soekanto diolah pada tanggal 19
Oktober 2023

3.3. Sumber Data dan Informan

3.3.1. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2015:157) sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain.lain. Menurut Arikunto (2021:173)

sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh. Menurut Arikunto

(2013:172) sumber data dapat berasal dari data primer dan data

sekunder.

1) Data Primer disajikan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan

wawancara untuk Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota

42
Pontianak dan informan lapangan.

2) Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak

kedua, biasanya diperoleh melalui instansi yang bergerak

dibidang pengumpulan data seperti Badan Pusat Statistik dan

lain-lain. Sumber dari data sekunder disusun dengan

menggunakan informasi dari buku, kajian, jurnal, majalah,

media cetak, dan sumber lain yang relevan sebelum disajikan

dalam bentuk dokumenter yang terdiri dari:

a) Badan hukum sekunder yaitu bahan kepustakaan yang terdiri

dari produk hukum berupa peraturan maupun undang-undang

yang meliputi

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Satuan Polisi Pamong Praja
3. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 19 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum
Dan Perlindungan Masyarakat
4. Peraturan Walikota Kota Pontianak No. 73 Tahun 2016
Tentang Kedudukan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok,
Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong
Praja Kota Pontianak.

5. Peraturan Walikota No. 40 Tahun 2017 tentang Standar


Operasional Prosedur Kegiatan Sidang Cepat Operasi
Yusitisi.

b) Buku kepustakaan tentang metode penelitian kualitatif, dan

43
teori Penegakan Hukum

c) Artikel maupun jurnal tentang data kasus pelanggaran,

penegakan peraturan daerah, penertiban kost, dan referensi

lain yang berkaitan.

Dalam penelitian, sumber data tergantung pada jenis metode

penelitian yang digunakan. Apabila metode penelitian yang digunakan

adalah wawancara, maka sumber data yang digunakan adalah responden

yang diwawancarai. Sedangkan jika metode penelitian yang digunakan

adalah observasi, maka sumber data bisa berupa benda atau objek yang

diamati, serta apabila metode penelitian yang digunakan adalah

dokumentasi, maka sumber data yang digunakan adalah dokumen atau

catatan yang relevan dengan topik penelitian.

Teknik pengambilan sumber data merupakan hal yang sangat

penting, terdapat dua teknik pengambilan sumber data yaitu purposive

sampling dan snowball sampling. Menurut Sugiyono (2015:85) purposive

sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan memilih

subjek penelitian berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan topik

penelitian. Sedangkan snowball sampling adalah teknik penentuan sampel

yang dilakukan dengan memilih subjek penelitian yang memiliki

keterkaitan atau hubungan dengan subjek penelitian lainnya. Teknik ini

sering digunakan dalam penelitian kualitatif, karena fokus dari penelitian

kualitatif adalah pada pemahaman yang mendalam tentang fenomena

yang sedang diteliti, bukan pada generalisasi. Sehingga, dapat

44
disimpulkan bahwa data diambil dari beberapa subjek sehingga data

tersebut terkumpul dan melengkapi data-data yang sebelumnya.

3.3.2. Informan

Informan adalah subyek penelitian yang dapat memberikan

informasi mengenai fenomena/permasalahan yang diangkat dalam

penelitian14. Herdiansyah mengemukakan untuk mendapatkan hasil yang

tinggi pada informan yang tepat dan kepatuhan terhadap harapan

penelitian untuk data yang baik dan optimal15 . Berdasarkan Teknik

pengambilan sumber data di atas peneliti menggunakan Teknik

pengambilan purposive sampling dan snowball sampling yang untuk

menetapkan beberapa informan. Pada Teknik pengambilan purposive

sampling peneliti menetapkan informan menurut pengetahuannya dan

pemahamannya yang berhubungan dengan data yang diperlukan.

Menurut Hardani,dkk (2020), Snowball sampling memiliki ciri utama yaitu

digunakan dalam menyelidiki hubungan antar manusia dalam kelompok

yang akrab dengan cara informasi tersebar dikalangan tertentu. Awalnya

jumlah informan hanya satu hingga dua orang, tetapi data yang dihasilkan

tidak dapat dipenuhi dan peneliti tidak puas dengan data tersebut maka

peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih paha dan dapat

melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya.

14
KBBI. Informan. https://kbbi.web.id/informan. Diakses pada 27 November 2023.
15
Herdiansyah, ‘Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu

45
Adapun informan yang akan peneliti wawancarai untuk

mendapatkan informasi guna menambah data dalam penelitian sebagai

berikut:

Tabel 3. 2
Informan Penelitian

No Informan Jumlah
1. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Ponianak 1
2. Kepala Bidang Penegakkan dan Kepala Daerah 1
Satpol PP Kota Pontianak
3. Kepala Seksi Bidang Penyelidikan dan Penyidikan 1
Satpol PP Kota Pontianak
4. Anggota Sabhara/Propam Polresta Kota Pontianak 1
5. Anggota PM AD Kodim 1207 Kota Pontianak 1
6. Camat/Lurah di Kota Pontianak 2
7. Perwakilan RT/RW di Kota Pontianak 2
8. Pemilik Rumah Kost di Kota Pontianak 2
9. Penghuni Rumah Kost di Kota Pontianak 2
10. Masyarakat sekitar rumah kost di Kota Pontianak 3
JUMLAH 16
Sumber :Diolah Peneliti, 2023

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang sederhana dapat digunakan pada

penelitian yang relatif kecil atau pada tahap awal penelitian. Penting untuk

memilih instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian dan memastikan

instrumen tersebut memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup baik untuk

mendukung hasil penelitian yang akurat.

46
Nasution dalam Sugiyono (2015:223) menyatakan:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada


menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian instrumen
utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum
mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian,
prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih
perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam
keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada
pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya.

Pada dalam penelitian ini, peneliti akan ke lapangan langsung

sebagai instrumen penelitian untuk menetapkan fokus penelitian, memilih

informan sebagai sumber data, mengumpulkan data-data, menilai kualitas

data, menganalisis data, dan menyimpulkan terhadap permasalahan yang

terkait dengan Penegakan Peraturan Daerah terhadap Penyalahgunaan

Rumah Kost sebagai tempat asusila oleh Satuan Polisi Pamong Praja di

Kota Pontianak.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2015:224) teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang palih strategis dalam penelitian, karena

bertujuan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan.

Sugiyono (2015:225) menjelaskan bahwa pengumpulan data

menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer

adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul

47
data, sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Menurut Sugiyono (2015:225)

teknik pengumpulan data dilakukan terbagi menjadi empat, yaitu terdiri

dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi.

Keempat teknik pengumpulan data tersebut diuraikan berikut:

3.5.1. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:231) wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Sugiyono (2015:231) juga menjelaskan wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga untuk

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:233) terdapat tiga jenis

wawancara, yaitu:

a) Wawancara tersetruktur adalah teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti yang telah mengatahui dan

menetapkan dengan pasti informasi yang dibutuhkan atau

dengan kata lain sudah terstruktur dengan jelas dan pasti

bentuk-bentuk pertanyaan yang akan diajukan.

b) Wawancara semi terstruktur merupakan kategori in-deft

interview, maksudnya adalah dalam pelaksanaannya lebih

bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

48
c) Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang

bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya.

DaIam peneIitian ini, wawancara yang akan diIakukan adaIah

dengan teknik wawancara semi-terstruktur, sehingga pada

pelaksanaannya peneliti dapat menanyakan pertanyaan secara informal

tapi tetap berada didalam pembahasan permasalahan. Hal ini bertujuan

untuk peneliti lebih leluasa dalam menentukan pertanyaan sehingga

mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya wawancara. Pertanyaan

yang bersangkutan dengan riset penelitian akan dikumpulkan dan

ditanyakan oleh peneliti kepada informan secara langsung untuk

mendapatkan informasi yang aktual serta terperinci terhadap

permasalahan yang akan diteliti.

3.5.2. Observasi

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2015:226) Observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat menganalisis

sesuai dengan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data dikumpulkan sesuai dengan perkembangan

zaman yaitu dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,

sehingga objek yang sangat kecil ataupun objek yang sangat jauh dapat di

amati dengan jelas.

Menurut Sugiyono (2015:227) Observasi Partisipatif yaitu peneliti

49
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang

digunakan sebagai sumber data penelitian. Observasi ini dapat

digolongkanm menjadi empat, yaitu:

1. Partisipasi Pasif

Partisipasi Pasif yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan

orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan

tersebut

2. Partisipasi Moderat

Partisipasi Moderat yaitu terdapat keseimbangan antara

peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti

dalam mengumpulkan data ikut observasi pasif dalam

beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

3.Partisipasi Aktif

Partisipasi Aktif yaitu peneliti ikut melakukan apa yang

dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya

lengkap.

4. Partisipasi Lengkap

Partisipasi Lengkap adalah peneliti sudah terlibat

sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Hal

ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap

aktivitas kehidupan yang diteliti.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan pengamatan

dengan memakai bentuk partisipasi aktif yaitu observasi ke lapangan

50
terkait bagaimana proses penegakan perda terhadap pelanggar atau

pelaku asusila di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak.

3.5.3 Triangulasi

Menurut Sugiyono (2015:241) triangluasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari beberapa teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data.

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-

beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama tetapi

menggunakan teknik yang sama agar memahami data mengenai

penegakan peraturan daerah terhadap penyalahgunaan rumah kost

sebagai tempat asusila.

3.6. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2015:246) menyatakan

bahwa kegiatan dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berkesinambungan secara terus-menerus sampai selesai agar

datanya jenuh. Tingkat kejenuhan data ditunjukkan dengan tidak terima

lagi adanya data atau informasi baru. Kegiatan dalam analisis data

menurut Miles dan Huberman meliputi:

1) Reduksi Data (Data Reduction)

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2015:247)

51
reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan

polanya. Karena data yang diperoleh dilapangan terlalu banyak,

maka perlu dicatat secara teliti. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2) Penyajian Data (Data Display)

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2015:249),

setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mennyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya. Penyajian data bisa juga dilakukan dengan teks

yang berifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan

memudakan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3) Verifikasi Data (Data Verification)

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2015:252)

verifikasi data adalah langkah terakhir dari proses analisis data

yang terjadi apabila terdapat kecocokan maupun pola yang

saling berkaitan satu sama lain yang menunjukkan sebab

akibat. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

52
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya.

Berdasarkan pendapat di atas, di dalam penelitian ini peneliti

melakukan analisis data dengan menggunakan ketiga teknik analisis data

tersebut yang mana semua data hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi di kumpulkan dan diseleksi dari hal yang terpenting, serta

sesuai dengan kebutuhan untuk kasus yang diangkat tentang

penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila di Kantor Satuan

Polisi Pamong Praja Kota Pontianak.

3.6.1. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Bogdam dalam Sugiyono (2015:240)

Dalam sebagian besar tradisi penelitian kualitatif, frase dokumen pribadi

digunakan secara luas untuk merujuk pada narasi orang pertama yang

dihasilkan oleh seorang individu yang menggambarkan tindakan,

pengalaman, dan kepercayaannya itu sendiri. Sugiyono (2015:240) juga

menjelaskan dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlaku.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dokumentasi

adalah salah satu jenis sumber data yang dapat digunakan dalam

penelitian. Dokumentasi dapat berupa sumber tertulis seperti buku, jurnal,

laporan, dokumen kebijakan, surat kabar, atau website. Selain itu,

53
dokumentasi juga dapat berupa sumber non-tertulis seperti film, gambar

(foto), dan lain-lain. Dokumentasi dapat memberikan informasi dan data

yang penting dalam penelitian, terutama untuk melengkapi atau

memperkuat data yang telah dikumpulkan dari sumber lain seperti

wawancara dan observasi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi yang

berupa literatur, buku-buku, semacam karangan ilmiah, dokumen-

dokumen lain, foto, juga arsip-arsip yang dimiliki oleh pihak Satuan Polisi

Pamong Praja agar mendapatkan informasi yang akurat mengenai

bagaimana prosedur Penegakan Peraturan Daerah terhadap kasus

penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila.

3.7. Jadwal dan Lokasi Penelitian

3.7.1. Jadwal Penelitian

Pelaksanaan jadwal penelitian ini disesuaikan dengan kalender

akademik yang sudah diresmikan oleh IPDN untuk tahun ajaran

2023/2024. Jadwal kegiatan secara rinci bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 3
Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi Praja Utama Tahun
Akademik 2023/2024
AGS SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN I
NO. KEGIATAN 2023 2023 2023 2023 2023 2024 2024 2024 2024 2024 2024
123 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 234123 4
Pengajuan
1. Judul dan
Penyusunan
Usulan
Penelitian
2. Pengumpul
anNaskah
Usulan
Penelitian &
3. Seminar
Usulan
Penelitian
4. Perbaikan
Usulan
Penelitian 54
5. Penelitian
(Sumber : Kalender Akademik IPDN Tahun 2023/2024)
Keterangan : Pelaksanaan Kegiatan

3.7.2. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai penegakan peraturan daerah terhadap

pelanggar penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila oleh

Satuan Polisi Pamong Praja akan dilaksanakan di Kantor Satuan Polisi

Pamong Praja (Satpol PP ) Kota Pontianak.

55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian adalah deskripsi singkat

tentang lokasi atau wilayah geografis tempat penelitian akan dilakukan.

Deskripsi ini mencakup informasi seperti nama wilayah, letak geografis,

kondisi lingkungan, dan faktor-faktor yang relevan dengan penelitian yang

akan dilakukan.

4.1.1. Gambaran Umum Kota Pontianak

Pontianak adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia

yang juga merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di

Kalimantan Barat (Kota Pontianak, 2023). Secara geografis, Kota

Pontianak terletak di antara 00 02′ 24” Lintang Utara sampai dengan 00

05′ 37” Lintang Selatan dan 1090 16′ 25” sampai dengan 1090 23′ 01”

Bujur Timur. Luas wilayah Kota Pontianak adalah 107,82 km² dan

ketinggiannya berkisar antara 0,10 meter sampai 1,50 meter di atas

permukaan laut. Salah satu ciri khas Kota Pontianak adalah letaknya yang

dilintasi oleh garis khatulistiwa, sehingga menjadi salah satu tempat di

dunia yang memiliki fenomena matahari terbenam dan terbit yang sangat

indah (Kalbar, 2023). Dengan demikian Kota Pontianak terbagi atas 3

(tiga) bagian yang dibagi oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas

Kecil, dan Sungai Landak.

56
Gambar 4. 1
Peta Wilayah Kota Pontianak

Sumber: Perda Nomor 6 Tahun 2014 Tentang RPJMD Kota Pontianak


2015-2019

Berdasarkan gambar di atas perbatasan langsung wilayah Kota

Pontianak secara administratif, yaitu: bagian Selatan Desa Sungai Raya

Kecamatan Sungai Raya dan Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai

Kakap Kabupaten Kubu Raya, bagian Timur Desa Kapur Kecamatan

Sungai Raya dan Desa Kuala Ambawang Kecamatan Sungai Ambawang

Kabupaten Kubu Raya, bagian Barat Desa Pal IX dan Desa Sungai

Rengas Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, dan bagian

Utara Desa Wajok Hulu Kecamatan Siantan Kabupaten Mempawah dan

Desa Mega Timur dan Desa Jawa Tengah Kecamatan Sungai Ambawang

Kabupaten Kubu Raya.

57
4.2. Kondisi Demografis Kota Pontianak

Penduduk merupakan unsur penting dalam suatu wilayah,

merupakan kumpulan orang yang menempati atau berdomisili di suatu

wilayah tertentu. Penduduk memiliki peran penting dalam perencanaan

pembangunan suatu wilayah karena sebagai penggerak utama

pembangunan tersebut.

Jumlah penduduk di Kota Pontianak setiap tahunnya mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan jumlah penduduk di Kota

Pontianak biasa disebabkan oleh kelahiran, dan juga disebabkan oleh

migrasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 1
Jumlah Penduduk Kota Pontianak Tahun 2019-2023

No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

(1) (2) (3)

1. 2019 669.169

2. 2020 671.598

3. 2021 672.727

4. 2022 673.400

5. 2023 676.096

Sumber : Disdukcapil Kota Pontianak Tahun 2019-2023

Jumlah penduduk yang cukup padat ditambah dengan

perpindahan penduduk dari kabupaten lain yang banyak dan semakin

58
tahun semakin bertambah, sehingga banyak masyarakat Kota Pontianak

sebagai Ibukota provinsi yang memiliki perguruan tinggi dan sekolah yang

bertaraf nasional dan pusat perekonomian Kalimantan Barat untuk

membangun rumah kost sebagai usaha dan bisnis yang menguntungkan

untuk dijalankan.

4.3. Visi Misi Kota Pontianak

Visi merupakan sebuah pernyataan atau ungkapan yang

merefleksikan citra, nilai arah, dan tujuan organisasi yang diharapkan

untuk dicapai di masa depan. Visi harus mampu memberikan semangat

dan komitmen agar mencapai tujuan tersebut. Visi yang jelas dan memiliki

daya tarik yang tinggi dapat memotivasi seluruh anggota organisasi serta

masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kinerja dan berkontribusi

dalam mewujudkan visi tersebut. jadi, visi merupakan salah satu elemen

penting dalam pengembangan strategijen untuk mencapai tujuan jangka

panjang.

Selanjutnya Visi Kota Pontianak Tahun 2020-2024 adalah:

“Pontianak Kota Khatulistiwa Berwawasan Lingkungan, Cerdas dan

Bermartabat". Bahwa berwawasan lingkungan harus menjadi perhatian

utama dalam setiap pembangunan yang dilakukan di Kota Pontianak. Hal

ini bertujuan untuk menciptakan kota yang bersih, hijau, dan teduh, yang

dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Cerdas mengacu pada

pengembangan infrastruktur dasar yang nyaman untuk didiami dan

59
lingkungan yang bersih dan berkelanjutan, dengan penerapan solusi

cerdas berbasis teknologi informasi. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan pengelolaan sumber

daya kota secara efektif, efisien, inovatif, dan terintegrasi. Bermartabat

mengacu pada tingkat daya saing Kota Pontianak yang didukung oleh

masyarakat yang toleran terhadap keragaman, serta tata kelola

pemerintahan yang berintegritas, bersih, melayani, transparan, dan

akuntabel. Konsep bermartabat ini bertujuan untuk menciptakan Kota

Pontianak yang lebih maju dan sejahtera, dengan tata kelola

pemerintahan yang baik dan transparan, serta masyarakat yang toleran

dan berbudaya tinggi (Kota Pontianak, 2023).

Berikut merupakan upaya atau usaha yang akan dilaksanakan

untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan disebut dengan misi, maka

misi merupakan agenda pokok pembangunan Kota Pontianak. Adapun

misi Kota Pontianak Tahun 2020-2024:

1. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas


dan berbudaya;

2. Menciptakan infrastruktur perkotaan yang berkualitas dan


representatif;

3. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat yang


didukung dengan teknologi informasi, serta aparatur yang
berintegritas, bersih dan cerdas;

4. Mewujudkan masyarakat sejahtera yang mandiri, kreatif dan

60
berdaya saing;

5. Mewujudkan kota yang bersih, hijau, aman, tertib dan


berkelanjutan.

Visi dan misi Kota Pontianak yang digunakan sebagai acuan bagi

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak untuk selalu menegakan

peraturan daerah dengan memberikan sanksi sesuai ketentuan hukum

yang berlaku sebagaimana tindak lanjut dari penertiban razia kost untuk

menjaga ketertiban dan ketentraman sekitar.

4.4. Gambaran Umum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)


Kota Pontianak

4.4.1. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pontianak

Satpol PP sebagai aparat penegak peraturan daerah berupaya

melakukan tugas pokok dan fungsinya menciptakan kedaan aman,

ketertiban dan ketentraman dimasyarakat yang kondusif guna menunjang

proses pembangunan Pemerintah Kota Pontianak sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang

Satuan Polisi Pamong Praja.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 1 Tahun

2021 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 7

Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah,

dibentuknya Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pontianak

memiliki tugas untuk menegakkan Peraturan Daerah, menjamin ketertiban

dan ketentraman masyarakat, serta memberikan perlindungan kepada

61
masyarakat (Bina Administrasi Kewilayahan, 2023).

4.4.2. Visi Misi Satpol PP Kota Pontianak

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak merupakan unsur

pendukun tugas Kepala Daerah dalam menyusun dan melaksanakan

kebijakan daerah yang bersifat khusus di bidang ketentraman dan

ketertiban umum. Dalam upaya melaksanakan tugas pokok dan fungsi

yang telah ditetapkan maka perlu ditetapkan Visi dan Misi Satuan Kerja

Perangkat Daerah. Adapun Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Pontianak adalah sebagai berikut:

Visi : Terciptanya Kehidupan yang Teratur, Tertib Dan Aman Bagi

Masyarakat Kota Pontianak.

Misi :

1. Meningkatkan pelayanan administrasi, akuntabilitas kinerja dan

keuangan serta profesionalisme sumber daya manusia;

2. Meningkatkan profesionalisme dalam pengamanan aset daerah,

pengawalan pejabat dan tamu penting serta hari-hari

besar/keagamaan;

3. Meningkatkan penerapan dan penegakan produk hukum daerah

dalam rangka peningkatan keamanan dan ketertiban bagi

masyarakat guna mewujudkan situasi yang kondusif untuk

mendukung iklim investasi;

4. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam upaya perlindunan

masyarakat.

62
4.4.3. Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Kota Pontianak

Struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak


terdiri dari :

a. Kepala Satuan;

b. Sekretaris

1) Kepala Subbagian Umum dan Aparatur; dan

2) Kepala Subbagian Perencanaan dan Keuangan;

c. Kepala Bidang Operasi dan Ketertiban Umum;

1) Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian; dan

2) Kepala Seksi Ketertiban Umum dan Ketentraman;

d. Kepala Bidan Penegakkan Perundang-Undangan Daerah;

1) Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan; dan

2) Kepala Seksi Pembinaan dan Penyuluhan

e. Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat

1) Kepala Seksi Bina Potensi dan Perlindungan Masyarakat;

2) Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan; dan

3) Kepala Seksi Peralatan dan Pemadam Kebakaran;

f. Kepala Unit Pelaksana Teknis Satuan Satuan Polisi Pamong


Praja; dan

g. Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu.

Susunan atau struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Pontianak dapat dilihat yang bersumber dari data di Dinding Kantor

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak tahun 2023 pada Gambar

63
4.4.2 dan Tabel 4.4.2 di bawah ini :

Tabel 4. 2
Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak
No Nama Jabatan
(1) (2) (3)

1 Drs. Ahmad Sudiyantoro Kepala Satuan Polisi Pamong Praja


2 Dra. Atalia Omri Sekretaris Satuan Polisi Pamong Praja
Margaretha

Deiri Meutia, SE, ME Kepala Subbagian Perencanaan dan


3 Keuangan
4 Yuniarti, S.IP Kepala Subbagian Umum dan Aparatur
5 M. Tugo, S.Sos Kabid. Perlindungan Masyarakat
Kabid. Penegakkan Perundang-Undangan
6 Ferry Abdi, SH., MH
Daerah
7 Sy. Abubakar, SE Kabid. Operasi dan Ketertiban Umum
8 Bahtiar, S.Sos., M.Si Kepala Seksi Operasi Dan Pengendalian
Kepala Seksi Ketertiban Umum dan
9 Hadriyanto, SH, MH
Ketentraman Masyarakat
10 Heri Suwito, SH, MH Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan

11 Muhammad Ishak, SH Kepala Seksi Pembinaan dan Penyuluhan


Kepala Seksi Pencegahan dan
12 Sutan Yasin, A.L, S.Sos
Kesiapsiagaan
Kepala Seksi Peralatan dan Pemadam
13 Surya Putra, S.Sos
Kebakaran
4.4.4. Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP) Kota Pontianak

Satpol PP meliki tugas pokok untuk membantu Kepala Daerah

dalam penyelenggaraan Penegakan Peraturan Daerah dibidangnya

64
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan untuk menyelenggarakan

tugas pokok tersebut Satpol PP menyelenggarakan fungsi:

a) Perumusan dan penyusunan kebijakan Kepala Daerah di

bidang ketentraman dan ketertiban umum;

b) Penyusunan rencana program, analisis, pelaksanaan,

pengendalian, penertiban dan evaluasi di bidang Satuan Polisi

Pamong Praja;

c) Pelaksanaan teknis khusus Polisi Pamong Praja dan

Kesemaptaan;

d) Pelaksanaan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban


umum;
e) Pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan

Kepala Daerah;

f) Pelaksanaan ketatausahaan dan urusan rumah tangga kantor

Adapun tugas pokok dan fungsi dari susunan organisasi Satpol

PP

Kota Pontianak adalah :

a) Kepala Satuan mempunyai tugas memimpin dan

mengkoordinasikan program kerja Satuan Polisi Pamong Praja

yaitu merumuskan kebijakan teknis, penyelenggaraan

pelayanan umum, pengendalian dan pembinaan teknis yan

berada di bawahnya agar tugas berjalan efisien dan efektif;

b) Sekretaris mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan

teknis, fasilitasi, koordinasi, monitoring dan evaluasi dibidang

65
kesekretariatan;

c) Kepala Subbagian Umum dan Aparatur mempunyai tugas

pokok merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan dan

menyusun laporan dibidang umum dan kepegawaian;

d) Kepala Subbagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai

tugas pokok merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan

dan menyusun laporan dibidang perencanaan dan keuangan;

e) Kepala Bidang Operasi dan Ketertiban Umum mempunyai

tugas pokok merumuskan kebijakan teknis, menyelenggarakan

pelayanan umum, melakukan pembinaan teknis, pelaporan dan

evaluasi dibidang operasi dan ketertiban umum;

f) Kepala Seksi Operasi dan Pengendalian mempunyai tugas

pokok merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan dan

menyusun laporan dibidang operasi dan pengendalian;

g) Kepala Seksi Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat

mempunyai tugas pokok merencanakan kegiatan,

melaksanakan kegiatan dan menyusun laporan dibidang

ketertiban umum dan ketetntraman masyarakat;

h) Kepala Bidang Penegakan Perundang-Undangan Daerah

mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis,

menyelenggarakan pelayanan umum, melakukan pembinaan

teknis, pelaporan dan evaluasi di bidang penegakan

perundang- undang daerah;

66
i) Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan mempunyai tugas

pokok merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan dan

menyusun laporan dibidang penyelidikan dan penyidikan;

j) Kepala Seksi Pembinaan dan Penyuluhan mempunyai tugas

pokok merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan dan

menyusun laporan dibidang pembinaan dan penyuluhan;

k) Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat mempunyai tugas

pokok merumuskan kebijakan teknis, menyelenggarakan

pelayanan umum, melakukan pembinaan teknis, pelaporan dan

evaluasi dibidang perlindungan masyarakat;

l) Kepala Seksi Bina Potensi dan Perlindungan Masyarakat

mempunyai tugas pokok merencanakan kegiatan,

melaksanakan kegiatan menyusun laporan dibidang bina

potensi dan perlindungan masyarakat;

m)Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan sebagaimana

mempunyai tugas pokok merencanakan kegiatan,

melaksanakan kegiatan dan menyusun laporan dibidang

pencegahan dan kesiapsiagaan;

n) Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu mempunyai ttugas

melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah sesuai

dengan keahlian dan kebutuhan.

Penegakan peraturan daerah terhadap rumah kost sebagai

tempat asusila merupakan salah satu dari program yang dilaksanakan

67
oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak yang mempunyai tugas

dan fungsi sebagai penegak aturan yang berlaku sesuai dengan

Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Ketertiban Umum.

4.4.5. Sarana dan Prasarana Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol


PP) Kota Pontianak

Satpol PP dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dilengkapi

dengan sarana dan prasarana guna menunjang pelaksanaan tugas pokok

dan fungsinya. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak masih

didapati 5 jenis barang dalam keadaan rusak. Berikut Tabel 4.3

menjelaskan tentang sarana dan prasarana yang ada di kantor Satpol PP

Kota Pontianak :

68
Tabel 4. 3
Sarana dan Prasarana Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak

No Sarana dan Prasarana Jumlah (buah) Kondisi

(1) (2) (3) (4)

1 Kantor 1 Bagus
2 Mobil 2 Bagus

3 Pick Up 3 Bagus
4 Mobil Pemadam Kebakaran 4 Bagus
5 Truck 1 Bagus
6 Dalmas 1 Bagus
7 Sepeda Motor 16 Bagus

8 Laptop 3 Bagus
9 Komputer 10 3 Rusak
10 Handphone 24 Bagus
11 Printer 8 Bagus
12 Handycam 3 Bagus
13 Kamera 1 Bagus

14 HT 8 2 Rusak
15 Pentungan 10 1 Rusak
16 Rak Besi 5 Bagus
17 Lemari 3 Bagus
18 Meja 15 Bagus

19 Kursi 20 2 Rusak
20 Kipas Angin 5 Bagus
21 AC 5 1 Rusak

Sumber: Data Dinding Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak
2023

Sarana dan prasana yang ada di kantor Satpol PP Kota Pontianak

69
sangat mendukung dalam pelaksanaan penertiban rumah kost terutama

mobil, sepeda motor dan Truck Pick Up yang digunakan sebagai mobilitas

para petugas Satpol PP Kota Pontianak untuk mengelilingi Kota Pontianak

dalam rangka mencari pelanggaran yang terdapat dalam rumah kost yang

dilakukan oleh oknum yang melanggar ketertiban dan ketenteraman

umum agar dengan sigap, cepat, dan tanggap serta langsung dibawa ke

Kantor Satpol PP Kota Pontianak untuk segera ditindak lanjuti.

4.5 Penegakan Perda Nomor 19 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum Dan
Perlindungan Masyarakat Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat

Penegakan hukum adalah proses yang berupaya

mempertahankan atau menegakkan norma-norma hukum praktis sebagai

pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Berperan sebagai rangkaian akhir penjabaran nilai-nilai yang

menyelaraskan hubungan nilai- nilai yang baik dalam prinsip-prinsip,

mewujudkan pandangan yang teguh dalam sikap, dan membawa

kedamaian dalam kehidupan sosial16.

Tujuan dari pelaksanaan penelitian yaitu untuk mengetahui

bagaimana pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun

2021 tentang tentang Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum

Dan Perlindungan Masyarakat Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat.

Dalam hal ini, peneliti mengamati bagaimana proses penertiban kost

16
Soerjono Soekanto, ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum’, Jakarta:
Raja Grafindo, 2002.

70
hingga proses penyelesaiannya dalam rangka untuk menegakan

peraturan daerah yang berlaku.

Penyalahgunaan rumah kost termasuk pelanggaran perda dan

perkada yang banyak dilakukan oleh pasangan diluar nikah yang tinggal di

rumah kost kemudian tertangkap berada di kamar tertutup dan tidak

memiliki buku nikah serta diduga melakukan perbuatan asusila. Namun

pemilik kost sendiri tidak memberikan aturan dan pengawasan terkait apa

yang boleh dan tidak boleh dilakukan kepada penghuni kostnya dan

hanya mementingkan bisnisnya meskipun itu melanggar aturan yang

berlaku.

Penertiban rumah kost oleh Satpol PP Kota Pontianak ini memiliki tujuan

yang jelas yaitu utamanya untuk menjaga ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat sekitar Kota Pontianak seperti yang telah tertuang pada Pasal 39

dalam Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban

Umum. Kebijakan tersebut di realisasikan melalui giat rutin penertiban yang

dilakukan oleh Satpol PP Kota Pontianak . Hal ini juga telah diatur dalam

Peraturan Daerah No. 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Penyelidikan dan

Penyidikan Satpol PP Kota Pontianak Bapak Heri Suwito, SH pada 11 Januari

2024 menyebutkan bahwa:

Penertiban Rumah Kost di Kota Pontianak ini merupakan


sebuah program yang dilaksanakan oleh Satpol PP Kota
Pontianak sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku. Karena
khususnya di Kota Pontianak ini banyak sekali ditemukan laporan
keresahan masyarakat sekitar terhadap pelanggaran didalam
rumah kost ini yang sangat mengganggu ketertiban sekitar jika

71
dibiarkan terus- menerus. Pelaksanaan penertiban ini juga
dilaksanakan rutin dan penertiban pun tak luput dari peran pihak-
pihak terkait seperti PM AD, Sabhara / Propam Polresta, serta
KPPAD (Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah)
Kota Pontianak.

Dapat disimpulkan bahwa standar dan tujuan yang ditetapkan

dalam pelaksanaan kebijakan penertiban rumah kost oleh Satpol PP Kota

Pontianak sudah jelas dan realistis dengan selalu melakukan penertiban

secara rutin agar pelaksanaan penertiban rumah kost di Kota Pontianak

menjadi program yang dapat menyelesaikan permasalahan gangguan

ketertiban dan ketentraman masyarakat sekitar Kota Pontianak.

Soerjono Soekanto mengatakan bahwa terdapat 5 faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum sebagai berikut.17

a. Faktor Hukum

Hukum mengatur apa yang bisa dan apa yang tidak bisa orang lakukan.

Hukum juga digunakan untuk menyelesaikan perselisihan, menghukum dan

memerintah. Dalam peraturan-peraturan yang ditetapkan perlu memuat kejelasan

dan kepastian hukum. Ketidakjelasan dalam kata- kata yang digunakan dalam

perumusan pasal-pasal meneybabkan penafsiran dan diterjemahkan dalam bahasa

yang kurang tepat menyebabkan ketidakjelasan dalam penerapannya. Hal itu

membuat penegakan menjadi tidak tercapai keefektifitasnya dan kepastian hukum.

Efektifitas hukum dapat diliat dari bagaimana peraturan tersebut sesuai dengan

keperluan masyarakat, dimana dituntut untuk patuh serta taat masyarakat yang

bisa saja terjadi akibat paksaan dari penegak hukum yang memberi sanksi.

1) Kepastian Hukum
17
Soerjono Soekanto. Hlm.1

72
Kepastian hukum merupakan ketidakjelasan kata-kata dalam

hukum atau aturan yang ditetapkan. Hal tersebut dilihat dari segala

tindakan yang dilakukan masyarakat maupun tidak dilakukan masyarakat.

Ketertiban Umum Kota Pontianak telah diatur dalam Peraturan Daerah

Kota Pontianak Nomor 19 Tahun 2021.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Kepala Seksi

Penyelidikan dan Penyidikan Penegakan Peraturan Daerah dan Produk

Hukum Bapak Heri Suwito, SH, MH :

Seluruh dinas mengampu perda yang ada termasuk bagian-


bagian tertentu khususnya perda tibum. Peraturan Daerah Nomor
19 Tahun 2021 merupakan hasil pembaharuan dari Peraturan
Daerah sebelumnya Nomor 11 Tahun 2019 terdapat bunyi dalam
peraturan daeah nomor 19 tahun 2021 disitu menyebutkan bahwa
terhadap pelanggaran kedua kalinya baru boleh di tipiringkan.
Adakalanya masyarakat itu nyolot (menantang aparat dan hukum)
maka dari itu harus ada pemahaman yang intens pada
masyarakat bahwa ini adalah pelanggaraan yang serius.Apabila
bunyi dalam pasal tersebut masih ditetapkan maka pada akhirnya
akan membelenggu satpol pp selaku aparat penegak hukum maka
dari itu ditetapkanlah perda baru nomor 19 tahun 2021 dengan
beberapa perubahan pasal didalamnya jadi keputusan menyidang
atau tidak bagi para pelanggar tergantung keputusan dari pihak
satpol pp selaku penegak hukum.

Dari hasil wawancara bersama Kepala Seksi Penyelidikan dan

Penyidikan Penegakan Peraturan Daerah dan Produk Hukum Bapak Heri

Suwito, SH, MH menyatakan bahwa Peraturan Daerah Kota Pontianak

Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Ketertiban Umum, sudah sangat jelas

didalamnya memuat bentuk pelanggaran rumah kost, bagaimana

ketentuan sanksi baik berupa denda maupun Tindak Pidana Ringan

(Tipiring) di pengadilan. Beliau juga menjelaskan bahwa alasan dari

73
(novelty) pembaharuan dari Perda sebelumnya Nomor 11 Tahun 2019

menjadi Perda Nomor 19 Tahun 2021 karena adanya sebuah hambatan

dalam pasal 44 ayat 2 dalam Perda Nomor 11 Tahun 2019 mengenai

ketentuan sanksi dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa :

Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf


a sampai dengan huruf pp telah dilakukan kedua kali atau lebih
maka langsung diproses ke sidang tindak pidana ringan.

Sedangkan bunyi Perda Nomor 19 tahun 2021 pasal 63 ayat 2

yang telah diperbaharui berbunyi:

Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf a


sampai dengan huruf ww dikenakan biaya paksaan atau diproses
ke sidang tindak pidana ringan.

Kesimpulan dari wawancara yang telah dilakukan bahwa

Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum

merupakan produk yang jelas dan efektif dimana dalam proses

berjalannya sanksi bagi pelanggar yang tidak membayar denda yang telah

ditentukan maka akan langsung mendapatkan vonis tipiring di pengadilan

berdasarkan keputusan dari pihak Satpol PP.

Dalam penjelasan pasal diatas sangat jelas bahwa berbeda

dengan Peraturan Daerah sebelumnya dimana pelanggar baru akan

diproses di pengadilan apabila terbukti sudah melakukan pelanggaran

sebanyak dua kali yang tentunya akan membelenggu Satpol PP sebagai

penegak perda dan hanya akan menjadi kendala utama dalam proses

penertiban kost.

2) Efektivitas Hukum

74
Efektifitas hukum adalah dimana produk hukum berjalan dengan

semestinya dan mendapat respon, partisipasi dari masyarakat. Efektivitas

hukum dapat dilihat dari segi sosial apakah sesuai dengan kebutuhan

masyarakat atau tidak. Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021

merupakan peraturan yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan

kepentingan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan

Penegakan Peraturan Daerah dan Produk Hukum Bapak Heri Suwito, SH,

MH menyatakan bahwa :

Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban


Umum menurut saya sudah efektif dan berjalan sebagaimana
mestinya karena itu merupakan pedoman kita dalam menegakan
perda khususnya dalam penertiban kost sebagai tempat asusila
ini. Karena peraturan tersebut memuat apa yang dilakukan dan
apa yang tidak dilakukan dalam penegakan perda penertiban kost
, semua sanksi baik denda pidana (yang dipungut oleh hakim)
serta denda administrasi (oleh Satpol PP) maupun teknis lengkap
diatur didalamnya. Dalam perda tersebut terdapat pemberatan
bagi pemilik kost dimana apabila terdapat anak dibawah umur
maka denda administrasi yang diberikan di dua kali lipatkan
sedangkan anaknya diberikan pembinaan. Namun tetap saja
dalam pelaksanaan nya masih banyak ditemukan pelanggaran
dan kita selaku aparat perlu melakukan pembenahan.

Seperti halnya yang disampaikan Bapak Heri Suwito, SH, MH

selaku Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan Penegakan Peraturan

Daerah dan Produk Hukum sebagai berikut :

Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 sangat amat di perlukan


karena didalamnya memuat bentuk pelanggaran rumah kost,
bagaimana ketentuan sanksi baik berupa denda maupun Tindak
Pidana Ringan (Tipiring) di pengadilan. Peraturan tersebut
merupakan aturan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
daerah, dimana masih banyaknya pelanggaran yang terjadi
dirumah kost khususnya tindak asusila bagi muda-mudi yang

75
belum menikah. Dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 19
Tahun 2021 tersebut sangat membantu apparat dan pemerintah
mengetahui dan memahami bagaimana tahapan serta sanksi bagi
para pelanggar yang melakukan asusila di rumah kost.

Sesuai pernyataan diatas dalam wawancara maka dapat diambil

kesimpulan bahwa efektivitas hukum Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun

2021 tentang Ketertiban Umum pada Pelaksanaan Penegakan Peraturan

Daerah terhadap Rumah Kost merupakan aturan yang diperlukan karena

merupakan kewaiban aparat serta pemerintah daerah karena masih

banyaknya masyarakat yang masih melakukan tindak asusila di rumah

kost.

Berdasarkan hasil wawancara terkait dua indikator dari dimensi

faktor hukum menurut Soerjono Soekanto, dapat diketahui bahwa

Penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban

Umum Pada Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah terhadap Rumah

Kost dari segi kepastian hukum sudah sesuai serta efektif karena

peraturan tersebut mudah dipahami dan tidak simpangsiur serta menjadi

pedoman bagi Satuan Polisi Pamong Praja.

b. Penegak Hukum

Penegak hukum dapat diartikan sebagai petugas yang dipandang,

menjadi teladan dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik

mampu memberi pemahaman terkait masalah dan penegakan hukum.

Penegak hukum juga harus memanfaatkan cara tradisional untuk

menumbuhkan keikutsertaan masyarakat mengenal peraturan yang

ditetapkan.

76
1) Kinerja Penegak Hukum

Kinerja merujuk pada hasil kerja seseorang pegawai yang dapat

diukur dari segi kualitas dan kuantitas, yang mencakup kemampuan untuk

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.

Ketika berbicara tentang penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun

2021, kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dapat dilihat dari tingkat

pencapaian mereka dalam menjalankan tugas penegakan peraturan

daerah tersebut.

Satpol PP Kota Pontianak meraih prestasi berupa menempati

urutan sembilan terbaik dari semua SKDP se-Indonesia. Ini hasil dari

diterapkannya Inovasi Sidang Cepat Operasi Yustisi (Sicepoy).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Penyelidikan dan

Penyidikan Penegakan Peraturan Daerah dan Produk Hukum Bapak Heri

Suwito, SH, MH menyatakan bahwa:

Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakan peraturan


daerah dapat dikatakan cukup baik karena untuk penegakan
terhadap rumah kost atau program SICEPOY ini sendiri telah
berhasil meraih prestasi berupa menempati urutan sembilan
terbaik dari semua SKDP se-Indonesia. Ini hasil dari
diterapkannya Inovasi Sidang Cepat Operasi Yustisi (Sicepoy)
meskipun personil minim tetapi kreativitas dan inovasi terus
berjalan. Meskipun angka pelanggaran masih terus meningkat
namun berimbas pada naiknya PAD hal ini menjadi dilemma
tersendiri karena menghasilkan feedback yang sama sama
menguntungkan. Disisi lain apabila angka pelanggaran menurun
maka sumber PAD yang berasal dari rumah kost khususnya akan
menurun juga.

Selanjutnya hal serupa disampaikan oleh Kepala Bidang

Penegakan Perundang-Undangan Satuan Polisi Pamong Praja Ibu

77
Syarifah Welly, SH, M.Si yang menyatakan bahwa:

Jujur apabila dari segi Teknologi Informasi anggota Satuan Polisi


Pamong Praja Kota Pontianak ini rata-rata didominasi oleh tenaga
honorer yang masih rendah pendidikan juga ada beberapa
anggota yang sudah lanjut usia dan memasuki masa purna bhakti.
Ada beberapa data yang masih dikerjakan secara manual serta
kurangnya fasilitas yang memadai Kurangnya hal pendidikan dari
anggota Satpol PP ini namun tidak menjadi kendala dalam
pelaksanaan SICEPOY ini. Namun kita sudah melakukan evaluasi
agar sering melaksanakan pembinaan dan pelatihan bagi anggota
Satpol PP.

Berdasarkan hasil dari wawancara diatas disimpulkan bahwa

Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja cukup baik dalam hal penegakan

Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum. Hal

ini didukung dengan kontribusi Satuan Polisi Pamong Praja di Kota

Pontianak, semakin banyaknya pelanggaran yang terjadi khususnya dari

rumah kost maka pendapatan daerah meningkat. Namun secara

keseluruhan tidak ada penghambat yang terjadi dan mengakibatkan

proses penegakan perda tentang kost ini keluar dari jalurnya. Namun

angka pelanggaran masih tetap meningkat.

2) Koordinasi

Koordinasi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengidentifikasi

kegiatan unit-unit kerja organisasi (unit) sehingga berfungsi sebagai satu

kesatuan untuk melaksanakan semua tugas organisasi agar organisasi

mencapai tujuannya. Namun bagaimana koordinasi yang telah

dilaksanakan dengan organisasi lainnya. Keterkaitan pihak dalam

menegakan Peraturan Daerah akan membawa suatu kinerja yang baik.

78
Berdasarkan hasil wawancara Kepala Bidang Penegakan

Perundang-Undangan Satuan Polisi Pamong Praja Ibu Syarifah Welly,

SH, M.Si yang menyatakan bahwa:

Untuk Koordinasi Satuan Polisi Pamong Praja dalam hal


penertiban kost sebenarnya sudah cukup baik, pihak Satpol PP
sendiri idealnya melibatkan beberapa perangkat dan dinas yang
anggota TNI, POLRI, Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP), Dinas Pariwisata, Badan Keuangan Daerah (BKAD),
Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD), Dinas Pengendalian
Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak (DP2KBP3A), Dinas Sosial ( DINSOS) Karena
semua bagian bekerjasama sesuai dengan
k e p e n t i n g a n n y a untuk mencapai penegakan perda yang
baik pula.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa koordinasi

dengan organisasi terkait sifatnya berkesinambungan dan tetap berjalan

dengan baik. Namun pihak yang biasanya selalu terlibat dalam jaringan

razia kost adalah TNI POLRI berkaitan dengan keamanan selama proses

razia , Dinas PTSP berkaitan dengan kepengurusan izin usaha rumah

kost , serta BKAD berkaitan dengan kepengurusan setoran sanksi berupa

denda bagi para pelanggar.

3) Teknik Operasional

Implementasi penegakan Peraturan Daerah sangat dipengaruhi

oleh teknik operasional yang harus dilakukan sesuai dengan standar

operasional prosedur (SOP) yang berlaku. SOP tersebut dapat ditemukan

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011 tentang

Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan

79
Penegakan Peraturan Daerah dan Produk Hukum Bapak Heri Suwito, SH,

MH menyatakan bahwa:

Penegakan yang kita lakukan ini sudah sesuai dengan Standar


Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku yaitu dengan persiapan
surat tugas dan sarana prasarana kemudian Apel Pengarahan
Pimpinan (APP) , Pelaksanaan Kegiatan, Proses pembuatan
STBP, dan melakukansanksi berupa denda upaya paksa.

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

melaksanakan Penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021

tentang Ketertiban Umum harus sesuai dengan SOP yang berlaku.

Penegakan Perda yaitu melaksanakan Apel Pengarahan Pimpinan

(APP) , Pelaksanaan Kegiatan, Proses pembuatan STBP, dan melakukan

sanksi berupa denda upaya paksa.

4) Sanksi Hukum

Sanksi merujuk pada sebuah tindakan hukuman atau paksaan

yang diberikan kepada seseorang yang gagal mematuhi hukum, aturan,

atau perintah yang berlaku. Pemberian sanksi tersebut harus dilakukan

sesuai dengan SOP yang berlaku dan tidak boleh menimbulkan korban.

Ketentuan mengenai penindakan terhadap pelanggaran dapat ditemukan

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011 tentang

Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja. Berikut hasil

wawancara Kepala Bidang Penegakan Perundang-Undangan Satuan

Polisi Pamong Praja Ibu Syarifah Welly, SH, M.Si sebagai berikut :

Untuk sanksi yang diberikan kepada pelanggar hukum kalau


terbukti berada didalam kamar kost Bersama lawan jenis yang
bukan pasangan sah suami istri pertama akan ditanya identitas
KTP atau kartu nikah jika tidak bisa menunjukan identitas akan

80
diarahkan ke kantor satpol PP menggunakan mobil pick up milik
Satpol PP kemudian melakukan pembebanan biaya paksaan
penegakkan hukum sebesar Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
dan/atau sanksi administrasi berupa penahanan untuk sementara
waktu Kartu Tanda Penduduk atau kartu identitas lainnya.

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sanksi yang

diberikan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang

Ketertiban Umum sanksi berupa pembebanan biaya paksaan penegakkan

hukum sebesar Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah) atau sanksi

administrasi berupa penahanan untuk sementara waktu Kartu Tanda

Penduduk atau kartu identitas lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara terkait empat indikator pada

dimensi faktor penegak hukum menurut Soerjono Soekanto, diketahui

bahwa Penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang

Ketertiban Umum terhadap penyalahgunaan kost sebagai tempat asusila

dalam pelaksanaanya sudah baik karena kinerja Satpol PP yang gencar

dalam menindalanjuti kasus serta banyak memberikan kontribusi bagi

pendapatan daerah. Koordinasi yang dilakukan Satpol PP dengan pihak

TNI/POLRI, Dinas PTSP, BKAD berjalan optimal sebagaimana mestinya

sesuai dengan tusinya masing-masing. Kemudian Teknik Operasional

Penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban

Umum terhadap Penyalahgunaan Rumah Kost sebagai tempat asusila.

telah berjalan sesuai dengan SOP yang berlaku serta sanksi yang

diberikan kepada pelanggar hukum sesuai dengan perda yang berlaku.

81
c. Sarana dan Fasilitas Pendukung

Sarana merupakan penunjang dalam melaksanakan kegiatan.

Sarana dan Fasilitas Pendukung berguna untuk meningkatkan

penanganan yang mempengaruhi tingkat efektivitas atau tidaknya sanksi

yang diberikan kepada pelanggar hukum. Dimana jika penanganan tepat

akan memberikan efek peduli takut dalam melakukan pelanggaran

sehingga mengurangi pelanggaran di masyarakat.

1) Keuangan

Keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjang

kesuksesan dalam suatu kinerja anggota, meningkatkan keberhasilan

dalam menjalankan tugas. Wawancara yang dilakukan bersama Kepala

Bidang Penegakan Perundang-Undangan Satuan Polisi Pamong Praja Ibu

Syarifah Welly, SH, M.Si yang menyatakan bahwa:

Keuangan/Dana adalah faktor paling penting dan utama jika tidak


ada dana maka tugas tidak dapat berjalan dengan semestinya,
karena segala sesuatu memerlukan dana. Pelaksanaan
Penegakan perlu dana, jika tidak ada dana bagaimana cara kita
melaksanakannya. Contohnya kendaraan pasti memerlukan
bahan bakar.

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa keuangan

atau dana merupakan hal yang penting dalam segala hal guna

mendukung pencapaian Penegakan Peraturan Daerah Nomor 1 9

T a h u n 2021 tentang Ketertiban Umum. Dalam pelaksanaan razia kost

sampai penetapan sanksi tentunya diperlukan suntikan dana agar tujuan

penegakan dapat tercapai. Untuk sumber daya keuangan serta waktu,

peneliti berpendapat untuk sumber daya keuangan yang cukup memadai

82
karena sudah ada anggaran setiap bulannya tersendiri untuk pelaksanaan

kegiatannya dan untuk sumber daya waktunya yang cukup jelas terjadwal

setiap minggunya kegiatan rutin pelaksanaan penertiban rumah kost di

Kota Pontianak.

2) Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia merupakan hal yang mendukung dalam

menjalankan tugas Satuan polisi pamong praja dalam menegakan perda. Menurut

Kepala Satuan polisi pamong Praja jumlah tenaga kerja mempengaruhi kinerja

Satuan Polisi Pamong Praja karena pelaksanaan penegakan memerlukan anggota

dalam melaksanakan penegakan. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Satuan

polisi pamong praja Bapak Drs. Ahmad Sudiyantoro:

Sumber Daya Manusia dalam sebuah organisasi sanga berperan


penting untuk meraih keberhasilan dalam mencapai tujuan baik
secara pribadi individu maupun organisasi maka dari itu
terkhususnya anggota SATPOL PP sendiri merupakan hasil dari
proses seleksi dan rekrutmen yang ketat sehingga untuk kualitas
bisa dibilang tidak bisa diragukan lagi soal lapangan

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Peneliti berpendapat

bahwa sumber daya yang dibutuhkan pelaksana dalam proses penegakan

perda terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila oleh

Satpol PP Kota Pontianak dalam hal ini yaitu oleh Satpol PP Kota

Pontianak dapat dikatakan cukup memadai, dilihat dari sumber daya

manusia yang terdapat dalam struktur organisasi Satpol PP Kota

Pontianak dapat dikatakan telah memenuhi kebutuhan yang ada. Data

pegawai Satpol PP Kota Pontianak dapat dilihat pada Lampiran III.

3) Fasilitas

83
Fasilitas merupakan penunjang keberhasilannya suatu tugas.

Fasilitas yang baik dan lengkap sangat berpengaruh dalam penegakan

perda. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Satuan polisi pamong

praja Bapak Drs. Ahmad Sudiyantoro :

Dalam melaksanakan penegakan Peraturan Daerah Nomor 19


Tahun 2021 harus baik mulai dari fasilitas yang baik dan lengkap,
keuangan anggaran yang cukup, dan sumber daya manusia yang
baik dengan pengetahuan yang baik pula. Fasilitas itu sendiri
kendaraan sudah tersedia dan memadai, fasilitas lainnya masih
baik, sejauh ini belum ada pengadaan fasilitas lanjutan sehingga
satpol PP harus menjaga agar tetap baik dan terawat.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Peneliti berpendapat

bahwa sumber daya yang dibutuhkan pelaksana dalam implementasi

kebijakan penertiban rumah kost dalam hal ini yaitu oleh Satpol PP Kota

Pontianak dapat dikatakan cukup memadai, dilihat dari sumber daya

manusia yang terdapat dalam struktur organisasi Satpol PP Kota

Pontianak dapat dikatakan telah memenuhi kebutuhan yang ada, serta

fasilitas sarana dan prasarana lainnya yang ada di kantor Satpol PP Kota

Pontianak seperti kantor, komputer, ATK, mobil dan fasilitas lainnya

merupakan fasilitas yang bersumber dari rangsangan dana insentif untuk

mendukung program yang diberikan oleh pemerintah daerah bersumber

dari APBD Kota Pontianak.

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 fasilitas

pendukung lainnya seperti sarana prasarana Satpol PP Kota Pontianak seperti

kantor, mobil, motor, dan fasilitas lainnya dapat dikatakan cukup memadai

84
meskipun ada beberapa yang masih diperbaiki untuk mendukung pelaksanaan

penertiban rumah kost di Kota Pontianak.

d. Masyarakat

Pengaruh masyarakat sangat penting bagi penegak hukum yang

dimana untuk memperoleh keberhasilan dalam menegakan Peraturan

Daerah. Masyarakat menjadi salah satu faktor dalam penegakan hukum

karena masyarakat memiliki pemikiran yang berbeda-beda dalam

memahami hukum untuk patuh pada hukum atau aturan.

3) Respon Masyarakat

Respon masyarakat pada Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021

tentang Ketertiban Umum Pada Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah

terhadap Penyalahgunaan Ruamh Kost sebagai tempat asusila sangat penting

dimana penegak hukum untuk mencapai ketertiban dan keselamatan umum serta

melindungi masyarakat. Berikut hasil wawancara bersama Kepala Seksi

Penyelidikan dan Penyidikan Penegakan Peraturan Daerah dan Produk Hukum

Bapak Heri Suwito, SH, MH :

Respon masyarakat sangat penting karena dengan respon


masyarakat kita Satpol PP tau apakah hukum sesuai dengan
keadaan masyarakat, apakah peraturan tersebut efektif. Respon
masyarakat dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun
2021 tentang Ketertiban Umum Pada Pelaksanaan Penegekan
Perda terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat
asusila sudah banyak masyarakat yang memahaminya. Bahkan
Satpol PP menyediakan form kepuasan masyarakat terhadap
kinerja satpol PP dalam menjalankan aturan yang ada. Namun
kita tau masyarakat memiliki sifat yang berbeda-beda ada yang
menerima dan ada yang tidak menerima, karena dalam perda
tersebut nominal pemebebanan denda paksa sebesar Rp.
500.000 bagi Sebagian kalangan cukup memberatkan . Jadi
masyarakat akan semakin mawas diri.

85
Berdasarkan wawancara disimpulkan bahwa respon masyarakat

terhadap Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 ini berbeda-beda, ada

yang menerima dan ada yang tidak menerima dimana dibuktikan saat

melaksanakan penegakan perda ketertiban umum ini terdapat beberapa

masyarakat yang protes dengan adanya denda paksaan yang sangat

memberatkan bagi mereka.

2) Partisipasi Masyarakat

Dalam melaksanakan tugasnya Satuan Polisi Pamong Praja yaitu

Penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Keteriban

Umum terhadap penyalahgunaan kost sebagai tempat asusila tentunya

membutuhkan yang namanya partisipasi masyarakat agar pelaksanaan

berjalan dengan baik yaitu berupa masyarakat rutin membayar pajak

sarang burung walet yang dipanen serta menaati perda yang berlaku

mengenai pungutan pajak. Tanpa adanya partisipasi masyarakat

membuat pelaksanaan ini berjalan sepihak saja.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Satuan polisi pamong praja yaitu

Bapak Drs. Ahmad Sudiyantoro :

Partisipasi masyarakat yang sangat penting dalam penegakan


Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban
Umum Pada Pelaksanaan Penegakan Perda terhadap
Penyalahgunaan Rumah kost sebagai tempat asusila. Penertiban
Rumah Kost ini i tanpa adanya partisipasi masyarakat tidak akan
berjalan dengan baik. Masyarakat saat ini dibilang masih kurang
berpartisipasi karena masih banyak orang dengan budaya apatis
dan hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja.

Selanjutnya wawancara dengan Kepala Seksi Penyelidikan dan

Penyidikan Penegakan Peraturan Daerah dan Produk Hukum Bapak Heri

86
Suwito, SH, MH menyatakan:

Masyarakat baik penghuni dan pemilik kost sama-sama kurang


peka terhadap peraturan yang ada ,bagi pemilik kost dianggap
melakukan pembiaran asusila dan hanya mementingkan segi
keuntungan saja , sedangkan bagi penghuni kost masih memiliki
pola piker yang dangkal dengan berasalan ekonomi sehingga
hanya menyewa satu kamar kost untuk banyak orang misalnya.
Jadi partisipasi masyarakat masih kurang baik.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat masih kurang baik karena masih terdapat pemilik kost yang

dengan sengaja melakukan pembiaran kasus asusila dan hanya

mementingkan keuntungan dari usaha kostnya serta msyrakat di

lingkungan kost yang cenderung kurang peka terhadap kasus tersebut.

Berdasarkan dari wawancara terkait dua indicator pada dimensi

faktor masyarakat menurut Soerjono Soekanto, dapat dikatakan bahwa

Penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban

Umum dalam Pelaksanaan Penegekana Peraturan Daerah terhadap

penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila dari segi partisipasi

masyarakat dapat dikatakan masih kurang baik karena baik dari pemilik

maupun penghuni kost sama-sama melakukan pembiaran sehingga

kasus asusila tidak dapat dihindari.

e. Budaya

Ketaatan masyarakat terhadap penegak hukum adalah faktor

berjalannya hukum. Dalam masyarakat kebudayaan daerah sangat

memiliki peran penting. Kepatuhan hukum bersumber dari kesadaran

hukum yang mencakup pengetahuan masyarakat, sikap dan prilaku.

87
Kebudayaan timbul didasarkan karena adanya sikap terhadap hukum

berdasarkan kepercayaan masyarakat serta pemikiran terhadap hukum.

1) Kepatuhan Hukum

Kepatuhan masyarakat atas penegak hukum adalah faktor

berfungsinya hukum. Dalam masyarakat kebudayaan sangat memiliki

fungsi penting. Masyarakat Kota Pontianak seperti yang dikatakan Kepala

Satuan polisi pamong praja Bapak Drs. Ahmad Sudiyantoro bahwa:

Kepatuhan masyarakat masih minim dapat dilihat dari pemilik kost


yang dengan sengaja melakukan pembiaran terhadap penghuni
kostnya yang membawa pasangan yang bukan muhrimnya
kedalam ruangan tertutup. Pemilik kost sendiri tidak
memperdulikan hal tersebut dan hanya mementingkan
keuntungan saja.Padahal sudah diatur dalam perda yang berlaku.

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

kepatuhan masyarakat Kota Pontianak masih minim dimana hal tersebut

disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya

mematuhi aturan yang berlaku. Kemudian masyarakat terutama pemilik

kost untuk memperkaya diri dan memperluas usaha saja tanpa

memikirkan dampaknya. Kendala di lapangan misalnya dalam

pelaksanaan penertiban rumah kost yaitu terdapat beberapa para

penghuni kost untuk tidak mau membuka pintu saat sudah terkena razia

dan membuat banyak alasan untuk kamarnya tidak diperiksa lebih leluasa

lagi, bahkan ada yang sembunyi di lemari dan sebagainya.

2) Kesadaran Hukum

Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban

Umum Pada Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah terhadap

88
penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila. Menurut Kepala

Satuan Polisi Pamong Praja Penegakan Peraturan Daerah ini dapat

tercapai dengan kesadaran masyarakat tentang hukum. Kesadaran

merupakan perilaku dimana perasaaan dan hati mendorong

melaksanakan arahan atau tidak. Dimana keputusan yang diambil akan

menguntungkan pribadi. Sanksi juga dapat diberikan apabila tidak tertib

hukum berupa sanksi administratif berupa pembebanan denda paksaan

pada pelanggar. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Satuan Polisi

Pamong Praja Bapak Drs. Ahmad Sudiyantoro bahwa :

Masyarakat perlu memahami bahwa kesadaran hukum itu sangat


penting agar penegakan berjalan dengan baik. Namun yang kita
hadapi masyarakat tidak sadar akan kesadaran hukum. Seperti
acuh tak acuh akan hukum. Masyarakat tidak peduli dan tidak
mau tahu akan peraturan yang telah ditetapkan oleh karena itu
angka pelanggaran setelah razia kost selalu bertambah.

Berdasarkan wawancara diatas bahwa masyarakat masih belum

memiliki kesadaran akan hukum yang telah ditetapkan yang membuat

angka kasus pelanggaran terkait asusila yang berasal dari rumah kost

terus bertambah dari hari ke hari.

3) Budaya Kerja Penegak Hukum

Pergaulan hidup adanya sikap manusia terhadap hukum seperti

kepercayaan di masyarakat, nilai serta pemikiran menjadi salah satu karya

dari kebudayaan. Budaya ini hadir akibat kebiasaan masyarakat yang

dilakukan berulang-ulang yang diwariskan untuk mempengaruhinya.

Budaya yang dianut suku di Kota Pontianak yaitu Melayu yang

identik dengan kekeluargaan dimana segala permasalahan yang

89
dilaksanakan sering dilaksanakan dengan cara damai musyawarah

mufakat, menyampaikan pendapat tidak menggunakan kekerasan.

Berdasarkan wawancara bersama Kepala Satuan Polisi Pamong

Praja Drs. Ahmad Sudiyantoro :

Penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 yang


dilaksanakan belum berjalan dengan baik, diakibatkan masyarakat yang
bebal di kasih tau untuk membangun rumah kost berdasarkan gender
agar terhindar dari kasus asusila dan budaya kedekatan antara pihak
hukum dengan masyarakat yang mencari kesempatan agar diberi
keringanan untuk menutup-nutupi kesalahan. Jika kita bersikap keras ke
masyarakat, masyarakat akan keras juga, dan akhirnya akan terjadi
bentrokan.

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan masyarakat

menggunakan kedekatan dengan pihak hukum agar mendapat keringanan

atau kasus tidak jadi dinaikkan. Dari kesimpulan tersebut didapat tingkat

kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat masih sangat minim.

Namun berjalannya penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021

tentang Ketertiban Umum Pada Pelaksanaan Penegakan Peraturan

Daerah terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila

tidak bergantung pada budaya masyarakat saja namun juga pada budaya

penegak hukum.

Berdasarkan wawancara dengan penghuni kost yang menempati

rumah kost arumi di Jl.Purnama bahwa :

Saat melaksanakan penegakan pungutan pajak masih adanya


budaya suap menyuap antara pihak penegak hukum dengan
masyarakat. Namun saya melihat sendiri Ketika proses Razia
berlangsung aparat penegak hukum menolak dengan tegas upaya
gratifikasi tersebut sambal memberikan pemahaman bahwa disini
aparat sedang melakukan tugas dan kewajiban dan bisa dipecat
apabila menerima uang panas tersebut.

90
Dari pernyataan diatas disimpulkan bahwa masih banyak budaya

dari masyarakat yang menganggap uang itu bisa menyelesaikan masalah dan

membelokan hukum. Namun disini Satpol PP sebagai aparat hukum menolak

dengan tegas dengan memberikan pengarahan secara humanis akan tugas dan

kewajibannya dalam menegakan peraturan yang ada.

4.6 Upaya Satpol PP Kota Pontianak dalam penegakan perda


Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum terhadap
Penyaahgunaan Rumah Kost sebagai tempat asusila.

Upaya merupakan usaha untuk memecahkan persoalan dari evaluasi

kegiatan yang telah dilaksanakan yang dianggap baik maupun buruk. Evaluasi

merupakan kegiatan ataupun langkah-langkah dalam memberikan informasi yang

berkaitan dengan kegiatan yang akan dicapai. Hasil dari evaluasi yaitu putusan

atau kebijkan dari masalah yang ditemukan oleh usaha tertentu.

a) Menjalin koordinasi yang baik dengan organisasi lain

Koordinasi yang baik akan mendapatkan hasil yang baik pula

dalam pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah. Koordinasi yang baik

memberikan suatu usaha untuk mencapai tujuan bersama. Dalam

pelaksanaan tugas akan berujung pada berhasilnya sebuah tugas

pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah. Dalam pelaksanaan tugas

akan berujung pada berhasilnya sebuah tugas tersebut Kepala Seksi

Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP Kota Pontianak Bapak Heri

Suwito, SH bahwa :

91
Satuan Polisi Pamong Praja dalam hal penertiban kost
sebenarnya sudah cukup baik, pihak Satpol PP sendiri idealnya
melibatkan beberapa perangkat dan dinas yang anggota TNI,
POLRI, Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Dinas
Pariwisata, Badan Keuangan Daerah (BKAD), Komisi
Perlindungan Anak Daerah (KPAD), Dinas Pengendalian
Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak (DP2KBP3A), Dinas Sosial ( DINSOS) Karena
semua bagian bekerjasama sesuai dengan
k e p e n t i n g a n n y a untuk mencapai penegakan perda yang
baik pula. Namun realitanya biasanya pihak yang selalu terlibat
dalam jaringan razia kost hanyaTNI POLRI berkaitan dengan
keamanan selama proses Razia , Dinas PTSP berkaitan dengan
kepengurusan izin usaha rumah kost , serta BKAD berkaitan
dengan kepengurusan setoran sanksi berupa denda bagi para
pelanggar. Kontribusi dinas lain dalam pembinaan dan
pengawasan bagi para pelanggar yang dibawah umur masih
belum terlaksana dengan baik, komunikasi dan koordinasi baik
yang tidak terjalin sehingga dalam pelaksanaanya jarang
dilibatkan.

Peneliti juga mewawancarai Kepala Satuan polisi pamong praja

Bapak Drs. Ahmad Sudiyantoro Kota Pontianak menyebutkan bahwa :

Membangun koordinasi yang baik adalah kunci untuk menghindari


miskomunikasi dan memastikan bahwa semua pihak terlibat
memahami apa yang harus dilakukan. Setiap pihak harus memiliki
pemahaman yang sama tentang tujuan dan harapan yang ingin
dicapai dari suatu proyek atau tugas. Hal ini akan membantu
dalam memastikan bahwa semua pihak memiliki visi yang sama
dan memungkinkan untuk bekerja secara sinergis. embangun
koordinasi yang baik dan memastikan bahwa semua pihak terlibat
dalam suatu proyek atau tugas dapat bekerja secara efektif dan
efisien, serta menghindari miskomunikasi atau konflik yang tidak
perlu.

Dari wawancara diatas maka upaya dalam mengatasi hambatan

dalam melaksanakan penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun

2021 tentang Ketertiban Umum dengan cara berkoordinasi baik dengan

Organisasi atau dinas lain, berdiskusi bagaimana melakukan

penegakan, bekerjasama dalam mengurangi angka kasus pelanggaran

92
asusila terutama yang berasal dari rumah kost aparat hukum satpol PP

sebagai penegak perda serta dinas lain berkontribusi dalam pembinaan

dan penyuluhan terhadap para pelanggar.

b) Komunikasi dengan Masyarakat

Upaya selanjutnya dalam melaksanakan tugas penegakan

Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum

terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila harus selalu

membangun komunikasi dengan masyarakat dengan baik. Berdasarkan

Wawancara dengan Kepala Bidang Penegakan Perundang-Undangan

Satuan Polisi Pamong Praja Ibu Syarifah Welly, SH, M.Si yang

menyatakan bahwa:

Dalam mengatasi hambatan yang dilakukan masyarakat, Satuan


polisi pamong praja harus membangun komunikasi yang baik
dengan masyarakat melalui pendekatan mengenai hubungan
serta silsilah marga yang terjadi di Satpol PP dengan masyarakat.
Caranya dengan humanis mengajak ngobrol masyarakat agar
tidak tersinggung denga apa yang dilakukan Satpol PP karena
citra Satpol PP yang masih buruk di mata masyarakat, untuk itu
kita selalu berusaha melakukan pendekatan dengan masyarakat.

Hasil wawancara dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

Bapak Drs. Ahmad Sudiyantoro juga menyatakan bahwa :

Sebagai aparat penegak peraturan, Kami Satuan Polisi Pamong


Praja (Satpol PP) memiliki peran yang sangat penting dalam
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Salah satu cara
untuk melaksanakan tugas ini adalah dengan berkomunikasi yang
baik dengan masyarakat. Ketika berkomunikasi dengan
masyarakat, Satpol PP harus memastikan bahwa mereka benar-
benar mendengarkan apa yang disampaikan oleh masyarakat.
Mendengarkan dengan baik akan membuat masyarakat merasa
dihargai dan penting, sehingga mereka akan lebih mudah untuk
berbicara tentang masalah atau keluhan yang mereka hadapi.
Kami Satpol PP juga harus memberikan penjelasan yang jelas

93
dan mudah dipahami tentang tugas dan kewajiban untuk
menegakan peraturan yang ada kepada masyarakat. Dalam
memberikan penjelasan, Satpol PP harus menghindari
penggunaan bahasa yang sulit dipahami dan menghindari
penggunaan kata-kata yang menyinggung atau menghina.

Berdasarkan dari wawancara diatas dijelaskan bahwa Satpol PP

Kota Pontianak telah berupaya melaksanakan tugas dalam membantu

mengurangi angka kasus asusila dengan gencar melakukan razia kost

dua kali dalam seminggu dan maksimal tiga kali dalam rangka menegakan

Peraturan Daerah. Namun peranan masyarakat juga sangat penting

dalam mengawasi dan bekerjasama dengan pihak penegak hukum selaku

penegak Peraturan Daerah. Untuk itu komunikasi yang baik dengan

masyarakat dan pendekatan dengan masyarakat untuk mengurangi citra

buruk Satpol PP dimasyarakat.

c) Evaluasi dan Pembinaan

Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah perlu dilakukan yang

namanya evaluasi secara berkala yang dilakukan oleh Satpol PP

Kabupaten Katingan. Dalam hal ini Satpol PP memberikan fokus upaya

untuk mengatasi hambatan yang terjadi dengan menggunakan sarana

sosialisasi kepada masyarakat yang terkait peraturan itu. Berdasarkan

wawancara dengan Kepala Bidang Penegakan Perundang-Undangan

Satuan Polisi Pamong Praja Ibu Syarifah Welly, SH, M.Si bahwa :

Jika hambatan terjadi di tenaga kerja yang memiliki kekurangan


personil, Satpol PP akan melaksanakan perekrutan anggota serta
dengan melakukan pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan anggota dalam melaksanakan tugas. Karena
anggota Satpol PP masih banyak di rektrut dari kalangan SLTA
dan honorer.

94
d) Sosialisasi

Kesadaran masyarakat mengenai Peraturan Daerah Nomor 19

Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum terhadap penyalahgunaan kost

sebagai tempat asusila dapat dillaksanakan dengan sosialisasi kepada

masyarakat mengenai peraturan itu. Berdasarkan wawancara denga

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Bapak Drs. Ahmad Sudiyantoro

bahwa:

Dalam Penegakan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021,


masyarakat masih tidak tahu serta ada juga masyarakat yang
bebal diberitahu hanya didengar namun tidak dilaksanakan,
masyarakat khusunya pemilik kost memang dengan sengaja
melakukan pembiaran dan haya memikirkan keuntungan semata.
Padahal sudah jelas mengenai Peraturan daerah yang berisi
mengenai aturan hukum material tentang apa yang boleh dan
tidak boleh mengenai rumah kost. Serta menurut saya sanksi
administrasi yang diberikan yaitu berupa pembayaran uang
Rp.500.000,00 belum begitu membuat jera masyarakat sehingga
tidak menutup kemungkinan hal yang sama akan terjadi kedua
kalinya.

Begitu juga yang disampaikan oleh Kepala Bidang Penegakan

Perundang-Undangan Satuan Polisi Pamong Praja Ibu Syarifah Welly,

SH, M.Si bahwa:

Di sisi lain, ada juga masyarakat yang kurang peduli atau bahkan
tidak menyadari pentingnya sosialisasi peraturan daerah. Hal ini
dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman atau kesadaran
tentang pentingnya peraturan, atau mungkin karena pengalaman
hidup mereka yang kurang memadai sehingga mereka kurang
peka terhadap masalah sosial yang dihadapi. Oleh karena itu,
peran pemerintah dan berbagai pihak terkait dalam melakukan
sosialisasi peraturan daerah sangat penting. Melalui sosialisasi
yang tepat, masyarakat dapat diberikan pemahaman yang jelas
tentang pentingnya peraturan daerah dan dampaknya bagi
kehidupan bermasyarakat. Dengan begitu, diharapkan

95
masyarakat dapat memahami, menghargai, dan mematuhi
peraturan yang ada, sehingga tercipta suasana yang lebih
harmonis, damai, dan produktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Selanjutnya peneliti juga mewawancarai salah satu penghuni kost

seorang mahasiswi semester 3 yang berasal dari Kabupaten Ketapang

mengenai Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban

Umum terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila:

Sebagai mahasiswi biasa, saya sebenarnya belum tau adanya


perda tersebut, bagi kami tidak ada pertimbangan mengenai kost
putra ataupun putri. Kami hanya mencari rumah kost dengan
harga yang paling murah dan fasilitas yang cukup memadai saja.
Untuk kemungkinan membawa pasangan kedalam kamar itu
Kembali lagi ke masing-masing orang apalagi kalo muslim pasti
memikirkan dosa atau tidaknya.

Berdasarkan wawancara diatas maka disimpulkan bahwa dari

penghuni kost di daerah Kota Pontianak yang masih tidak tahu secara

spesifik Peraturan Daerah yang mengatur peraturan mengenai rumah

kost. Menurut peneliti Satuan polisi pamong praja beserta Badan terkait

perlu melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai aturan

rumah kost yang ideal dan seharusnya. Hal tersebut dilakukan agar

kejadian serupa tidak terjadi serta angka kasus pelanggaran dapat

menurun sesuai target.

4.7 Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan


Penegakan Peraturan Daerah Terhadap Penyalahgunaan
Rumah Kost Sebagai Tempat Asusila Di Kota Pontianak

Dalam penegakan peraturan daerah tidak dapat terlepas dari

adanya faktor pendukung maupun faktor penghambat, dalam hal ini

96
Peneliti berusaha memaparkan faktor-faktor apa saja yang menjadi

pendukung maupun penghambat pada Penegakan Perda Rumah Kost di

Kota Pontianak.

A. Faktor Pendukung

Berdasarkan observasi Peneliti, terdapat beberapa faktor yang

mendukung terlaksananya penegakan peraturan daerah terhadap

penyalahgunaan rumah kost di Kota Pontianak antara lain:

1. Peraturan perundang-undangan

Peraturan yang mengatur untuk larangan penyalahgunaan rumah

kost di Kota Pontianak sudah jelas ditentukan sesuai dalam Peraturan

Daerah No.19 Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum. Peraturan tersebut

memuat ketentuan sanksi yang diberikan kepada para pelanggar yang

terjerat kasus asusila yang berasal dari rumah kost.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, peneliti berpendapat

bahwa sumber daya yang dibutuhkan pelaksanaan penegakan peraturan

daerah terhadap penyalahgunaan rumah kost seebagai tempat asusila

dalam hal ini yaitu oleh Satpol PP Kota Pontianak dapat dikatakan cukup

memadai, dilihat dari sumber daya manusia yang terdapat dalam struktur

organisasi Satpol PP Kota Pontianak dapat dikatakan telah memenuhi

kebutuhan yang ada, serta fasilitas sarana dan prasarana lainnya yang

ada di kantor Satpol PP Kota Pontianak seperti kantor, komputer, ATK,

mobil dan fasilitas lainnya merupakan fasilitas yang bersumber dari

rangsangan dana insentif untuk mendukung program yang diberikan oleh

97
pemerintah daerah bersumber dari APBD Kota Pontianak.

2. Kecenderungan Elit Politik

Kondisi politik juga berpengaruh terhadap implementasi kebijakan,

khususnya pada tingkat pemerintah daerah kota. Menurut hasil observasi

Peneliti menyimpulkan bahwa kondisi elit politik di Kota Pontianak

terhadap penertiban rumah kost dapat dikatakan cukup baik, hal tersebut

dapat dilihat dari dukungan yang diberikan pemerintah daerah dalam

pelaksanaan penertiban rumah kost baik berupa dana bantuan maupun

berupa mekanisme koordinasi pelaksanaan penertiban rumah kost antar

stakeholders.

B. Faktor Penghambat

Selain terdapat faktor pendukung dalam pelaksanaan penegakan

peraturan daerah yang mengatur rumah kost oleh Satpol PP Kota Pontianak

terdapat juga beberapa faktor yang menghambat dalam pelaksanaan

penegakan perda tentang rumah kos tantara lain:

1. Pelaksanaan Penertiban Menggunakan Kendaraan yang Dibatasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Penyelidikan

dan Penyidikan, Bapak Heri Suwito, SH pada 13 Januari 2022

mengatakan bahwa pada masa Kepala Satpol PP Kota Pontianak yang

lama, Satpol PP masih aktif menggunakan kendaraan bermotor sehingga

dengan mudah dan cepatnya masuk ke gang-gang kecil untuk razia

rumah kost yang pemilik maupun penghuni kost nya meresahkan warga

sekitar. Akan tetapi, Kepala Satpol PP yang sekarang, harus selalu

98
menggunakan mobil dalam kegiatan penertiban, sehingga untuk

menyulitkan giat penertiban jika harus masuk ke gang-gang kecil.

Berdasarkan hasil observasi yang Peneliti lakukan setelah

mengikuti kegiatan penertiban rumah kost, lebih nyaman menggunakan

mobil untuk menuju ke tempat TKP karena bisa memuat banyak orang,

tetapi apabila sudah masuk ke jalan kecil atau jalan yang hanya bisa

dilalui sepeda motor maka Peneliti harus berjalan kaki untuk merazia

rumah kost yang teridentifikasi melanggar dan pelanggar bisa saja kabur.

2. Penolakan dari Pemilik dan Penghuni Rumah Kost Untuk


Dirazia
Berdasarkan hasil observasi Peneliti menyimpulkan, kendala di

lapangan dalam pelaksanaan penertiban rumah kost yaitu terdapat

beberapa para penghuni kost untuk tidak mau membuka pintu saat sudah

terkena razia dan membuat banyak alasan untuk kamarnya tidak diperiksa

lebih leluasa lagi, bahkan ada yang sembunyi di lemari dan sebagainya.

99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Penegakan Peraturan Daerah

terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila peneliti dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis serta pembahasan yang terdapat pada bab- bab yang

ada, baik teoritis maupun legalistik, maka dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1) Bahwa dalam Penegakan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 19 Tahun

2021 tentang Ketertiban Umum terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai

tempat asusila oleh Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Pontianak ada 5 faktor

sebagai berikut:

a. Faktor Hukum menyangkut efektivitas hukum dan kepastian hukum

dalam Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 19 Tahun 2021

tentang Ketertiban Umum terhadap penyalahgunaan rumah kost

sebagai tempat asusila terdapat pada aturan tersebut yang sesuai

dengan kebutuhan, keamanan dan kepentingan masyarakat.

b. Faktor Penegak Hukum menyangkut Sumber Daya Manusia atau

Kinerja Penegak Hukum , koordinasi, teknik operasi dan sanksi yang

dinilai masih belum cukup baik serta sanksi yang belum memiliki efek

jera terhadap masyarakat dan Satuan polisi pamong praja dalam

100
penegakan Perda melihat golongan pejabat kerabat maupun bukan.

c. Faktor Sarana dan Prasarana menyangkut Fasilitas, Keuangan atau

dana, serta sumber daya manusia disimpulkan cukup memenuhi.

Namun Keuangan masih minim dilihat dari pelaksanaan pungutan

pajak sarang burung walet yang masih jarang dilaksanakan.

d. Faktor Masyarakat menyangkut respon dan partisipasi masyarakat

masih kurang. Dilihat dari tanggapan masyarakat terhadap hukum

serta pengetahuan masyarakat adanya hukum yang mengatur pungutan

pajak sarang burung walet masih minim.

e. Faktor Kebudayaan menyangkut kepatuhan hukum dan kesadaran

hukum di masyarakat serta penegak hukum masih kurang dan dilihat

dari kinerja penegak hukum yang membeda-bedakan golongan antara

pejabat kerabat dan masyarakat biasa.

Upaya yang dilakukan dalam Penegakan Peraturan Daerah Nomor 19

Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum dalam pelaksanaan penegakan

peraturan daerah terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat

asusila sebagai berikut :

a. Menjalin koordinasi yang baik antara Organisasi terkait pelaksanaan

penertiban, penegakan peraturan daerah hingga pembinaan .

Berdiskusi bekerjasama mengenai penegakan Peraturan daerah Nomor

19 Tahun 2021 agar pelaksanaan dapat tercapai dengan baik

masyarakat lebih patuh terhadap aturan yang ada sehingga angka

pelanggaran asusila dapat berkurang.

101
b. Melaksanakan komunikasi yang baik dengan masyarakat, Satpol PP

harus selalu menjaga sikap dan perilaku yang sopan dan santun dalam

berkomunikasi dengan masyarakat. Sikap yang ramah, menghormati,

dan menghargai akan membuat masyarakat merasa dihargai dan

dihormati, sehingga akan lebih mudah untuk menjalin hubungan yang

baik dan terjalin komunikasi yang efektif.

c. Melaksanakan evaluasi dalam masyarakat maupun Satpol PP

melakukan pembinaan agar pelaksanaan tugas baik, memastikan

bahwa kegiatan yang dilakukan telah berjalan dengan baik dan

memenuhi harapan masyarakat. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui

efektivitas dari kegiatan Satpol PP dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat dan juga untuk mengetahui apakah ada masalah

atau kebutuhan yang harus segera diatasi.

d. Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai Peraturan

Daerah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Ketertiban Umum Pada

Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah terhadap penyalahgunaan

rumah kost sebagai tempat asusila melalui program yang baru diusung

yaitu Kegiatan Women Education Mobile (WEM) yaitu sosialiasi

berupa konsultasi publik dengan membopong perwakilan atau tokoh

masyarakat untuk saling bertukar aspirasi antara masyarakat dan

aparat hukum yang dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pemerintah.

Melalui sosialisasi yang tepat, masyarakat dapat diberikan

pemahaman yang jelas tentang pentingnya peraturan daerah dan

102
dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. Dengan begitu,

diharapkan masyarakat dapat memahami, menghargai, dan mematuhi

peraturan yang ada, sehingga tercipta suasana yang lebih harmonis,

damai, dan produktif dalam kehidupan bermasyarakat.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang

dilaksanakan, peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai

masukan serta pertimbangan. Adapun saran tersebut yaitu :

a. Satuan polisi pamong praja perlu meningkatkan pemahaman

masyarakat mengenai Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2021

tentang Ketertiban Umum Pada Pelaksanaan Penegakan Peraturan

Daerah terhadap penyalahgunaan rumah kost sebagai tempat asusila

dan Produk Hukum terkait.dilakukan melalui pembinaan berupa

penyuluhan serta sosialisasi. Hal ini dilakukan sehingga masyarakat

mengetahui Peraturan Daerah serta produk hukum yang dikeluarkan

oleh pemerintah daerah.

b. Meningkatkan koordinasi dengan organisasi lainnya yang selama ini

jadi permasalahan, guna mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan

pendapatan daerah. Serta memberi sanksi yang lebih tegas atau

bilamana perlu nominal sanksi administratif berupa denda ditambah

agar masyarakat merasa jera bahwa ini bukan pelanggaran biasa dan

perlu diatasi.

c. Gencar melakukan sosialisasi dan mengembangkan program Kegiatan

103
Women Education Mobile (WEM) yaitu sosialiasi berupa konsultasi

publik dengan membopong perwakilan atau tokoh masyarakat untuk

saling bertukar aspirasi antara masyarakat dan aparat hukum yang

dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pemerintah. Meskipun ini

adalah program kegiatan yang baru namun menjadi inovasi yang baru

agar masyarakat dapat lebih paham mengenai peraturan daerah nomor

19 tahun 2021 tentang ketertiban umum. Sehingga target untuk

menurunkan angka kasus asusila dapat terwujud.

104
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU- BUKU

Arikunto, Suharsimi. 2021. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT.Rineka

Cipta Herdiansyah. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-

Ilmu Sosial.
Bandung: Salemba Humanika.

Hj. Marsiyem. 2011. Pengantar Ilmu Hukum. Semarang: Unissula

Press. Hardani,dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif

dan
Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Ilmu

Labolo, Muhadam. 2007. Memahami Ilmu Pemerintahan (M.


Labolo, Ed.; Revisi). PT Raja Grafindo Persada

Moleong, Lexy J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya

M.H. Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dan M. Ali Safa\’at, S.H. 2006.
Teori Hans Kelsen Tentang Hukum. Sekretariat Jenderal
Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

Mustanir, Ahmad, dkk. 2023. Pengantar Ilmu


Pemerintahan.
Bandung: Widina Media Utama.

Rahman, Fathur. 2018. Teori Pemerintahan. Malang: UB Press.

Soekanto, Soerjono . 2008. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi


Penegakan Hukum. Jakarta: Raja Grafindo.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA

Sudikno, Mertokusumo. 2010. Mengenal Hukum Suatu Pengantar.


Liberty hlm.50

Satori, Djam’an, & Komariah, Aan. 2017. Metodologi Penelitian


Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

105
H. John Kenedi. 2017. Kebijakan Hukum Pidana. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Raharjo, Handri. 2016. Sistem Hukum Indonesia. Yogyakarta:


Pustaka Yustisia

B. PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang

Pelayanan Terpadu
Satu Pintu

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi


Pamong Praja

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011 Standar


Operasional Prosedur Satpol PP

Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 19 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum Dan
Perlindungan Masyarakat

Peraturan Walikota Kota Pontianak No. 73 Tahun 2016 tentang


Kedudukan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi,
Uraian Tugas dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Pontianak

Peraturan Walikota No. 40 Tahun 2017 tentang Standar Operasional


Prosedur Sidang Cepat Operasi Yustisi

C. SUMBER LAIN

Ramadhan, Galang Feba. 2017. Upaya Penegakan Peraturan


Daerah Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Pondokan Di Kota Yogyakarta

Lestari,Tri Septa. 2017. Penertiban Terhadap Rumah Kost


Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Kubu
Raya Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Ketertiban Umum di
Kecamatan Sungai Raya

106
Wahyuni, Rika Sri. 2018. Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan
Rumah Kost di Kecamatan Rappocini Kota Makassar ( Studi
Kasus Lima Rumah Kost di Kelurahan Gunung Sari)

Permata, Sekar Arum. 2022 . Implementasi Kebijakan Penertiban


Rumah Kost Oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat

PPID. 2023. “Profile Kota Pontianak Tahun 2023”


https://ppid.pontianak.go.id/profil-daerah diakses pada 25
November 2023

Disdukcapil Pontianak, 2023,“Jumlah Penduduk Kota Pontianak


20202023”,https://disdukcapil.pontianakkota.go.id/kategori/ju
mlah-penduduk diakses pada 25 November 2023

Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pontianak, 2023 ,


“Rekapitulasi Izin Usaha Rumah Kost Tahun
https://satudata.pontianak.go.id/dataset?pd=satuan-polisi-
pamong-praja diakses pada 25 November 2023

BPS Pontianak, 2023 , “Jumlah KejahatanPelanggaran yang


dilaporkan dan Diselesaikan Menurut Satuan Kepolisian
2020-2023"
https://pontianakkota.bps.go.id/indicator/27/451/1/-jumlah
kejahatan-pelanggaran-yang-dilaporkan-dan-diselesaikan-
menurut-satuan-kepolisian.html diakses pada 24 November
2023

Tribun Pontianak, 2023 “Satpol PP Kota Pontianak Razia Tiga


Rumah Kost, lima pasang muda-mudi diamankan”.
https://pontianak.tribunnews.com/2023/04/05/satpol-pp-kota-
pontianak-razia-tiga-rumah-kos-lima-pasang-muda-mudi-
diamankan diakses pada 25 November 2023

Nursalim, Aceng. 2020. “Kos-Kosan, Bisnis Menggiurkan dari Jenis


Properti Lainnya” https://www.akseleran.co.id/blog/kos-
kosan-bisnis- menggiurkan-dari-jenis-properti-lainnya/
diakses pada 24 September 2021

Wikipedia. 2021. “Indekos” https://id.wikipedia.org/wiki/Indekos


diakses pada 8 September 2021

107
Databoks. 2019. “Di Provinsi Mana Kejahatan Paling Banyak
Dilaporkan?”
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/24/di-
provinsi- mana-kejahatan-asusila-paling-banyak-dilaporkan
diakses pada 9 September 2021

DetikNews. 2015. “Razia Kos Setiabudi, 3 Pasangan Kumpul Kebo


Ditemukan Berdua Dikamar”
https://news.detik.com/berita/d- 3085494/razia-kos-di-
setiabudi-3- pasangan-kumpul-kebo- ditemukan-berduaan-di-
kamar diakses pada 24 September 2021
Kompasiana. 2013. “Maraknya Penyalahgunaan Kos di
Kalangan
Mahasiswa”.https://www.kompasiana.com/arifiana/552ffa736ea834m
araknya-penyalahgunaan-kos-di-kalangan- mahasiswa diakses pada
24 September 2021

Wikipedia. 2021. “Indekos” https://id.wikipedia.org/wiki/Indekos


diakses pada 25 November 2023

KBBI. Informan. https://kbbi.web.id/informan Diakses pada 27


November 2023.

Pemprov Pontianak, 2023 “KasatPol PP Kota Pontianak


Sampaikan Inovasi Di Tingkat Nasional
https://kalbarprov.go.id/berita/kasat-pol-pp-kota-pontianak-
sampaikan-inovasi-di-tingkat-nasional.html diakses pada 24
November 2023

108
LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara

semiterstruktur. Beberapa topik pertanyaan diajukan kepada informan

secara terbuka sesuai dengan konsep penelitian yang teliti dan tidak

menutup kemungkinan peneliti akan menelusuri jawaban non terstruktur

lain. Berikut ini daftar pedoman wawancara kepada setiap informan :

No. Status Informan Jumlah Kode


1. Kepala Satuan Polisi 1 Orang I1
Pamong Praja Kota
Pontianak
2. Kepala Bidang 1 Orang
Penegakkan Peraturan
Daerah dan Kepala I2
Daerah Satpol PP Kota
Pontianak
3. Kepala Seksi Bidang 1 Orang
Penyelidikan dan I3
Penyidikan Satpol PP Kota
Pontianak
4. Anggota Sabhara/ Propam 1 Orang I4
Polresta di Kota Pontianak
5. Anggota PM AD 1 Orang I5
Kodim
1207 Kota Pontianak
6. Camat/ Lurah di Kota 2 Orang I6
Pontianak
7. Perwakilan RT/ RW di Kota 2 Orang I7
Pontianak
8. Pemilik Rumah Kost di 2 Orang I8
Kota Pontianak
9. Penghuni Rumah Kost di 2 Orang I9
Kota Pontianak
10. Masyarakat di sekitar 3 Orang
Rumah Kost Kota I10
Pontianak

109
KONSEP DIMENSI INDIKATOR PERTANYAAN KODE
INFORMAN
(1) (2) (3) (4) (5)

Faktor Kepastian Apakah Peraturan I1,I2,I3


Hukum Hukum Daerah Nomor 19
Tahun 2021 Pasal
39 tentang
Penyelenggaraan
Ketenteraman,
Ketertiban Umum
Dan Perlindungan
Masyarakat
terhadap
Penegakan penyalahgunaan
Hukum rumah kost?
(Soerjono Apakah Peraturan
Soekanto : Daerah Nomor 19
2008) Tahun 2021 lebih
relevan daripada
Peraturan Daerah
sebelumnya
(Peraturan Daerah
Nomor 11 Tahun
2019 )?
Apa alasan
pembaharuan
Peraturan Daerah
menjadi Nomor 11
Tahun 2019?

110
KONSEP DIMENSI INDIKATOR PERTANYAAN KODE
INFORMAN
Efektifitas Apakah Peraturan I1,I2,I3
Hukum Daerah Nomor 19
Tahun 2021 Pasal
39 tentang
Penyelenggaraan
Ketenteraman,
Ketertiban Umum
Dan Perlindungan
Masyarakat
terhadap
penyalahgunaan
rumah kost sebagai
tempat asusila telah
terealisasi?
Apakah Peraturan
Walikota Nomor 40
Tahun 2017
Tentang SOP
Sidang Cepat
Operasi Yustisi
(SICEPOY) efektif
dalam mengurangi
angka kasus
asusila?
Faktor Kinerja Bagaimana I1,I2,I3,I4.
Penegak Satpol PP Tindakan Satpol PP I5
an TNI dan dibantu TNI dan
Hukum POLRI POLRI dalam
menegakan Perda
Kota Pontianak
Nomor 19
Tahun 2021 Pasal
39 tentang
Penyelenggaraan
Ketenteraman,
Ketertiban Umum
Dan Perlindungan
Masyarakat
terhadap pelanggar
penyalahgunaan
rumah kost ?

111
KONSEP DIMENSI INDIKATOR PERTANYAAN KODE
INFORMAN
Bagaimana langkah
yang akan dilakukan
KONSEP DIMENSI INDIKATOR apabila terjadi
PERTANYAAN KODE
pemberontakan saat INFORMAN
SDM operasi ada
Apakah SICEPOY I1,I2,I3,I4,
berlangsung?
Pembinaan atau I5
pelatihan khusus
Koordinasi Komponen I1,I2,I3,I4.
yang diberikan
pemerintah mana I5
KONSEP DIMENSI INDIKATOR kepada anggota
PERTANYAAN KODE
saja yang terlibat INFORMAN
Satpol PP,
dalam mengatasi
Masyarakat
TNI/POLRI dalam
orang yang
terhadap pelanggar
melaksanakan
menyalahgunakan
yang
Penegakan Perda
rumah kost sebagai
menyalahgunakan
Kota Pontianak No.9
tempat kost
rumah
Tahun asusila?
2021 sebagai
Pasal
tempat
39 asusila?
tentang
Mengapa dalam
Penyelenggaraan
pengamanan
Apabila sanksihanya
telah
Ketenteraman,
mengerahkan
ada dan
Ketertiban Umumdari
beberapa orang
diberlakukan
Dan Perlindungan
TNI/POLRI?
mengapa kasus
Masyarakat
asusila terutama
Teknik Apakah
terhadap
dari rumahada program I1,I2,I3,I4.
pelanggar
kost
Operasional yang dibentuk
masih saja dalam I5
pelaksanaan
meningkat setiap
menyalahgunakan
penegakan
tahunnya?
rumah kost hukum
sebagai
atas penyalahgunaan
tempat asusila?
Faktor Keuangan rumah kost sebagai
Bagaimana I1,I2,I3
Sarana tempat asusila
ketersediaan
Apakah semua
dan agar berjalan
anggaran
anggota SATPOL efektif
PP
Prasaran Jika ada
operasional
sudah apakah
dalam
sepenuhnya
a sesuai dengan SOP
pelaksanaan
menguasai
Penegakan
yang berlaku?
teknologi? Perda
Kota Pontianak
Sanksi Hukum No.19
Apa saja sanksi
Tahun 2021yang I1,I2,I3
Fasilitas Apakah
diberikan fasilitas
Pasal 39 tentang hal I 1,I2,I3
nya seperti
terhadap pelanggar
Penyelenggaraan
kendaraan maupun
Peraturan Daerah
Ketenteraman,
peralatan
Kota Pontianak
Ketertiban Umum yang
digunakan
Nomor
Dan 19 Tahundalam
Perlindungan
menegakan
2021 tentang
Masyarakat
Peraturan
Penyelenggaraan
terhadap Daerah
pelanggar
Nomor 19 Tahun
Ketenteraman,
yang
2021 tentang
Ketertiban Umum
menyalahgunakan
Penyelenggaraan
Dan Perlindungan
rumah kost sebagai
Ketenteraman,
tempat asusila?
Ketertiban Umum
Dan Perlindungan
Mengenai sanksi
Masyarakat
berupa denda yang
ditetapkan kepada
pelanggar akan
dipertanggungjawab
kan kepada siapa?

112
KONSEP DIMENSI INDIKATOR PERTANYAAN KODE
INFORMAN
terhadap pelanggar
yang
menyalahgunakan
rumah kost sebagai
tempat asusila
sudah maksimal?

Apakah fasilitas
seperti komputer
untuk memenuhi
persyaratan
administrasi bagi
para pelanggar
sudah ada?

Faktor Respon Bagaiamana respon I6,I7,I8,I9,


Masyarak Masyarakat dari masyarakat I10
at terhadap Peraturan
Daerah Kota
Pontianak Nomor 19
Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan
Ketenteraman,
Ketertiban Umum
Dan Perlindungan
Masyarakat terhadap
pelanggar yang
menyalahgunakan
rumah kost sebagai
tempat asusila?

Apakah masyarakat
terganggu dengan
adanya Operasi rutin
SICEPOY ini? Jika
ya jelaskan
alasannya

113
114
KONSEP DIMENSI INDIKATOR PERTANYAAN KODE
INFORMAN
Partisipasi Apakah anda I6,I7,I8,I9,
Masyarakat bersedia I10
berpartisipasi dalam
mematuhi Peraturan
Daerah Kota
Pontianak Nomor 19
Tahun 2021tentang
Penyelenggaraan
Ketenteraman,
Ketertiban Umum
Dan Perlindungan
Masyarakat
terhadap pelanggar
yang
menyalahgunakan
rumah kost sebagai
tempat asusila?

Faktor Kesadaran Apakah masyarakat I1,I2,I3,I6,


Budaya Hukum mengetahui adanya
Peraturan Daerah I7,I8,I9,I10
Kota Pontianak
Nomor 19 Tahun
2021 tentang
Penyelenggaraan
Ketenteraman,
Ketertiban Umum
Dan Perlindungan
Masyarakat
terhadap pelanggar
yang
menyalahgunakan
rumah kost sebagai
tempat asusila?

Apa yang menjadi


penyebab utama
mengapa kasus
asusila ini masih
saja dilakukan
padahal sudah ada
Perda yang

115
mengaturnya?

116
KONSEP DIMENSI INDIKATOR PERTANYAAN KODE
INFORMAN
Kepatuhan Menurut anda apa I1,I2,I3, I4,I5
Hukum yang menyebabkan
masyarakat
mematuhi dan
tidak mematuhi
Peraturan Daerah
Kota Pontianak
Nomor 19 Tahun
2021tentang
Penyelenggaraan
Ketenteraman,
Ketertiban Umum
Dan Perlindungan
Masyarakat
terhadap pelanggar
yang
menyalahgunakan
rumah kost sebagai
tempat asusila?
Bagaimana cara
menumbuhkan
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya menaati
hukum yang
berlaku?
Budaya Apakah ada budaya I1,I2,I3, I4,I5
Kerja hukum dari aparat
Penegak penegak hukum
Hukum yang mengambil
keuntungan dalam
setiap sanksi
berupa denda yang
ditetapkan kepada
pelanggar?

Apakah masih ada


budaya sogok
menyogok agar
masyarakat dapat
melarikan diri dari
aturan yang

117
berlaku?

118
LAMPIRAN II

DOKUMENTASI

Gambar 1. Wawancara bersama Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota


Pontianak Bapak Drs.Ahmad Sudiyantoro

Gambar 2. Wawancara bersama Kepala Bidang Penegakkan Peraturan Perundang-


Undangan Daerah, Ibu Syarifah Welly, SH, M.Si

119
Gambar 3. Wawancara bersama Kepala Seksi Penyelidikan dan
Penyidikan, Bapak Heri Suwito, SH

Gambar 4. Wawancara bersama salah satu anggota PM AD Kodim 1207


Kota Pontianak

120
Gambar 5. Foto Bersama Anggota Satpol PP Kota Pontianak

121
Gambar 6. Wawancara Dan Foto Bersama Lurah Di Sekitaran Rumah
Kost

Gambar 7.Wawancara Bersama RT Sekitaran Rumah Kost

122
Gambar 8. Wawancara Dan Foto Bersama Beberapa Penghuni Rumah
Kost

123
Gambar 9. Apel Pengecekan Personil Sebelum Pelaksanaan Penertiban
Rumah Kost di Kota Pontianak

124
Gambar 10. Pelaksanaan Penertiban Rumah Kost Di Kota Pontianak
bertempat di Arumi Kost Jl.Karya Baru Perdana

125
Gambar 11. Pemberian Sanksi Kepada Pelanggar Penyalahgunaan
Rumah Kost

126
Gambar 12.Wawancara Dengan Masyarakat Sekitar Rumah Kost

Gambar 13. Bersama Pemilik Rumah Kost

127
LAMPIRAN III

DAFTAR ; PENEMPATAN PEGAWAI PADA SEKRETARIAT


SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA
PONTIANAK
Daftar Desember Tahun 2023
Jabatan
Pangkat/ Struktural/
No JKLP Nama Keterangan
Gol Fungsional
Umum
Pembina
Drs. Ahmad
Utama Kasat Pol PP
Sudiyantoro
1 1 1 Muda
19690312 199703 1 009 IV.c Kota Pontianak
Dra. ATALIA OMRI Pembina Sekretaris
2 2 2 MARGARETHA Tk.I Sat.Pol PP
19680319 199603 2 003 IV/b Kota Pontianak
Penata Kasubbag
YUNIARTI, S.IP
3 3 1 Tk.I Umum dan
19700608 199303 2 010 III / d Aparatur
Penata Penyusun
EVIN ROBERTLI, S.Kom Muda Kebutuhan Barang
4 4 2 Tk.I Inventaris
( Penyimpan
19861123 201101 1 001 III / b Barang )
Penata Pengelola
NOVERI TRIANDI, S.Sos Muda Pemanfaatan Barang
5 5 3 Tk.I Milik Daerah
19761105 200701 1 011 III / b ( Pengurus Barang )
Penata
SUPARNO, SE Pengelola
6 6 4 Muda
Kepegawaian
19650113 200701 1 013 III / a
7 7 5 NOVI PAHLEVI, A. Md Non PNS

KARTONO SAPUTRO,
Non PNS
8 8 6 SE

Penata Ka.Subbag
DEIRI MEUTIA,SE
9 9 1 Tk.I Perencanaan
19801213 200501 2 015 III / d dan Keuangan
Penata
Bendahara
10 10 2 H.HERYADI, S.E Tk.I
Penerimaan
19711031 200312 1 002 III/d
11 11 3 HAIRIAH, S.A.P Penata Penata Laporan

128
19741024 199403 2 002 III/c Keuangan
12 12 4 SARI YUNITA,SH Penata Analis
19790622 201001 2 004 III/c Perencanaan
Penata
INDAH ASTUTI, SE Bendahara
13 13 5 Muda
Pengeluaran
19741010 200604 2 029 III/a
Penata Virifikator Data
INDRAWATI, SE
14 14 6 Muda Laporan
19730602 200701 2 009 III/a Keuangan
HARRY Penata Analis Laporan
15 15 7 RAHMATULHADI, S.IP Muda Akuntabilitas
19911029 202012 1 007 III/a Kinerja
Pengatur
SRI WAHYUNI Pengelola
16 16 8 Tk.I
Keuangan
19790705 200604 2 029 II/d
17 17 9
HERDA NINGSIH, SE Non PNS

PENEMPATAN PEGAWAI / PERSONIL PADA


DAFTAR ; BIDANG
OPERASI DAN KETERTIBAN UMUM PADA
SEKSI KETERTIBAN UMUM DAN
KETENTRAMAN MASYARAKAT
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA
PONTIANAK
Daftar Desember Tahun 2021
Jabatan
Pangkat/ Struktural/
No JKLP Nama Keterangan
Gol Fungsional
Umum
1 2 3 4 5 6
Penata Kabid
SY.ABUBAKAR, SE
18 1 1 Tk.I Operasional dan
Ketertiban
19660513 198803 1 011 III / d
Umum
19 2 1 HADRIYANTO,SH Penata Kasi Ketertiban TMT
Umum dan
19760111 200604 1 009 III / c Ketentraman 14 September
Masyarakat 2023
20 3 1 ANDI SUSENO, SE Penata Pranata Petugas
Penindakan pada
Seksi Ketertiban
19740820 200501 1 012 III / c Umum dan
Ketentraman
Masyarakat

129
Penata Pranata Petugas
TESSA SETIO
Muda Penindakan pada
SANJAYA,S.Kom
21 4 2 Tk.I Seksi Ketertiban
Umum dan
19810524 200901 1 005 III / b Ketentraman
Masyarakat
Pengatur
SURADI Polisi Pamong
22 5 3 Tk.I
Praja / Mahir
19790524 200701 1 004 II / d
23 6 2 SUSIANA - NON PNS Anggota

24 7 3 GINA SLAMET INDRIANI - NON PNS Anggota

Penata
SALAMAN, SH Muda Polisi Pamong
25 8 1 Tk.I Praja / Ahli Komandan Patroli
Pertama Kec. Pontianak
19790915 200801 1 013 III / b
Barat/OP
Penata
EDDY SETIAWAN Polisi Pamong
26 9 2 Muda Wadanru Patroli
Praja / Trampil
19740326 200501 1 005 III / a Kec. Ptk Barat
Pengatur
ZULKARNAEN Polisi Pamong
27 10 3 Tk.I Anggota
Praja / Trampil
19740815 200801 1 011 II / d
Pengatur Polisi Pamong
BOY ARDANI Praja / Trampil
28 11 4 Tk.I Anggota /PTI
19740910 200701 1 006 II / d
Pengatur Polisi Pamong
RUDI Praja / Mahir
29 12 5 Tk.I Anggota
19790626 200801 1 014 II / d
Penata
DADI EDUARDUS, S.
Muda
Sos Polisi Pamong
30 13 1 Tk.I Danru Patroli Kec.
Praja /
Ahli Pertama Ptk
19720818 200801 1 017 III / b Selatan/Tenggara/
OP
Penata
MUSLIM Polisi Pamong
31 14 2 Muda Wadanru Patroli
Praja / Mahir
19770519 200701 1 013 III / a Kec. Ptk Tenggara
Pengatur
JAMALUDDIN Polisi Pamong Anggota
32 15 3 Tk.I
Praja / Mahir
19660708 200701 1 046 II / d
Pengatur
TEGUH APRIANTO Polisi Pamong Anggota
33 16 5 Tk.I
Praja / Mahir
19760426 200701 1 011 II / d

130
Polisi Pamong
Pengatur
IWAN RIDWAN Praja / Trampil Anggota
34 17 6 Tk.I Pelaksana
19791203 200701 1 004 II / d
35 18 7 SELAMET PONIDI Pengatur Polisi Pamong
Praja / Trampil Anggota
19710614 200701 1 030 II / c Pelaksana
36 19 8 NOVIANTO Pengatur Polisi Pamong Anggota
Praja / Trampil
19831122 201001 1 003 II / c Pelaksana
Penata
MEGA TRI SUSENO, Polisi Pamong
Muda
S.Sos Praja / Ahli Anggota
37 20 2 Tk.I
Pertama
19730310 200701 1 023 III / b
Penata
Polisi Pamong
BUDI KURNIAWAN, SE Muda
Praja / Ahli Anggota
38 21 3 Tk.I
Pertama
19770909 200901 1 005 III / b
Pengatur
RACHMAD SALEH Polisi Pamong
39 22 4 Tk.I Anggota
Praja / Mahir
19801014 200604 1 007 II / d
Pengatur
RAHMAT HIDAYAT Polisi Pamong
40 23 5 Tk.I Anggota
Praja / Mahir
19801028 200701 1 005
41 24 7 SAFARUDIN Pengatur Polisi Pamong
Praja / Trampil Anggota / PTI
19730403 201212 1 003 II / c Pelaksana

PENEMPATAN PEGAWAI / PERSONIL PADA


DAFTAR ; BIDANG
OPERASI DAN KETERTIBAN UMUM PADA
SEKSI OPERASI DAN PENGENDALIAN
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA
PONTIANAK
Daftar Desember Tahun 2023
Jabatan
Pangkat/ Struktural/
No JKLP Nama Keterangan
Gol Fungsional
Umum
42 1 1 BAHTIAR, S.Sos, M. Si Penata Promosi Jabatan
Kasi Operasi dan
Pengendalian
TMT 7 Agustus
19690102 200701 1 027 III / c
2022
Penata
CHAIRIL ANWAR, S. Sos Muda Polisi Pamong
43 2 2 Tk.I Praja / Ahli Muda
19771028 200901 1 005 III / b

131
Pengatur Pranata
44 3 YUSHERRIANSYAH
1 Tk.I Perlindungan Dan Pam Pos
19641031 200604 1 003 II / d Masyarakat Kantor Walikota
Pengatur Pranata
45 MARIMAN
4 2 Tk.I Perlindungan Wadan Pam Pos
19730314 200604 1 014 II / d Masyarakat Kantor Walikota
Pengatur
Pranata
46 5 Muda Anggota
Perlindungan
3 MAYANTO Tk.I
Masyarakat
19773005 200701 1 081 II / b
Pengatur Pranata
47 ZUKARNAIN Anggota
6 4 MudaTk.I Perlindungan
TMT '11 Februari
19750305 201212 1 001 II / b Masyarakat 2023
48 7 5 RAMLAN Juru Pranata Anggota
Perlindungan
19710710 201212 1 001 I/c
Masyarakat
49 8 6 BAGUS SAPUTRO NON PNS Anggota

Pengatur Pranata Dan Pam Pos Pintu


50 9 SY.HARUN
1 Tk.I Perlindungan Keluar
Belakang Kantor
19641105 200604 1 008 II / d Masyarakat Walikota
Pengatur Pranata
51 FARDI
10 2 Tk.I Perlindungan Wadan Pam Pos
19740908 200701 1 006 II / d Masyarakat Kantor Sat Pol PP
52 11 3 DIANSYAH Juru Tk.I Pranata Anggota
Perlindungan
I/d
19740525 200701 1 028 Masyarakat
MUHAMMAD RASYID
53 NON PNS Anggota
12 4 RIDHA

54 13 5 ARDIANSYAH NON PNS Anggota

55 14 1 ABDUL KOWI NON PNS Pos Pintu Masuk


Belakang Kantor
Walikota
Dan Pam Pos
Pengatur Pranata
56 15 M. YUNUS Rumah Dinas
Tk.I Perlindungan
1 Jabatan Walikota
Masyarakat
19650622 200604 1 005 II / d
Pam Pos Rumah
57 NON PNS Dinas Jabatan
16 2 SY. IBRAHIM ALKADRIE Walikota

132
SY. AWALUDIN
58 17 NON PNS Anggota
3 ANZHARI

59 18 4 HENDRO SUMARSONO NON PNS Anggota

5 TEGUH HANDIKA
60 19 NON PNS Anggota
SAPUTRA

20 6 FEBRI ADDAUROMI
61 NON PNS Anggota
ALMAGRIBI

1 Penata Dan Pam Pos


62 21 IBRAHIM Pranata
Muda Rumdin
Perlindungan
Jabatan Wakil
19661111 200501 1 006 III / a Masyarakat
Walikota
22 2 Pengatur Wadan Pam Pos
63 HENDRI HIDAYAT Pranata
Tk.I Rumdin
Perlindungan
Jabatan Wakil
19660706 200604 1 012 II / d Masyarakat
Walikota
3 Pengatur Polisi Pamong
64 23 HERI GUNAWAN Anggota
Tk.I Praja / Trampil
19730614 200901 1 002 II / d Pelaksana
65 24 4 MARDANI Pengatur Pranata Anggota
Perlindungan
19670716 200604 1 010 II / c
Masyarakat
66 25 5 HERMANSYAH Juru Tk.I Pranata Anggota
Perlindungan
19730412 201212 1 001 I/d
Masyarakat
67 26 6 ARI ISWANTO NON PNS Anggota

68 27 1 SAHUDIN Pengatur Pranata Wadan Pam


Perlindungan Rumah Pribadi
19641215 200604 1 006 II / c
Masyarakat Walikota
Pengatur Pranata
69 AGUS SUSILO
28 3 Tk.I Perlindungan Anggota
19720802 200604 1 013 II / d Masyarakat
Pengatur Polisi Pamong
70 29 SYUKUR
4 MudaTk.I Praja / Trampil Anggota
19760210 200801 1 015 II / b Pelaksana
71 30 1 WAHIDIN NON PNS PAM
Rum Pri Sekda
72 31 2 ARIS EVA PUJIANTO NON PNS
Anggota
73 32 3 HERMAN RAKASIWI NON PNS PAM
Rum Din Sekda

133
( BLKI )
Pengatur Pam Dal Kantor
74 33 ASWANDI Polisi Pamong
1 Tk.I Walikota Lobi
Praja / Trampil
Pelaksana Ruang Wakil
19730610 200604 1 018 II / d
Walikota
Penata Pranata Pam Dal Kantor
75 DEDI SANTOSO
34 1 Muda Perlindungan Walikota Lobi
19781217 200312 1 001 III / a Masyarakat Ruang Walikota

PENEMPATAN PEGAWAI/PERSONIL PADA


DAFTAR ; BIDANG
PENEGAKAN PERUNDANG-UNDANGAN
DAERAH
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA
PONTIANAK
Daftar
Desember
Tahun 2023
Jabatan
Pangkat/ Struktural/
No KLP Nama Keterangan
Gol Fungsional
Umum
SYARIFAH WELLY, SH., Kabid
Pembina
76 1 1 M.Si Penegakan TMT Jabatan
Perundang-
19700502 20022 2 009 IV/a undangan 7 Desember
Daerah 2023
Penata
HERI SUWITO,SH, MH Kasi
77 2 1 Tk.I Promosi Jabatan
Penyelidikan
TMT 7 Agustus
19801012 201001 1 012 III / d Dan Penyidikan
2019
Penata Polisi Pamong
NURHOZIN, S.Sos
78 3 2 Tk.I Praja /
19760505 200701 1 024 III / d Ahli Muda
Penata
Polisi Pamong
SAIFULLAH, SH Muda TMT 1 Oktober
Praja /
79 4 3 Tk.I Ahli Muda 2021
19760606 200701 1 028 III / b
Penata
Pengadministrasi
IKSAN Muda Persuratan
80 5 4 Tk.I
19680920 199002 1 001 III / b
81 6 1 SUKRIYANI, SE Penata Polisi Pamong
Praja /
19770210 200604 1 019 III / c Ahli Muda
82 7 2 WIBISONO Penata Polisi Pamong

134
Muda
TANTRIANTO, S.H Praja /
Tk.I
Ahli Pertama
19850501 201001 1 007 III / b
Pengatur Polisi Pamong
DHANY AVENUS
83 8 3 Tk.I Praja / Trampil
19760202 200901 1 007 II / d Pelaksana
Penata Polisi Pamong
FAUZI Praja / Trampil
84 9 4 Muda
Pelaksana
19700406 200604 1 009 III / a Lanjutan
Pengatur
NURSAID Polisi Pamong
85 10 5 Tk.I
Praja / Mahir
19790809 200604 1 005 II / d
Pengatur Polisi Pamong
IDRIS
86 11 6 Tk.I Praja / Trampil
19741220 200604 1 009 II / d Pelaksana
Pengatur Polisi Pamong
LATIF
87 12 7 Tk.I Praja / Trampil
19771121 200901 1 003 II / d Pelaksana
88 13 8 IBRAHIM ABDULLAH Pengatur Polisi Pamong
Praja / Trampil
19690205 200604 1 011 II / c Pelaksana
Penata
MUHAMMAD ISKAK,SH Kasi Pembinaan
89 14 1 Tk.I
dan Penyuluhan
19651219 200501 1 002 III / d
Penata
EDY MULYADI, SH Muda Pengolah Data
90 15 2 Tk.I
19740504 200604 1 016 III / b
Penata
ADE KUSNO, S.Sos Penyuluh
91 16 3 Muda
Kemasyarakatan
19810327 200501 1 014 III / a
92 17 4 NON PNS
TUNETI

93 18 5 NON PNS
SITI KOMARIAH, S.E

94 19 6 NON PNS
YULI EKA ASTUTI

PENEMPATAN PEGAWAI/PERSONIL PADA


DAFTAR ; BIDANG
PERLINDUNGAN MASYARAKAT

135
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA
PONTIANAK
Daftar
Desember
Tahun 2021
Jabatan
Pangkat/ Struktural/
No JKLP Nama Keterangan
Gol Fungsional
Umum
95 1 1 M. TUGO, S.Sos Penata
Kabid
Tk.I
Perlindungan
NIP. 19680829 199603 1
III / d Masyarakat
007
96 2 1 RITA MARLITA,SH Penata
19760314 201001 2 002 III/c
97 3 3 Pengatur Pranata
RENDY ANDRIANTO
Tk.I Perlindungan
19811212 200901 1 005 II/d Masyarakat
JUPRIADI, SE Penata
Polisi Pamong
Muda
Praja /
98 4 1 Tk.I Ahli Pertama
19700821 200501 1 010 III / b
Penata Polisi Pamong
WAFID SUDARSONO,
Muda Praja / Ahli
SE
99 5 2 Tk.I Pertama
19691228 200604 1 005 III / b
D A R Y O T O, ST Penata
Muda Polisi Pamong
100 6 3 Tk.I Praja / Ahli Muda
19690426 200701 1 016 III / b
PARWIDI, SE Penata
Polisi Pamong
Muda
Praja / Ahli
101 7 4 Tk.I
Pertama
19770407 200501 1 013 III / b
USMADI, SE Penata
Polisi Pamong
Muda
Praja / Ahli
102 8 5 Tk.I
Pertama
19690212 200801 1 019 III / b
103 9 6 Penata Polisi Pamong
BAMBANG SUWARSO Praja / Trampil
Muda
Pelaksana
19820722 200501 1 002 III / a Lanjutan
Penata Polisi Pamong
NUPRIADI Praja / Trampil
104 10 7 Muda
Pelaksana
19741015 200501 1 013 III / a Lanjutan

136
Pengatur
HARDIYANSYAH Polisi Pamong
105 11 8 Tk.I
Praja / Trampil
19731016 200701 1 013 II / d
Pengatur
RUSLIHAN Polisi Pamong
106 12 9 Tk.I
Praja / Trampil
19800309 200901 1 002 II / d
107 13 10 MOCHAMAD NOERFIE Pengatur Polisi Pamong
19780105 200901 1 004 II / c Praja / Trampil
Pengatur Polisi Pamong
FAUZI
108 14 11 Tk.I Praja / Trampil
19690218 200604 1 005 II / d Pelaksana
Pengatur Polisi Pamong
SAMSUL OMI
109 15 12 Tk.I Praja / Trampil
19820428 200901 1 004 II / d Pelaksana
110 16 13 Pengatur Polisi Pamong
INDRA HARJANA
Tk.I Praja / Trampil
19830324 200901 1 004 II / d Pelaksana
111 17 14 Pengatur Polisi Pamong
SUWANDI
Tk.I Praja / Trampil
19740908 200604 1 008 II / d Pelaksana
112 18 15 GUSTI KURNIAWAN NON PNS Supir Kasat Pol PP

113 19 1 SURYA PUTRA, S.Sos Penata Kasi Peralatan


Tk.I dan
Pemadaman
III / d
19670201 199302 1 001 Kebakaran
Penata Pranata
Muda Pemadam
114 20 2 INDRA GUNAWAN Tk.I Kebakaran
19750619 200101 1 003 III / b
Penata Pranata
MUGIONO, S.Sos Muda Pemadam
115 21 3 Tk.I Kebakaran
19770723 200501 1 005 III / b
Pranata
Penata
Pemadam
Muda
116 22 4 SLAMET Kebakaran
19640518 198811 1 001 III / a
Penata
Supir Regu III
117 23 5 HAMDANI Muda
Pranata
III / a Pemadam
19650521 199000 1 002 Kebakaran
Penata Wakil Komandan
118 24 6 SUNATA, A.Md Muda Regu II

137
Pranata
III / a Pemadam
19681121 199303 1 008 Kebakaran
119 25 7 MUHAMMAD Pengatur Wakil Komandan
IKHWANSYAH Tk.I Regu I
II / d Pranata
Pemadam
19680513 200701 1 018 Kebakaran
120 26 8 AGUSTIAN Pengatur
Pengemudi
Tk.I
19670818 198901 1 002 Pemadam
II / d
Kebakaran
Pranata
Pengatur
Pemadam
Tk.I
121 27 9 HELDI ROSADI Kebakaran
19691014 200701 1 009 II / d
Pranata
Pengatur
Pemadam
Tk.I
122 28 10 SAFRI EFFENDI Kebakaran
19640609 200701 1 013 II / d
Pengatur Pengemudi
Muda
123 29 11 SALIDIN Tk.I
19790725 200701 1 006 Pemadam
II / b
Kebakaran
124 30 12 DENI RACHMAT - NON PNS

125 31 13 HARIES - NON PNS

126 32 14 REZA APRIYADI - NON PNS

127 33 15 - NON PNS


ZAINUL ARIFIN
128 34 16 SY. AGUS IBRAHIM
NON PNS
ALKADRIE

129 35 17 ZULKIFLI NON PNS

130 36 18 ACHMAD FAIS NON PNS

131 37 19 RIDWANSYAH NON PNS

132 38 1 SUTAN YASIN AZHARI Penata Kasi TMT


L., S.Sos Tk.I Pencegahan

138
dan 14 September
III / d
19700302 199603 1 002 Kesiapsiagaan 2023

Terdiri
Pontianak,
dari ;
KEPALA SATUAN POLISI PAMONG
14
1. Pejabat Strutural PRAJA
Jabatan Fungsional KOTA
46
2. Tertentu PONTIANAK
Jabatan Fungsional
42
3. Umum/Staf
Jumlah : 102
Tenaga
Honor 30
Jumlah : 132 Drs, Ahmad Sudiyantoro
Pembina Utama
Muda
NIP. 19690312
199703 1 009

LAMPIRAN IV

139
140

Anda mungkin juga menyukai