Uas Psisosial Politik
Uas Psisosial Politik
MULTIKULTURAL DI INDONESIA
Abstract
The 212 rally that took place on December 2, 2016 was a major socio-political event that marked the
rise of identity politics in Indonesia. This action was triggered by the rejection of the blasphemy
committed by Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). It was attended by millions of people from all walks of
life, both Muslims and non-Muslims. The 212 rally has had a significant impact on politics and
multicultural society in Indonesia. Politically, it has strengthened the position of fundamentalist
Islamic groups in Indonesia. This can be seen from the victory of Joko Widodo (Jokowi) in the 2019
presidential election, which was supported by fundamentalist Islamic groups from a number of parties,
including the so-called ''Peaceful Action'' force. Socially, the 212 rally has sharpened polarization in
Indonesian society. It has given rise to anti-minority sentiments among the Muslim community. This is
evident from the rise of cases of intolerance and discrimination against minorities in Indonesia in the
largest Muslim-majority region. The impact of the 212 rally on politics and multicultural society in
Indonesia will be felt for a long time to come. It has become one of the turning points in the history
and future of Indonesian politics.
Keywords: 212 rally, multicultural society, Indonesia
Abstract
Aksi 212 yang terjadi pada tanggal 2 Desember 2016 merupakan sebuah peristiwa sosial politik
terbesar yang menandai kebangkitan politik identitas di Indonesia. Aksi ini dipicu oleh penolakan
terhadap penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Aksi ini diikuti oleh
jutaan orang dari berbagai kalangan, baik dari kalangan Muslim maupun non-Muslim. Aksi 212
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap politik dan masyarakat multikultural di Indonesia. Secara
politik, aksi ini telah memperkuat posisi kelompok-kelompok Islam fundamentalis di Indonesia. Hal ini
terlihat dari kemenangan Joko Widodo (Jokowi) dalam pemilihan presiden 2019 yang didukung oleh
kelompok-kelompok Islam fundamentalis dari sejumlah banyak pihak, termasuk pada ruang lingkup
kekuatan yang disebut '' Aksi Damai''. Secara sosial, aksi 212 telah mempertajam polarisasi di
masyarakat Indonesia. Aksi ini telah memunculkan sentimen anti-minoritas di kalangan masyarakat
Muslim. Hal ini terlihat dari maraknya kasus-kasus intoleransi dan diskriminasi terhadap minoritas di
Indonesia dalam wilayah mayoritas muslim terbesar. Pengaruh aksi 212 terhadap politik dan
masyarakat multikultural di Indonesia masih akan terasa dalam waktu yang lama. Peristiwa ini telah
menjadi salah satu titik balik dalam sejarah dan masa depan politik Indonesia.
Kata Kunci: aksi 212, masyarakat multikultural, Indonesia
2
secara damai, dampak ini dapat dilihat
sebagai salah satu tantangan bagi
keberagaman budaya dan agama di
Indonesia. Aksi 212 telah memicu
sentimen keagamaan yang kuat di
masyarakat Indonesia. Aksi ini telah
membuat umat Islam dan non-Muslim
semakin saling curiga karena perbedaan
dalam opini maupun pendapat dan saling
bermusuhan. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya kasus-kasus intoleransi dan
kekerasan di Indonesia.
47a4addee1912533a72/mobilisa ribu orang itu digelar untuk mengirimkan pesan damai dan aman
si-politik-dalam-aksi-212- serta mempererat tali persatuan umat Islam dan persatuan
strategi-dan-pengaruhnya-pada- bangsa Indonesia, KOMPAS.COM
perubahan-sosial
Mayoritas warga bergama islam
(54%) tidak mempersalahkan non muslim
Pembahasan yang menyelenggarakan acara keagamaan
acara keagamaan di kawasan tersebut.
Analisa artikel pertama lebih Namun mayoritas umat islam (52%)
spesifik pada berita yang objektif dan menentang non muslim yang membangun
komprehensif. Berita ini memberikan tempat ibadah di dekat rumah mereka, 52%
informasi yang lengkap tentang peristiwa umat islam juga menentang non muslim
Aksi 212, termasuk latar belakang, menjadi walikota, bupati, atau gubernur.
jalannya aksi, dan dampak yang Hingga 55% umat islam juga menentang
ditimbulkan. Berita ini dimulai dengan non muslim menjadi wakil presiden.
memberikan konteksnya adalah peristiwa Penolakan semakin besar ketika jabatan
aksi 212, khususnya kasus penodaan yang dimaksud adalah presiden, dimana 59%
agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja umat islam menentang menjadi presiden
Purnama, Gubernur DKI Jakarta saat itu. non muslim. Mayoritas non muslim (84%)
Berita ini juga menjelaskan bahwa aksi ini tidak keberatan umat islam mengadakan
diorganisir oleh Front Pembela Islam dan acara keagamaan, 70% tidak keberatan
didukung oleh berbagai organisasi Islam umat islam membangun tempat ibadah, 78%
lainnya. tidak keberatan umat islam menjadi
walikota, bupati, atau gubernur, 86% non
Analisa artikel kedua ini muslim umat islam tidak keberatan umat
memberikan gambaran yang jelas tentang islam mengadakan acara keagamaan.
peran Front Pembela Islam (FPI) dalam Muslim umat islam tidak masalah jika
Reuni 212. FPI adalah organisasi Islam seorang muslim menjadi presiden atau
yang menjadi inisiator dan penyelenggara wakil presiden.
aksi ini. FPI juga berperan penting dalam
menyebarkan pesan dan tanda yang Hasil survei LSI menunjukkan
mendukung aksi ini. Dalam hal tersebut bahwa intoleransi di Indonesia masih
memberikan gambaran yang jelas tentang menjadi permasalahan yang serius. Hal ini
dampak positif dan negatif Reuni 212. Di terlihat dari meningkatnya jumlah
satu sisi, Reuni 212 telah memperkuat responden yang menyatakan tidak nyaman
identitas dan solidaritas umat Islam di jika ada orang dari agama yang berbeda
Indonesia. Di sisi lain, Reuni 212 juga menjadi pemimpin negara, tetangga, atau
telah memicu dampak polarisasi di berpasangan. Intoleransi politik dapat
masyarakat Indonesia. mengancam keberagaman demokrasi di
Indonesia. Hal ini karena intoleransi
Analisa survei dalam artikel politik dapat menyebabkan diskriminasi
ketiga ini dilakukan antara tanggal 1 dan 7 terhadap kelompok minoritas.
Agustus 2018 , terhadap 1.520 muslim dan Diskriminasi ini dapat menghambat
non-muslim. Menurut salah satu peneliti partisipasi politik kelompok minoritas dan
senior LSI, kebebasan sipil menjadi salah dapat mengancam hak-hak mereka serta
satu penyebab merosotnya demokrasi di minoritas tidak dapat melakukan hak-
Indonesia. Dampak yang paling signifikan haknya untuk kebebasan berpendapat.
menyangkut asal usul agama, sosial, dan
etnis. Setiap orang harus mempunyai Artikel keempat ini
kesempatan yang sama untuk menjadi menganalisis data mengenai strategi
pegawai negeri atau menggunakan haknya mobilisasi politik yang diterapkan
untuk beribadah, berkeyakinan, dan berdasarkan Aksi 212 dan dampaknya
berekspresi. terhadap perubahan sosial di Indonesia.
Mobilisasi politik yang dimaksud adalah
4
upaya mengajak orang atau kelompok (https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-
tertentu untuk berpartisipasi dalam artikel/140-fenomena-212-crowd-atau-
kegiatan politik dengan tujuan untuk community), diakses 16 Desember 2016.
meningkatkan partisipasi politik dalam
kegiatan politik lainnya. Mobilisasi politik Internet (artikel dalam jurnal online):
dapat dilakukan oleh partai politik,
kelompok kepentingan, lembaga swadaya Ali Thaufan Dwi Saputra, Dedi Sutiadi,
masyarakat atau individu. Mobilisasi (2020), Partisipasi Politik Umat Islam
politik dapat dilakukan dalam bentuk dalam Aksi Massa 212 dan Implikasinya
kampanye sosial, menginformasikan isu-
terhadap Wajah Islam Indonesia (Online),
isu politik atau mengajak masyarakat
untuk memilih dalam pemilihan umum. Halaman 127-149,
Penyebaran informasi dan propaganda. (https://journal.uinjkt.ac.id), diakses 2 Juli
Aksi tersebut didahului dengan sosialisasi 2020.
dan dakwah yang dilakukan oleh berbagai
organisasi Islam. Informasi dan Tulisan/berita dalam Koran (tanpa
propaganda ini berhasil menciptakan nama pengarang):
perasaan keagamaan yang kuat di
masyarakat Indonesia BBC.COM, 21 Februari, (2017). Aksi
212: Rizieq Shihab datang dan sebut 'Ahok
SIMPULAN Penjara'