Anda di halaman 1dari 2

2) Jejaring Eksternal Layanan Tuberkulosis

a) Jejaring Pengelolaan Logistik


Pengelolaan logistik dilakukan diseluruh tingkat pelaksana program
penanggulangan TBC, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota
sampai dengan Fasyankes. Pengelolaan logistik dimulai dari tahap
perencanaan, pengadaan, permintaan, pendistribusian, penyimpanan,
monitoring dan evaluasi. Perencanaan secara nasional menggunakan
pendekatan buttom up planning yaitu usulan perhitungan kebutuhan logistik
dimulai dari tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi dan ditingkat Pusat. Perhitungan perencanaan kebutuhan obat dan
non obat (Pot dahak, Formulir pencatatan TBC, Reagen Zn, Cartridge TCM,
Masker, Kaca Slide), dilakukan setiap tahun sekali yang dilakukan pada
triwulan pertama awal tahun. Jumlah kebutuhan obat TBC secara nasional
tersebut akan dijadikan dasar untuk proses pengadaan obatnya di Kementerian
Kesehatan. Pengadaan logistik non-OAT, prosesnya dapat dilakukan di semua
tingkatan dengan menggunakan pendanaan dari Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota.

Pendistribusian logistik baik obat maupun non obat, dari unit dibawahnya
berdasarkan permintaan kebutuhan setiap triwulan, menggunakan software
Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB). TPMD/Klinik yang menangani kasus TBC
dapat memperoleh logistik yang dibutuhkan dari Puskesmas. Sedangkan Rumah
Sakit pemerintah maupun swasta dapat melakukan permintaan logistik melalui
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Seluruh fasyankes baik Puskesmas,
Rumah Sakit, BBKPM, TPMD/Klinik dan unit lainnya yang mengobati pasien TBC
harus mencatat ketersediaan stok logistiknya di software SITB. Pendistribusian
obat hasil pengadaan pusat, akan dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi,
untuk didistribusikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sampai ke fasiltas
kesehatan.
Gambar 7. Pengelolaan Logistik

Penyimpanan logistik baik obat maupun non obat harus memperhatikan tata
cara penyimpanan yang baik, sesuai dengan spesifikasi barang logistik. Peyimpanan
barang logistik harus tersedia kartu stok yang berisi informasi jumlah barang, tanggal
kadaluarsa, tanggal penerimaan dan pengeluaran barang logistik.

Barang – barang logistik yang didistribusikan kepada Puskesmas, Rumah


Sakit, BBKPM, TPMD/Klinik dan unit lainnya harus dimonitor jumlah, ketersediaan dan
pemanfaatannya, agar tidak terjadi kekosongan dan kelebihan barang logistik,
sekaligus dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi dan keuangannya. Dalam
melakukan monitoring barang barang logistik, Dinas Kesehatan dan petugas
fasyankes dapat memanfaatkan software SITB pada menu laporan manajemen
logistik, sehingga proses monitoring dan umpan balik ketersediaan logistik dapat lebih
mudah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai