Anda di halaman 1dari 6

REKOMENDASI

PERTEMUAN MONITORING & EVALUASI NASIONAL


PROGRAM TUBERKULOSIS TAHUN 2021 DAN SOSIALISASI GRANT
GLOBAL FUND TB PERIODE 2021-2023
KOTA MANADO, 8-11 JUNI 2021

Pertemuan Monitoring Dan Evaluasi Nasional Program Penanggulangan


Tuberkulosis Tahun 2021 dan Sosialisasi Grant Global Fund Periode 2021-2023
dilaksanakan secara hybrid yakni pertemuan offline di Kota Manado pada tanggal 8 -11
Juni 2021 dan juga disiarkan secara langsung melalui aplikasi daring. Pertemuan dibuka
oleh Plt. Dirjen P2P dan dihadiri oleh Direktur P2PML, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara, dan peserta pusat yakni Koordinator Program TBC, Sub Koordinator
Program TBC Sensitif Obat, Sub Koordinator Program TBC Resisten Obat, dan Staf
Subdit TB. Wakil-wakil dari unit utama di lingkungan Kemenkes, Wakil-wakil UPT di
lingkungan Ditjen P2P, Ketua CCM, Ketua KOMLI, Wakil Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI), Wakil-wakil Mitra Nasional dan Internasional. Peserta Provinsi terdiri dari Kepala
Seksi yang membawahi program TBC, Pengelola Program TBC, Provincial Project
Officer (PPO), dan Finance Administrator (FA) dari seluruh Indonesia.
Pada sesi pembukaan diserahkan tanda penghargaan dan hadiah kepada
pengelola program TBC provinsi yang terbaik berdasarkan kriteria kualitas laporan dan
capaian indikator program TBC tahun 2020
Setelah memperhatikan arahan Plt. Dirjen P2P, paparan Direktur P2PML,
masukan dari para narasumber, hasil pembahasan serta diskusi dalam Sidang Pleno dan
Sidang Kelompok, maka disampaikan rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh masing-
masing insatnsi terkait:
1. Subdit TB Kementerian Kesehatan RI
a. Memberikan umpan balik kepada Provinsi dengan rutin minimal satu kali tiap
triwulan
b. Melakukan pemeliharaan, pengembangan, dan hal-hal terkait lainnya yang dapat
memperkuat SITB dalam pencatatan dan pelaporan program TB.
c. Memantau pelaksanaan SITB dan capaian program TB secara nasional.
d. Melakukan integrasi antara SITB dengan sistem informasi lainnya.
e. Mengusulkan dana untuk kegiatan Investigasi Kontak tahun 2022 masuk ke dalam
Jukren Dekon tahun 2022
f. Akan melakukan training FMIS dalam 2 bulan kedepan yang akan dibagi menjadi
3 wilayah.
g. PR akan melakukan training kepada DAFA untuk selfservice portal
h. Melakukan followup dengan bank mandiri terkait tidak tersedianya bank mandiri di
beberapa kabupaten yang ada di Provinsi
i. Batas waktu untuk pengiriman dokumen dari kabupaten kota ke provinsi 1 sampai
3 bulan sekali.
j. PR akan menyediakan token untuk seluruh virtual account di seluruh Indonesia
pada saat pelatihan FMIS
k. Internal control memfollowup ke Provinsi binaan masing masing terkait ineligible
expenditure dan pengembalian jasa giro yang telah disetor ke kas negara
l. PR akan melakukan followup dengan mengirimakan email ke GF Genewa terkait
pemusnahan dokumen dan permintaan pembelian lemari dalam reprogramming
budget

2. Dinas Kesehatan Provinsi


a. Pemantauan dan Analisis Penemuan Kasus, Faskes Lapor dan Capaian Public
Private Mix (PPM):
1) Melalukan pemantauan pada kabupaten/kota yang memiliki capaian Treatment
Coverage rendah
2) Mengidentifikasi dan melakukan tindak lanjut pada terduga yang sudah
didiagnosis namun belum didaftarkan menjadi pasien (belum menentukan
tempat pengobatan/ pasien tidak balik ke layanan/ menolak pengobatan/ delay
pelaporan)
3) Mengidentifikasi dan melakukan tindak lanjut pada pasien yang sudah
didaftarkan namun belum memulai pengobatan (pasien pindah/ tidak kembali
ke layanan/ delay pelaporan)
4) Mengidentifikasi faskes yang belum lapor (TB.06/TB.03/TB.08) minimal satu
kali tiap triwulan
5) Memantau capaian indikator PPM minimal satu kali tiap triwulan
6) Mengidentifikasi fasyankes (RS pemerintah/swasta, DPM/Klinik swasta) yang
perlu diberikan pendampingan
7) Memperluas pelibatan fasyankes khususnya RS pemerintah/swasta dan
DPM/Klinik swasta yang belum melaporkan?
8) Memberikan umpan balik kepada kabupaten/kota dengan rutin minimal satu
kali tiap triwulan
9) Memberikan umpan balik kepada fasyankes terkait kontribusi dalam
penemuan dan hasil akhir pengobatan
b. Pemantauan dan Analisis Hasil Akhir Pengobatan TB SO:
1) Melakukan pemantauan pada kabupaten/kota khususnya bagi wilayah yang
memiliki Treatment Success Rate rendah
2) Melakukan umpan balik kepada kabupaten/kota terkait alert pasien yang belum
ada hasil akhir pengobatannya
3) Mengidentifikasi alasan pasien yang belum ada hasil akhir pengobatan
4) Memastikan seluruh pasien yang ada di wilayahnya memiliki hasil akhir
pengobatan
5) Melakukan tindak lanjut pada pasien yang putus berobat
6) Memberikan umpan balik kepada kabupaten/kota dan fasyankes

c. Pemantauan dan Analisis data TB RO:


1) Melakukan tindak lanjut pada pasien TB RO yang telah terkonfirmasi RR/MDR
namun belum memulai pengobatan
2) Melakukan pelacakan dan meberikan KIE pada pasien yang menolak
pengobatan
3) Melakukan tindak lanjut pada pasien TB RO yang belum memiliki hasil
LPA/DST
4) Melakukan tindak lanjut pada pasien TB RO dalam pengobatan yang
mangkir/meninggal/mengalami KTD Serius (masuk ke dalam aDSM core
packages)
5) Memastikan kesesuaian data meninggal pada TB.03 RO dengan yang
dilaporkan di KTD Serius
6) Memastikan seluruh pasien yang dilaporkan KTD serius juga terlapor di e-
MESO BPOM
7) Melakukan tindak lanjut pada pasien TB RO yang belum memiliki hasil akhir
pengobatan (delay pelaporan/mangkir)
8) Melakukan tindak lanjut pada pasien mangkir sesuai dengan tatalaksana
pasien mangkir
9) Memberikan umpan balik seluruh alert & reminder pasien TB RO di SITB
secara rutin ke kab/kota dan/atau fasyankes maksimal 1 bulan sekali (saat
MICA)
10) Melakukan pembaruan dan pengecekan ulang data di SITB dari data hasil
umpan balik yang didapatkan dari kabupaten/kota/fasyankes
d. Pemantauan dan Analisis data TB Anak:
1) Melakukan pemantauan pada terduga TB Anak yang diobati namun belum
terdaftar sebagai pasien
2) Melakukan pemantauan pada pasien TB Anak yang belum ada paduan obat
3) Melakukan pemantauan pada pasien TB Anak yang belum ada hasil akhir
pengobatan
4) Menindaklanjuti temuan-temuan di SITB kepada pengelola program di
kab/kota terkait dan meng-crosscheck kembali di SITB
e. Pemantauan dan Analisis data TB DM:
1) Melakukan pemantauan pada pelaksanaan kegiatan skrining TB pada
penyandang DM (terutama di 10 provinsi terpilih)
2) Melakukan pemantauan data kasus TB-DM
3) Berkoordinasi dengan kab/kota untuk memantau pencatatan dan pelaporan
TB-DM di tingkat fasyankes
f. Pemantauan dan Analisis data Terapi Pencegahan dan Pengobatan (TPT):
1) Mengecek penerima TPT yang sudah terinput di SITB apakah sudah memiliki
tanggal mulai TPT dan paduan TPT
2) Mengecek validasi data penerima TPT dengan memastikan bahwa penerima
TPT tersebut bukan merupakan data kasus TBC
3) Melakuakn pemantaua paduan obat TPT yang diberikan kepada setiap
individu sudah sesuai dengan rekomendasi yang ada pada juknis ILTB, serta
sesuai dengan alokasi dan ketersediaan obat TPT
4) Mengecek penerima TPT yang sudah selesai terapi apakah sudah melaporkan
hasil akhir TPT
5) Berkoordinasi dengan pengelola program TB atau DO di tingkat kab/kota
terkait penerima TPT yang belum ada tanggal mulai terapi pencegahan dan
belum mengisi hasil akhir TPT
6) Berkoordinasi dengan pengelola program TB atau DO di tingkat kab/kota untuk
memperbaiki kesalahan pelaporan data TPT di SITB
7) Berkoordinasi dengan kab/kota untuk mensosialisasikan juknis ILTB sampai ke
tingkat fasyankes
g. Pemantauan dan Analisis data TB HIV:
1) Mengecek pelaporan data TB-HIV dengan memperhatikan gap jumlah pasien
TB, pasien TB tahu status HIV, pasien TB HIV positif, dan jumlah pasien TB-
HIV mendapat ART
2) Berkoordinasi dengan kab/kota untuk memantau kolaborasi layanan TB-HIV di
fasyankes dalam pencatatan dan pelaporan, serta memastikan petugas di
fasyankes sudah mengetahui cara menginput data TB-HIV di SITB
3) Berkoordinasi dengan kab/kota sebagai tindak lanjut pemantauan pelaporan
data TB-HIV untuk memperkecil gap dan meningkatkan capaian TB-HIV
h. Pelaksanaan Investigasi Kontak
1) Melaksanakan kegiatan IK menggunakan dana dekon dan GF sesuai dengan
panduan pembagian target sasaran indeks kasus antara Dinas Kesehatan
dengan SR/SSR Konsorsium STPI Penabulu yang tertuang dalam Surat
Direktur P2PML Nomor PM.01.01/1/1459/2021 pada tanggal 19 Mei 2021
tentang Penggunaan Dana Dekon Investigasi Kontak (IK) Tahun 2021:
a) Target Indeks Kasus yang dilakukan IK oleh Konsorsium STPI Penabulu
adalah kasus bakteriologis confirm triwukan 3 dan 4 tahun 2020 dan tahun
2021.
b) Target indeks kasus yang dilakukan IK dengan anggaran Dekon 2021 atau
BOK 2021 adalah kasus tuberculosis bakteriologi confirm triwulan 1 dan 2
tahun 2020, kasus tuberculosis klinis tahun 2020 dan 2021.
2) Berkoordinasi dengan pengelola program atau DO Kab/Kota terkait
penginputan data kontak IK yang belum lengkap
i. Pemantauan dan Analisis data Laboratorium:
1) Melakukan tindak lanjut pada alert dan reminder laboratorium yaitu terduga
yang belum memiliki permohonan laboratorium, terduga yang belum memiliki
hasil laboratorium, dan permohonan pemeriksaan lab yang membutuhkan
sampel baru
2) Melakukan perhitungan dan analisis proporsi terduga TB yang yang diperiksa
TCM
3) Melakukan pengaturan ulang mengenai jejaring rujukan pemeriksaan TCM
pada pada faskes dengan utilisasi TCM rendah ataupun proporsi terduga TB
diperiksa TCM belum sesuai estimasi/target.
4) Memantau proporsi pasien TB terkonfirmasi bakteriologis dan terdiagnosis
klinis, apabila tidak sesuai dengan acuan maka lakukan identifikasi
penyebabnya (adanya klinisi yang belum terinfo alur diagnosis, adanya
fasyankes tertentu yang tidak menggunakan pemeriksaan lab dan hanya
menggunakan pemeriksaan radiologi, dll)
5) Melakukan analisis data proporsi pemeriksaan TCM berdasarkan rujukan
internal dan eksternal per fasyankes TCM masing-masing kab/kota serta
menyandingkan dengan utilisasi TCM fasyankes tersebut
6) Memfasilitasi fasyankes apabila terdapat kendala dalam pelaksanaan jejaring
rujukan pemeriksaan TCM pada suatu fasyankes serta memfasilitasi dalam
implementasi sistem transportasi spesimen pada kabkota atau fasyankes yang
belum
7) Melakukan analisis kepada masing-masing kabkota mengenai data selisih
jumlah pemeriksaan TCM antara lapbul TCM, SITB, dan GxAlert serta
memastikan semua pemeriksaan TCM tercatat di SITB (tidak terdapat selisih
pemeriksaan).
8) Memberikan umpan balik secara rutin kepada Dinas kabupaten/kota/fasyankes
secara rutin minimal satu kali per triwulan
9) Melakukan sosialisasi terkait penggunaan aplikasi SITB untuk pengajuan klaim
tersebut ke fasyankes dan Lab Rujukan serta IU Kab/Kota jika sudah ada
DAFA dan TO TB
j. Pemantauan dan Analisis data Logistik:
1) Memfasilitasi kabupaten/kota dan fasyankes pelatihan Modul Logistik di SITB
2) Memberikan umpan balik secara rutin kepada Dinas kabupaten/kota/fasyankes
secara rutin minimal satu kali per triwulan
3) Melakukan semua transaksi logistik TB OAT dan Non OAT menggunakan SITB
4) Melakukan tindak lanjut pada alert/ notifikasi reminder logistik di SITB
5) Melakukan perhitungan dan analisis ketersediaan logistik TB OAT dan Non
OAT.
6) Melakukan realokasi apabila ada over stok di kabupaten/kota/ fasyankes.
k. Pengelolaan Keuangan Global Fund
a. Melakukan penyerapan dana secara maksimal
b. Melakukan pengecekan atas jurnal untuk COA dan BL yang telah diinput oleh
DAFA di kabupaten kota pada self service portal dan melakukan posting di
FMIS atas transaksi tersebut
c. FA akan menginput data di FMIS dan PPO akan mengapprove atas transaksi
tersebut
d. FA bersedia mengikuti pelatihan FMIS
e. FA dan AFA akan melakukan bimbingan kepada DAFA terkait dokumen
pertanggungjawaban.
f. FA akan melakukan transaksi pembayaran melalui MCM
g. SR yang memiliki ineligible expenditure akan mengembalikan dananya ke PR
sebelum tanggal 15 Juni 2021
h. SR akan memfollowup ke Bank Mandiri daerah masing masing terkait
pengembalian jasa giro yang telah disetor ke kas negara.

Anda mungkin juga menyukai