Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta 12950
Telepon (021) 5201590 (Hunting)

Nomor : PM.01.02/1/145/2022 23 Februari 2022


Lampiran : satu berkas
Hal : Ekspansi Layanan Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) di Kabupaten/Kota

Yth. (Daftar sesuai Lampiran 1)

Sehubungan telah diluncurkannya Strategi Nasional Penanggulangan TBC tahun 2020-2024


oleh Bapak Presiden RI, salah satu indikator yang perlu dipantau dalam rangka Peningkatan Akses
Layanan Tuberkulosis Bermutu Berpihak pada Pasien adalah jumlah kabupaten/kota dengan
fasyankes pelaksana layanan TBC RO sesuai dengan Lampiran 2. Pada akhir tahun 2024
diharapkan semua kabupaten/kota memiliki minimal 1 (satu) fasyankes pelaksana layanan TBC RO.

Berdasarkan data per tanggal 24 Januari 2022, terdapat 351 fasyankes pelaksana layanan
TBC RO di 294 kabupaten/kota. Menindaklanjuti hal tersebut, bersama ini kami sampaikan hal-hal
sebagai berikut:

1. Dinas kesehatan provinsi melakukan identifikasi kabupaten/kota yang belum memiliki fasyankes
pelaksana layanan TBC RO.
2. Pada kabupaten/kota yang belum memiliki fasyankes pelaksana layanan TBC RO, dinas
kesehatan kabupaten/kota agar segera mengidentifikasi calon fasyankes dengan syarat-syarat
sesuai lampiran 3.
3. Dinas kesehatan provinsi bersama dinas kesehatan kabupaten/kota memfasilitasi calon
fasyankes pelaksana layanan TBC RO yang belum operasional sesuai KMK 350/ 2017, maupun
calon fasyankes baru untuk segera memulai layanan dengan langkah-langkah sesuai lampiran
4.
4. Dinas kesehatan kabupaten/kota bersama calon fasyankes pelaksana layanan TBC RO
menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dibutuhkan dalam pelayanan TBC RO.
Acuan SPO yang harus disiapkan oleh calon fasyankes dapat merujuk kepada lampiran 5.
5. Substansi Tuberkulosis siap mendukung dalam hal asistansi bimbingan teknis sampai dengan
fasyankes pelaksana layanan TBC RO tersedia di setiap kabupaten/kota.

Terkait hal di atas kami mohon Saudara agar dapat menindaklanjuti hal tersebut dan
melaporkan capaian serta progress setiap triwulan ke Direktorat P2PM/Substansi TBC melalui email
tbindonesia@or.id dan pmdtindonesia@gmail.com . Informasi lebih lanjut dapat menghubungi dr.
Retno Kusuma Dewi, MPH (Hp 0812-1598-309), Sdri. Tiara Verdinawati (Hp 0822-25964174).

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami sampaikan terima kasih.

Dokumen ini ditandatangani secara elektronik melalui Aplikasi TNDE menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE. (1/2)
Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular,

*ttd*

Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes

Tembusan :
1. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
2. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan

Lampiran 1:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Seluruh Indonesia
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia

Dokumen ini ditandatangani secara elektronik melalui Aplikasi TNDE menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE. (2/2)
Lampiran 2:
Indikator Stranas
Peningkatan Akses Layanan Tuberkulosis Bermutu Berpihak pada Pasien
Lampiran 3:

Persyaratan Fasyankes Pelaksana Layanan TBC RO


1. Fasyankes merupakan Rumah Sakit (RS) Type A, B, C dan D atau Balai Kesehatan
(Balkes) yang tersedia di masing-masing kabupaten/kota baik pemerintah maupun
swasta yang sudah mengimplementasikan DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcouse) dibuktikan dengan melaporkan kasus melalui Sistem Informasi Tuberkulosis
(SITB) secara rutin.
2. Fasyankes memiliki komitmen dalam Program Nasional Tuberkulosis yang dibuktikan
dengan adanya SK Tim DOTS, Dukungan Kebijakan, Dukungan Pendanaan dan
Dukungan Sarana Prasarana dalam mendukung Program TBC.
3. Fasyankes berjejaring dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam
Program TBC.
4. Fasyankes memiliki tim TBC yang terdiri dari Dokter Spesialis Paru/ Penyakit Dalam dan
atau Dokter Umum, Perawat, Farmasi dan Laboratorium, petugas pengisi data (data
officer).
5. Fasyankes berjejaring dengan tim Therapeutic untuk tatalaksana Efek Samping Obat
(dapat di internal maupun dari eksternal fasyankes).
6. Fasyankes memiliki tim terlatih maupun bersedia mengikuti pelatihan manajemen
program serta tatalaksana TBC RO yang terdiri minimal satu orang dokter umum, satu
orang perawat, satu orang petugas farmasi, satu orang pemeriksa (analis) laboratorium,
dan petugas pengisi data (data officer).
7. Fasyankes memiliki ruangan yang sesuai dengan kaidah Pencegahan & Pengendalian
Infeksi (PPI TB) untuk tatalaksana pasien rawat jalan dan inap (ACH >12, ventilasi dan
pencahayaan baik, respirator bagi petugas dan masker bedah untuk pasien). Jika belum
tersedia ruangan khusus/ poli TBC RO, dapat diatur jam buka layanan dengan
menggunakan ruang layanan TBC yang sudah ada.
8. Tersedia tempat berdahak/mengumpulkan dahak bagi pasien TBC RO.
9. Fasyankes memiliki laboratorium pemeriksaan bakterologis yang dapat melakukan
pemeriksaan mikroskopis BTA, Tes Cepat Molekuler (TCM) TBC, dan memiliki jejaring
untuk pemeriksaan LPA dan uji kepekaan.
10. Fasyankes memiliki laboratorium untuk melakukan pemeriksaan baseline (Rontgen
Dada, EKG, Gula darah puasa, TSH,Tes Kehamilan dan Tes HIV) dan follow up minimal
(EKG, Darah Perifer Lengkap, Fungsi Hati, Elektrolit, Fungsi Ginjal, Pemeriksaan asam
urat).
11. Fasyankes yang tidak memiliki fasilitas pemeriksaan baseline dapat berjejaring dengan
fasyankes lain dengan pengaturan dari Dinas Kesehatan setempat.
12. Memiliki ruangan/gudang untuk menyimpan OAT TBC RO.
13. Memiliki jejaring dengan tim komunitas untuk pendampingan pasien TBC RO dengan
difasilitasi oleh Dinas Kesehatan.
Lampiran 4:

Langkah-Langkah memulai layanan TBC Resistan Obat:


1. Dinas kesehatan mengidentifikasi calon fasyankes pelaksana layanan TBC RO.
2. Tim Calon Fasyankes pelaksana TBC RO bersama dengan Dinkes Prov dan Kab/Kota
mengisi form Benchmark untuk melakukan penilaian kesiapan sesuai lampiran 5.
3. Menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian kesiapan untuk memenuhi
persyaratan – persyaratan beserta jadwal kegiatan.
4. Menyusun SPO yang harus disiapkan oleh fasyankes penyedia layanan TBC RO.
5. Mengatur jejaring internal dan eksternal sesuai kebutuhan.
6. Mengidentifikasi pasien TBC RO yang sudah terdiagnosis untuk diobati di fasyankes
tersebut. Lakukan penilaian sementara kesiapan fasyankes untuk pengobatan pasien
tersebut, misal dapat ditunjuk sebagai fasyankes satelit terlebih dahulu sementara
menyiapkan layanan yang lengkap.
7. Menyusun time line rencana operasional fasyankes penyedia layanan TB RO.
8. Calon fasyankes pelaksana layanan TBC RO dapat didampingi oleh fasyankes pelaksana
layanan TBC RO di wilayah provinsi atau luar provinsi melalui kegiatan mentoring klinis
maupun kegiatan lain sesuai ketentuan yang berlaku.

Institusi yang terlibat:


1. Kementerian Kesehatan
2. Dinas Kesehatan Provinsi
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4. Calon fasyankes penyedia layanan TBC RO
5. Laboratorium Tes Cepat Molekuler (TCM)
6. Laboratorium Rujukan Biakan/Uji Kepekaan/ LPA
7. Para ahli dan mitra program TBC seperti organisasi profesi serta mitra terkait lainnya
(WHO, USAID, YKI dll)
8. Organisasi masyarakat dan organisasi pasien TBC
Pembagian Kegiatan, Peran, dan Tanggung Jawab

Lab TCM/
Dinkes Dinkes Fasyankes
No Kegiatan Kemenkes Biakan/ Uji
Provinisi Kab/Kota TB RO
Kepekaan
1 Assessment kesiapan TBC RO +++ ++ +++
2 Dukungan legal + +++
(Permenkes, KMK 350, SK
Dinkes Provinsi dll)

3 Mentoring Klinis TBC RO + +++ + +++


4 Peningkatan kapasitas petugas : +++ ++
- Pelatihan TBC RO di tingkat
provinsi
- Pelatihan SITB (Pencatatan dan
Pelaporan)
- Pelatihan Logistik
- Pelatihan Laboratorim
- Pelatihan lainnya

5 Peningkatan kapasitas petugas : ++ +++ +++


- Pelatihan TBC RO di tingkat
fasyankes
- On The Job Training SITB
(Pencatatan dan Pelaporan)
- On The Job Training
Permintaan Logistik
- On The Job Training
Pemeriksaan TCM TB
- Pelatihan lainnya

6 Kunjungan/ study visit ke layanan +++


TBC RO di wilayah provinsi
maupun di luar provinsi (jika
diperlukan – sesuai ketersediaan
pendanaan)

7 Persiapan internal fasyankes + + +++


- Penyusunan SK dan
Pembentukan Tim TBC RO
internal Fasyankes
- SPO layanan TBC RO di
fasyankes (termasuk
pengaturan rujukan jejaring
internal

8 Persiapan eksternal fasyankes +++ +++ +++ +++


- SPO jejaring eksternal
layanan TBC RO di fasyankes
- SPO rujukan pemeriksaan
LPA/DST
- SPO pelacakan pasien
mangkir
- SPO permintaan obat
- SPO dukungan komunitas
- Dsb

8 Sosialisasi dukungan pembiayaan +++ ++/+++ +++ ++


dari program dan penyusuan
MoU antara Dinkes Provinsi
dengan Fasyankes TBC RO

9 Permintaan OAT RO (paket +++ +++


perdana)
10 Diseminasi pelaksanaan TBC RO + + +++
di internal rumah sakit
11 Diseminasi rujukan jejaring +++ +++ +++
eksternal layanan TBC RO (baik
diagnosis maupun pengobatan)

Catatan:
+ = Peran minimal
++ = Peran menengah
+++ = Peran maksimal
Lampiran 5:
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang harus disiapkan oleh calon fasyankes
pelaksana layanan TBC RO:

1. SPO Alur Layanan TBC Resistan Obat Fasyankes


2. SPO Jalur Pelayanan Fast Track bagi Terduga TBC di Klinik Rawat Jalan Fasyankes
3. SPO Identifikasi Terduga TBC di Klinik Rawat Jalan Fasyankes
4. SPO Identifikasi Terduga di Ruang Rawat Inap Fasyankes
5. SPO Identifikasi Terduga TBC Resistan Obat
6. SPO Informasi Edukasi bagi Terduga TBC Resistan Obat
7. SPO Pengumpulan Spesimen Dahak
8. SPO Pemberian Nomor Identitas Sediaan
9. SPO Pengemasan Spesimen Dahak
10. SPO Pengiriman Spesimen Dahak
11. SPO Menerima Rujukan Spesimen Dahak (jika sesuai)
12. SPO Algoritma Penegakan Diagnosis TBC dan TBC RO
13. SPO Penetapan Tipe dan Klasifikasi Penyakit TBC
14. SPO Merujuk Pasien TBC RO
15. SPO Menerima Pasien TBC RO
16. SPO Informasi Edukasi memulai pengobatan TBC Resistan Obat di Fasyankes
Pelaksana Layanan TBC RO
17. SPO Informasi Edukasi bagi Pasien TBC Resistan Obat di Fasyankes Pelaksana
Layanan TBC RO
18. SPO Algoritma Pengobatan TBC RO
19. SPO Memulai Pengobatan TBC RO
20. SPO Desentralisasi Pengobatan Pasien TBC RO
21. SPO Mengingatkan Pasien TBC RO Kunjungan Ulang Kontrol/Pemeriksaan Monitoring
ke Fasyankes Pelaksana Layanan TBC RO
22. SPO Pemantauan Pengobatan TBC RO
23. SPO Mini Cohort Review Pengobatan Pasien TBC RO
24. SPO Pengisian SITB
25. SPO Permintaan Obat Triwulanan
26. SPO Klaim Biaya Pengobatan Pasien TBC RO
27. SPO Klaim Enabler Pasien
28. SPO Klaim Reward pasien sembuh atau pengobatan lengkap bagi petugas
Lampiran 6:
Pengisian Komponen dan Standar/Benchmark

Time
Situasi saat line
No Komponen Standar/ Benchmark RTL
penilaian (tuliskan
tanggal)
1 Komitmen Internal • Terdapat dukungan dari tim
Fasyankes manajemen dan Tim Ahli Klinis di
• Dukungan kebijakan fasyankes
• Dukungan • Dukungan pendanaan dari rumah
Pendanaan sakit, APBD, APBN, GF dll
• Dukungan sarana • Tim RS diharapkan dapat
dan prasarana mengupayakan kebutuhan
(tenaga, peralatan, sarana/prasarana yang dibutuhkan
OAT, dll)
2 Tim DOTS • Disusun dan tersedia SK tim
• SK Tim DOTS/ MoU TB/TB RO beserta tupoksi dari
(Dokumen masing – masing bagian. Tim
pendukung) tersebut antara lain terdiri dari
• Koordinator Tim (bisa disesuaikan dengan kondisi
DOTS masing-masing di RS) :
• Petugas administrasi 1. Tim ahli klinis
khusus untuk 2. Tim teraupetik
Program TB/ RO 3. Tim dokter umum
• Program kerja 4. Paramedis/ Perawat
5. Tim Laboratorium (Mikrobiologi
Klinik atau Patologi Klinik)
6. Tim Instalasi Farmasi
7. Tim Pencatatan Pelaporan/
administrasi
• Perlu ditunjuk koordinator tim
TB/RO untuk memulai persiapan
sampai dengan implementasi TB
RO (atau sesuai ketentuan RS)
• Terdapat petugas administrasi
khusus yang termasuk dalam TB
TB/RO
• Tim dapat menyusun program
kerja persiapan/implementasi TB
RO
3 Jejaring • Jejaring internal, seperti :
• Jejaring Internal - SPO rujukan terduga TB/TB
RO antar klinik di dalam/
internal RS, misal dari poli
DOTS, rawat inap, UGD dan
dari poli lainnya ke poli TB RO
- SPO rujukan pemeriksaan
laboratorium TB/TB RO
- SPO pemeriksaan baseline
• Jejaring Eksternal termasuk pencatatan dan
(termasuk koordinasi pelaporan
dengan Dinkes • Jejaring external : jejaring rujukan
Kab/Kota/Prov) terduga TB RO maupun jejaring
rujukan pengobatan pasien TBC
RO dari fasyankes lain sesuai hasil
koordinasi dengan dinkes prov/
kab/ kota, termasuk dalam
pencatatan dan pelaporan

*SPO disusun dan disesuaikan dengan


kondisi di masing-masing rumah sakit
4 Diagnosis
• Kepatuhan • Terdapat SPO diagnosis TBC/RO
pelaksanaan yang dijalankan dengan baik,
algoritme/ SPO/ termasuk SPO jejaring internal dari
Protap poli TBC RO ke lab
▪ Mesin TCM • Mesin TCM yang berfungsi dengan
▪ Pencatatan baik dan ketersediaan cartridge
pemeriksaan TCM cukup
(laporan bulanan dan • Terdapat petugas khusus untuk
SITB) pencatatan pelaporan dan terdapat
▪ Jejaring SPO pencatatan dan pelaporan
pemeriksaan • Perlu membentuk jejaring dengan
biakan/uji kepekaan lab rujukan biakan dan uji
kepekaan yang tersertifikasi sesuai
surat edaran Kemenkes (dengan
difasiitasi Dinkes dan Substansi
TBC)

5 Pengobatan
▪ Jejaring pemeriksaan • Memiliki minimal 1 orang dokter
baseline dan 1 orang perawat terlatih TBC
▪ Paduan OAT sesuai RO di tingkat provinsi dan
standar kemudian melakukan diseminasi
▪ Terdapat SPO TBC RO dalam internal RS
tatalaksana ESO • Telah melakukan permintaan OAT
▪ Pelaksanaan DOT melalui Dinkes Kab/Kota/Prov
(case holding) • Memilki SPO pengobatan sesuai
▪ Terdapatnya dengan juknis TBC RO
PMO/jejaring dengan
puskesmas/komunitas

6 Sarana dan prasarana • Ruang rawat jalan telah memenuhi


• Ruang rawat jalan kaidah PPI :
• Ruang rawat inap - ACH >12
- Ventilasi dan pencahayaan
baik
- Respirator bagi petugas
- Masker bedah untuk pasien
- Jika belum tersedia ruangan
khusus/ poli TBC RO, dapat
diatur jam buka layanan
dengan menggunakan ruang
layanan TB yang sudah ada
• Ruang rawat inap memenuhi
kaidah PPI (sesuai ketentuan di
atas)
• Catatan : bahwa pengobatan TBC
RO dapat tetap dimulai tanpa
menunggu ruang rawat inap
tersedia karena rawat inap hanya
diperlukan untuk pasien dengan
kondisi khusus (sakit berat) dan/
atau pasien perlu rawat inap
karena efek samping obat.
Rujukan untuk pasien dengan
kondisi tersebut dapat dilakukan
dengan berkoordinasi dengan RS
TBC RO lainnya di wilayahnya
sehingga pasien dapat dirawat
sementara di RS sampai dengan
kondisinya membaik dan dapat
melanjutkan pengobatannya
kembali dengan rawat jalan.

7 Memulai layanan TBC Rencana fasyankes memulai layanan


RO TBC RO

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai