Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK I

KASUS 1
Dalam perencanaan logistik obat terdapat beberapa variabel
yang harus diperhatikan salah satunya adalah jumlah stok
yang tersedia. Untuk memonitor ketersediaan logistik di
pastikan stok tersebut terupdate di SITB.
3

PERYTANYAAN & JAWABAN


a. Bagaimana Fasilitas pelayanan kesehatan melakukan monitoring
kondisi stok logistik ? Kartu stok, LPLPO
b. Lakukan perhitungan presentase (%) Fasyankes (puskesmas, RS,
Lab,dll) yang telah menggunakan modul SITB untuk OAT SO, TPT, RO
dan Non OAT di kabupaten/kota saudara ? 5 dari fasyankes diwilayah
sudah 100% menggunakan siTB
4

SOAL C
Lakukan monitoring jumlah stok OAT dan NON OAT di setiap fasyankes kab/kota
saudara, apakah sudah mencerminkan stok real?
5

KASUS 3
Seperti yang kita ketahui penyediaan barang logistik TBC
membutuhkan pendanaan yang cukup besar dan perlu
dipertanggungjawabkan, untuk mencegah terjadinya
kerugian negara akibat logistik yang kedaluwarsa maka
logistik harus digunakan secara optimal
6

PERTANYAAN & JAWABAN


a. Lakukan monitoring terhadap logistik yang akan kedaluwarsa (OAT SO,
OAT RO, TPT dan NON OAT). ? Melakukan pendataan setiap bulan dan
melakukan lebel warna pada obat yang akan akan kadaluwarsa contoh,
warna merah untuk obat kadaluwarsa dalam tahun yang berjalan, Biru
kadaluwarsa 1 tahun kedepan, Hijau lebih dari 2 tahun
b. Bagaimana cara mengatasi obat atau logistik yang akan kedaluwarsa
agar bisa dimanfatkan secara optimal ? Bisa mengalokasikan kejejaring
puskesmas, yang mempunyai pasien tbc baru atau lanjutan agar
memakai stok logistic yang mendekati kadaluwarsa terlebih dahulu
dan Dengan cara fifo (first in-first out)
7

KASUS 1- PELIBATAN
FASYANKES
• Proporsi kontribusi faskes lapor kasus TBC diantara total fasyankes yang ada di
Kota XYZ terjadi penurunan pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2021, hanya sebesar 45% RS Swasta dan 1% DPM/Klinik yang
melaporkan kasus TBC ke dalam sistem informasi TBC.
• Permasalahan pelaporan TBC tersebut yang telah diidentifikasi diantaranya
adalah:
a. Belum seluruh faskes khususnya sektor swasta di Kota XYZ berjejaring/terlibat
dengan Dinas Kesehatan,
b. Sebagian besar dari faskes yang sudah berjejaring belum rutin melaporkan
kasus TBC ke dalam sistem informasi TBC (SITB), dan
c. Sebagian besar dari faskes yang sudah berjejaring belum melaporkan seluruh
kasus TBC yang ditemukan dan diobatinya.
8

PERTANYAAN & JAWABAN


a. Mengacu pada identifikasi permasalahan tersebut, apakah yang perlu
saudara/i lakukan untuk meningkatkan keterlibatan seluruh faskes
(khususnya sektor swasta) dalam program TBC? Melaporkan kedinas
Kesehatan untuk terkait faskes/klinik yang belum berjejaring atau
belum memiliki sitb, kemudian membuat mou untuk pelaporan pasien
tbc dan terduga tbc.

a. Apakah yang perlu saudara/i lakukan untuk memastikan seluruh


terduga dan pasien TBC dari fasyankes agar seluruhnya terlaporkan
dalam sistem informasi tuberkulosis? Melakukan monitoring pelaporan
bulanan oleh jejaring.
9
KASUS 3 – JEJARING DIAGNOSTIK
DPM/KLINIK DAN PUSKESMAS TERKAIT TCM
(JEJARING EKSTERNAL)
• Klinik Maju Jaya merupakan klinik utama yang berada di wilayah Kota M, Provinsi ABC. Klinik
Maju Jaya saat ini belum memiliki alat TCM untuk penegakan diagnosis pasien TBC, sehingga
apabila ada terduga pasien TBC, klinik tersebut melakukan rujuk sputum ke Puskesmas yang
memiliki TCM di wilayah tersebut. Klinik ini sudah bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
Kota M terkait program TBC, namun dalam triwulan terakhir terjadi penurunan terduga
diperiksa TCM dari klinik tersebut. Saudara/i sebagai Penanggung Jawab Program TBC Kota
M melakukan supervisi kepada klinik tersebut dan menemukan beberapa permasalahan:
a. Klinik tertunda melakukan rujuk sputum, dikarenakan kurir pengantar spesimen dahak
(PT XX) sering kali datang terlambat untuk mengambil dahak
b. Petugas di klinik mengatakan membutuhkan 5-7 hari untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan TCM
c. Dikarenakan lamanya hasil pemeriksaan TCM, dokter dan klinisi lainnya memilih untuk
melakukan penegakan diagnosis secara klinis tanpa melakukan pemeriksaan bakteriologis
10

PERTANYAAN & JAWABAN


a. Apa yang saudara/i dapat lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Melakukan supervisi kepada kurir kembali tentang lama dahak yang
diterima, bila sudah menemukan masalah keterlambatan dari kurir
kemudian dilaporkan ke dinas Kesehatan setempat.
b. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mendorong dokter atau
klinisi lainnya melakukan pemeriksaan TCM kepada seluruh terduga
TBC? Menganjurkan dokter/klinik untuk merujuk pasien yang diduga
tbc ke fasyankes/puskesmas yang memiliki lab/alat TCM dengan
melampirkan surat rujukan/pelaporan melalui sitb
KELOMPOK II
KASUS 2
• Untuk memastikan keberlangsungan pengobatan
dan ketersediaan logistik di setiap wilayah agar tidak
terjadi overstock/stokout logistik TBC maka perlu
dilakukan monitoring terhadap estimasi
ketersediaan logistik TBC
a. Lakukan analisis terhadap estimasi ketersediaan obat
di faskes saudara,Apakah hasil data perhitungan
sudah mencerminkan situasi sebenarnya?
Kb : 24 paket
PP : 4 bulan
BS: 98 Paket
SS: 43 Paket
Sp : 118 Paket
Jumlah OAT yang dibutuhkan = 57 paket
• Lakukan perhitungan estimasi ketersediaan kartrid TCM di
faskes saudara
Kb : 329 tes
PP : 4 bulan
BS: 1319 tes
SS: 200 Paket
Sp 0 tes
Jumlah estimasi = 1119 kateride
KASUS 3
• Seperti yang kita ketahui penyediaan barang logistik
TBC membutuhkan pendanaan yang cukup besar
dan perlu dipertanggungjawabkan, untuk mencegah
terjadinya kerugian negara akibat logistik yang
kedaluwarsa maka logistik harus digunakan secara
optimal
• Pertanyaan:
a. Lakukan monitoring terhadap logistik yang akan
kedaluwarsa (OAT SO, OAT RO, TPT dan NON OAT)?
Identifikasi logistik yanga akan Kedaluwarsa, Prioritaskan yang tanggal
kadaluarsanya dekat ( pemberian label) , Lakukan Pemantauan Berkala, dan
melakukan pencatatan ( pembuatan kartu stok ada pengeluaran dan
pemasukan )
b. Bagaimana cara mengatasi obat atau logistik yang akan
kedaluwarsa agar bisa dimanfatkan secara optimal ?
Petugas farmasi melakukan koordinasi dengan PJ program TB
untuk dapat mengalokasikan logistik ke jejaaring yang lain ,
melakukan validasi data setiap TW untuk mengetahui stok yang
masih tersedia.
KASUS 2 – JEJARING INTERNAL DI
RUMAH SAKIT
• RS Sukamaju merupakan rumah sakit yang berada di wilayah Kota
W, Provinsi Y. RS tersebut memiliki beberapa poli/unit yang terdiri
dari : poli umum, poli anak, poli obgyn, poli penyakit dalam, poli
paru, poli gizi, poli gigi dan mulut, unit gawat darurat, unit rawat
jalan, unit rawat inap, laboratorium, serta farmasi. RS tersebut
telah memiliki fasilitas pemeriksaan mikrobiologis TBC dan
memiliki TCM untuk penegakan diagnosis pasien TBC, namun
selama tiga bulan berturut-turut, terdapat penurunan pelaporan
terduga dan kasus TBC di SITB RS tersebut.
KASUS NO. 2
• Ditemukan data :
A. Belum adanya mekanisme koordinasi dan alur penemuan
terduga/kasus TBC di RS
B. Seluruh kasus TBC yang dicatat dan dilaporkan hanya berasal
dari poli paru
C. Terdapat pergantian petugas di masing-masing poli dengan
petugas baru
D. Tidak seluruh terduga TBC dilakukan pemeriksaan TCM
E. Tidak seluruh terduga TBC terkonfirmasi bakteriologis memulai
pengobatan
SOAL KASUS NO 2
A. Apa yang saudara/i dapat lakukan untuk menanggulangi masalah tersebut?
ü Membuat SOP alur pelayanan
ü Membuat alur Pelayanan skrining tuberkulosis
ü Koordinasi dengan para PJ program terkait alur penemuan kasus tuberkulosis secara
pasif intensif.
ü Membuat pencatatan dan pelaporan kasus TBC
ü Membuat SK untuk petugas layanan DOTS
ü Mengikuti pelatihan , OJT untuk petugas yang belum mendapatkan pelatihan.
ü Melakukan pemeriksaan TCM pada setiap pasien yang memiliki gejala Tuberkulosis ,
kontak erat dan kontak serumah pada pasien dewasa dan anak yang mampu
mengeluarkan dahak.
ü Melakukan edukasi kepada pasien TB untuk melakukan pengobatan , koordinasi
dengan PMO dan kader untuk memotivasi pasien memulai pengobatan.
• B. Yang perlu dilakukan agar tidak terulang :
ü Membuat jadwal koordinasi /rapat bulanan dengan layanan di RS
untuk membahas capaian / data setiap bulan agar setiap layanan
terinfo tentang penemuan dan pengobatan TBC di RS
ü Membuat inovasi dalam penemuan dan pengobatan TBC
ü Melakukan validasi data untuk kasus TB dengan layanan di RS
KASUS 4
• Kabupaten Maju Bahagia pada tahun 2022 memiliki hasil capaian Treatment
Coverage (TC) dan Treatment Sussces Rate (TSR) yang rendah. Sebagai
Pengelola Program TBC di Kabupaten Maju Bahagia, anda melakukan
identifikasi terkait permasalahan tersebut, dan salah satu permasalahan yang
teridentifikasi adalah belum seluruh intansi, lintas program dan lintas sector
terlibat aktif dalam mendukung program TBC. Terutama dalam hal
mengoptimalisasi promosi kesehatan, penemuan kasus (termasuk investigasi
kontak), pelibatan semua faskes, dan pembiayaan/anggaran tuberkulosis belum
optimal yang mana masih bergantung pada dana hibah. Peraturan Presiden
No. 67 tahun 2021 sebagai payung hukum telah mengamanahkan pelibatan
lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan tuberculosis.
Meskipun demikian, hal ini belum terjadi di Kabupaten Maju Jaya.
DIDAPATKAN DATA:
• A.Kabupaten Maju Bahagia pada tahun 2022 memiliki hasil capaian
Treatment Coverage (TC) dan Treatment Sussces Rate (TSR) yang
rendah
• B. Dalam hal mengoptimalisasi promosi kesehatan, penemuan
kasus (termasuk investigasi kontak), pelibatan semua faskes, dan
pembiayaan/anggaran tuberkulosis belum optimal yang mana
masih bergantung pada dana hibah
KASUS 4
• Peran lintas program
1. Mengajukan pelatihan TBC pada dinas kesehatan untuk kader
agar mampu membantu program TBC
2. Koordinasi dengan jejaring (klinik swasta dan dokter praktik
mandiri) dalam penemuan dan pengobatan kasus TBC
3. Koordinasi dengan pustu, posyandu dan posbindu dalam
penemuan dan pengobatan TBC
4. Koordinasi dengan bagian promkes untuk membuat media
edukasi tentang TB
5. Melakukan validasi data dengan pustu dan jejaring
Peran Lintas Sektor :
1. .Membuat komitmen dengan lintor dalam penemuan kasus TB
penganggulangan TBC

2. Pengelola program TBC menyampaikan program TBC , cara penemuan kasus


TBC , penanganan TBC pada saat rapat lintas sektoral
3. Koordinasi dengan lintas sektoral dalam pengangan pasien TBC mangkir untuk
membantu memberikan penyuluhan
4. Koordinasi dengan KOPI TB dalam penemuan dan pengobatan kasus TBC
5. Koordinasi dalam pelaksanaan penemuan kasus TBC dengan DINSOS ( Panti
Jompo) dan Dinas Pendidikan (Sekolah ,Pesantren) dan melakukan promkes
tentang TB
6. Mengajukan anggaran program TBC kedalam dana desa contohnya seperti
pelatihan kader TB dan PMO
7. Koordinasi dengan lurah untuk pemberian PMT pada pasien TB Anak dengan
gizi kurang/buruk
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai