KOMPONEN TB
SUB RECIPIENT
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2021
Arfian Satriazi Adha, S.Kom
LATAR BELAKANG
Tatalaksana Tuberkulosis (TB) didukung melalui dana pemerintah pusat, pemerintah daerah dan juga
dari partner/donor, salah satunya adalah bantuan hibah dari The Global Fund to Fight AIDS,
Tuberculosis, and Malaria (GF-ATM) komponen TB.
Grant Agreement yang ditandatangani oleh pihak Kementerian Kesehatan dan pihak The Global Fund
1) Kegiatan yang akan dilaksanakan
2) Besarnya dana yang akan dikelola
3) Tugas dan tanggung jawab
4) Tata cara pengelolaan dana
5) Indikator yang harus dicapai.
Pelaksanaan pengelolaan hibah The Global Fund, Principial Recipient (PR) dalam hal ini yaitu
Direktur P2PML melibatkan instansi lintas sektor dan lintas program :
1. Dinas Kesehatan Provinsi (Sub Recipient/SR)
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Implementing Unit/IU)
3. Ditjen PAS Kemenkumham
4. Balitbangkes
5. Laboratorium Rujukan Nasional (LRN)
KETENTUAN PEMBAYARAN TAGIHAN
A. Pasien TB dan TB RO diharapkan terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
B. Pasien TB RO yang tidak memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau asuransi kesehatan lainnya, dapat
dibayarkan oleh Global Fund Komponen TB melalui Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi.
C. Pasien JKN namun terdapat pelayanan atau tindakan yang tidak dapat ditanggung oleh BPJS dapat dibayarkan
oleh Global Fund Komponen TB melalui Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi.
D. Dasar pelaksanaan operasional pelayanan pasien TB Resistan Obat (RO) berdasarkan Perjanjian Kerjasama
(PKS/MoU) antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Fasyankes/Balai Kesehatan (Balkes) Layanan TB
RO yang diketahui oleh Dinas Kesehatan Provinsi. PKS/MoU minimal mengatur mengenai:
1. Petunjuk dan landasan hukum yang dijadikan rujukan dalam PKS/MoU.
2. Besaran tarif yang diberlakukan untuk pasien TB RO atas Fasyankes dan Balai Kesehatan Layanan TB RO.
3. Pemberlakuan skema pembayaran terhadap pasien (biaya sendiri, asuransi/BPJS, atau biaya pemerintah).
4. Hak dan kewajiban masing-masing pihak.
E. Biaya paket pengobatan, pemeriksaan biakan dan uji kepekaan obat dibayarkan sesuai dengan
tarif resmi yang disepakati oleh Fasyankes TB RO dalam PKS/MoU. Sedangkan biaya
pemeriksaan TCM TB dan LPA Lini dua dibayarkan sesuai dengan satuan biaya yang telah
ditetapkan oleh P2TB.
F. Klaim kegiatan MTPTRO dilakukan setiap bulan/3 bulan, tagihan dilakukan setiap tanggal 5 - 10
pada bulan/awal triwulan berikutnya ke Dinas Kesehatan Kab/Kota atau Provinsi jika tidak
terdapat DAFA di Kab/Kota.
G. Tagihan klaim dapat dibayarkan paling lambat adalah 6 bulan yang lalu, Tagihan setelah 6 bulan
akan melewati prosedur khusus, melampirkan surat keterangan keterlambatan yang
ditandatangani oleh kepala instansi terkait dan memperoleh persetujuan dari Authorized Principal
Recipient (APR).
1. Pemeriksaan laboratorium Tuberkulosis: maksimum 6 bulan sejak hasil pemeriksaan
laboratorium diinput/tercatat di SITB.
2. Biaya rawat inap pasien Januari 2021 sudah harus ditagihkan pada bulan Februari atau
Maret 2021, dan paling lambat pada bulan Juli 2021.
H. Tagihan pemeriksaan contoh uji dahak : diagnosis dan follow up dilakukan oleh laboratorium rujukan setelah
didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium dan tercatat pada Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB/eTB
Manager), ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota asal rujukan sampel.
berdasarkan :
1) Rujukan Pemeriksaan TCM sesuai dengan pengaturan jejaring
2) Rujukan Pemeriksaan LPA Lini Dua, Biakan, dan Uji Kepekaan yang sudah ditentukan
I. Kegiatan operasional yang berhubungan langsung dengan target program, yaitu:
1) Biaya Pengepakan dan Pengiriman Contoh Uji dari Faskes ke Fasyankes TCM
2) Biaya Pengiriman Contoh Uji dari Fasyankes ke Laboratorium Rujukan cDST
3) Biaya Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk tahun 2021
4) Biaya Pemeriksaan Diagnosis LPA dan cDST
5) Biaya Paket Pengobatan Pasien TB Resistan Obat (Baseline, Pemeriksaan Penunjang, Rawat Inap, dan
Efek Samping Obat)
6) Desentralisasi Pasien TB Resistan Obat ke Fasyankes Satelit
7) Bantuan Transportasi Pasien TB Resistan Obat (Enabler)
Dapat dibayarkan sesuai dengan jumlah pemeriksaan yang dilakukan dan pasien yang ditemukan, meskipun
jumlahnya dapat melebihi anggaran yang dialokasikan.
J. Dokumen yang harus dilampirkan pada saat pengajuan tagihan adalah sebagai berikut:
1) Surat tagihan dari Koordinator pelaksana di unit terkait
2) Rekap Tagihan yang ditandatangani oleh kepala Instansi terkait
3) Lembar/Form Checklist
4) Informasi tagihan, diperbaharui apabila ada pergantian rekening yang ditetapkan oleh instansi terkait.
5) Jika ada pemeriksaan laboratorium, tindakan atau pemberian obat yang tidak sesuai dengan Juknis
MTPTRO, maka harus disertai dengan justifikasi dari Tim Ahli Klinis (TAK) sebelum memproses tagihan
kepada Provinsi. Justifikasi dapat berupa surat keterangan
K. Kegiatan yang belum memiliki satuan biaya tatalaksana pengobatan TB RO pada perda atau tarif
Fasyankes dan Balai Kesehatan Layanan TB RO, diharuskan menyusun daftar tarif yang disahkan oleh
masing-masing institusi terkait.
Pengajuan klaim dapat mempergunakan nomor rekening selain milik instansi. Namun WAJIB melampirkan
surat pernyataan yang diketahui dan di tandatangani oleh pihak kepala instansi/direktur rumah sakit,
serta memenuhi ketentuan berikut:
a. Pernyataan resmi dari pihak Instansi/Fasyankes bahwa no rekening milik instansi/fasyankes tidak
dapat menerima dana selain dari ketentuan penerimaan/sumber dana yang telah ditentukan (misal
APBD atau alasan lainnya).
b. Penggunaan nomor rekening selain milik instansi dapat digunakan untuk pembiayaan yang
menggunakan dana pribadi staf instansi terlebih dahulu, kemudian dilakukan reimbursement dan
Biaya untuk pemeriksaan LPA adalah sesuai unit cost yang telah
ditetapkan Rp 225.000,- per pasien.
Biaya yang dibayarkan sesuai tarif yang berlaku di masing-masing RS/Balkes atau
laboratorium rujukan.
Biaya pendaftaran dan konsultasi pertama dokter dibiayai oleh program sesuai tarif yang berlaku
di Fasyankes/balkes tersebut.
Dokumen yang diperlukan:
• Karcis/kuitansi pendaftaran atau dapat berupa tabel registrasi pasien baru atau terduga TB
RO.
• Rekapitulasi pasien TB RO untuk pengajuan klaim dari SITB (list nama pasien) (contoh
dalam Juknis)
• Formulir rujukan pasien/contoh uji Terduga TB RO dari Fasyankes yang merujuk jika
pasien tersebut adalah pasien rujukan
Catatan:
*Harap poin ini dinformasikan ke faskes dan akan dibahas dalam MoU antara fasyankes/balkes layanan TB RO dan
Dinkes Provinsi serta Kab/kota untuk dapat membebaskan biaya pendaftaran bagi terduga TB RO (tidak menagih biaya
karcis pada terduga dan pasien TB RO, pemeriksaan TCM dengan contoh uji dan biaya karcis bagi pasien yang datang
setiap hari ke layanan TB RO di fasyankes/balkes layanan TB RO.
*Diklaim oleh RS bersama dengan konsultasi dokter.
2. Jasa Suntik
Saat ini tidak semua pasien TB RO mendapatkan obat suntik, biaya ini digunakan
untuk pasien yang mendapatkan pengobatan dengan paduan jangka panjang
dengan obat suntik (Amikasin atau streptomisin).
*Catatan: Pasien yang sudah dilakukan klaim suntik dan enabler dianggap sudah
dilengkapi data SITBnya dengan data terbaru, sehingga apabila pengajuan suntik
dan/atau enabler dilakukan ke Dinkes Kab/Kota atau Provinsi, maka data
absensi tidak dapat diubah/dikunci.
c) Pengobatan efek samping
Pasien TB RO yang diduga terkena efek samping obat TB RO
• Biaya konsultasi kepada ahli sesuai dengan masalah efek samping obat (ESO).
• Biaya perawatan efek samping berupa biaya rawat inap
• Obat-obatan yang digunakan dan alat kesehatan serta bahan-bahan habis pakai
(misalnya untuk pemasangan iv line, oksigenasi) untuk mengatasi efek samping dari
pengobatan TB RO. Obat yang diganti oleh program adalah obat generik yang sesuai
dengan daftar obat yang ditanggung oleh program (lampiran Juknis).
Semua bentuk dukungan tersebut diberikan bila ada rekomendasi tertulis dari Tim Ahli Klinis
(TAK). Kejadian ikutan/komorbid yang dialami pasien yang tidak berhubungan dengan
pengobatan TB RO tidak ditanggung oleh P2TB, seluruh pasien TB RO sebaiknya
diarahkan untuk ikut dalam program JKN.
kelengkapan administrasi dokumen :
• Formulir Pelaporan Kejadian tidak Diinginkan Serius (KTD) atau tangkapan layar
laporan KTD di SITB untuk efek samping berat dan/atau form MESO harian manual di
buku pengobatan TB RO antara halaman 20 – 41 (1 lembar dimana catatan MESO
berada) dan tangkapan layar form MESO dari SITB.
• Kuitansi pemeriksaan penunjang (bila dilakukan).
• Untuk obat-obatan efek samping: - Surat tagihan dari apotik atau Rumah Sakit
- Rekap tagihan Rumah Sakit atau Layanan Kesehatan
- Kuitansi pembayaran atau bukti transfer
- Surat pernyataan atau justifikasi jika ada pemberian obat efek samping yang tidak
sesuai dengan list formularium obat efek samping OAT RO.
PEMERIKSAAN DASAR DAN MONITORING
PENGOBATAN SELAIN PEMERIKSAAN LAB
a. Foto thoraks.
b. Tes Kehamilan (beta hCG serum) pada pasien perempuan.
c. HIV.
d. Psikiatri.
Biaya pemeriksaan laboratorium penunjang sesuai tarif resmi Fasyankes. Bila layanan
pemeriksaan yang dimaksud tidak tersedia di Layanan TB RO, maka diperbolehkan untuk
melakukan pemeriksaan di luar Layanan TB RO dengan disertai justifikasi mengapa pemeriksaan
tersebut dilaksanakan di luar Layanan TB RO.
Kelengkapan administrasi:
• Rekapitulasi biaya pemeriksaan yang ditandatangani pihak RS/Balkes atau laboratorium
rujukan.
• Kuitansi pembayaran dari Fasyankes Rujukan/laboratorium lain.
• Rekapitulasi pasien TB RO untuk pengajuan klaim dari SITB (list nama pasien)
PEMERIKSAAN PENUNJANG BAGI PASIEN
DENGAN MENGGUNAKAN OBAT BEDAQULINE
Khusus bagi pasien yang mendapatkan obat bedaquiline pada paduan
pengobatannya, maka apabila ada indikasi dari TAK dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang
a. Bilirubin test, dan
b. Hb sAg, Anti HCV.
Kelengkapan administrasi:
• Rekapitulasi biaya pemeriksaan yang ditandatangani pihak RS/Balkes atau
laboratorium rujukan.
• Kuitansi pembayaran dari Fasyankes Rujukan/laboratorium lain.
• Rekapitulasi pasien TB RO untuk pengajuan klaim dari SITB (list nama pasien)
BIAYA ENABLERS SEBAGAI DUKUNGAN DIAGNOSIS PASIEN TB RO
UNTUK MEMULAI PENGOBATAN SAMPAI SEMBUH
Pasien yang memulai pengobatan TB RO dan tercatat pada SITB berhak mendapatkan
bantuan transportasi (enabler) sejumlah Rp. 600.000,- setiap bulan secara teratur
selama pengobatan.
Metode pemberian enabler kepada pasien dilakukan melalui sistem pemberian keterlibatan
PT Pos Indonesia yang sudah berlangsung sejak tahun 2018 sampai saat ini.
2) Pasien bulan kedua berobat berhak mendapatkan full enabler sebesar Rp 600.000,- tanpa
memperhitungkan jumlah hari berobat di bulan lalu. Enabler diberikan pada awal bulan kedua
pengobatan atau akhir bulan pertama pengobatan.
3) Pasien bulan ketiga berobat dan bulan seterusnya sampai selesai pengobatan:
• Pasien jumlah hari berobat di bulan lalu ≥ 10 hari mendapat full enabler sebesar Rp 600.000,-
• Pasien jumlah hari berobat di bulan lalu < 10 hari mendapat prorate sesuai jumlah kehadiran Rp
20.000,-/hari
• Pemberian enabler pada bulan ketiga pengobatan diberikan pada awal bulan ketiga pengobatan
atau akhir bulan kedua.
• Pemberian enabler pada bulan keempat pengobatan diberikan pada awal bulan keempat
pengobatan atau akhir bulan ketiga.
Pada tahun 2021 pemberian enabler dikelola oleh Dinas Kesehatan
Kab/Kota dan Provinsi, sesuai ketersediaan DAFA.