Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Mojokerto Nomor:
188.45/712/417.111/2015 tanggal 5 Nopember 2015 tentang Penetapan Pusat
Kesehatan Masyarakat Sebagai Unit Kerja yang Menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Penuh, Puskesmas telah ditetapkan sebagai
Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menerapkan pola pengelolaan
keuangan badan layanan umum daerah (BLUD) di lingkungan Pemerintah Kota
Mojokerto. Dengan demikian Puskesmas mendapat keleluasaan dapat menggunakan
langsung pendapatan Puskesmas untuk biaya operasionalnya. Sesuai Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pimpinan BLUD (Kepala Puskesmas) harus
menyelenggarakan penatausahaan keuangan BLUD yang dikelolanya. Oleh karena itu
diperlukan suatu pedoman dalam penatausahaan dimaksud, yang meliputi
penatausahaan penerimaan kas, pengeluaran kas dan transaksi keuangan nonkas.
Pedoman penatausahaan ini digunakan untuk penatausahaan seluruh
penerimaan dan pengeluaran yang sumber dananya berasal dari jasa layanan, hibah
tidak terikat, hasil kerja sama dengan pihak lain dan lain-lain pendapatan BLUD yang
sah. Sedangkan penatausahaan untuk penerimaan dan pengeluaran yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, mengacu pada Peraturan Walikota
Mojokerto Tentang Petunjuk Teknis Ppengelolaan Keuangan Daerah Kota Mojokerto.

1.2 TUJUAN
Pedoman penatausahaan disusun dalam rangka mewujudkan tertib administrasi
dan tertib pelaksanaan sesuai prisip pengendalian intern yang baik atas transaksi-
transaksi keuangan maupun non keuangan Puskesmas. Penatausahaan ditetapkan
untuk memastikan bahwa setiap langkah-langkah kerja dilaksanakan sesuai dengan
peraturan dan kebijakan yang berlaku dan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

1
BAB II
PROSEDUR PENERIMAAN KAS

Penerimaan kas adalah transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya


penerimaan kas, yaitu penerimaan kas dari pendapatan jasa layanan kesehatan,
alokasi dana APBD, pinjaman, tagihan piutang, dan/ atau pendapatan lainnya.
Prosedur Penerimaan Kas adalah serangkaian proses mulai penerimaan kas di kasir,
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pertanggungjawaban penerimaan kas atas
pendapatan. Prosedur penerimaan kas ditetapkan dengan tujuan untuk memastikan
bahwa semua penerimaan kas telah dicatat dengan benar dan lengkap sesuai dengan
peraturan/tarif yang berlaku, diklasifikasikan secara tepat serta untuk memperoleh
keyakinan yang memadai atas keamanan fisik uang kas itu sendiri. Prosedur
penerimaan kas dirancang dengan semaksimal mungkin menerapkan prinsip-prinsip
pengendalian intern yang baik dan handal dengan melibatkan semua fungsi yang terkait
dan menggunakan dokumen/bukti transaksi sebagai berikut:

a) Fungsi yang terkait


Fungsi yang terkait pada prosedur penatausahaan penerimaan kas, antara lain:
1) Pengguna Anggaran
2) Kuasa Pengguna Anggaran
3) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
4) Bendahara Penerimaan
5) Pejabat Keuangan BLUD
6) Bendahara Penerimaan Pembantu
7) Bendahara Pengeluaran Pembantu
8) Kasir
9) Staf keuangan

b) Bukti Transaksi yang Digunakan


Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur penerimaan kas mencakup:
1) Surat tanda bukti pembayaran
2) STS
3) bukti transfer
4) SP2D (untuk penerimaan dari alokasi dana APBD)

c) Buku-Buku yang Digunakan


Buku yang digunakan dalam penatausahaan penerimaan kas :
1) Buku Kas Umum
2) Buku Pembantu Rincian Obyek Penerimaan (untuk pendapatan non APBD)

2
3) Rekapitulasi Penerimaan Harian (untuk pendapatan non APBD)
4) Buku kasir

2.1 Penerimaan Kas Dari Jasa Pelayanan Kesehatan


Penerimaan kas dari pendapatan jasa pelayanan kesehatan merupakan
penerimaan yang diperoleh dari penerimaan pembayaran/tarif atas pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat umum dan peserta JKN yang berupa
rawat jalan, rawat inap, obat-obatan/farmasi, laboratorium, pemanfaatan ambulance,
sebagai berikut:
1. Penerimaan Rawat Jalan/UGD.
Penerimaan dari rawat jalan/UGD adalah penerimaan jasa pelayanan rawat jalan
kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, dan pelayanan kesehatan
lainnya tanpa tinggal dirawat inap yang dinyatakan dalam bentuk karcis harian sesuai
layanan yang dituju.
Prosedur :
a. Pasien rawat jalan datang mendaftar di loket
b. Untuk pasien baru, petugas loket mendata identitas pasien serta jenis layanan yang
dituju dengan mencatat dalam buku Register Pasien serta membuat Kartu Identitas
Pasien dan Kartu berobat sesuai dengan layanan yang dituju, sedangkan untuk
pasien lama, mendaftar dengan menunjukkan Kartu Identitas Pasien.
c. Pasien membayar administrasi karcis sesuai dengan tarif layanan yang dituju di
kasir.
d. Pasien menuju layanan yang dimaksud untuk mendapatkan
pemeriksaan/pelayanan kesehatan. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan pasien
tidak memerlukan tindakan lebih lanjut, maka pasien diberi resep dan diarahkan
untuk mengambil obat di unit peayanan obat Puskesmas dan apabila pasien
mendapat tindakan medik di layanan yang bersangkutan, maka pasien dikenakan
biaya tambahan sesuai rincian tindakan dan dibayar di Kasir.
e. Atas pembayaran d, Kasir membuat kuitansi rangkap tiga :
- Lembar 1 (warna putih) asli untuk pasien
- Lembar 2 (warna merah ) untuk layanan yang bersangkutan
- Lembar 3 (warna kuning) Kasir/Bendahara Penerimaan Pembantu
f. Apabila menurut keterangan dokter masih diperlukan pelayanan penunjang
(pemeriksaan laboratorium) maka pasien diberi pengantar ke laboratorium.
g. Setelah dilaksanakan pelayanan laboratorium, petugas tempat pelayanan membuat
rincian biaya tersebut ke kasir dan kasir menyiapkan kuitansi rangkap tiga :
- Lembar 1 (warna putih)/asli untuk pasien).
- Lembar 2 (warna merah ) untuk laboratorium (untuk mengambil hasil
pemeriksaan).

3
- Lembar 3 (warna kuning) Kasir/Bendahara Penerimaan Pembantu.
h. Dengan menunjukkan kuitansi tersebut, pasien mengambil hasil laboratorium dan
diserahkan ke dokter yang memeriksanya.
i. Apabila menurut dokter yang memeriksanya penderita masih perlu dikonsultasikan
kepada dokter lain yang tidak dapat dilakukan di puskesmas, maka kepada pasien
diberi surat pengantar ke dokter pada fasilitas kesehatan lanjutan dengan dibuatkan
surat rujukan.
j. Secara harian pada akhir jam loket, Kasir membuat rekap penerimaan, yaitu jumlah
pasien (berdasarkan jumlah karcis dan kuitansi) dan jumlah uang yang diterima,
kemudian dicocokan antara jumlah uang yang diterima dengan yang sesungguhnya
(antara catatan hasil rekap dan fisik uangnya) untuk kemudian diserahkan kepada
Bendahara Penerimaan Pembantu dan disetor ke Bank Jatim Mojokerto (rekening
BLUD) dengan Surat Tanda Setoran (STS) selambat-lambatnya 1x24 jam pada hari
efektif.

2. Penerimaan Rawat Inap


Penerimaan dari rawat inap adalah penerimaan jasa pelayanan kesehatan kepada
pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan
kesehatan lainnya dengan menempati ruang tempat tidur di Puskesmas.
Prosedur:
a. Pasien rawat inap datang dengan membawa surat keterangan rawat inap dari
layanan/IGD.
b. Pasien mendaftar ke Loket .
c. Petugas Loket mencatat dalam buku Register Pasien, membuat Rekam Medik dan
diberi nomor urut. Untuk pasien lama (re-opname), petugas mengambilkan rekam
medik yang lama.
d. Pada saat pasien akan pulang, petugas ruangan rawat inap membuat rincian
tindakan yang telah dilaksanakan rangkap dua (lembar 1 untuk kasir, lembar 2
untuk arsip ruangan) dan memberitahukan ke kasir bahwa pasien akan pulang.
e. Petugas kasir mencocokan data pasien dari Rekam Medik dan membuat rincian
biaya berdasar rincian tindakan dari petugas ruangan, kemudian membuat kuitansi
rangkap tiga :
- Lembar 1 (warna putih) asli untuk pasien
- Lembar 2 (warna merah ) untuk ruangan dimana pasien dirawat
- Lembar 3 (warna kuning) Arsip Kasir/ Bendahara Penerimaan Pembantu.
f. Setelah pembayaran lunas, pasien diperkenankan pulang dengan memberikan
kuitansi lembar ke 2 kepada petugas ruangan.

4
5
3. Penerimaan Obat-Obatan (Farmasi)
Penerimaan jasa pelayanan kesehatan dari obat-obatan/farmasi merupakan
penerimaan dari penjualan dan atau pemakaian barang farmasi / alat kesehatan pakai
habis dari pelayanan rawat inap maupun rawat jalan untuk pasien umum serta peserta
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Prosedur:
a. Pasien menyerahkan resep ke petugas pelayanan penerimaan resep.
b. Petugas membaca resep, melihat persediaan barang (Obat dan Alkes) dan
menghitung harga obat kemudian memberitahukan ke pasien/ keluarga pasien
jumlah harga obat yang harus dibayar.
c. Pasien membayar harga obat di kasir pembantu yang berada di Farmasi dan
mendapat obat yang dimaksud.
d. Untuk pasien rawat inap, petugas Farmasi merekap resep, obat/Alkes selama masa
perawatan (dari pasien mulai masuk sampai pasien pulang).
e. Petugas Farmasi membuat laporan pemberian obat ke kasir (untuk pasien rawat
inap).
f. Pada akhir jam kerja petugas kasir farmasi membuat rekap penerimaan per hari
dan mencocokan dengan jumlah penerimaan uangnya kemudian menyetorkan
kepada Bendahara Penerimaan Pembantu.
g. Untuk pasien JKN mendapat pelayanan obat dan tidak dikenakan biaya, namun
biaya akan ditagihkan kepada BPJS (Non Kapitasi).
h. Pengajuan klaim (Non Kapitasi) diajukan oleh Pemimpin BLUD kepada BPJS
setelah diverifikasi oleh petugas yang menangani JKN.
i. BPJS mentransfer ke rekening Kas BLUD dan mengirimkan laporan pembayaran
klaim kepada Dinas Kesehatan Kota Mojokerto cq Sub Bagian Keuangan
j. Bendahara penerimaan pembantu mengambil bukti transfer pembayaran klaim dari
BPJS ke Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Mojokerto.

4. Penerimaan Laboratorium
Penerimaan jasa pelayanan kesehatan dari laboratorium merupakan penerimaan
pembayaran/tarif atas pelayanan pemeriksaan penunjang diagnostik yang meliputi
pemeriksaan laboratorium kepada pasien dari dalam Puskesmas (pasien rawat
jalan/IGD dan rawat inap) dan dari luar atas permintaan sendiri untuk melengkapi
penegakan diagnosis atau terapi.
Prosedur :
a. Untuk pasien dari dalam Puskesmas (pasien rawat jalan/ IGD dan rawat inap)
mendapat surat pengantar dari dokter yang memeriksanya, sedangkan untuk
pasien dari luar Puskesmas mendaftar di loket dan langsung menuju laboratorium.

6
b. Pasien menuju ruang laboratorium dengan membawa surat pengantar dan
kemudian mendapatkan pelayanan.
c. Setelah melakukan tindakan pelayanan, petugas laboratorium membuat rincian
tindakan (pasien umum) untuk diserahkan ke kasir dan kasir menghitung biaya
yang harus dibayar pasien.
d. Petugas kasir membuat kuitansi rangkap tiga :
- Lembar ke 1 (warna putih) untuk pasien
- Lembar ke 2 (warna merah) untuk mengambil hasil pemeriksaan
- Lembar ke 3 (warna kuning) untuk arsip Kasir/Bendahara Penerimaan
Pembantu.
e. Setelah melakukan pembayaran, pasien mengambil hasilnya dengan menyerahkan
kuitansi lembar ke 2 sebagai bukti telah membayar.
f. Untuk pasien JKN mendapat pelayanan laboratorium dan tidak dikenakan biaya,
namun biaya akan ditagihkan kepada BPJS (Non Kapitasi).
j. Pengajuan klaim (Non Kapitasi) diajukan oleh Pemimpin BLUD kepada BPJS
setelah diverifikasi oleh petugas yang menangani JKN.
k. BPJS mentransfer ke rekening Kas BLUD dan mengirimkan laporan pembayaran
klaim kepada Dinas Kesehatan Kota Mojokerto cq Sub Bagian Keuangan
l. Bendahara penerimaan pembantu mengambil bukti transfer pembayaran klaim dari
BPJS ke Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Mojokerto.
m. Setiap bulan petugas laboratorium membuat rekapitulasi penerimaan laboratorium
dan melakukan konfirmasi ke Bendahara Penerimaan Pembantu.

5. Penerimaan pemakaian mobil Ambulance.


Penerimaan Jasa Layanan Ambulance merupakan penerimaan dari pemakaian
mobil Ambulance milik Puskesmas oleh masyarakat.
Prosedur:
a. Untuk pasien dari dalam Puskesmas (pengantar pasien), petugas ruangan
membuat surat pengantar dan diberikan pada keluarga pasien. Sedangkan untuk
pasien dari luar Puskesmas (menjemput pasien), keluarga pasien memberitahukan
ke Puskesmas (antara lain melalui telepon).
b. Keluarga pasien membayar biaya penggunaan jasa pemakaian mobil Ambulance di
kasir. Untuk penjemputan pasien, keluarga pasien membayar setelah pasien
sampai di Puskesmas atau di rumah (pasien umum).
c. Petugas kasir membuat kuitansi rangkap tiga :
- Lembar ke 1 (warna putih) untuk pasien
- Lembar ke 2 (warna merah) untuk ruangan dimana pasien dirawat
- Lembar ke 3 (warna kuning) untuk kasir/Bendahara Penerimaan.

7
d. Untuk pasien yang membayar dirumah, sopir membawa kuitansi pembayaran dan
setelah dibayar, kuitansi ditandatangai keluarga pasien, lembar ke 1 untuk pasien,
lembar ke 2, dan ke 3 dibawa petugas mobil Ambulance (sopir) untuk diserahkan ke
kasir/bendahara penerimaan pembantu berikut uangnya.

2.2 Penerimaan Kas Dari Jasa Pemanfaat Faslitas/Aset Puskesmas


Pemanfaatan fasilitas/aset Puskesmas merupakan pemanfaatan fasilitas/ aset
milik Puskesmas antara lain dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama
pemanfaatan.
Penerimaan kas dari pendapatan jasa pemanfaatan fasilitas/aset Puskesmas adalah
penerimaan kas Puskesmas karena adanya pemanfaatan fasilitas/aset Puskesmas
oleh pihak ketiga berdasarkan perjanjian sewa pemanfaatan fasilitas/aset.
Prosedur:
1. Calon pemakai mengirim surat permohonan menyewa fasilitas/aset kepada
Pemimpin BLUD
2. Pemimpin BLUD meneliti permohonan serta mempertimbangkan untuk menerima
atau menolak permohonan tersebut.
3. Apabila permohonan ditolak, dibuat surat jawaban penolakan atas permohonan
tersebut.
4. Apabila permohonan diterima, selanjutnya dibuat kesepakatan bersama yang
dituangkan dalam kontrak/perjanjian pemanfaatan fasilitas/aset.
5. Berdasarkan kontrak tersebut, calon penyewa melakukan pembayaran ke
Kasir/Bendahara Penerimaan Pembantu.
6. Petugas kasir menyiapkan kuitansi rangkap tiga ( lembar pertama untuk penyewa;
lembar ke 2 untuk Sub Bagian Tata Usaha, lembar ke 3 untuk Kasir/Bendahara
Penerimaan Pembantu).

2.3 Penerimaan Kas Dari Kerjasama Dengan Pihak Ketiga


Penerimaan kas dari kerjasama dengan pihak ketiga adalah penerimaan kas
yang diperoleh dari hasil kerjasama operasional maupun kegiatan tertentu yang
didukung dengan adanya surat perjanjian kerjasama maupun nota kesepakatan.
Prosedur :
1) Calon mitra mengajukan proposal kegiatan/kerjasama operasi kepada Pemimpin
BLUD atau sebaliknya.
2) Pemimpin BLUD menelaah proposal tersebut dan apabila mempunyai prospek
yang bagus, maka dilakukan pembicaraan dengan calon mitra.
3) Pembahasan dengan calon mitra meliputi bentuk kegiatan, pembagian biaya dan
hasil dari masing-masing pihak.

8
5) Setelah dicapai kesepakatan maka dibuat surat perjanjian kerjasama
operasional/nota kesepakatan.
6) Hasil dari kegiatan disetor oleh mitra kerja ke bendahara penerimaan (untuk
kegiatan) dan atau transfer ke rekening Kas BLUD (Kerjasama operasional).
2.4 Penerimaan Kas Dari Kapitasi JKN
Penerimaan kas dari kapitasi adalah penerimaan kas yang diperoleh dari BPJS
sesuai dengan jumlah kepesertaan JKN yang terdaftar di puskesmas.
Prosedur :
1. BPJS melakukan transfer ke rekening puskesmas di Bank Jatim (Rekening Kas
BLUD) sejumlah nilai yang di sesuaikan dengan jumlah kepesertaan setiap bulan.
2. Bendahara Penerimaan Pembantu mencatat sejumlah dana kapitasi yang diterima
di buku kas umum penerimaan.
Terhadap penerimaan kas dari pendapatan tersebut di atas, bendahara penerimaan
pembantu melakukan penatausahaan sebagai berikut:
a. Bendahara penerimaan pembantu membukukan seluruh penerimaan setiap hari
pada buku kas umum, buku pembantu per rincian obyek penerimaan dan buku
rekapitulasi penerimaan harian.
b. Bendahara Penerimaan pembantu setiap hari pada hari yang sama menyetor
seluruh penerimaan tersebut ke rekening kas BLUD di Bank Jatim Mojokerto
dengan membuat bukti setor/Surat Tanda Setoran (STS) rangkap dua (lembar ke 1
untuk Bank dan lembar ke 2 untuk Arsip) dan melaporkan kepada pejabat
keuangan BLUD.
c. Setiap bulan paling lambat tanggal 5, bendahara penerimaan pembantu membuat
laporan bulanan penerimaan dan disampaikan kepada bendahara penerimaan
Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, melalui Kuasa Pengguna Anggaran (Pemimpin
BLUD).

2.5 Penerimaan Kas Dari Dana APBD Pemerintah Kota Mojokerto


Penerimaan kas dari alokasi dana APBD merupakan penerimaan kas yang
diperoleh dari penarikan dana APBD untuk membiayai kegiatan operasional
Puskesmas. Kuasa Pengguna Anggaran terlebih dahulu mengajukan Surat Perintah
Membayar (SPM TU dan LS) kepada kuasa BUD melalui Pengguna Anggaran.
Prosedur:
1. Bendahara pengeluaran pembantu menerbitkan dan mengajukan dokumen SPP-
TU dan/atau` SPP-LS kepada kuasa pengguna anggaran (melalui pejabat
keuangan BLUD/ KaSub Bag. Tata Usaha) untuk mendapat persetujuan
2. Atas nama kuasa pengguna anggaran (Pemimpin BLUD), KaSub Bag. Tata Usaha
(Pejabat Keuangan BLUD) meneliti kelengkapan dokumen SPP-TU dan/atau SPP-
LS.

9
3. Apabila dokumen SPP tersebut dinyatakan tidak lengkap, maka KaSub Bag. Tata
Usaha (Pejabat KeuanganBLUD) mengembalikan dokumen SPP tersebut kepada
bendahara pengeluaran pembantu untuk dilengkapi.
4. Apabila dokumen SPP tersebut dinyatakan lengkap, maka kuasa pengguna
anggaran (Pemimpin BLUD) menerbitkan SPM (Surat Perintah Membayar) dan
mengajukan kepada kuasa BUD setelah diverifikasi PPK SKPD Dinas Kesehatan
untuk diterbitkan SP2D.
5. Pejabat keuangan BLUD/KaSub Bag. Tata Usaha mencatat penerbitan SPP-TU
dan SPP-LS serta SPM (TU/LS) dalam :
a. regsiter SPP-TU dan SPP-LS;
b. register SPM-TU/SPM-LS; dan
c. register surat penolakan penerbitan SPM
6. Berdasarkan SP2D yang diterima, bendahara pengeluaran pembantu
menguangkan SP2D tersebut ke Bank Jatim Mojokerto.
7. Berdasarkan dokumen penerimaan kas tersebut, bendahara pengeluaran
pembantu mencatat dalam BKU.

10
11
BAB III
PROSEDUR PENGELUARAN KAS

Pengeluaran kas adalah transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya


pengeluaran kas, misalnya pengeluaran kas untuk pembayaran belanja pegawai dan
belanja operasional Puskesmas lainnya, pembayaran utang, penyetoran kepada pihak
ketiga, penyertaan modal ataupun pengembalian pendapatan.
Prosedur pengeluaran kas ditetapkan dengan tujuan untuk memastikan bahwa
semua pengeluaran kas telah dicatat dengan benar sesuai dengan klasifikasi
pengeluaran ataupun anggaran yang tersedia serta untuk memperoleh keyakinan yang
memadai atas pengeluaran kas itu sendiri. Prosedur pengeluaran kas dirancang
dengan semaksimal mungkin menerapkan prinsip-prinsip pengendalian intern yang baik
dan handal dengan tetap memperhatikan fungsi yang terkait dan dokumen/bukti
transaksi yang digunakan, sebagai berikut:
a) Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur pengeluaran kas baik yang berasal dari
dana Fungsional (penerimaan dari pendapatan Puskesmas) maupun dana yang
bersumber dari APBD ditetapkan, antara lain:
1) Pengguna Anggaran
2) Kuasa Pengguna Anggaran/Pemimpin BLUD
3) PPK SKPD
4) Pejabat keuangan BLUD / Sub Bag Tata Usaha
5) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)/Pejabat Teknis
6) Bendahara Pengeluaran Pembantu
b) Bukti transaksi yang digunakan
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur pengeluaran kas mencakup:
1) Nota Debit Bank
2) Bukti transaksi pengeluaran kas lainnya

3.1 Pengelolaan dan Penatausahaan Pengeluaran Kas Yang Berasal Dari Dana
Fungsional (Pendapatan PUSKESMAS)
1. Pembayaran Belanja dengan SPP-UP/GU/TU
Pembayaran untuk suatu kegiatan/belanja yang dilakukan melalui pengajuan SPP-
UP/GU/TU. Pembayaran ini dilakukan langsung oleh bendahara pengeluaran
pembantu kepada PPTK atas suatu kegiatan yang dilakukan tidak atas kontrak atau
SPK
Prosedur:

12
a. Pada awal tahun anggaran bendahara pengeluaran pembantu mengajukan SPP-
UP sesuai kebutuhan pelaksanaan kegiatan selama 1-2 bulan kepada pemimpin
BLUD melalui Pejabat Keuangan
b. Setelah uang persediaan tersedia (lihat prosedur penerimaan kas) dan berdasarkan
permintaan dana dari PPTK, bendahara pengeluaran pembantu mendistribusikan
dana kepada PPTK untuk melakukan kegiatan opersional sesuai dengan kuitansi
(Panjar) rangkap 2 (satu lembar untuk PPTK dan satu lembar arsip) kemudian
bendahara pengeluaran pembantu mencatat dalam buku panjar.
c. Setelah melakukan kegiatan dan pembayaran, PPTK mempertanggungjawabkan
pengeluaran definitif ke bendahara pengeluaran pembantu dengan menyerahkan
bukti-bukti asli beserta sisa uangnya (jika ada) dan kuitansi panjar dicap sudah
dipertanggungjawabkan.
d. Atas pertanggungjawaban pengeluaran definitif tersebut bendahara pengeluaran
pembantu mencatat pengeluaran tersebut dalam BKU serta kendali kegiatan dan
menyiapkan SPP-GU sebesar pengeluaran definitif.
e. SPP-GU disampaikan kepada Pejabat Keuangan untuk diterbitkan SPM-GU,
setelah SPM-GU disetujui oleh Pemimpin BLUD maka diterbitkan cek untuk
pencairan dari Kas BLUD, kemudian setelah dana dicairkan maka diberikan kepada
PPTK untuk operasional berikutnya.
f. Apabila terdapat kegiatan yang memerlukan dana banyak dan melebihi dari
kebutuhan yang telah direncanakan maka PPTK dapat mengajukan permintaan
tambahan dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu.
g. Bendahara pengeluaran pembantu mengajukan SPP-TU kepada pemimpin BLUD
melalui Pejabat Keuangan, Tambahan uang tersebut harus dipertanggungjawabkan
paling lama 1 bulan kemudian.
h. Pada akhir kegiatan apabila masih terdapat saldo uang maka saldo tersebut
disetorkan ke Kas BLUD.
i. Pada akhir tahun anggaran apabila masih terdapat saldo kas di bendahara
pengeluaran pembantu, harus di setor ke kas BLUD.

2. Pembayaran Belanja dengan SPP-LS


1) Pembayaran Jasa Pelayanan
a. Petugas pembuat daftar penerima Jasa Pelayanan setiap bulan membuat daftar
dan perhitungan Jasa Pelayanan.
b. Berdasarkan daftar tersebut maka bendahara pengeluaran pembantu mengajukan
SPP-LS kepada pemimpin BLUD melalui pejabat keuangan.
c. Setelah SPP-LS disetujui oleh pejabat keuangan dan pemimpin BLUD
menandatangani SPM-LS maka diterbitkan cek.

13
d. Cek tersebut dicairkan dari Kas BLUD (PUSKESMAS) oleh bendahara pengeluaran
pembantu dan kemudian dibayarkan kepada penerima sesuai daftar.
2) Pembayaran kepada pihak ketiga
Pembayaran langsung kepada pihak ketiga adalah untuk pembayaran suatu
kegiatan/belanja yang dilakukan secara langsung kepada pihak ketiga berdasarkan
kontrak dan atau Surat Perintah Kerja.
Prosedur :
a. Pihak ketiga setelah menyelesaikan sebagian atau seluruh pekerjaan mengajukan
tagihan sesuai yang diatur dalam Kontrak atau SPK kepada PPTK dengan dilampiri
bukti-bukti pendukungnya antara lain berita acara kemajuan pekerjaan/berita acara
penyelesaian pekerjaan, laporan kemajuan kegiatan dan atau berita acara serah
terima barang/jasa.
b. PPTK meneliti terlebih dahulu kelengkapan tagihan, setelah lengkap maka PPTK
mengajukan kelengkapan dokumen tagihan kepada bendahara pengeluaran
pembantu.
c. Tagihan tersebut terlebih dahulu diverifikasi kelengkapan dan keabsahannya serta
dibuatkan kartu kendali kegiatan, setelah dinyatakan lengkap maka bendahara
pengeluaran pembantu membuat SPP-LS.
d. SPP-LS diajukan kepada pemimpin BLUD melalui pejabat keuangan BLUD untuk
diterbitkan SPM-LS, setelah disetujui oleh pejabat keuangan dan pemimpin BLUD,
maka diterbitkan Cek untuk diberikan kepada pihak ketiga.
e. Setiap bulan bendahara pengeluaran pembantu menyampaikan
SPM-UP/GU/TU/LS (untuk pengajuan Pengesahan) yang telah ditandatangani oleh
Pemimpin BLUD, dilampiri copy cek dan surat pernyataan tanggungjawab kepada
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Mojokerto melalui Kepala
Dinas Kesehatan Kota Mojokerto untuk diterbitan Pengesahan.

14
BAB IV
PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG

Pengelolaan barang merupakan kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan


dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pengamanan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan, serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan
pelaporan barang milik Puskesmas Kota Mojokerto.
Untuk menunjang kegiatan operasional Puskesmas Kedundung Kota Mojokerto,
barang dikelompokkan kedalam barang Inventaris, barang farmasi/obat dan alat
kesehatan pakai habis, bahan makanan kering dan bahan pakai habis lainnya.
Barang inventaris adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
yang digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan Puskesmas Kota Mojokerto dan
pelayanan publik, serta mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode seperti
gedung/bangunan, alat angkutan, peralatan kantor, komputer, meubelair, alat
komunikasi, peralatan dapur tidak pakai habis, alat-alat kedokteran, alat-alat
laboratorium, alat-alat radiologi dan sebagainya.
Barang farmasi/obat dan alat kesehatan pakai habis terdiri dari obat, bahan
kimia, dan alat kesehatan pakai habis.Bahan makanan kering merupakan bahan untuk
keperluan pasien, terdiri dari beras, tepung, gula, teh, kacang hijau, susu dan
sebagainya.Bahan pakai habis lainnya antara lain terdiri dari persediaan alat tulis
kantor, perlengkapan rumah tangga (piring, sendok, garpu, gelas dan sejenisnya),
bahan dan peralatan kebersihan rumah tangga/kantor, alat-alat listrik, karcis retribusi,
barang cetakan lainnya serta barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan
pipa, dan barang bekas pakai.

4.1 Barang Inventaris dan Pakai Habis


Barang inventaris dan barang pakai habis dikelola oleh Pengurus barang, untuk
melayani semua bagian pengguna barang yang membutuhkan.
1. Perencanaan Kebutuhan Barang
Perencanaan kebutuhan barang adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan
barang untuk menghubungkan pengadaan barang yang lalu dengan keadaan yang
sedang berjalan sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang akan datang.
Prosedur:
a. Tiap unit kerja/bagian pengguna barang melakukan analisa kebutuhan barang dan
menyusun rencana kebutuhan barang serta menyampaikan kepada pengurus
barang.

15
b. Berdasarkan rencana kebutuhan barang dari unit kerja kerja/bagian pengguna
barang, Pengurus barang melakukan analisa kebutuhan barang dan selanjutnya
menyusun Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD).
c. Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) yang telah disusun diajukan
kepada Pemimpin BLUD untuk mendapat persetujuan dan apabila telah disetujui
maka RKBMD tersebut diusulkan menjadi Rencana Tahunan Barang Milik Daerah.
d. Rencana Tahunan Barang Milik Daerah tersebut di koordinasikan ke Dinas
Kesehatan terutama kebutuhan investasi yang bersumber dari dana APBD.

2. Permintaan Pengadaan Barang


a. Unit kerja/bagian pengguna barang mengajukan usulan permintaan barang kepada
PPTK.
b. PPTK mengevaluasi permintaan untuk memilih barang yang diprioritaskan untuk
dibeli sesuai kebutuhan dan anggaran/ dana yang tersedia dan selanjutnya
mengajukan rencana kebutuhan barang tersebut kepada Pemimpin BLUD untuk
memperoleh persetujuan pembelian.
c. Berdasarkan rencana kebutuhan barang, Pemimpin BLUD memerintahkan
pengadaan barang kepada pejabat pengadaan barang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Pengadaan Barang
Pengadaan barang adalah kegiatan untuk mendapatkan barang yang diperlukan
untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan Puskesmas Kota Mojokerto melalui
pembelian dalam bentuk siap pakai dan atau dengan dibangun lebih dahulu baik secara
pembelian langsung maupun pelelangan/tender.
Prosedur :
a. Berdasarkan perintah pengadaan barang, pejabat pengadaan barang,
melaksanaan pengadaan barang sesuai peraturan yang berlaku.
b. Untuk pengadaan barang di luar yang direncanakan, maka unit kerja/bagian
pengguna barang mengajukan permintaan pengadaan dengan membuat Surat
Pesanan/Usulan Permintaan Barang (UPB) kepada Pemimpin BLUD.
c. Selanjutnya, Sub Bagian Bagian Tata Usaha meneliti dan meneruskan UPB lembar
lembar ke 2 ke Pengurus barang untuk dievaluasi dan diverifikasi apakah sesuai
perencanaan kebutuhan Puskesmas dan anggaran serta kesiapan pendanaannya.
d. Jika tersedia dananya, maka pejabat pengadaan barang melaksanakan pengadaan
barang sesuai peraturan yang berlaku.
4. Penerimaan Barang
Prosedur:
a. Untuk peneriman barang ditunjuk pejabat penerimaan/pemeriksaan barang.

16
b. Pada saat barang datang, pejabat penerimaan/pemeriksaan barang mencocokan
barang yang datang dengan pertinggal surat pesanan, surat/faktur pengiriman
barang dan atau Berita Acara penyerahan barang tentang jumlah, jenis dan
spesifikasi barang yang dipesan dan kemudian dibuatkan Berita Acara penerimaan
barang atau dengan menandatangani surat/faktur pengiriman barang.
c. Pejabat penerimaan/pemeriksaan menyerahkan barang kepada pengurus barang
beserta dokumen pendukungnya (surat pesanan, pertinggal surat/faktur pengiriman
barang dsb).
d. Pengurus barang melakukan penyimpanan pada tempatnya dan mencatat pada
buku Penerimaan Barang dan Kartu Barang.
5. Pengeluaran/penggunaan Barang
Prosedur :
a. Unit unit kerja/bagian pengguna barang yang membutuhkan barang mengajukan
permohonan kepada pengurus barang dengan membuat Surat/Bon Permintaan
disertai data persediaan terakhir.
b. Setelah SPB diteliti dan dilihat ketersediaan barangnya, kemudian Pengurus barang
mengeluarkan barang sesuai permintaan.
c. Setelah menyerahkan barang ke unit peminta barang dan membuat bukti
pengeluaran barang rangkap dua yang ditandatangani pengurus barang dan unit
peminta barang, serta mencatat ke dalam buku dan kartu barang.
6. Penatausahaan Barang Inventaris
Terhadap penerimaan dan pengeluaran barang inventaris dan pakai habis lainnya
yang dibeli:
a. Dalam rangka penyusunan neraca, PPTK bersama Pengurus barang melakukan
penilaian terhadap barang inventaris yang dibeli tersebut apakah akan diakui
sebagai aset tetap atau sebagai barang inventaris pakai habis dengan
memperhatikan kriteria sebagai berikut:
a) Mempunyai masa manfaat (manfaat ekonomis yang dapat diberikan barang
tersebut) lebih dari 12 bulan dan nilai perolehan diatas Rp 300.000,-
b) Tidak dimaksud untuk dijual dalam operasi normal
c) Diperoleh atau dibangun dimaksud untuk digunakan
d) Biaya perolehan dapat diukur
e) Barang telah diterima atau diserahkan kepemilikannya kepada Puskesmas.
b. Untuk melakukan penilaian dan pengakuan apakah barang tersebut termasuk aset
tetap atau bukan, PPTK bersama Pengurus barang membuat Dokumen Kapitalisasi
rangkap dua (lembar ke 1 untuk Pengurus Barang Dinas Kesehatan dan lembar ke
2 untuk Sub Bagian Tata Usaha).
c. Untuk barang inventaris yang termasuk dalam kategori aset tetap:
- diberi kode barang;

17
- penempatan barang pada unit kerja dikendalikan dengan Kartu Inventaris Ruangan
(KIR) yang dipasang di dalam ruangan dan dievaluasi/diganti yang baru setiap
terdapat mutasi dan atau satu tahun sekali dan paling lama lima tahun sekali
(sensus barang).
d. Dalam rangka pengamanan, dokumen kepemilikan barang yang berada dalam
penguasaan Puskesmas harus diadministrasikan dengan tertib.
e. Pengurus barang mencatat penerimaan dan pengeluaran barang pada buku
Inventaris serta membuat laporan pengurusan barang secara semester dan
tahunan, berupa laporan Pengadaan Barang, Laporan Barang Inventaris (Aset
Daerah) kepada Walikota BPKAD.
f. Pengurus barang sedikitnya setiap tiga bulan sekali melakukan inventarisasi yaitu
melakukan pendataan/perhitungan barang (stock opname) dan dibuatkan Berita
Acara Perhitungan Barang yang ditandatangani oleh pengurus barang dan atasan
langsungnya.

4.2 BARANG FARMASI DAN ALAT KESEHATAN PAKAI HABIS


Persediaan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, regensia, dan gas medis serta
alat kesehatan pakai habis yang dikelola oleh Farmasi dan Laboratorium.
Prosedur :
a. Pada awal tahun Penanggungjawab Farmasi dan Laboratorium membuat
perencanaan kebutuhan obat/bahan obat dan alat kesehatan pakai habis dalam
satu tahun yang diajukan kepada Pemimpin BLUD (Kepala Puskesmas) untuk
memperoleh persetujuan.
b. Berdasarkan rencana kebutuhan tersebut, Penanggungjawab Farmasi dan
Laboratorium melalui PPTK mengadakan pemesanan melalui Pejabat pengadaan
dengan membuat surat pesanan kepada rekanan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
c. Pada saat penerimaan barang, petugas Penerima Barang mencocokan antara
faktur/bukti pengiriman barang dengan fisik barangnya yang meliputi jumlah dan
jenis barang. Selanjutnya petugas penerima barang menandatangani surat
pengiriman barang dan meminta asli bukti pengiriman barang sebagai bukti barang
yang dipesan telah diterima.
d. Berdasarkan faktur pembelian dan surat/faktur pengiriman barang, petugas farmasi,
laboratorium/gudang mencatat dalam register penerimaan barang dan kartu
persediaan per jenis barang.
e. Permintaan barang ke farmasi/gudang oleh unit pelayanan fungsional lainnya
dilakukan berdasarkan surat Permintaan Barang/Buku Bon Barang yang dibuat
rangkap dua ( lembar ke 1 untuk gudang/ farmasi dan lembar ke 2 untuk arsip
peminta barang).

18
f. Berdasarkan SPB/Bon Barang, petugas farmasi/gudang mengeluarkan dan
menyerahkan/mengirimkan barang yang dimaksud ke unit yang meminta barang
dan mencatat pengeluaran barang tersebut dalam Kartu Persediaan Barang
g. Setiap bulan terhadap persediaan di farmasi dan laboratorium dilakukan stock
opname.
h. Atas persediaan Obat-obatan dan Alkes pakai habis, farmasi dan laboratorium
membuat laporan:
- Laporan stock Obat – per minggu
- Laporan kuantitas pemakaian obat dan Alkes per bulan
- Laporan stock obat – per triwulan
- Daftar Persediaan Obat dan Peralatan per akhir tahun.
i. Untuk persediaan barang yang ada di farmasi dan Laboratorium, berdasarkan
duplikat surat/Bon Permintaan Barang dicatat dalam buku/kartu persediaan.
Sedangkan untuk pengeluaran/pemakaian barang tidak menggunakan Bon/Surat
Pengeluaran Barang dan cukup dicatat dalam buku/kartu persediaan.

4.3 BAHAN MAKANAN KERING


Bahan makanan kering merupakan bahan makanan untuk konsumsi/akomodasi
pasien/penderita dan karyawan, antara lain berupa beras, tepung, gula, teh, kacang
hijau, susu dan sebagainya yang dikelola oleh Koordinator Gizi.
Prosedur:
a. Pada awal tahun Koordinator Gizi membuat perencanaan kebutuhan makanan
kering dalam satu tahun yang diajukan kepada Pemimpin BLUD (Kepala
Puskesmas) melalui PPTK untuk memperoleh persetujuan, dan setelah mendapat
persetujuan, Koordinator Gizi mem-breakdown kedalam kebutuhan per minggu.
b. Berdasarkan rencana, Koordinator Gizi mengajukan permohonan kebutuhan dana
kepada bendahara pengeluaran pembantu melalui PPTK dengan menggunakan
Bon Sementara dan dilampiri laporan pemakaian, persediaan dan bukti pembelian
sebelumnya. Sebelum dilakukan pembayaran, permohonan kebutuhan dana
tersebut diverifikasi terlebih dahulu oleh PPTK.
c. Pengadaan untuk keperluan makanan dan minuman dilaksanakan oleh Gizi melalui
pembelian langsung.
d. Untuk pemakaian bahan/barang tidak perlu menggunakan surat permintaan barang
dan atau surat bukti pngeluaran barang, cukup dibuat catatan mengenai
pembelian/penerimaan dan pemakaiannya pada Kartu Persediaan bahan makan.
e. Petugas gizi sedikitnya setiap tiga bulan sekali melakukan pendataan/perhitungan
barang (stock opname) dan dibuatkan Berita Acara Perhitungan Barang.
f. Dalam rangka penyusunan neraca dan bahan perencanaan pengadaan bahan
makanan pada tahun berikutnya, pada akhir tahun petugas gizi melakukan

19
perhitungan barang (stock opname) dan dibuatkan Berita Acara Perhitungan
Barang.

20

Anda mungkin juga menyukai