Anda di halaman 1dari 28

 Obat merupakan komponen penting dalam upaya

pelayanan kesehatan dan oleh karena itu diperlukan


pengelolaan yang benar, efisien dan efektif secara
berkesinambungan.

 Diperlukan koordinasi yang baik dan terbuka antara


pihak terkait seperti Instalasi farmasi dengan pengelola
program kesehatan merupakan prasyarat dapat
diterapkannya pengelolaan obat yang baik

 Khususnya untuk pengelolaan obat program yang


memiliki sumber dana dari berbagai sumber ( Pusat,
Propinsi, Kabupaten/Kota dan PHLN )
 UU nomor 36/2009 tentang Kesehatan ( pasal 36 :
Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan
terutama obat essential )

 PP nomor 38/2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan ( tanggung jawab ketersediaan oleh
Pusat, Propinsi dan Kab/Kota )

 PP nomor 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

 Kebijakan Obat Nasional ( KONAS ) 2006


 Belum optimalnya aliran data dan informasi tingkat
kecukupan serta penggunaan obat khususnya obat
program
 Adanya kekosongan item obat tertentu
 Adanya kekurangan atau kekosongan obat program
(walaupun mungkin di IFK masih banyak )
 Terbatasnya biaya operasional dan biaya distribusi
 Masih ada ketidakjelasan peran fungsi Dinkes dengan
IFK sebagai UPT
 Pemantapan kejelasan pengelolaan obat PKD maupun
obat program
 Belum jelasnya proporsi pendanaan obat program yang
dapat diadakan ditiap tingkat (pusat,propinsi,kab/kota)
 Peningkatan peran Pusat, Propinsi dan Kabupaten/kota
dalam sistem logistik obat khususnya obat program
melalui One Gate Policy ( Kebijakan Satu Pintu )

 Sinkronisasi dan Harmonisasi proses perencanaan


kebutuhan obat di Kabupaten Kota melalui Tim
Perencana Obat Terpadu ( TPOT )

 PENGEMBANGAN On-line logistic System dalam


rangka mendukung Pola Pendistribusian Obat di daerah
khususnya untuk Puskesmas dan Rumah Sakit
 Pengelolaan Obat publik dan Perbekalan Kesehatan
dipusatkan pada Instalasi Farmasi Propinsi /Kabupaten
/Kota

 Fungsi yang dilaksanakan adalah fungsi Perencanaan,


Pengadaan, Penyimpanan, pendistribusian, pencatatan
pelaporan dan evaluasi yang terintegrasi dengan unit
kerja terkait

 Pengelolaan mencakup seluruh Obat Publik dan


Perbekalan Kesehatan yang berasal dari semua sumber
anggaran dan menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan
* Menghindari terjadinya kekosongan obat

* Menghindari terjadinya penumpukan obat

* Menghindari terjadinya duplikasi penyediaan obat

* Menghindari terjadinya obat kadaluwarsa

* Meningkatkan efisiensi pemanfaatan obat yang ada

* Relokasi untuk efektifitas penggunaan obat khususnya


obat program
 Dikelola oleh tenaga profesional ( Apoteker ) sesuai
ketentuan dalam PP no 51/2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian

 Disimpan pada fasilitas dan tata kelola yang sesuai


standar

 Pencatatan dan Pelaporan dapat ditingkatkan


pelaksanaannya

 Optimalisasi ketersediaan dana

 Mempermudah evaluasi dan pemantauan


ketersediaan
Mengoptimalkan dana obat melui peningkatan

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar instansi

yang terkait dengan perencanaan obat sehingga

perencanaan obat menjadi lebih efektif dan efisien

dalam rangka meningkatkan mutu dan memperluas

cakupan pelayanan kesehatan


 Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran

 Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan


perencanaan

 Percepatan estimasi kebutuhan obat

 Koordinasi antar penyedia anggaran dan pemakai


obat

 Optimalisasi pemanfaat dana pengadaan obat


 Dibentuk dengan SK Bupati/Walikota

 Tugas tim adalah


* Membahas dan menyusun rencana kebutuhan
total serta pengadaan obat untuk masing-masing
sumber anggaran
* Tukar menukar informasi
* Melaporkan semua hasil pertemuan kepada
atasan

Kegiatan tim meliputi evaluasi berbagai aspek,


merencanakan kebutuhan berdasar hasil estimasi
untuk PKD dan Program serta kesepakatan tentang
jumlah dan jenis
 Terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota

 Ketua adalah Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota

 Anggota berasal dari unsur-unsur terkait , antara


lain dari Sekretariat Kabupaten/Kota, Bappeda,
Penanggung jawab farmasi Dinas Kesehatan,
Pelaksana program dari Dinas Kesehatan,
Puskesmas ditambah unsur lain bila perlu
tergantung situasi lapangan

 Sekretaris adalah Kepala Instalasi Farmasi


Kabupaten/Kota
Ketua :
Mengkoordinasikan seluruh kegiatan dalam rangka menetapkan
jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit serta
kebutuhan Yankesdas & Program kesehatan.

Sekretaris :
 Memberikan pandangan akan pentingnya obat dalam Yankesdas
melalui kegiatan advokasi.
 Mengevaluasi semua masukan, proses dari semua aspek
perencanaan dan pengadaan tahun sebelumnya.
 Mengevaluasi jumlah yang didistribusikan dan sisa persediaan di
IFK
 Membuat RKO berdasarkan hasil estimasi kebutuhan obat
 Kegiatan yang dilakukan:
Melakukan kompilasi data pemakaian obat
dari seluruh UPK dari LPLPO.
Melakukan kompilasi data penyakit dari LB-1.
Menyiapkan data pencacahan obat pada akhir
tahun anggaran.
Menyiapkan data tentang obat yang akan
diterima pada tahun berjalan.
Menyiapkan daftar harga setiap jenis obat.
 Mengadakan pertemuan tim untuk
penyempurnaan kebutuhan obat
 Menyepakati jenis dan jumlah obat yang
dibutuhkan untuk tahun YAD.

Unsur Sekretariat :
 Menyepakati alokasi anggaran obat yang
dibutuhkan untuk tahun YAD.
 Menyusun masukan dalam MUSRENBANG
pemecahan masalah mengenai kebutuhan
dana obat.
 Unsur RSUD (tipe D)
Menginformasikan kebutuhan obat untuk
rumah sakit.
 Unsur PT Askes :
menyediakan informasi dana untuk obat
 Unsur Instansi Transmigrasi :
Menyediakan informasi dana obat dan
kebutuhan obat
 Kepala Puskesmas : memberikan informasi
kebutuhan obat (jenis,jumlah,kunjungan dan
pola penyakit).
 Mengevaluasi semua aspek
 Rencana kebutuhan obat didasarkan hasil
estimasi unt PKD dan Program
 Disepakatinya jenis dan jumlah yang selanjutnya
digunakan sebagai masukan dalam Musrenbang.
6.Menghitung Rencana Pengadaan Obat Total
Kebutuhan obat Total – sisa stok awal th ang
7. Mengalokasikan rencana pengadaan obat ke
berbagai sumber anggaran
•Mempertimbangkan perbandingan alokasi anggaran
•Apabila obat salah satu anggaran sudah ditetapkan tetapi
msh ada kekurangan dapat dialokasikan ke sumber anggr lain
•Apabila obat suatu program kesulitan untuk estimasi maka
dapat digunakan data pengadaan tahun sebelumnya.

PERENCANAAN OBAT PROGRAM DI DATI II DILAKUKAN


OLEH PEMEGANG PROGRAM MISALNYA : SIE P2M DAN SIE
KIA & GIZI DALAM HAL MENETAPKAN JUMLAH SASARAN
SERTA JENIS DAN JUMLAH OBAT UNTUK SETIAP SASARAN
UNTUK MENGHITUNG KEBUTUHAN OBAT TOTAL Dati II
dan rencana pengadaan masing-masing sumber anggaran
dilakukan tahapan perhitungan sbb:

1. Perhitungan pemakaian rata2


2. Pencacahan sisa Stok di IFK
3. Menghitung jumlah obat yang akan diterima
4. Menghitung sisa stok pada akhir tahun anggaran
berjalan
5. Menghitung Kebutuhan Obat Total dengan
mempertimbangkan kenaikan kunjungan, waktu
tunggu dan stok pengaman
 Distribusi adalah rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat yang bermutu,
terjamin keabsahan serta tepat jenis dan jumlah
dari gudang obat secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan unit pelayanan kesehatan

 Kegiatan distribusi terdiri dari distribusi rutin dan


distribusi khusus ( program, bencana, KLB )

 Dengan berkembangnya sasaran program yang


mencakup Rumah Sakit, perlu kembali ditata
pendistribusian obat program dari IFK ke RS
 Disusun rencana distribusi dengan menetapkan
stok minimum

 Penetapan frekwensi pengiriman, tergantung pada


anggaran yang tersedia, jarak IFK dan UPK, Fasilitas
gudang UPK dan Sarana yang tersedia di IFK

 Penyusunan peta lokasi, jalur dan jumlah


pengiriman

 Tata cara/Mekanisme pendistribusian obat ( IFK ke


UPK dan bila disepakati IFK ke Pustu )
 IFK dan pengelola program menyusun rencana
distribusi sesuai rencana pelaksanaan program

 Distribusi dilakukan atas permintaan pengelola


program

 Untuk penyakit tertentu, obat dapat diminta


langsung petugas tanpa melalui puskesmas

 Beberapa penyakit tertentu harus melalui


puskesmas

 Tata cara pengiriman obat ke unit pelayanan


kesehatan dapat dilakukan oleh IFK ke UPK, UPK
mengambil ke IFK atau cara lain yang ditetapkan
kepala Dinas Kesehatan
 Dikembangkan dengan tujuan untuk
mengefektikan pemantauan ketersediaan obat
khususnya obat program dan mempercepat
realokasi bila dipandang perlu

 Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedia dan


dimanfaatkan data dan informasi obat yang akurat,
tepat dan cepat dengan mendayagunakan
teknologi informasi dan komunikasi dalam
pengambilan kebijakan bidang kesehatan
khususnya obat

 Dikembangkan dengan memanfaatkan jaringan on


line yang terkait dan merupakan bagian dari
Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )
Langkah – langkah pengembangan

1. Penetapan minimal data set yang perlu dialirkan di


setiap tingkat ( pusat, propinsi dan
kabupaten/kota ) dan pengembangan mekanisme
pencatatan dan pemanfaatan
2. Mengembangkan perangkat lunak agar ada
jaringan antar Instalasi Farmasi dengan Dinas
Kesehatan
3. Melakukan uji coba sekaligus mengembangkan
pola surveilans didaerah-daerah tertentu
4. Menetapkan regulasi yang diperlukan
5. Sosialisasi implementasi

Anda mungkin juga menyukai