Anda di halaman 1dari 14

Senyawa Hidrokarbon 4.

Isomer dari senyawa-senyawa terkait


Senyawa yang mengandung unsur hidrogen (H) dan unsur Alkena (Senyawa Hidrokarbon Rangkap 2 / CnH2n)
karbon (C) C2H4 = etena; C3H6 = propena; C4H8 = butena;
C5H10 = pentena; C6H12 = heksena; C7H14 = heptena;
Penjabaran Senyawa Hidrokarbon C8H16 = oktena; C9H18 = nonena; C10H20 = dekena
a. Alifatik : senyawa hidrokarbon dengan rantai lurus Aturan penamaan senyawa alkena
i. Alifatik Jenuh : senyawa hidrokarbon yang tidak dapat a. Ikatan rangkap harus mempunyai PENOMORAN paling
di-adisi lagi dengan senyawa lain. Contoh : Alkana kecil
ii. Alifatik Tidak Jenuh : senyawa hidrokarbon yang b. Rantai Utama harus mempunyai jumlah karbon paling
dapat di-adisi lagi dengan senyawa lain. banyak
Contoh : Alkena & Alkuna c. Cara Penulisan Nama :
b. Alisiklik : senyawa hidrokarbon dengan rantai (semua nomor cabang)-(total rantai cabang)(nama
melingkar cabang/alkil)-(nomor rangkap)-(rantai utama/alkena)
i. Sikloalkana : alkana dengan rantai melingkar. d. Urutan penulisan rantai cabang disesuaikan dengan
Contoh : siklopentana, sikloheksana, sikloheptana, dan ABJAD untuk rantai cabang dasar
siklooktana e. untuk etena dan propena, tidak diperlukan untuk menulis
ii. Aromatik : benzena : senyawa hidrokarbon (gugus nomor rangkap
alkena) dengan bentuk melingkar khusus
Alkuna (Senyawa Hidrokarbon Rangkap 3 / CnH2n-2)
Spesifikasi Senyawa Hidrokarbon C2H2 = etuna; C3H4 = propuna; C4H6 = butuna;
6C = 2) 4  Elektron valensi : 4 (C punya 4 tangan)
C5H8 = pentuna; C6H10 = heksuna; C7H12 = heptuna;
Karbon Primer (P) : karbon yang mengikat 1 atom karbon C8H14 = oktuna; C9H16 = nonuna; C10H18 = dekuna
lain (CH3) Aturan penamaan senyawa alkena
Karbon Sekunder (S) : karbon yang mengikat 2 atom a. Ikatan rangkap harus mempunyai PENOMORAN paling
karbon lain (CH2) kecil
Karbon Tersier (T) : karbon yang mengikat 3 atom karbon b. Rantai Utama harus mempunyai jumlah karbon paling
lain (CH) banyak
Karbon Kuartener (K) : karbon yang mengikat 4 atom c. Cara Penulisan Nama :
karbon lain (C) (semua nomor cabang)-(total rantai cabang)(nama
cabang/alkil)-(nomor rangkap)-(rantai utama/alkuna)
Alkana (Senyawa Hidrokarbon Rangkap 1 / CnH2n+2) d. Urutan penulisan rantai cabang disesuaikan dengan
CH4 = metana; C2H6 = etana; C3H8 = propana; ABJAD untuk rantai cabang dasar
C4H10 = n-butana; C5H12 = n-pentana; C6H14 = n-heksana; e. untuk etuna dan propuna, tidak diperlukan untuk
C7H16 = n-heptana; C8H18 = n-oktana; C9H20 = n-nonana; menulis nomor rangkap
C10H22 = n-dekana
Isomer : kesamaan suatu senyawa dalam rumus kimia,
Aturan penamaan senyawa alkana tetapi memiliki perbedaan dalam hal tertentu.
a. Rantai Utama harus mempunyai jumlah karbon paling a. Isomer Struktur : senyawa yang memiliki kesamaan
banyak dalam rumus kimia, tetapi memiliki perbedaan dalam
b. Rantai Cabang harus mempunyai PENOMORAN paling rumus struktur (bentuk)
kecil Contoh : isomer dalam alkana, alkena, alkuna, dan
c. Cara Penulisan Nama : senyawa karbon lain
(semua nomor cabang)-(total rantai cabang)(nama b. Isomer Gugus Fungsi : senyawa yang memiliki
cabang/alkil)-(rantai utama/alkana) kesamaan dalam rumus kimia, tetapi memiliki perbedaan
d. Urutan penulisan rantai cabang disesuaikan dengan dalam gugus fungsi
ABJAD untuk rantai cabang dasar Contoh : alkohol & eter, aldehid & keton, asam karboksilat
& ester, alkena & sikloalkana, alkuna & alkadiena
Rantai Cabang / Alkil : alkana yang kehilangan 1 atom c. Isomer Ruang : senyawa yang memiliki persamaan
hidrogennya dalam rumus kimia, tetapi memiliki perbedaan dalam
CH3 = metil; C2H5 = etil; C3H7 = propil; C4H9 = butil; C5H11 posisi ikatan senyawa
= pentil; C6H13 = heksil; C7H15 = heptil; Contoh : cis-2-butena & trans-2-butena
C8H17 = oktil; C9H19 = nonil; C10H21 = dekil d. Isomer Posisi : senyawa yang memiliki persamaan
dalam rumus kimia, tetapi memiliki perbedaan dalam
Tipe Soal : posisi ikatan rangkap
1. Penamaan Rumus Struktur Contoh : 1-butena dan 2-butena
2. Penggambaran nama senyawa e. Isomer Optik : aktif jika dapat memutar bidang
3. Pembenaran untuk nama senyawa yang salah polarisasi cahaya dengan adanya atom C asimetris (kiral)
Contoh : karbon kiral (*)
Isomer Alkana : 5. 2-metil-2-butena 6. 4-metil-2-pentuna
C4H10 : (2) C6H14 : (12) 7. 3,3-dimetil-1-butuna
1. n-butana 1. 1-heksena C7H16 : (15)
2. 2-metil-propana 2. 2-heksena 1. 1-heptuna
C5H12 : (3) 3. 3-heksena 2. 2-heptuna
1. n-pentana 4. 2-metil-1-pentena 3. 3-heptuna
2. 2-metil-butana 5. 3-metil-1-pentena 4. 3-metil-1-heksuna
3. 2,2-dimetil-propana 6. 4-metil-1-pentena 5. 4-metil-1-heksuna
C6H14 : (5) 7. 2-metil-2-pentena 6. 5-metil-1-heksuna
1. n-heksana 8. 3-metil-2-pentena 7. 4-metil-2-heksuna
2. 2-metil-pentana 9. 4-metil-2-pentena 8. 5-metil-2-heksuna
3. 3-metil-pentana 10. 2,3-dimetil-1-butena 9. 2-metil-3-heksuna
4. 2,2-dimetil-butana 11. 3,3-dimetil-1-butena 10. 3,3-dimetil-1-pentuna
5. 2,3-dimetil-butana 12. 2,3-dimetil-2-butena 11. 3,4-dimetil-1-pentuna
C7H16 : (9) C7H16 : (26) 12. 4,4-dimetil-1-pentuna
1. n-heptana 1. 1-heptena 13. 4,4-dimetil-2-pentuna
2. 2-metil-heksana 2. 2-heptena 14. 2-etil-1-pentuna
3. 3-metil-heksana 3. 3-heptena 15. 3-etil-1-pentuna
4. 2,2-dimetil-pentana 4. 2-metil-1-heksena C8H18 : (30)
5. 2,3-dimetil-pentana 5. 3-metil-1-heksena 1. 1-oktuna
6. 2,4-dimetil-pentana 6. 4-metil-1-heksena 2. 2-oktuna
7. 3,3-dimetil-pentana 7. 5-metil-1-heksena 3. 3-oktuna
8. 3-etil-pentana 8. 2-metil-2-heksena 4. 4-oktuna
9. 2,2,3-trimetil-butana 9. 3-metil-2-heksena 5. 3-metil-1-heptuna
C8H18 : (18) 10. 4-metil-2-heksena 6. 4-metil-1-heptuna
1. n-oktana 11. 5-metil-2-heksena 7. 5-metil-1-heptuna
2. 2-metil-heptana 12. 2-metil-3-heksena 8. 6-metil-1-heptuna
3. 3-metil-heptana 13. 3-metil-3-heksena 9. 4-metil-2-heptuna
4. 4-metil-heptana 14. 2,3-dimetil-1-pentena 10. 5-metil-2-heptuna
5. 2,2-dimetil-heksana 15. 2,4-dimetil-1-pentena 11. 6-metil-2-heptuna
6. 2,3-dimetil-heksana 16. 3,3-dimetil-1-pentena 12. 2-metil-3-heptuna
7. 2,4-dimetil-heksana 17. 3,4-dimetil-1-pentena 13. 5-metil-3-heptuna
8. 2,5-dimetil-heksana 18. 4,4-dimetil-1-pentena 14. 6-metil-3-heptuna
9. 3,3-dimetil-heksana 19. 2,3-dimetil-2-pentena 15. 3,3-dimetil-1-heksuna
10. 3,4-dimetil-heksana 20. 2,4-dimetil-2-pentena 16. 3,4-dimetil-1-heksuna
11. 3-etil-heksana 21. 3,4-dimetil-2-pentena 17. 3,5-dimetil-1-heksuna
12. 2,2,3-trimetil-pentana 22. 4,4-dimetil-2-pentena 18. 4,4-dimetil-1-heksuna
13. 2,2,4-trimetil-pentana 23. 2-etil-1-pentena 19. 4,5-dimetil-1-heksuna
14. 2,3,3-trimetil-pentana 24. 3-etil-1-pentena 20. 5,5-dimetil-1-heksuna
15. 2,3,4-trimetil-pentana 25. 3-etil-2-pentena 21. 4,4-dimetil-2-heksuna
16. 3-etil-2-metil-pentana 26. 2,3,3-trimetil-1-butena 22. 4,5-dimetil-2-heksuna
17. 3-etil-3-metil-pentana 23. 5,5-dimetil-2-heksuna
18. 2,2,3,3-tetrametil-butana Isomer Alkuna : 24. 2,5-dimetil-3-heksuna
C4H8 : (2) 25. 3-etil-1-heksuna
1. 1-butuna 26. 4-etil-1-heksuna
2. 2-butuna 27. 4-etil-2-heksuna
Isomer Alkena : C5H10 : (3) 28. 3,3,4-trimetil-1-pentuna
C4H8 : (3) 1. 1-pentuna 29. 3,4,4-trimetil-1-pentuna
1. 1-butena 2. 2-pentuna 30. 3-etil-4-metil-1-pentuna
2. 2-butena 3. 3-metil-1-butuna
3. 2-metil-propena C6H14 : (7)
C5H10 : (5) 1. 1-heksuna
1. 1-pentena 2. 2-heksuna
2. 2-pentena 3. 3-heksuna
3. 2-metil-1-butena 4. 3-metil-1-pentuna
4. 3-metil-1-butena 5. 4-metil-1-pentuna
MINYAK BUMI tertimbun oleh batu sarang yang terdiri dari batu gamping,
Produk hasil tambang yang tergolong sebagai sumberdaya pasir, maupun batuan vulkanik yang tertimbun bersama
alam yang tidak dapat diperbaharui dan terdapat ruang berpori. Semakin lama akan semakin
Mayoritas tersusun atas senyawa hidrokarbon berupa dekat dengan inti bumi dan mengalami pemanasan.
alkana, siklo alkana, dan senyawa aromatis Minyak bumi terbentuk pada temperatur 50 – 180OC.
Memiliki kompleksitas senyawa yang sangat tinggi Tetapi temperatur 100OC ke atas adalah temperatur yang
paling baik untuk membentuk minyak bumi dengan
Jenis Senyawa Persentase Contoh kualitas tinggi.
Alkana, silko alkana, 4. Karbon yang panas tersebut dapat bereaksi dengan
Hidrokarbon 90-99%
dan aromatis hidrogen membentuk senyawa hidrokarbon. Minyak yang
dihasilkan ini masih dalam bentuk minyak mentah (crude
Senyawa Tioalkana (R-S-R)
0,1-7% oil) Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi
Belerang Alkanatiol (R-S-H)
mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting
Senyawa adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak
0,01-0,9% Pirol (C4H5N)
Nitrogen bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis
minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi
Senyawa Gugus karboksilat
0,01-0,4% yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung
Oksigen (RCOOH)
akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah
Sangat bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka
Organo Logam Senyawa logam nikel
kecil minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.
Pembentukan minyak bumi
Teori terbentuknya minyak bumi : Proses pengolahan minyak bumi :
1. Teori Biogenetik (Organik) : minyak bumi dan gas alam 1. Desulfurisasi : penghilangan kadar sulfur dalam minyak
terbentuk dari beraneka jasad organik seperti hewan dan (Molybdenum / Mo)
tumbuhan yang mati tertimbun endapan pasir dan lumpur 2. Proses utama : distilasi adalah proses pemisahan fraksi-f
dan menyatu dengan senyawa pembentuk minyak bumi raksi yang ada di minyak bumi, dimana pemisahan fraksi t
dari sungai menuju ke laut, dan terendap di dasar lautan ersebut berdasarkan pada perbedaan titik didih. Pada prose
selama jutaan tahun. Akibat pengaruh waktu, temperatur, s ini biasanya dilakukan pada sebuah wadah tabung tinggi
yang kedap terhadap udara. Awalnya minyak mentah akan
dan tekanan lapisan di atasnya menyebabkan organisme
dialirkan ke dalam tabung tersebut dan kemudian dipanask
tersebut menjadi bintik minyak ataupun gas
an dalam tekanan 1 atmosfer pada suhu 370OC. Selanjutny
2. Teori Anorganik : minyak bumi terbentuk karena a hasil dari fraksi-fraksi tersebut nantinya dipisahkan, dima
aktivitas bakteri, mengakibatkan unsur seperti oksigen, na fraksi yang memiliki titik didih terendah akan menempa
nitrogen, dan belerang yang terkubur berubah menjadi zat ti bagian atas tabung, sedangkan fraksi yang memiliki titik
minyak yang berisi hidrokarbon didih tinggi akan menempati bagian dasar tabung. Hasil da
3. Teori Dupleks : gabungan antara teori biogenetik dan ri proses destilasi ini antara lain adalah gas, bensin, minyak
anorganik, dimana minyak bumi terbentuk dari berbagai tanah, diesel, oli, lilin dan aspal. Dimana semua hasil terse
jenis organisme laut baik hewan maupun tumbuhan. but belum menjadi bahan siap pakai karena belum melewat
Endapan lumpur menjadi batuan sedimen (source rock / i tahap-tahapan selanjutnya.
batuan induk) dan minyak, dan minyak tersebut akan 3. Proses lanjutan :
menuju tempat yang bertekanan lebih rendah dan a. Cracking adalah proses pengolahan minyak bumi yang
terperangkap di tempat tertentu. Dalam suatu perangkap bertujuan untuk menguraikan molekul-molekul besar senya
wa hidrokarbon menjadi molekul hidrokarbon yang lebih k
(Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan air, (2)
ecil. Proses crakcing ini sering disebut sebagai proses refin
minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama- ery. Secara umum proses cracking ini dapat dilakukan den
sama dengan minyak bumi disebut dengan Associated Gas. gan 3 cara, yaitu :
Sedangkan jika gas terdapat sendiri dalam suatu perangkap i. Thermal Cracking : proses pemecahan rantai senyawa hi
disebut Non Associated Gas. drokarbon yang memiliki rantai panjang menjadi senyawa
Proses terbentuknya minyak bumi : hidrokarbon dengan rantai yang lebih kecil melalui proses
1. Fotosintesis ganggang : ganggang merupakan kompon katalis / pemanasan. Adapun suhu yang dapat digunakan y
utama biota yang menghasilkan minyak bumi, yang aitu 800OC dan dalam tekanan 700 kPa. Tujuan dari proses
tumbuh di darat biasanya hanya menghasilkan gas saja ini adalah untuk mendapatkan fraksi minyak bumi dengan
2. Pembentukan batuan induk / source rock : batuan ini cara boiling range yang lebih rendah dari umpannya.
terbentuk karena ganggang yang mati terendapkan di ii. Catalytic Cracking : proses cracking yang menggunakan
cekungan sedimen. Batuan induk merupakan batuan yang suhu tinggi dengan tekanan yang rendah. Proses ini mengg
unakan katalis sebagai media untuk mempercepat laju reak
memiliki kandungan karbon yang tinggi (high total organic
si fraksi. Pada umumnya reaksi proses perengkahan katalis
carbon)
ini menggunakan mekanisme perengkahan ion karbonium,
3. Pengendapan batu induk : batuan induk ini akan dimana pada mulanya katalis yang bersifat asam akan men
ambahkan proton ke dalam molekul olefin ataupun menari Fraksi Minyak Bumi
k ion hidrida dari senyawa alkana sehingga hal ini menyeb Jumlah Atom Karbon Senyawa yang didapat
abkan terbentuknya ion karbonium. C1 – C2 LNG
iii. Hidrocracking : kombinasi dari proses thermal cracking C3 – C4 LPG
dan catalytic cracking yang menghasilkan senyawa jenuh.
C5 – C6 Petroleum eter
Proses hidrocracking ini dilakukan dalam tekanan yang tin
ggi, beberapa hasil dari proses hidrocracking ini antara lain C6 – C7 Naftalena
bensin dan bahan bakar jet. Kelebihan dari proses ini adala C7 – C8 Bensin / Pertalite
h memiliki kandungan sulfur yang terdapat pada fraksi, di Minyak Tanah
C12 – C18
mana sulfurnya akan diubah menjadi senyawa hidrogen sul (Kerosene)
fida sehingga proses pelepasan sulfur akan menjadi lebih Solar / Biosolar /
mudah. C15 – C20
Pertadex
b. Proses Reforming : proses merubah struktur pada mole C18 – C24 Avtur
kul fraksi yang mutunya buruk menjadi molekul fraksi yan
C21 – C26 Oli / Pelumas
g mutunya lebih baik. Pada proses reforming ini dapat dila
kukan dengan menggunakan katalis atau proses pemanasan. Parafin, A spal,
C25 – Dst
Karena proses reforming ini bertujuan untuk merubah stru Batubara
ktur pada molekul fraksi maka proses reforming ini dapat d Bensin
isebut juga sebagai proses isomerasi. Merupakan salah satu bahan bakar hasil pengolahan minya
c. Proses Polimerasi dan Alkilasi k bumi yang penting. Dapat digunakan sebagai bahan baka
Proses alkilasi adalah proses penambahan jumlah atom pad r kendaraan bermotor, dan bahan baku industri petrokimia
a suatu fraksi sehingga molekul sebuah fraksi tersebut men seperti plastik dan serat. Beberapa jenis bensin yang perna
jadi lebih panjang dan bercabang. Pada proses alkilasi ini h beredar adalah Premium, Pertalite, Pertamax 92, dan Pert
menggunakan bahan tambahan katalis asam yang kuat sepe amax 98 / Pertamax Plus. Harganya pun cenderung berbed
rti H2SO4, HCl atau AlCl3 (asam Lewis). a karena perbedaan mutu bensin. Mutu Bensin ditentukan o
Sedangkan proses polimerasi adalah proses penggabungan leh efektifitas pembakarannya di dalam mesin. Bensin yan
antara molekul-molekul kecil menjadi molekul yang lebih g baik tidak menimbulkan ketukan (knocking) pada mesin.
besar dalam sebuah fraksi sehingga mutu dari produk akhir Ketukan pada mesin terjadi bila bensin terbakar tidak pada
menjadi meningkat. Jadi pada tahap ini molekul fraksi aka saat yang tepat shingga akan mengganggu gerakan piston p
n melalui tahap alkilasi terlebih dahulu lalu kemudian mela ada mesin.
lui tahap polimerasi sehingga membentuk sebuah molekul Bilangan oktan adalah angka yang digunakan untuk menu
fraksi yang panjang dimana molekul fraksi tersebut mutun njukkan mutu bensin tersebut. Semakin tinggi angka oktan
ya sudah meningkat. bensin, maka semakin baik mutu bensin tersebut. Angka o
d. Proses Treating : proses pemurnian fraksi minyak bumi ktan 98 artinya bensin mengandung 98% iso-oktana dan 2
melalui tahap eliminasi bahan-bahan pengotor yang terlibat % n-heptana. Namun, angka oktan untuk selain bensin, din
dalam proses pengolahan. Bahan-bahan yang dihilangkan d yatakan dalam perbandingan efisiensi pembakarannya den
alam proses treating ini antara lain bau tidak sedap yang di gan bensin standar. Sebagai contoh, alkohol mempunyai bi
hilangkan melalui proses copper sweetening and doctor tre langan oktan 112, artinya alkohol mempunyai efisiensi pe
ating, parafin yang dihilangkan melalui proses solvent dew mbakaran 12% di atas bensin standar yang mempunyai bila
axing, lumpur dan warna yang dihilangkan melalui proses ngan oktan 100. Sehingga jika suatu bahan bakar mempun
acid treatment, aspal yang dihilangkan melalui proses deas yai bilangan oktan 80, maka akan senilai dengan bensin ya
phalting dan terakhir belerang melalui proses desulfurizing. ng mengandung 80% i-oktana dan 20% n-heptana.
Inti dari proses ini adalah mengeliminasi bahan-bahan yan Research Octane Number (RON) ditentukan dengan men
g tidak memberikan mutu dalam proses pengolahan minya gisi bahan bakar ke dalam mesin uji dengan rasio kompresi
k mentah ini sehingga hasil akhirnya nanti mutunya akan b variabel dengan kondisi yang teratur. Nilai RON diambil d
ertambah. engan membandingkan campuran antara iso-oktana dan n-
e. Proses Blending : proses yang dilakukan untuk meningk heptana. Misalnya, sebuah bahan bakar dengan RON 88 be
atkan kualitas produk siap pakai dengan cara menambahka rarti 88% kandungan bahan bakar itu adalah iso-oktana dan
n bahan-bahan aditif ke dalam fraksi minyak bumi. Salah s 12%-nya n-heptana.
atu bahan aktif yang digunakan adalah TEL (tetra ethyl lea Cetane number (bilangan setana) adalah suatu indeks yan
d). TEL ini merupakan bahan aditif yang digunakan untuk g biasa digunakan bagi bahan bakan motor diesel, untuk m
menaikkan bilangan oktan bensin. Setelah melalui proses i enunjukkan tingkat kepekaannya terhadap detonasi (ledaka
ni maka hasil dari pengolahan minyak bumi mutunya menj n). Bahan bakar dengan bilangan setana yang tinggi akan
adi lebih baik dan menjadi bahan yang siap pakai. mudah berdetonasi pada motor diesel. Bilangan setana bah
f. Proses Ekstraksi : proses pemisahan produk mengguna an bakar ringan untuk motor diesel putaran tinggi berkisar
kan pelarut sehingga didapatkan hasil lebih banyak dengan diantara 40 sampai 60. Bilangan setana bukan untuk menya
mutu yang lebih baik. takan kualitas dari bahan bakar diesel, tetapi bilangan yang
g. Proses Kristalisasi : pemisahan produk melalui perbed dipakai untuk menyatakan kualitas dari penyalaan bahan b
aan titik cairnya, seperti pemisahan solar dan lilin dengan p akar diesel atau ukuran untuk menyatakan keterlambatan p
endingingan, penekanan, dan penyaringan. engapian dari bahan bakar itu sendiri. Ini adalah periode w
h. Treating (Kontaminasi) : pembersihan kotoran dengan aktu antara awal injeksi dan mulai pembakaran (ignition) d
kaustik soda (NaOH), tanah liat, atau proses hidrogenasi ari bahan bakar.Dalam mesin diesel tertentu, bahan bakar d
engan cetane yang lebih tinggi akan memiliki periode penu monoksida, karbon dioksida, dan uap air.
ndaan pengapian lebih pendek daripada bahan bakar denga 2C8H18 (l) + 21O2 (g)  8CO (g) + 8CO2 (g) + 18H2O (g)
n cetane yang lebih rendah. Atau
* Cetane number bukan satu-satunya yang dipertimbangka 2C8H18 (l) + 15O2 (g)  8C (s) + 4CO (g) + 4CO2 (g) + 18
n ketika mengevaluasi kualitas dari bahan bakar diesel. AP H2O (g)
I gravity, BTU konten, rentang destilasi, kandungan sulfur, Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembakaran s
stabilitas dan titik nyala juga sangat penting. Dalam cuaca empurna dan tidak sempurna dari hidrokarbon ditentukan o
dingin, lembab dan suhu lingkungan yang rendah cetane nu leh perbandingan volume bensin dan volume oksigen yang
mber mungkin dapat menjadi faktor kritis digunakan. Semakin terbatas jumlah oksigen, maka pemba
Penggunaan bilangan oktan yang rendah pada mesin akan karan akan menjadi lebih tidak sempurna, dan mengakibat
menyebabkan mesin mudah aus. Peningkatan bilangan okt kan banyak jelaga (C) yang dihasilkan. Pada dasarnya, pe
an itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mbakaran dalam mesin tidak ada yang seratus persen semp
menggunakan TEL (Tetra Ethyl Lead) dengan rumus kimia urna. Oleh karena itu, gas buang yang keluar dari knalpot k
Pb(C2H5)4. Cara ini dinilai efektif, tetapi sisa pembakarann endaraan sangat berbahaya bagi kesehatan karena menghas
ya dapat mengendap di mesin. Kemudian masalah ini terat ilkan gas CO2 dan gas CO. Gas CO2 merupakan gas rumah
asi dengan penambahan senyawa 1,2-dibromoetan kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global, dan
a (C2H4Br2), yang akan mengikat timbal menjadi PbBr2 yan gas CO merupakan gas beracun yang tidak berbau dan tida
g mudah menguap. Namun PbBr2 yang terlepas ke udara ju k berasa, karena hemoglobin dalam darah akan lebih cende
ga dapat menimbulkan pencemaran, dan sangat berbahaya rung mengikat CO daripada mengikat oksigen, sehingga pa
bagi kesehatan. Oleh karena itu, penggunaan timbal sekara da kadar tertentu dapat menyebabkan kematian. Jelaga juga
ng telah ditinggalkan dan beralih ke penambahan MTBE merupakan serbuk karbon yang jika terhirup akan dapat me
(Methyl Tertiary Butil Ether). MTBE murni memiliki bilan rusak alat pernapasan. Selain itu, pembakaran bahan bakar
gan oktan 118. MTBE juga dapat memberikan tambahan o juga dapat menghasilkan gas belerang dioksida (SO2) karen
ksigen terhadap pembakaran sehingga dapat mengurangi p a di dalam minyak bumi terdapat senyawa belerang, serta o
ersentase pembakaran tidak sempurna pada mesin. Namun, ksida nitrogen (NOx) karena untuk membakar bensin meng
belakangan ini juga ditemukan bahwa MTBE ini bersifat k gunakan udara terdapat kandungan gas nitrogen (N2) yang
arsinogenik (zat penyebab kanker) dan mudah bercampur d cukup tinggi dan dapat bereaksi dengan oksigen dalam tem
alam air. Sehingga jika terjadi kebocoran, MTBE akan dap peratur yang tinggi juga. Gas oksida nitrogen dalam kadar t
at mencemari air dalam tanah. inggi dapat menyebabkan iritasi pada mata sehingga meny
ebabkan mata perih dan merah, dan juga merupakan salah
Senyawa Bilangan Oktan satu gas penyebab terjadinya efek rumah kaca (greenhouse
n-heptana 0 effect) yang berdampak pada pemanasan global (peningkat
2-metil-heksana 41 an suhu bumi).
3-metil-heksana 56
2,2-dimetil-pentana 89
2,3-dimetil-pentana 87
2,4-dimetil-pentana 77
3,3-dimetil-pentana 95
3-etil-pentana 64
2,2,3-trimetil-butana 113
n-heksana 26
Sikloheksana 77
Metilsikloheksana 104
Benzena 108
Metil-benzena (Toluena) 124
1-heptena 68
5-metil-1-heksena 96
2-metil-2-heksena 129
2,4-dimetil-1-pentena 142
4,4-dimetil-1-pentena 144
2,3-dimetil-2-pentena 165
2,4-dimetil-2-pentenaa 135
2,2,3-trimetil-1-butena 145

Pembakaran sempurna hidrokarbon dalam minyak bumi ak


an menghasilkan karbon dioksida dan uap air.
2C8H18 (l) + 25O2 (g)  16CO2 (g) + 18H2O (g)
Sedangkan pembakaran tidak sempurna hidrokarbon dalam
minyak bumi akan menghasilkan partikel padat berupa asa
p yang mengandung butiran halus karbon (jelaga), karbon
Senyawa Karbon Keton (Alkanon / CnH2nO / R-CO-R’)
Senyawa yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen Tata nama senyawa alkanon
(H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), dan fosfor (P) a. Cara Penulisan Nama :
IUPAC : (semua nomor cabang)-(total rantai cabang)
Alkohol dan Eter (bergugus fungsi oksi –O–) (nama cabang/alkil)-(nomor fungsi)-(rantai utama/alkanon)
Alkohol (Alkanol / CnH2n+2O / R-OH) Trivial : (alkil)(alkil)(keton)
Alkohol Primer : alkohol yang menempel pada atom
karbon yang mengikat 1 atom karbon lain (-CH2-OH) Asam Karboksilat dan Ester (bergugus fungsi
Alkohol Sekunder : alkohol yang menempel pada atom karboksil –COO–)
karbon yang mengikat 2 atom karbon lain (-CH-OH) Asam Karboksilat (Asam Alkanoat/CnH2nO2 / RCOOH)
Alkohol Tersier : alkohol yang menempel pada atom Tata nama senyawa asam alkanoat
karbon yang mengikat 3 atom karbon lain (-C-OH) a. Cara Penulisan Nama :
Alkohol monovalen : alkohol yang hanya memiliki satu IUPAC : asam (semua nomor cabang)-(total rantai cabang)
gugus hidroksil (–OH) dalam senyawanya (nama cabang/alkil)-(rantai utama/alkanoat)
Alkohol divalen : alkohol yang hanya memiliki dua gugus Trivial : menggunakan tabel dibawah
hidroksil (–OH) dalam senyawanya No Struktur IUPAC Trivial Keterangan
Alkohol polivalen : alkohol yang hanya memiliki lebih dari Asam Asam Formica =
1 HCOOH
dua gugus hidroksil (–OH) dalam senyawanya metanoat formiat semut
Asam Asam Acetum =
2 CH3COOH
etanoat asetat cuka
Tata nama senyawa alkanol
CH3CH2CO Asam Asam Proto = pertama
a. Gugus fungsi harus mempunyai PENOMORAN paling 3
OH propanoat propionat Pion = lemak
kecil CH3(CH2)2 Asam Asam Butyrum =
b. Rantai Utama harus mempunyai jumlah karbon paling 4
COOH butanoat butirat mentega
banyak CH3(CH2)3 Asam Asam
c. Cara Penulisan Nama : 5 Valere = akar
COOH pentanoat valerat
IUPAC : (semua nomor cabang)-(total rantai cabang) CH3(CH2)4 Asam Asam Caper =
(nama cabang/alkil)-(nomor fungsi)-(rantai utama/alkanol) 6
COOH heksanoat kaproat domba
Trivial : (alkil)(alkohol) Asam
CH3(CH2)14 Asam Palma =
d. Urutan penulisan rantai cabang disesuaikan dengan 7 heksadeka
COOH palmitat palem
ABJAD untuk rantai cabang dasar noat
Senyawa iso-alkana : senyawa alkana yang mempunyai CH3(CH2)7 Asam 7-
Asam Asam tidak
rantai cabang 2-metil. Biasanya ditulis i-alkana 8 CH=CH(C oktadeken
oleat jenuh
Isobutana = 2-metil-propana; i-pentana = 2-metil-butana H2)7COOH oat
HOOC– Asam Asam Asam
9
Eter (Alkoksi Alkana / CnH2n+2O / R-O-R’) COOH etadinoat oksalat dikarboksilat
HOOC– Asam
Tata nama senyawa alkoksi alkana Asam Asam
10 (CH2)4– heksanadi
a. alkoksi akan selalu mendapatkan rantai cabang paling adipat dikarboksilat
COOH oat
pendek, dan alkana akan selalu mendapatkan rantai cabang
paling panjang terhitung dari atom O
Ester (Alkil Alkanoat / CnH2nO2 / R-COO-R’)
b. Cara Penulisan Nama : Alkoksi Alkana
Tata nama senyawa alkil alkanoat :
IUPAC : (semua nomor cabang)-(total rantai cabang)
a. Cara Penulisan Nama :
(nama cabang/alkil)-(nomor alkoksi)-(alkoksi)-(alkana)
IUPAC : (alkil)-(semua nomor cabang)-(total rantai
Trivial : (alkil)(alkil)(eter) / (dialkil)(eter)
cabang)(nama cabang/alkil)- (rantai utama/alkanoat)
Trivial : menggunakan sistem α untuk R’ dan β untuk
Aldehid dan Keton (bergugus fungsi karbonil –CO–)
cabang pada rantai utama sebagai penanda posisi rantai
Aldehid (Alkanal / CnH2nO / R-CHO)
cabangnya
Tata nama senyawa alkanal
a. Cara Penulisan Nama :
Haloalkana (CnH2n+1X) F, Cl, Br, I, At
IUPAC : (semua nomor cabang)-(total rantai cabang)
Tata nama senyawa haloalkana :
(nama cabang/alkil)-(rantai utama/alkanal)
a. Cara penulisan nama :
IUPAC : (semua nomor cabang)-(total rantai cabang)
b. Semua tipe alkanal selalu mempunyai nomor 1 pada
(nama cabang/alkil/halo)-(rantai utama/alkana)
gugus fungsinya sehingga tidak perlu disebut nomor
Trivial : alkil halida
fungsinya
b. Alkil harus mempunyai nomor terkecil, dan halo-
mengikuti
ALKANA  Sifat kimia alkena :
 Sifat fisik alkana : 1. lebih reaktif dari alkana, karena ada ikatan rangkap
1. titik didih dan titik lebur relatif rendah, yang ditentukan 2. ikatan rangkap lebih mudah diputus dengan zat lain
oleh banyak atom karbon dan struktur rantai atom 3. reaksi adisi / penjenuhan alkena akan menghasilkan
karbonnya, dengan pola sebagai berikut : alkana
a. semakin banyak atom karbon / semakin panjang rantai 4. reaksi adisi hidrogen : alkena + hidrogen  alkana
karbon, semakin tinggi titik didih dan titik leburnya 5. reaksi adisi asam halida : mengikuti aturan markovnikov
b. semakin banyak cabang pada rantai karbonnya, semakin alkena + asam halida  2-haloalkana
rendah titik didih dan titik leburnya  Kegunaan alkena :
c. berdasarkan isomer, rantai paling panjang mempunyai 1. Plastik yang terbuat dari polietena (PE)
titik didih yang lebih tinggi dibanding isomer lainnya 2. Isolator kalor dan serat sintetis yang terbuat dari
d. pada suhu kamar, C1-C4 berwujud gas, C5-C17 berwujud polipropena(PP)
cair, dan C>17 berwujud padat 3. Karet trans-2-metil-1,3-butadiena, dan getah perca cis-2-
e. alkana tidak larut dalam air karena merupakan senyawa metil-1,3-butadiena. Nama 2-metil-1,3-butadiena sendiri
non-polar sering disebut dengan isoprena
f. alkana bermassa jenis lebih rendah daripada air. Semakin
banyak atom karbon, semakin besar massa jenisnya ALKUNA
g. cairan alkana tidak menghantarkan arus listrik  Sifat fisis alkuna :
 Sifat kimia alkana : 1. untuk jumlah atom karbon yang sama, alkuna
1. senyawa hidrokarbon jenuh mempunyai titik didih dan titik lebur yang lebih tinggi dari
2. semua ikatan merupakan ikatan kovalen sempurna alkena
3. merupakan senyawa yang kurang reaktif sehingga 2. pada suhu kamar, etuna berwujud gas, sedangkan alkuna
disebut “parafin” dengan arti daya gabung dan daya reaksi yang lain berwujud cair
yang rendah 3. alkuna tidak larut dalam air
4. semakin panjang rantai karbon, maka semakin  Sifat kimia alkuna :
berkurang kereaktifannya 1. alkuna lebih reaktif dibanding alkena dan alkana
5. hanya dapat bereaksi substitusi, dengan contoh : CH4 + 2. dapat mengalami reaksi adisi dan substitusi
Cl2  CH3Cl + HCl Contoh : i. adisi hidrogen pada alkuna menghasilkan
6. jika dibakar akan menghasilkan karbon dioksida dan uap alkena / alkana; ii. Adisi gas asam halida menggunakan
air aturan markovnikov; iii. Adisi gas halogen pada alkuna; iv.
 Kegunaan alkana : (bahan bakar secara umum) Substitusi atom hidrogen dengan senyawa logam
1. bahan bakar  Kegunaan Alkuna :
a. metana merupakan senyawa yang terkandung dalam gas 1. Las karbit yang dapat dihasilkan dari proses pengelasan.
alam cair atau LNG (Liquefied Natural Gas) sebagai bahan Etuna / asetilena akan dihasilkan dari proses reaksi antara
bakar di industri dan rumah tangga karbit (CaC2) dengan air
b. alkana dengan jumlah atom karbon 2 sampai 5 2. Freon (Pendingin AC) yang dapat diperoleh dari adisi
terkandung dalam LPG (Liquefied Petroleum Gas) sebagai etuna dengan klorin dan fluorin dengan nama 1,1-dikloro-
bahan bakar rumah tangga 2,2-difluoro-etana
c. butana digunakan sebagai pengisi korek api
d. oktana merupakan senyawa utama dalam bensin yang ALKOHOL
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor
2. pelarut non-polar  Sifat fisis alkohol :
3. lilin dan aspal merupakan senyawa alkana suku tinggi. 1. Cairan jernih tidak berwarna
Lilin digunakan dalam industry tekstil (batik), dan aspal 2. Berbau khas
digunakan untuk pengerasan jalan 3. Alkohol suku tinggi dan polivalen merupakan cairan
kental dengan titik didih yang relatif tinggi
4. Alkohol rantai pendek mudah larut dalam air
ALKENA 5. Etanol yang larut dalam air akan mengalami penyusutan
 Sifat fisis alkena :  Sifat kimia alkohol :
1. untuk jumlah atom karbon yang sama, alkena 1. Lebih reaktif dari eter
mempunyai titik didih dan titik lebur lebih tinggi daripada 2. Berikatan hidrogen
alkana 3. Reaksi pada alkohol mempunyai 2 tipe utama, yaitu
2. pada suhu kamar, etena, propena, dan butena berwujud pemutusan gugus hidroksidanya (R-OH) dan pemutusan
gas, sedangkan alkena yang lain berwujud cair ikatan hidrogennya (RO-H). Contohnya :
3. alkena tidak larut dalam air. Oleh karena kepekatan a. reaksi alkohol dengan logam reaktif
cairan alkena lebih kecil dari 1, maka ketika bercampur, 2ROH + 2Na  2RONa + H2
cairan alkena akan berada di atas air
b. reaksi alkohol dengan HCl menggunakan katalis ZnCl2  Sifat kimia eter :
menghasilkan alkil klorida. 1. Kurang reaktif dibandingkan dengan alkohol
ROH + HCl ZnCl2 RCl + H2O 2. Reaksi dengan PCl5 : R-O-R’ + PCl5  RCl + R’Cl +
→ POCl3
c. reaksi alkohol dengan PCl5 menghasilkan alkil klorida 3. reaksi dengan asam halida : R-O-R’ + HX  ROH +
ROH + PCl5  RCl + POCl3 + HCl R’X
d. Oksidasi alkohol primer menghasilkan aldehid, yang  Pembuatan eter :
kemudian dapat menghasilkan asam karboksilat 1. Eter simetris dibuat dari dehidrasi alkohol menggunakan
e. Oksidasi alkohol sekunder menghasilkan keton asam sulfat pekat pada suhu 140 OC
f. Alkohol tersier tidak dapat teroksidasi 2ROH  R-O-R + H2O
 Pembuatan alkohol : 2. Reaksi antara Na-alkoksida dengan alkil halida (sintesis
1. Secara industri / massal Williamson)
a. metanol dapat dibuat dengan cara mereduksi gas CO R-ONa + R’Cl  R-O-R’ + NaCl
menggunakan gas hidrogen dengan katalis kromium(III)  Kegunaan eter :
oksida dalam tekanan 200 atm dan 400 OC. 1. Pelarut non polar seperti lemak / minyak
CO (g) + 2H2 (g)  CH3OH (l) 2. Dietil eter merupakan pelarut non-polar yang banyak
b. Etanol dapat dibuat dengan cara hidrasi gas etilena digunakan untuk obat bius tetapi sudah ditinggalkan karena
dengan katalis asam sulfat atau asam fosfat pada memberikan efek samping mual dan pusing. Selain itu juga
temperatur 300 OC dapat digunakan sebagai cairan starter mesin diesel
CH2=CH2 (g) + H2O (l)  CH3–CH2–OH 3. Dimetil eter merupakan propelan (bahan pendorong)
c. Etanol juga dapat dibuat dengan cara fermentasi pada aerosol. Zat ini juga digunakan sebagai bahan bakar
(peragian) glukosa / gula dengan menggunakan enzim alternatif yang potensial untuk mesin diesel karena
yang dihasilkan oleh ragi (yeast) mempunyai angka oktan sebesar 56-57
C6H12O6 (s)  2C2H5OH (l) + 2CO2 (g)
2. Secara laboratorium / skala kecil
ALDEHID
a. reduksi aldehid menggunakan LiAlH4 menghasilkan
alkohol primer  Sifat fisis aldehid :
R-CHO  RCH2-OH 1. Aldehida suku tinggi merupakan zat cair kental dan
b. Reduksi keton menggunakan LiAlH4 menghasilkan berbau enak
alkohol sekunder 2. untuk jumlah atom karbon yang sama, aldehid
R-CO-R’  R-CH(OH)-R’ mempunyai titik didih dan titik leleh yang relatif rendah
c. Substitusi alkil halida dengan menggunakan basa daripada keton
RCl + NaOH  R-OH + NaCl 3. berbau menyengat dan mudah menguap (volatil)
4. mudah melarutkan senyawa non-polar sehingga tidak
 Kegunaan alkohol :
larut dalam air
1. Sebagai pelarut kosmetik (astringent) dan bedak cair
2. Bahan antiseptik untuk sterilisasi alat kedokteran  Sifat kimia aldehid :
3. Bahan bakar, misalnya spiritus yang merupakan 1. Reaksi oksidasi : aldehid  asam karboksilat
campuran antara metanol dan etanol. Spiritus diberi zat Dapat menggunakan pereaksi Fehling (terdiri dari Fehling
warna untuk menandai bahwa spiritus bersifat racun agar A (CuSO4) dan Fehling B (K-Na-tartrat) dan Tollens
tidak diminum, sebab metanol merupakan alkohol yang (disebut perak amoniakal, yang merupakan campuran
beracun dan dapat menyebabkan kebutaan jika terkena AgNO3 dan amonia berlebih)
amta Fehling : R-CHO + 2CuO  RCOOH + Cu2O / merah bata
4. Bahan baku pembuatan senyawa kimia lain, seperti Tollens : R-CHO + Ag2O  RCOOH + 2 Ag / cermin perak
asam cuka 2. Pereaksi Nesler (KALIUM tetraiodomerkurat(II))
5. Etilena glikol (etanadiol) digunakan sebagai zat antibeku R-CHO + 2HgO  RCOOH + Hg2O (endapan hitam)
yang ditambahkan pada air radiator mobil di negara 2. Reduksi : menggunakan gas H2 atai LiAlH4
dengan empat musim R-CHO + H2  R-CH2-OH
3. Reaksi aldehid dengan pereaksi Grignard (R’-Mg-X)
membentuk garam magnesium, dan bila dihidrolisis
ETER
menghasilkan alkohol sekunder
 Sifat fisis eter :
R-CHO + R’MgX  R-CH(OMgX)(R’) 
1. Cairan tidak berwarna
R-CH(OH)(R’) + Mg2+ + X–
2. Mudah menguap (volatile)
4. Aldehid + asam sianida menghasilkan sianohidrin
3. Mudah terbakar (flammable)
R-CHO + HCN  RCH(OH)(CN)
4. Berbau enak
 Pembuatan aldehid :
5. Bersifat membius
1. Oksidasi alkohol primer
6. Titik didih cenderung rendah dibanding alkohol, karena
2R-CH2-OH  2R-CHO + 2H2O
alkohol berikatan hidrogen
2. Reaksi ester dengan pereaksi Grignard rendah) merupakan senyawa yang mudah menguap
H-COO-R + R’MgX  CHO-R’ + RO-MgX (volatil) dengan bau tajam
 Kegunaan aldehid : 3. Asam karboksilat bersifat polar sehingga mudah larut
1. Larutan formaldehid atau metanal 40% (formalin) dalam air
digunakan untuk antiseptik, pengawet mayat, bahan baku 4. Semakin banyak jumlah atom karbonnya, maka akan
industri plastik melamin dan bakelit semakin sukar menguap dan sukar larut dalam air
2. Asetaldehid / etanal digunakan untuk bahan baku 5. Di dalam air, 2 molekl asam karboksilat dapat
industri polivinilasetat (PVA) yang diugnakan sebagai membentuk satu molekul dimer (2 gugus karboksil)
bahan lem dan paraldehid (obat penenang) 6. Asam karboksilat mempunyai bau yang menyengat
3. Sinamaldehida adalah zat yang memberikan aroma (asam asetat pada cuka dan asam butanoat pada mentega
khhas pada kayu manis tengik)
4. Vanilin adalah zat yang memberikan aroma khas vanili  Sifat kimia asam karboksilat :
1. Reaksi ionisasi asam karboksilat membentuk
KETON kesetimbangan asam (Ka) dengan nilai 10-5
 Sifat fisis keton : RCOOH  RCOO- + H+
1. Keton suku rendah berupa zat cair yang mudah larut 2. Reaksi asam karboksilat dengan basa atau logam reaktif
dalam air dan berbau menyengat akan membentuk garam yang mudah larut
2. Keton suku sedang merupakan zat cair yang sukar larut RCOOH + L  RCOOL + H2
dalam air 3. Reaksi pergantian gugus –OH
3. Keton suku tinggi merupakan zat padat a. reaksi asam karboksilat dengan PCl5, PCl3, atau SOCl2
4. Cairan aseton mudah menguap, dan beracun serta dapat RCOOH + PCl5  R-CO-Cl + HCl + POCl3
menyebabkan matinya saraf b. reaksi asam karboksilat + amonia membentuk amida
 Sifat kimia keton : RCOOH + NH3  R-CO-NH2 + H2O
1. Reduksi keton menggunakan LiAlH4 menghasilkan c. reaksi esterifikasi
alkohol sekunder RCO-OH + R’O-H  RCOOR’ + H2O
R-CO-R’  R-CH(OH)-R’ d. atom hidrogen pada atom karbon alfa (atom C pertama
2. Keton tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi Fehling dan setelah atom C pada gugus karbonil) dapat diganti
pereaksi Tollens. Sifat ini biasanya digunakan untuk (disubstitusi) dengan atom halogen dengan suhu tinggi dan
membedakan keton dari aldehid katalis.
3. Reaksi keton dan pereaksi Grignard membentuk garam R-CH2-COOH + X2  R-CHX-COOH + HX
magnesium, dan bila dihidrolisis lebih lanjut akan  Pembuatan asam karboksilat :
menghasilkan alkohol tersier 1. Pembuatan di laboratorium
R-CO-R’ + R”MgX  R-C(OMgX)(R”)-R’  R-C(R”) a. oksidasi alkohol primer dengan oksidator kuat (KMnO4)
(OH)-R’ + Mg2+ + X– R-CH2-OH  RCOOH + H2O
4. Keton + asam sianida menghasilkan sianohidrin b. Hidrolisis alkana karbonitril (RCN) pada suhu tinggi
R-CO-R’ + HCN  R-C(OH)(CN)-R’ dalam kondisi asam kuat
 Pembuatan keton : R-CN + 2H2O  RCOOH + NH4+
1. Oksidasi alkohol sekunder 2. Pembuatan di industri
2R-CH(OH)-R’  2R-CO-R’ + 2H2O a. Asam asetat dibuat dari hidrasi asetilena yang dioksidasi
2. Distilasi kering garam alkanoat dengan katalis raksa(II)
R-COO-Na + R’-COO-Na  R-CO-R’ + Na2CO3 CH≡CH + H2O  CH3CHO  CH3COOH
 Kegunaan keton : b. Asam formiat dibuat dari reaksi antara gas karbon
1. Aseton / propanon banyak digunakan sebagai pelarut monoksida dengan air pada suhu dan tekanan tinggi
(cat kuku) dan pembersih kaca, bahan baku pembuatan menggunakan katalis oksida logam (Fe2O3)
senyawa bahan industri, seperti perspex (sejenis plastik, CO + H2O  HCOOH
akrilik) dan bispenol (plastik polikarbonat dan epoxy)  Kegunaan asam karboksilat :
2. Hormon dalam tubuh manusia, seperti testosteron, 1. Asam formiat (asam metanoat)
progesteron, kortikosteron dan sejenisnya merupakan a. cairan tidak berwarna yang berbau tajam
senyawa keton b. mudah larut dalam air
c. disintesis oleh serangga (semut / ulat) sebagai senjata
ASAM KARBOKSILAT perlindungan diri
 Sifat fisis asam karboksilat : d. dapat menyebabkan iritasi kulit
1. Berikatan hidrogen yang cukup kuat sehingga e. digunakan sebagai zat penggumpal lateks (getah karet)
mempunyai titik didih dan titik leleh yang relatif tinggi dan zat disinfektan
dibandingkan alkana dengan jumlah atom karbon yang
sama
2. Asam karboksilat dengan jumlah atom sedikit (suku 2. Asam asetat (asam etanoat)
a. asam asetat murni sering disebut asam asetat glasial 1. Reaksi substitusi
b. cairan tidak berwarna dan berbau tajam a. substitusi halo alkana dengan basa akan menghasilkan
c. asam asetat anhidrat adalah bahan baku industri serat alkohol dan garam
rayon / selulosa asetat (sutra tiruan) RX + MOH  ROH + MX
d. asam asetat digunakan sebagai bahan utama pembuatan b. substitusi haloalkana dengan Na-etoksida(alkanolat)
polivinilasetat (PVA) (bahan plastik dan lem) akan menghasilkan eter
3. Asam propionat dan asam benzoat biasanya digunakan RX + R’ONa  ROR’ + NaX
sebagai pengawet makanan 2. Reaksi eliminasi
Eliminasi terhadap haloalkana dilakukan dengan pereaksi
ESTER basa kuat dalam alkohol pada suhu tinggi
 Sifat fisis ester : -CH2-CHX- + KOH  -C=C- + KX + H2O
1, Ester suku rendah merupakan senyawa yang mudah Pada eliminasi gugus halogen ini, berlaku aturan Saytseff,
menguap dan memberikan bau yang sedap (harum) yaitu atom hidrogen yang tereliminasi adalah atom
2. Semakin banyak atom karbonnya, semakin tinggi titik hidrogen yang terdapat pada atom karbon yang paling
didihnya sedikit mengikat hidrogen
3. Ester suku tinggi sukar larut dalam air, tetapi mudah 3. Reaksi haloalkana dengan KOH pada suhu kamar akan
larut dalam eter menghasilkan alkohol
 Sifat kimia ester : RCl + KOH  ROH + KCl
1. Hidrolisis ester dengan senyawa asam menghasilkan 4. Reaksi reduksi dengan hidrogen atau hidrida akan
asam karboksilat dan alkohol menghasilkan alkana
R-COO-R’ + H2O  RCOOH + R’-OH 4RX  4R-H + LiX + AlX3
2. Hidrolisis ester dengan basa akan menghasilkan garam 5. Sintesis Wurtz : reaksi pembentukan alkana dari suatu
dan alkohol alkil halida dengan logam natrium
R-COO-R’ + NaOH  RCOONa + R’-OH 2RX + 2Na  R-R + 2NaX
3. Reaksi saponifikasi (penyabunan) 6. Pereaksi Grignard : RX + Mg  RMgX
RCOOR’ + NaOH  RCOONa + R’OH Pereaksi khas yang digunakan dalam sintesis senyawa
 Pembuatan ester : karbon. Reaksi pembuatan pereaksi Grignard ini dilakukan
1. Esterifikasi : asam karboksilat + alkohol  ester + air, dalam pelarut eter yang kering.
dengan bantuan sedikit asam sulfat pekat sebagai zat
higroskopis (penarik molekul air)
RCOOH + R’OH  RCOOR’ + H2O
 Kegunaan ester :
1. Zat pemberi citarasa / pemberi aroma
Ester dari alkanoat suku rendah umumnya memberikan
aroma sedap (harum). Sehingga ester digunakan sebagai
zat tambahan pada makanan atau minuman yang akan
memberikan aroma tertentu (essen). Contoh :
amil asetat (CH3COOC5H11) – aroma pisang;
oktil asetat (CH3COOC8H17) – aroma jeruk;
etil butirat (C3H7COOC2H5) – aroma nanas;  Pembuatan haloalkana :
amil valerat (C4H9COOC5H11) – aroma apel; 1. Substitusi halogen terhadap alkana dengan bantuan sinar
propil asetat (CH3COOC3H7) – aroma pir; ultraviolet (UV)
etil formiat (HCOOC2H5) – aroma rum; RH = X2  RX + HX
propil propanoat (C3H7COOC3H7) – aroma manga; 2. Adisi asam halida terhadap alkena atau alkuna (adisi
2. Lemak dan minyak merupakan ester dari gliserol dan markovnikov)
asam karboksilat tertentu yang disebut asam lemak R-CH=CH-R’ + HX  R-CH2-CHX-R’
3. Substitusi gugus OH pada alkohol dengan fosforus
HALOALKANA pentahalida (PX5)
 Sifat fisis haloalkana : ROH + PX5  RX + POX3 + HX
1. Haloalkana merupakan senyawa tidak berwarna, tidak  Kegunaan haloalkana :
berbau, dan sukar larut dalam air 1. Plastik
2. Adanya halogen yang terikat pada alkana menyebabkan a. PVC (polivinilklorida) merupakan polimer yang digunak
terjadinya kepolaran ikatan sehingga beberapa senyawa an sebagai pipa plastik (pipa air) plastik CD, dll
haloalkana bersifat polar b. Teflon (politetrafluoroetana) banyak digunakan sebagai
3. Untuk jumlah atom karbon yang sama, haloalkana bahan pembuatan peralatan rumah tangga
mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada alkana. 2. Pelarut
 Sifat kimia haloalkana :
a. Karbon tetraklorida digunakan sebagai pelarut nonpolar
b. Kloroform sebagai pelarut organic
c. 1,1,1-trikloroetana digunakan untuk pelarut cat dan pem
bersih
3. Obat anestesi (pembius) : senyawa 2-bromo-2-kloro-1,1, Pentasena – Pentacene Benzo[a]pyrene
1-trifluoro-etana merupakan pengganti eter dan kloroform
yang digunakan sebagai obat anestesi (bius) untuk operasi,
kloroetana (anestesi lokal / pemain sepak bola), trikloromet
ana (anestesi yang merusak hati)
4. Pengikat debu timbel pada bensin menggunakan senyaw
a dibromoetana (C2H4Br2)
5. Pestisida : DDT (diklorodifeniltrikloroetana) dan gamex Corannulene Benzo[ghi]perylene Coronene
en (heksaklorosikloheksana) banyak digunakan sebagai pes
tisida, tetapi DDT sudah tidak lagi digunakan karena menc
emari lingkungan karena residunya dapat bertahan
6. Zat pendorong dan pembusa : freon digunakan sebagai z
at pendorong dan pembusa pada proses pembuatan karet b
usa. Penggunaan freon yang menganadung klorin (CFC) su
dah ditinggalkan dan diganti jenis freon yang tidak mengan
dung klorin (non-CFC) Ovalene Benzo[c]fluorine
Senyawa turunan benzena : senyawa yang mempunyai gug
BENZENA us benzena dan tambahan gugus lain.
Senyawa aromatik yang mempunyai 6 atom karbon yang
melingkar dengan satu hidrogen yang menempel pada masi
ng-masing karbon.

Toluena Xilena Fenol

Anilina Anisol Kresol

Umumnya benzena terbagi menjadi 2 kategori utama, yaitu


polibenzena dan senyawa turunan benzena.
Polibenzena : senyawa yang terdiri dari gabungan cincin b
enzena dalam jumlah lebih dari 1

Etilbenzena Stirena Nitrobenzena

Antrasena-Anthracene Fenantrena-Phenanthrene

Tetrasena-Tetracene Krisena-Chrysene Benzaldehida Asetofenon Klorobenzana

Trifenilena-Triphenylene Pirena-Pyrene Naftalena


Naphthalene
Asam Benzoat Asam Benzena Ion Diazonium
Sulfonat
Istilah yang sering digunakan
Aril : senyawa turunan benzena yang berasal dari cincin Sifat kimia benzena
aromatik (C6H5-R)
Fenil : benzena yang kehilangan 1 atom hidrogen (C6H5-)
Benzil : toluena yang kehilangan 1 atom hidrogen pada
metil (C6H5-CH2-)
Tolil : toluena yang kehilangan 1 atom hidrogen pada
aromatik (-C6H4-CH3)
Xilil : xilena yang kehilangan 1 atom hidrogen pada
aromatik (-C6H3-(CH3)2)
Naftil : naftalena yang kehilangan 1 atom hidrogen (C10H7)
Tritil (trifenil metil) : metana yang mengikat 3 atom fenil
dan kehilangan 1 atom hidrogen (-C(C6H5)3)
Vinil : etena yang kehilangan 1 atom hidrogen (CH2=CH-)
Amil : pentana yang kehilangan 1 atom hidrogen (C5H11-)
Asil : alkanal yang kehilangan 1 atom hidrogen (R-CO-)
Fenol : benzena yang mengikat 1 gugus alkohol (C6H5-OH)
Tata nama senyawa benzena :
1. Molekul benzena yang kehilangan sebuah atom
hidrogen (Fenil) sehingga penamaannya dimulai
dengan nama fenil dan diikuti oleh gugus yang diikat
Contoh : fenil klorida dan fenil amida
2. Penamaan juga dapat menggunakan nama gugus,
diikuti dengan benzena
Contoh : klorobenzena, aminobenzena
3. Jika gugus yang terikat lebih dari satu, berikan
penomoran sesuai dengan urutan kereaktifan
Urutan kereaktifan : Asam benzoat (-COOH),
asam benzena sulfonat -SO3H, benzaldehida –CHO,
sianida –CN, fenol –OH, anilina –NH2, anisol –OCH3, Bidang farmasi :
toluena –CH3, nitro –NO2, halogen –X 1. Aspirin : obat pereda rasa sakit (anelgesik)
4. Posisi nomor atom pada benzena mempunyai nama 2. Parasetamol : obat pereda nyeri dan penurun panas
khusus : 3. Asam mefenamat : obat antiradang dan pereda rasa sakit
posisi orto (o) untuk gugus yang terletak pada posisi 1
dan 2
posisi meta (m) untuk gugus yang terletak pada posisi
1 dan 3
posisi para (p) untuk gugus yang terletak pada posisi 1
dan 4 1. 2.
5. Jika terdapat 2 gugus fungsi, maka salah satu gugus
fungsi akan dianggap sebagai gugus fungsi utama dan
yang lainnya dianggap sebagai gugus fungsi cabang,
sesuai dengan urutan prioritas di nomor 3
6. Untuk beberapa senyawa turunan benzena, biasanya
mempunyai nama trivial yang jauh lebih sering 3.
digunakan. Misalnya senyawa benzena yang mengikat Bahan tambahan (zat aditif) :
gugus hidroksil dan metil disebut dengan kresol, dan 1. Butil Hidroksi Anisol (BHA) : pengawet minyak atau le
benzena yang mengikat dua gugus metil disebut xilena mak (sebagai antioksidan)
Sifat fisis benzena 2. Butil Hidroksi Toluena (BHT) : pengawet minyak atau l
1. Mudah menguap (sangat volatil) emak (sebagai antioksidan)
2. Tidak berwarna / bening
3. Berbau khas (seperti minyak tanah)
4. Titik leleh 5,53 OC
5. Titik didih 80,1 OC
6. Larut dalam pelarut nonpolar (CCl4, eter, dan aseton)
7. Tidak larut dalam air 1. 2.
No Senyawa Turunan Rumus Kimia Kegunaan
Benzena
1. Benzena C6H6  Pelarut berbagai jenis zat
 Bahan pembuatan polimer (nilon 6,6)
2. Fenol C6H5OH  Disinfektan (pembasmi kuman) dan antiseptik
 Pengawet kayu
 Pewarna
 Pembuatan resin
 Bahan dasar plastik bakelit
3. Anilina C6H5NH2  Pembuatan zat warna diazo
 Bahan bakar roket
 Resin
 Bahan obat-obatan
4. Toluena C6H5CH3  Bahan peledak TNT (trinitrotoluena)
 Pelarut senyawa karbon
 Antioksidan (butilhidroksitoluena/BHT)
 Bahan baku pembuatan asam benzoat
5. Nitrobenzena C6H5NO2  Bahan pembuatan semir
 Bahan parfum pada sabun
 Senyawa-senyawa isolator
 Bahan pembuatan anilina
6. Benzaldehida C6H5CHO Pembuatan pewarna, penyedap, dan pewangi
7. Asam benzoat C6H5COOH  Pengawet makanan
 Pembuatan obat-obatan kosmetika
 Bahan baku pembuatan asam salisilat,
benzaldehid, dan fenol
8. Asam salisilat C6H4(COOH)(OH)  Bahan baku aspirin (obat sakit kepala)
 Obat antijamur untuk perawatan kulit
9. Klorobenzena C6H5Cl  Pestisida
 Pelarut cat
10. Benzena sulfonat C6H5SO3H Bahan aktif detergen
11. Stirena C6H5CH=CH2 Bahan dasar pembuatan plastik
12. Naftalena C10H8  Racun serangga
 Bahan dasar pembuatan zat warna, obat-obatan,
dan bahan peledak
13. Antrasena C14H10 Bahan dasar pembuatan zat warna, obat-obatan, dan
bahan peledak
14. Fenantrena C14H10 Bahan dasar pembuatan zat warna, obat-obatan, dan
bahan peledak
Isomer Senyawa Alkohol & Eter 23. propoksi propana 3. asam 3-metil-butanoat
C3H8O 24. 2-propoksi propana 4. asam 2,2-dimetil-propanoat
Alkohol Isomer Senyawa Aldehid & Keton Ester
1. 1-propanol C 3H 6O 5. metil-butanoat
2. 2-propanol Aldehid 6. metil-2-metil-propanoat
Eter 1. propanal 7. etil-propanoat
8. propil-etanoat
3. metoksi etana Keton
9. i-propil-etanoat
C4H10O 2. 2-propanon
10. butil-metanoat
Alkohol C 4H 8O 11. i-butil-metanoat
1. 1-butanol Aldehid 12. t-butil-metanoat
2. 2-butanol 1. butanal C6H12O2
3. 2-metil-1-propanol 2. 2-metil-propanal Asam Karboksilat
4. 2-metil-2-propanol Keton 1. asam heksanoat
Eter 3. 2-butanon 2. asam 2-metil-pentanoat
5. metoksi propana C5H10O 3. asam 3-metil-pentanoat
6. 2-metoksi propana Aldehid 4. asam 4-metil-pentanoat
7. etoksi etana 1. pentanal 5. asam 2,2-dimetil-butanoat
C5H12O 2. 2-metil-butanal 6. asam 2,3-dimetil-butanoat
Alkohol 3. 3-metil-butanal 7. asam 3,3-dimetil-butanoat
Keton Ester
1. 1-pentanol
4. 2-pentanon 8. metil-pentanoat
2. 2-pentanol 9. metil-2-metil-butanoat
3. 3-pentanol 5. 3-pentanon
6. 3-metil-2-butanon 10. metil-3-metil-butanoat
4. 2-metil-1-butanol 11. metil-2,2-dimetil-propanoat
5. 3-metil-1-butanol C6H12O
Aldehid 12. etil-butanoat
6. 2-metil-2-butanol 13. etil-2-metil-propanoat
1. heksanal
7. 3-metil-2-butanol 14. propil-propanoat
2. 2-metil-pentanal
8. 2,2-dimetil-1-propanol 3. 3-metil-pentanal 15. i-propil-propanoat
Eter 4. 4-metil-pentanal 16. butil-etanoat
9. metoksi butana 5. 2,2-dimetil-butanal 17. i-butil-etanoat
10. 2-metoksi-butana 6. 2,3-dimetil-butanal 18. t-butil-etanoat
11. etoksi propana 7. 3,3-dimetil-butanal 19. pentil-metanoat
Keton 20. i-pentil-metanoat
12. 2-etoksi propana
8. 2-heksanon 21. t-butil-metanoat
C6H14O
Alkohol 9. 3-heksanon
1. 1-heksanol 10. 3-metil-2-pentanon
2. 2-heksanol 11. 4-metil-2-pentanon
3. 3-heksanol 12. 2-metil-3-pentanon
13. 2,2-dimetil-2-butanon
4. 2-metil-1-pentanol
Isomer Senyawa Asam Karboksilat da
5. 3-metil-1-pentanol n Ester
6. 4-metil-1-pentanol C 3H 6O 2
7. 2-metil-2-pentanol Asam Karboksilat
8. 3-metil-2-pentanol 1. asam propanoat
9. 4-metil-2-pentanol Ester
10. 2-metil-3-pentanol 2. metil etanoat
11. 3-metil-3-pentanol 3. etil metanoat
12. 4-metil-3-pentanol C 4H 8O 2
13. 2,2-dimetil-1-butanol Asam Karboksilat
14. 2,3-dimetil-1-butanol 1. asam butanoat
15. 3,3-dimetil-1-butanol 2. asam 2-metil-propanoat
Ester
16. 2,3-dimetil-2-butanol
3. metil propanoat
17. 3,3-dimetil-2-butanol
4. etil etanoat
Eter 5. propil metanoat
18. metoksi pentana 6. i-propil metanoat
19. 2-metoksi pentana C5H10O2
20. 3-metoksi pentana Asam Karboksilat
21. etoksi butana 1. asam pentanoat
22. 2-etoksi-butana 2. asam 2-metil-butanoat

Anda mungkin juga menyukai