Disusun Oleh:
TESSALONIKA AUDRE AMALYA ARITONANG (2C)
P07525022126
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Adapun tema makalah ini “Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut”
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Tessalonika Aritonang
BAB I
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan dalam rangkaian
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan diri, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang tidak hanya difokuskan pada pelayanan
kesehatan individu tetapi juga pada pelayanan kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi medik, standar pelayanan
dan sesuai dengan kewenangannya, apa bila tenaga kesehatan melaksanakan pekerjaan tidak
sesuai dengan kewenangannya maka tenaga kesehatan tersebut melanggar salah satu standar
profesi tenaga kesehatan, sesuai kewenangan masing-masing tenaga kesehatan (Soewono,
2005).
Kewenangan klinis tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
merupakan kewenangan hukum. Berdasarkan ilmu hukum administrasi negara, kewenangan
yang bersumber dari peraturan perundangundangan di peroleh melalui tiga cara yaitu
atribusi, delegasi dan mandat. Mengenai atribusi, delegasi dan mandat, H.D.Van Wijk
mendefinisikan atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat
UndangUndang kepada organ pemerintah, delegasi adalah pelimpahan wewenang
pemerintah dari satu organ pemerintah kepada organ pemerintah lainnya, mandat adalah
terjadi ketika organ pemerintah mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas
namanya. Wewenang (authority) merupakan sejumlah kekuasaan (power) dan hak (rights)
yang didelegasikan pada suatu jabatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1035/MenKes/SK/IX/1998 Tentang Perawat Gigi
menyatakan bahwa Perawat Gigi merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan dalam
kelompok keperawatan yang dalam menjalankan tugas profesinya harus berdasarkan Standar
Profesi. Pada prosesnya, pendidikan perawat gigi tersebut menggunakan kurikulum yang
hampir seluruhnya bermuatan ilmu dan praktek kedokteran gigi, mengingat kebutuhan
pelayanan kesehatan pada waktu itu yang masih berorientasi kepada pelayanan kuratif.
Terapis gigi dan mulut merupakan salah satu tenaga kesehatan di bidang kesehatan gigi
yang memiliki kompetensi dan orientasi kerja dalam bidang pelayanan Promotif, Preventif
dan Kuratif sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok dan masyarakat. Agar
dapat menjaga keselamatan pasien dari tindakan pelayanan asuhan kesehatan gigi yang
dilakukan oleh Terapis Gigi dan Mulut yang kurang kompeten, maka dari itu perlu di ambil
4
langkah atau upaya pengamanan dengan cara pemberian wewenang klinis melalui
mekanisme kredensial yang dilakukan komite terkait.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut
“Apakah ada hubungan pengetahuan tentang kewenangan klinis Terapis gigi dan mulut
dengan kepatuhan dalam menjalankan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di klinik
gigi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan pengetahuan tentang kewenangan klinis terapis gigi dan mulut dengan
kepatuhan dalam menjalankan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di klinik gigi.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui tingkat pengetahuan terapis gigi dan mulut tentang kewenangan klinis
b. Diketahui tingkat kepatuhan terapis gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan asuhan
kesehatan gigi.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan asuhan kesehatan gigi yaitu kewenangan klinis pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :
1. Manfaat teoritis
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya tentang hubungan pengetahuan terapis gigi dan mulut tentang kewenangan klinis
dengan kepatuhan dalam menjalankan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, dan dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan terapis gigi dan mulut untuk meningkatkan pengetahuan tentang
kewenangannya dengan kepatuhan dalam menjalankan pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut.
b. Sebagai acuan dalam pemberian kewenangan klinis terapis gigi dan mulut pada setiap
level Terapis gigi dan mulut klinik
c. Sebagai rekomendasi kepada Direktur Utama/Pejabat tertinggi di Fasilitas pelayanan
kesehatan untuk menetapkan kewenangan klinis tenaga terapis gigi dan mulut sebagai
dasar melakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut di lingkungan Fasilitas kesehatan gigi
dan mulut selama periode tertentu.
6
BAB II
37
TINJAUAN TEORI
A. Falsafah Perawat Gigi
Falsafah adalah dasar pemikiran, keyakinan perawat terhadap nilai – nilai keperawatan
yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan. Dari pengertian diatas
Falsafah keperawatan gigi adalah dasar pemikiran yang harus Anda miliki sebagai perawat
gigi. Falsafah ini merupakan kerangka dasar bagi Anda sebagai perawat gigi dalam berpikir,
mengambil keputusan, dan bertindak yang diberikan pada klien dalam rentang sehat-sakit.
Keyakinan yang menjadi pedoman perawat gigi dalam memberikan pelayanan asuhan
adalalah, bahwa :
1. Manusia adalah individu yang unik holistik
2. Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga
4. Proses keperawatan
5. Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus
Tindakan yang Anda berikan hendaknya juga dilakukan melalui upaya asuhan
keperawatan yang komprehensif, sistematis, logis dan tidak bisa dilakukan secara sepihak
dengan menghargai bahwa setiap klien berhak mendapatkan perawatan tanpa membedakan
suku, agama, status sosial, dan ekonomi dengan memberikan layanan kesehatan,
memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien, membantu klien (dari level
individu hingga masyarakat), serta 3 melaksanakan intervensi keperawatan dalam hal ini
terutama promotif dan preventif. Dalam melaksanakan tugas, Anda sebagai seorang perawat
gigi juga dituntut menerapkan tatanan dalam tugas yaitu menerapkan Etika Keperawatan.
Sebagai perawat gigi harus memiliki dasar, sifat, dan pribadi yang baik, karena tugas yang
Anda emban mengharuskan Anda setiap saat berhadapan dengan manusia. Lalu, apa saja
dasar, sifat dan pribadi seorang perawat gigi. Perhatikan uraian berikut.
1. Mempunyai rasa kasih sayang terhadap semua manusia tanpa pandang bulu
2. Mempunyai rasa pengorbanan atau rasa sosial yang tinggi.
3. Mempunyai keinginan dan minat dalam perawatan.
4. Disiplin, jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakannya.
5. Mempunyai pemikiran yang sehat dan bijaksana sebagai dasar bertindak yang cepat ,
tepat.
6. Sabar, ramah- tamah dan periang
7. Halus, tenang, tetapi tegas
38
B. Sejarah Perawat Gigi di Indonesia
Di masa perang kemerdekaan dan setelahnya, jasa perawat selalu menjadi pendukung
untuk menangani para korban perang, baik masyarakat umum maupun para pejuang.
Demikian pula halnya dengan perawat gigi. Sejarah perawat gigi sendiri, di Indonesia
dimulai dari terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui Surat
Keputusan Menteri tertanggal 30 Desember 1950 Nomor 27998/Kab. yang memutuskan
mendirikan Pendidikan Perawat Gigi (Dental Nurse).Keputusan tersebut berlaku mulai 1
Agustus 1951, dengan berdirinya Sekolah Perawat Gigi di Jakarta.
Pada tahun 1953 Sekolah Perawat Gigi Jakarta meluluskan perawat gigi yang
pertama. Namun pada tahun 1957 Sekolah Perawat Gigi berubah nama menjadi Sekolah
Pengatur Rawat Gigi (SPRG). Dari sinilah lahir perawat gigi – perawat gigi yang
kemudian tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Seiring dengan berdirinya sekolah pengatur rawat gigi, juga berdiri Sekolah Pengatur
Teknik Gigi (SPTG) yang pada tahun 1960 meluluskan siswa angkatan I di Jakarta.
Kedua lulusan sekolah ini bergabung membentuk suatu organisasi IPTGI yaitu Ikatan
Perawat Gigi dan Tekniker Gigi Indonesia yang berdiri pada tahun 1967.
IPTGI berlangsung sampai dengan tahun 1986 tanpa kegiatan atau vakum. Meskipun
vakum, di tahun itu pula dilaksanakan kongres I IPTGI di Ciloto berlanjut tahun 1991
kongres II di Jakarta.
Pada tahun 1989 disusun konsep Jabatan Fungsional Dokter Gigi, Perawat Gigi dan
Teknisi Gigi. Dalam Konsep Jabatan Fungsional Paramedis Gigi tersebut Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara menolak konsep tersebut karena latar belakang
pendidikan Perawat Gigi dan Teknisi Gigi berbeda, sehingga jabatan fungsional antara
kedua tenaga tersebut perlu dipisah.
Perubahan profesi perawat gigi juga terjadi dengan adanya Undang-Undang Nomor
23 tahun 1992 tentang Kesehatan bahwa tenaga kesehatan harus mempunyai keahlian
profesional yang ditunjang pendidikannya. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 16 tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional yang menyatakan bahwa Jabatan
Fungsional mempersyaratkan adanya profesi yang jelas, etika profesi dan tugas mandiri
dari tenaga kesehatan.
PPGI yang baru terbentuk tersebut berinisiatif untuk mengadakan MUNAS I.
Direktorat Kesehatan Gigi selaku Pembina Teknis hadir dalam Munas I tersebut.
Pertemuan para wakil Perawat Gigi dari seluruh Indonesia pada tanggal 10 s.d. 11
Desember 1996 sekaligus mengesahkan organisasi profesi Perawat Gigi. Munas tersebut
menghasilkan ;
1. Anggaran dasar
2. Anggaran rumah tangga
3. Kode etik perawat gigi
4. Usulan draf jabatan fungsional
5. Program kerja
51
Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tersebut menyebutkan perawat gigi bukan
merupakan kategori perawat. Belum ada body of knowledge yang diakui sebagai ilmu
perawat gigi di Indonesia karena masih didominasi oleh ilmu kedokteran gigi (dentistry).
DPP PPGI terus memperjuangkan agar Perawat Gigi masuk dalam kategori tenaga
keperawatan dan tercantum pada jenis tenaga kesehatan bagian dari tenaga Keperawatan
di dalam PP No. 32 tahun 1996.
Dengan berbagai upaya dari PPGI, maka keluarlah Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1035/Menkes/SK/IX/1998 tentang Perawat Gigi di mana diputuskan bahwa
perawat gigi merupakan salah satu jenis Tenaga Kesehatan kelompok Keperawatan.
Selanjutnya, untuk kenyamanan Perawat Gigi bekerja disusunlah peraturan–peraturan
Jabatan Fungsional Perawat Gigi. Beberapa peraturan pendukung tersebut adalah:
1. KEPMENPAN No. 22/KEP/M.PAN/4/2001tentang Jabatan Fungsional Perawat
Gigi dan angka kreditnya
2. Keputusan Bersama Menkes dan Kesos dan KA. BKN No. 728/MENKES/
KESOS/ SKB/ VII/ 2001 dan No. 32A Tahun 2001
3. Keputusan Menkes No. 1208/Menkes /SK/ XI/2001
4. Sebagai pelaksanaan lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tersebut maka perlu ditetapkan tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No: 1392Menkes/SK/XII/2001
52
BAB III
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan profesinya perawat gigi mempunyai kompetensi sebagai dental
hygienist yang berperan dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien. Pasien-
pasien tertentu terkadang memiliki masalah sehubungan dengan usia, hambatan fisik,
psikologis dan mental yang menghambat kemampuan pasien tersebut dalam mencapai status
kesehatan gigi yang optimal.
Profesionalisme yang ditunjukkan dengan perilaku kesehatan yang senantiasa
menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan diri dengan mengutamakan nilai-nilai moral
dan etika profesi sangat diperlukan. Oleh karena itu saat ini mulai berkembang akan adanya
kebutuhan seorang Dental Auxilaries yang terdiri dari dental hygienist, dental terapis, dental
asistent di Indonesia.
Kesehatan rongga mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh. Sehingga
diperlukan adanya Dental Auxilaries dalam hal ini seorang dental hygiene. Karena dalam
menjalankan suatu praktik keperawatan gigi diperlukan kerja sama untuk memberikan
pelayanan yang optimal kepada pasien.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Sejarah, Peran, Fungsi dan Kompetensi Dental Hygiene dalam praktik
Keperawatan Gigi?
Bagaimanakah cara kerja terapis gigi di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah dari Dental Hygiene.
2. Untuk mengetahui peran dari Dental Hygiene.
3. Untuk mengetahui fungsi dari Dental Hygiene
4. Untuk mengetahui kompetensi dari Dental Hygiene.
5. Untuk mengetahui terapis gigi di Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Bagi penulis dapat dijadikan sebagai sumber ilmu dan sumber pengetahuan tentang materi
yang terkait dengan konsep dasar asuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
53
PEMBAHASAN
54
BAB IV
A. Latar Belakang
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu layanan kesehatan gigi dan mulut
yang ditujukan pada suatu kelompok tertentu atau individu dalam kurun waktu yang
dilaksanakan secara terencana, terarah dan berkesinambungan untuk mencapai taraf
kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Proses keperawatan gigi yang ditujukan untuk
pemberian pelayanan klinis keperawatan gigi menunjukkan bahwa seorang perawat gigi
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam ruang
lingkup praktik pelayanan asuhan keperawatan gigi.
Selain itu, proses keperawatan gigi merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh
perawat gigi kepada pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan gigi
dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang
akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dengan berfokus pasa pasien, berorientasi pada tujuan, pada setiap tahap
terjadi saling ketergantungan dan saling berhubungan.
Dalam bab IV ini Anda akan mempelajari tentang pengkajian dan diagnosa dalam
keperawatan gigi. Pengkajian keperawatan gigi adalah seni mengumpulkan dan
menganalisis data-data baik subjektif maupun objektif dari pasien serta mengarahkan
penilaian kepada kebutuhan pasien. Diagnosa adalah kesimpulan dari pengkajian dan
fokus kepada kebutuhan-kebutuhan pasien yang dapat dipenuhi melalui pelayanan
asuhan keperawatan gigi.
Pelayanan asuhan yang diselenggarakan Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Medan ini di
beberapa sekolah yaitu, SD Negeri 1, SD Negeri 10, SD Negeri 14. Program pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan kepada siswa meliputi kegiatan
promotif, preventif, dan kuratif sederhana di bidang kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan
ini telah berlangsung dari tahun 2000 dan masih berlangsung sampai saat ini. Hasil
survei yang dilakukan mahasiswa Jurusan Keperawatan gigi Poltekkes Medan yang
bertugas mengasuh SD 14 Negeri Sesetan pada bulan Maret Tahun 2018 didapatkan
rata-rata DMF-T siswa kelas II adalah 0,48, ratarata DMF-T siswa kelas III adalah 0,54,
rata-rata DMF-T siswa kelas IV adalah 1,29, rata-rata DMF-T siswa kelas V adalah 0,64.
Sebelum dilakukan kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut terhadap kasus-
kasus tersebut, terlebih dahulu diminta persetujuan (Informed Consent) kepada orang tua
siswa, sebanyak 4 42,88% orang tua tidak setuju anaknya diikutkan dalam program
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi orang tua siswa kelas II sampai
kelas V SDN 14 terhadap kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
B.Rumusan Masalah
Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: “Bagaimanakah persepsi Orang Tua Siswa kelas II sampai kelas V SD
Negeri 14 terhadap kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut tahun 2018?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui persepsi orang tua siswa kelas II sampai kelas V SD Negeri 14 terhadap
kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut tahun 2018.
2. Tujuan khusus
a. Menghitung frekuensi orang tua siswa kelas II sampai kelas V SD Negeri 14 tahun 2018
yang memiliki persepsi terhadap kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
dengan kriteria sangat baik.
b. Menghitung frekuensi orang tua siswa kelas II sampai kelas V SD Negeri 14 tahun 2018
yang memiliki persepsi terhadap kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
dengan kriteria tidak baik.
c. frekuensi orang tua siswa kelas II sampai kelas V SD Negeri 14, tahun 2018 yang
memiliki persepsi terhadap kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dengan
kriteria sangat tidak baik.
d. Menghitung rata-rata persepsi orang tua siswa kelas II sampai kelas V SD Negeri 14
terhadap kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut tahun 2018.
e. Menghitung frekuensi orang tua siswa kelas II sampai kelas V yang mempunyai persepsi
terhadap kegiatan pelayanan asuhan kesehatan dengan kriteria sangat baik, baik, cukup
baik, dan sangat tidak baik di SD Negeri 14 tahun 2018 berdasarkan tingkat pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Kepala Sekolah
SD Negeri 14 untuk tetap melanjutkan kerjasama dengan Jurusan Keperawatan Gigi
dalam kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti dan Jurusan
Keperawatan Gigi Poltekkes Medan dalam perencanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut di sekolah dasar mendatang.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi orang tua siswa untuk ikut
berperan aktif dalam mendukung kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
siswa SD Negeri 14.
d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kepmenkes No. 284/ Menkes/ SK/ IV/ 2006 Tentang Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut Oleh Perawat Gigi
Kepmenkes No. 378 / Menkes / SK / III/ 2007 Tentang Standar Profesional Perawat Gigi
Karmawat, Astit Ita drg,MARS, dkk, Konsep Dasar Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi
dan Mulut, deepublish, Yogyakarta, Agustus 2014
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor 284/Menkes/SK/IV/2006,
“Standar Pelayanan asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut”.
Departemen Kesehatan RI, 1995, Tata Cara Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut Di Puskesmas, Jakarta