Disusun Oleh:
Fadillah Nisa Afrilia
G1B119082
2. EPIDEMIOLOGI
ARDS (jugadisebutsyokparu) akibat cedera paru dimana sebelumnya
paru sehat, sindrom ini mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai
200.000 pasien tiap tahun, dengan laju mortalitas 65% untuk semua
pasien yang mengalami ARDS. Faktor resiko menonjol adalah sepsis.
Kondisi pencetus lain termasuk trauma mayor, KID, tranfusi darah,
aspirasi tenggelam, inhalasi asap atau kimia, gangguan metabolic toksik,
pankreatitis, eklamsia, dan kelebihandosisobat. Perawatan akut secara
khusus menangani perawatan kritis dengan intubasi dan ventilasi
mekanik. Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya
akan sembuh total, dengan atau tanpa kelainan paru-paru jangka panjang.
Pada penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama,
cenderung akan terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut
tertentu membaik beberapa bulan setelah ventilator dilepas.
3. ETIOLOGI
a. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah
batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan
dangkal
b. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul
dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang
dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis,
otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi
pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui
penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan
penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan
cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab
gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala,
ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat
mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan.
Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi
dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan
dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologi yang mendasar.
e. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi
atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi
dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis,
embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang
menyababkan gagal nafas.
Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara langsung ataupun
tidak langsung melukai paru-paru:
1. Trauma langsung pada paru:
- Pneumonovirus, bakteri, funga.
- Aspirasi cairan lambung.
- Inhalasi asap berlebih.
- Inhalasi toksin.
- Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama.
2. Trauma tidaklangsung :
- Sepsis.
- Shock, lukabakarhebat.
- DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation).
- Pankeatitis.
- Uremia.
- Overdosis Obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau
aspirin.
- Idiophatic (tidakdiketahui).
- Bedah Cardiobaypass yang lama.
- Transfusi darah yang banyak.
- PIH (Pregnand Induced Hipertension).
- Peningkatan TIK.
- Terapiradiasi.
- Trauma hebat, Cedera pada dada.
3. Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya
penyakit atau cedera. SGPA (sindromgawat pernafasan akut)
seringkali terjadi bersamaan dengan kegagalan organ lainnya,
seperti hati atau ginjal. Salah satu factor resikodari SGPA adalah
merokok sigaret. Angka kejadian SGPA adalahsekitar 14 diantara
100.000 orang/tahun. Gangguan yang dapat mencetuskan
terjadinya ARDS adalah:
Sistemik:
- Syok karena beberapa penyebab.
- Sepsis gram negative.
- Hipotermia, Hipertermia.
- Takarlajakobat (Narkotik, Salisilat, Trisiklik,
Paraquat,Metadone, Bleomisin).
- Gangguan hematology (DIC, Transfusi massif, Bypass
kardiopulmonal)
- Eklampsiag.
Luka bakar Pulmonal :
- Pneumonia (Viral, bakteri, jamur, penumosistikkarinii)
- Trauma (emboli lemak, kontusioparu).
- Aspirasi ( cairangaster, tenggelam, cairanhidrokarbon)
Pneumositis Non-Pulmonal :
- Cedera kepala.
- Peningkatan TIK.
- Pascakardioversid. Pankreatitise. Uremia
4. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda.
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien
dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan
penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi
toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara
bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan
asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt
tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital
adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan
medulla).
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak,
ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan
menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan
dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi
pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan
denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari
analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat
mengarah ke gagal nafas akut.
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis utama pada kasus ARDS :
a. Peningkatan jumlah pernapasan
b. Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
c. Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
d. Penurunan kesadaran mental
e. Takikardi, takipnea
Takikardia yang menandakan upaya jantung untuk memberikan lebih
banyak lagi oksigen kepada sel dan organ vital.
f. Terdapat retraksi interkosta
g. Sianosis
h. Hipoksemia
i. Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing.
Ronchibasahdankering yang
terdengardanterjadikarenapenumpukancairan di dalamparu-paru.
j. Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop
k. Pernapasan yang cepatsertadangkaldandispnea dengan kesulitan
bernafas, yang terjadi beberapa jam hingga beberapa hari pasca
cedera awal. Gejala ini timbul sebagai reaksi terhadap penurunan
kadar oksigen dalam darah.
l. Peningkatan frekuensi ventilasi akibat hipoksemia dan efeknya pada
pusat pnumotaksis.
m. Retraksi intercostal dan suprasternal akibat peningkatan dan upaya
yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru yang kaku.
n. Gelisah, khawatir dan kelambanan mental yang terjadi karena sel-sel
otak mengalami hipoksia.
o. Disfungsi motorik yang terjadi karena hipoksia berlanjut.
p. Asidosis respiratorik yang terjadi ketika karbondioksida bertumpuk
di dalam darah dan kadaroksigen menurun.
q. Asidosis metabolik yang pada akhirnya akan terjadi sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan fungsi ventilasi
Frekuensi pernafasan per menit
Volume tidal
Ventilasi semenit
Kapasitas vital paksa
Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
Daya inspirasi maksimum
Rasio ruang mati/volume tidal
PaCO2, mmHg.
2) Pemeriksaan status oksigen
3) Pemeriksaan status asam-basa
4) Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari nilai
normal pada PaO2, PaCO2, dan pH dari pasien normal; atau PaO2
kurang dari 50 mmHg, PaCO2 lebih dari 50 mmHg, dan pH < 7,35.
5) Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2
6) Pemantauan CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan peningkatan
7) Hitung darah lengkap, serum elektrolit, urinalisis dan kultur (darah,
sputum) untuk menentukan penyebab utama dari kondisi pasien.
8) Sinar-X dada dapat menunjukkan penyakit yang mendasarinya.
9) EKG, mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi
kanan, disritmia.
10) Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 ) 2. Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada
tahap awal karena hiperventilasi
Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
11) Pemeriksaan Rontgent Dada :
Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di
alveoli
12) Tes Fungsi paru :
Pe ↓ komplain paru dan volume paru
Pirau kanan-kiri meningkat
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah
ancama kehidupan dengan segera, antara lain :
1. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat
penyakit paru-paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-
72 jam tanpa abnormalitas fisiologi yang signifikan.
2. Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memmberikan dukungan ventilasi
sampai integritas membrane alveolakapiler kembali membaik. Dua
tujuan tambahan adalah :
a. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenisasi selama periode
kritis hipoksemia berat.
b. Mengatasi factor etiologi yang mengawali penyebab distress
pernapasan.
3. Positif End Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melaui volume ventilator
dengan tekanan dan kemmampuan aliran yang tinggi, di mana PEEB
dapat ditambahkan. PEEB di pertahankan dalam alveoli melalui
siklus pernapasan untuk mencegah alveoli kolaps pada akhir
ekspirasi.
4. Memastikan volume cairan yang adekuat
Dukungan nutrisi yang adekuat sangatlah penting dalam mengobati
pasien ARDS, sebab pasien dengan ARDS membutuhkan 35 sampai
45 kkal/kg sehari untuk memmenuhi kebutuhan normal.
5. Terapi Farmakologi
Penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan ARDS adalah
controversial, pada kenyataanya banyak yang percaya bahwa
penggunaan kortikosteroid dapat memperberat penyimpangan dalam
fungsi paru dan terjadinya superinfeksi. Akhirnya kotrikosteroid
tidak lagi di gunakan.
6. Pemeliharaan Jalan Napas
Selan endotrakheal di sediakan tidak hanya sebagai jalan napas,
tetapi juga berarti melindungi jalan napas, memberikan dukungan
ventilasi kontinu dan memberikan kosentrasi oksigen terus-menerus.
Pemeliharaan jalan napas meliputi : mengetahui waktu penghisapan,
tehnik penghisapan, dan pemonitoran konstan terhadap jalan napas
bagian atas.
7. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernapasan bagian
atas dan bawah serta pencegahan infeksi melalui tehnik penghisapan
yang telah di lakukan di rumah sakit.
8. Dukungan nutrisi
Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan
masaalah kritis. Nutrisi parenteral total atau pemberian makanan
melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan memmungkinkan
pasien untuk menghindari gagal napas sehubungan dengan nutrisi
buruk pada otot inspirasi.
8. KOMPLIKASI
1) Hipotensi.
2) Penurunankeluaran urine.
3) Asidosismetabolic.
4) Asidosisrespiratorik.
5) MODS.
6) Febrilasiventrikel.
7) Ventricular arrest
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hilangnya
fungsi jalan napas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi
jalan napas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi alveoli,
penumpukan cairan di alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan
alveoli
3. Ketidakefeektifan pola napas berhubungan dengan pertukaran gas tidak
adekuat, peningkatan secret, penurunan kemampuan untuk oksigenasi,
kelelahan
4. Nyeri berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea,
anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. TUJUAN / KH
INTERVENSI (NIC) RASIONAL
DX (NOC)
I Setelah diberikan 1. Monitor fungsi 1. Penggunaan otot-otot
tindakan pernapasan, Frekuensi, intercostal /abdominal /leher
keperawatan irama, kedalaman, bunyi dapat meningkatkan usaha dalam
kebersihan jalan dan penggunaan otot bernafas
napas efektif. tambahan. 2. Pemeliharaan jalan nafas dengan
Dengan kriteria hasil 2. Berikan Posisi semi paten
: Fowler 3. Mengeluarkan secret
a. Mencari posisi yang 3. Berikan terapi O2 meningkatkan transport oksigen
nyaman yang 4. Lakukan suction 4. Untuk mengeluarkan secret
memudahkan 5. Berikan fisioterapi dada 5. Meningkatkan drainase sekret
peningkatan paru, peningkatan efisiensi
pertukaran udara. penggunaan otot-otot pernafasan
b. Mendemontrasikan
batuk efektif.
c. Menyatakan strategi
untuk menurunkan
kekentalan sekresi.
2 Meningkatkan 1. Kaji status pernapasan , 1. Takipneu adalah mekanisme
pertukaran gas yang catat peningkatan kompensasi untuk hipoksemia
adekuat . respirasi dan perubahan dan peningkatan usaha nafas
pola napas . 2. Selalu berarti bila diberikan
2. Kaji adanya sianosis dan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb)
Observasi sebelum cyanosis muncul
kecenderungan hipoksia 3. Menyimpan tenaga pasien,
dan hiperkapnia mengurangi penggunaan oksigen
3. Berikan istirahat yang 4. Memaksimalkan pertukaran
cukup dan nyaman oksigen secara terus menerus
4. Berikan humidifier dengan tekanan yang sesuai
oksigen dengan masker 5. Untuk mencegah kondisi lebih
CPAP jika ada indikasi buruk pada gagal nafas.
5. Berikan obat-obat jika
ada indikasi seperti
steroids, antibiotik,
bronchodilator dan
ekspektorant
3 Kebutuhan cairan 1. monitor vital signs 1. Berkurangnya volume/keluarnya
klien terpenuhi dan seperti tekanan darah, cairan dapat meningkatkan heart
kekurangan cairan heart rate, denyut nadi rate, menurunkan TD, dan
tidak terjadi (jumlah dan volume). volume denyut nadi menurun
2. Amati perubahan 2. Mempengaruhi perfusi/fungsi
kesadaran, turgor kulit, cerebral. Deficit cairan dapat
kelembaban membran diidentifikasi dengan penurunan
mukosa dan karakter turgor kulit,
sputum. 3. Keseimbangan cairan negatif
3. Hitung intake, output merupakan indikasi terjadinya
dan balance cairan. deficit cairan.
Amati “insesible loss” 4. Perubahan yang drastis
4. Timbang berat badan merupakan tanda penurunan total
setiap hari body wate
5. Berikan cairan IV 5. mempertahankan/memperbaiki
dengan observasi ketat volume sirkulasi dan tekanan
osmot
4 setelah diberikan 1. Observasi karakteristik 1. Nyeri merupakan respon
tindakan nyeri. Misalnya: tajam, subjekstif yang dapat diukur.
keperawatan rasa konstan, ditusuk. Selidiki 2. Perubahan frekuensi jantung TD
nyeridapat berkurang perubahan karakter menunjukan bahwa pasien
atau terkontrol /lokasi/intensitas nyeri mengalami nyeri, khususnya bila
Kriteria Hasil : 2. Pantau TTV. alasan untuk perubahan tanda
a. Menyatakan nyeri 3. Berikan tindakan vital telah terlihat.
berkurang atau nyaman. Misalnya: 3. Tindakan non analgesik diberikan
terkontrol. pijatan punggung, dengan sentuhan lembut dapat
b. Pasien tampak rileks perubahan posisi, musik menghilangkan ketidaknyamanan
tenang, relaksasi/latihan dan memperbesar efek terapi
nafas. analgesik.
4. Tawarkan pembersihan 4. Pernafasan mulut dan terapi
mulut dengan sering. oksigen dapat mengiritasi dan
5. Anjurkan dan bantu mengeringkan membran mukosa,
pasien dalam teknik potensial ketidaknyamanan
menekan dada selama umum.
episode batukikasi 5. Alat untuk mengontrol
6. Kolaborasi dalam ketidaknyamanan dada sementara
pemberian analgesik meningkatkan keefektifan upaya
sesuai indikasi batuk.
6. Obat ini dapat digunakan untuk
menekan batuk non produktif,
meningkatkan kenyamanan
5 Setelah diberikan 1. Kaji suhu tubuh pasien. 1. Mengetahui peningkatan suhu tubuh,
tindakan 2. Beri kompres air hangat. memudahkan intervensi.
keperawatan 3. Berikan/anjurkan pasien 2. Mengurangi panas dengan
diharapkan suhu untuk banyak minum pemindahan panas secara
tubuh kembali 1500-2000 cc/hari konduksi. Air hangat mengontrol
normal. (sesuai toleransi). pemindahan panas secara
Kriteria Hasil : 4. Anjurkan pasien untuk perlahan tanpa menyebabkan
Suhu tubuh 36°C- menggunakan pakaian hipotermi atau menggigil.
37°C yang tipis dan mudah 3. Untuk mengganti cairan tubuh yang
menyerap keringat. hilang akibat evaporasi
5. Observasi intake dan 4. Memberikan rasa nyaman dan
output, tanda vital (suhu, pakaian yang tipis mudah
nadi, tekanan darah) tiap menyerap keringat dan tidak
3 jam sekali atau sesuai merangsang peningkatan suhu
indikasi. tubuh.
6. Kolaborasi : pemberian 5. Mendeteksi dini kekurangan cairan
cairan intravena dan serta mengetahui keseimbangan
pemberian obat sesuai cairan dan elektrolit dalam tubuh.
program. Tanda vital merupakan acuan
untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
6. Pemberian cairan sangat penting bagi
pasien dengan suhu tubuh yang
tinggi. Obat khususnya untuk
menurunkan panas tubuh pasien.
6 Setelah diberikan 1. Catat status nutrisi 1. Berguna dalam mendefinisikan
tindakan paasien: turgor kulit, derajat masalah dan intervensi
keperawatan timbang berat badan, yang tepat.
diharapkan integritas mukosa mulut, 2. Membantu intervensi kebutuhan
kebutuhan nutrisi kemampuan menelan, yang spesifik, meningkatkan
adekuat. adanya bising usus, intake diet pasien.
Kriteria hasil : riwayat mual/rnuntah 3. Mengukur keefektifan nutrisi dan
a. Menunjukkan berat atau diare. cairan.
badan meningkat 2. Kaji ulang pola diet 4. Dapat menentukan jenis diet dan
mencapai tujuan pasien yang disukai/tidak mengidentifikasi pemecahan
dengan nilai disukai. masalah untuk meningkatkan
laboratoriurn normal 3. Monitor intake dan intake nutrisi.
dan bebas tanda output secara periodik. 5. Membantu menghemat energi
malnutrisi. 4. Catat adanya anoreksia, khusus saat demam terjadi
b. Melakukan mual, muntah, dan peningkatan metabolik.
perubahan pola tetapkan jika ada 6. Mengurangi rasa tidak enak dari
hidup untuk hubungannya dengan sputum atau obat-obat yang
meningkatkan dan medikasi. Awasi digunakan yang dapat
mempertahankan frekuensi, volume, merangsang muntah.
berat badan yang konsistensi Buang Air 7. Memaksimalkan intake nutrisi
tepat. Besar (BAB). dan menurunkan iritasi gaster.
5. Anjurkan bedrest. 8. Memberikan bantuan dalarn
6. Lakukan perawatan perencaaan diet dengan nutrisi
mulut sebelum dan adekuat unruk kebutuhan
sesudah tindakan metabolik dan diet.
pernapasan.
7. Anjurkan makan sedikit
dan sering dengan
makanan tinggi protein
dan karbohidrat.
Kolaborasi:
8. Rujuk ke ahli gizi untuk
menentukan komposisi
diet.
7 Setelah diberikan 1. Evaluasi respon pasien 1. Menetapkan kemampuan atau
tindakan terhadap aktivitas. Catat kebutuhan pasien memudahkan
keperawatan pasien laporan dispnea, pemilihan intervensi.
diharapkan mampu peningkatan kelemahan 2. Menurunkan stress dan
melakukan aktivitas atau kelelahan. rangsanagn berlebihan,
dalam batas yang 2. Berikan lingkungan meningkatkan istirahat.
ditoleransi tenang dan batasi 3. Tirah baring dipertahankan
Kriteria hasil : pengunjung selama fase selama fase akut untuk
Melaporkan atau akut sesuai indikasi. menurunkan kebutuhan
menunjukan 3. Jelaskan pentingnya metabolic, menghemat energy
peningkatan istirahat dalam rencana untuk penyembuhan
toleransi terhadap pengobatandan perlunya 4. Pasien mungkin nyaman dengan
aktivitas yang dapat keseimbangan aktivitas kepala tinggi, tidur di kursi atau
diukur dengan dan istirahat menunduk ke depan meja atau
adanya dispnea, 4. Bantu pasien memilih bantal.
kelemahan posisi nyaman untuk 5. Meminimalkan kelelahan dan
berlebihan, dan istirahat. membantu keseimbanagnsuplai
tanda vital dalam 5. Bantu aktivitas dan kebutuhan oksigen.
rentan normal. perawatan diri yang
diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase
penyembuhan.
1) Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan
indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan
pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas yang
sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi
dan atau oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada
pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan
memompa udara karena distrofi otot).
2) Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan
pernapasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF,
peningkatan kebutuhan aliran darah pada system pernapasan (system
pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi
oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk
mengurangi beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja jantung
juga berkurang.
3) Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe
berulang juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator
mekanik berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik
juga memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan
peningkatan tekanan intra cranial.
4) Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan
sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya
gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa
tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali
ke jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga
menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena
hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi.
Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi
microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium
kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan
terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume
tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih
besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah
jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke
organ-organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala
akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali
dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.
1.2 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah:
a. Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama,
alamt, dll.
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang
status sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual pasien,
sehingga mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan
tindakan keperawatan yang sesuai.
b. Riwayat penyakit/riwayat keperawatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang sekarang
dapat diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain) karena
kondisi pasien yang dapat bentuan ventilator tidak mungkin untuk
memberikan data secara detail. Pengkajian ini ditujukan untuk
mengetahui kemungkinan penyebab atau faktor pencetus terjadinya
gagal nafas/dipasangnya ventilator.
c. Keluhan
Untuk mengkaji keluhan pasien yang mengalami penurunan kesadaran,
bisa dilakukan dengan cara menilai status GCS pasien. Keluhan pasien
yang dapat di perhatikan adalah rasa sesak nafas, nafas terasa berat,
kelelahan dan ketidaknyamanan. Frekuensi pernapasan, Irama Nafas
dan penggunaan otot bantu pernapasa.
d. Sistem pernafasan
1) Setting ventilator meliputi:
a) Mode ventilator
1. CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled
Mandatory Ventilation/Intermitten Positive Pressure
Ventilation)
2. SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
3. ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
4. CPAP (Continous Possitive Air Presure)
b) FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
c) PEEP: Positive End Expiratory Pressure
d) Frekwensi nafas
2) Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
3) Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
4) Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
5) Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu
tambahan
6) Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
7) Humidifier: kehangatan dan batas aqua
8) Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
9) Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
10) Hasil foto thorax terakhir
e. Sistem kardiovaskuler
Penkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP
terlalu tinggi) atau disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi
tekanan darah, nadi, irama jantung, perfusi, adakah sianosis dan
banyak mengeluarkan keringat.
f. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa
ngantuk, gelisah dan kekacauan mental.
g. Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal)
h. Status cairan dan nutrisi
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status
nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang
berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.
i. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami
depresi mental yang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan
orientasi, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat
bantuan nafas mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus
berlebihan
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan
3. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan
mukus berlebihan.
Tujuan: Meningkatkan dan mempertahankan status pernafasan:
kepatenan jalan nafas (0410)
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Manajemen jalan
- Dyspnea diharapkan masalah nafas (3140)
- Gelisah pernafasan dapat 1. Posisikan
- Adanya teratasi dengan kriteria pasien untuk
suara nafas hasil: memaksimalk
tambahan 1. Frekuensi an ventilasi
- Sputum pernafasan 2. Auskultasi
dalam dalam batas duara nafas,
jumlah normal catat area yang
berlebihan (041004) ventilasinya
- Mata 2. Irama menurun dan
terbuka pernafasan adanya suara
lebar dalam batas nafas
normal tambahan
(041005) 3. Lakukan
3. Dipsnea saat penyedotan
istirahat tidak melalui
ada (0410016) endotrakea
4. Suara nafas atau
tambahan tidak nasotrakea,
ada (041007) sebagaimana
5. Penggunaan mestinya
otot bantu 4. Posisikan
moninafas tidak untuk
ada (041018) meringankan
sesak nafas
5. Monitor status
pernafasan
dan oksigenasi
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan (00030) dengan
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
Tujuan: mempertahankan status pernafasan: pertukaran gas (0402)
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Monitor Pernafasan
- Gelisah diharapkan masalah (3350)
- Dyspnea status pernafasan: 1. Monitor
- Gas darah pertukaran gas dapat suara nafas
arteri teratasi dengan kriteria tambahan
abnormal hasil: seperti
- Hipoksia 1. Tekanan parsial ngorok atau
- Warna kulit oksigen di darah mengi
abnormal arteri (PaO2) 2. Monitor
- Somnolen dalam batas saturasi
- Takikardi normal (040208) oksigen (mis:
2. Tekanan parsial SaO2, SpO2)
karbondioksida 3. Auskultasi
di darah arteri suara nafas,
(PaCO2) dalam catat area
batas normal dimana
(040209) terjadi
3. PH arteri normal penurunan
(040210) atau tidak
4. Saturasi oksigen adanya
normal (040211) ventilasi dan
5. Keseimbangan keberadaan
dan perfusi suara nafas
dalam batas tambahan
normal (040214) 4. Catat
perubahan
pada saturasi
O2 volume
tidal akhir
CO2, dan
perubahan
nilai analisa
darah
5. Monitor
sekresi
pernafasan
3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan ventilasi spontan (000033) berhubungan dengan keletihan
otot pernapasan
Tujuan: mempertahankan status pernafasan: ventilasi
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Bantuan ventilasi
Dyspnea diharapkan masalah (3390)
Penurunan pernafasan dapat teratasi 1. Pertahankan
SaO2 dengan kriteria hasil: kepatenan
Penurunan 1. Penggunaan jalan nafas
PO2 otot bantu 2. Posisikan