Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 10

TUGAS : RESUME INDUKTANSI DAN PERSAMAAN MAXWELL

INDUKTANSI
Induktansi adalah sifat dasar konduktor listrik, yang mengukur kemampuannya menyimpan
energi dalam medan magnet ketika arus listrik mengalir melaluinya. Induktansi biasanya diwakili oleh
simbol “L” dan diukur dalam satuan yang disebut henrys (H).

Ketika arus mengalir melalui konduktor, ia menghasilkan medan magnet di sekitarnya. Jika arus
berubah, medan magnet juga berubah, menginduksi gaya gerak listrik (EMF) atau tegangan pada
konduktor, yang melawan perubahan arus. Fenomena ini dikenal sebagai induksi elektromagnetik dan
menjadi dasar konsep induktansi.

Dua jenis induktansi

1. Induktansi diri : Induktansi diri mengacu pada induktansi suatu konduktor atau kumparan, di
mana perubahan medan magnet yang dihasilkan oleh arus yang mengalir melalui konduktor
menginduksi tegangan pada konduktor itu sendiri. Tegangan ini, yang dikenal sebagai EMF yang
diinduksi sendiri, melawan perubahan arus apa pun.

Induktansi diri suatu kumparan terutama ditentukan oleh bentuk, ukuran, jumlah lilitan kumparan, dan
bahan inti (jika ada) di sekeliling kumparan tersebut.

2. Induktansi timbal balik : Induktansi timbal balik terjadi ketika dua atau lebih konduktor atau
kumparan ditempatkan berdekatan, dan perubahan medan magnet yang dihasilkan oleh arus yang
mengalir melalui satu konduktor menginduksi tegangan pada konduktor lainnya. Tegangan ini,
dikenal sebagai EMF yang saling diinduksi, bergantung pada orientasi relatif dan jarak antara
konduktor dan induktansi masing-masing.

Induktansi memainkan peran penting dalam berbagai aplikasi listrik dan elektronik, termasuk:

A. Induktor: Induktor adalah komponen elektronik pasif yang dirancang khusus untuk memiliki
sejumlah induktansi. Mereka biasanya dibuat sebagai gulungan kawat yang dililitkan di sekitar
inti yang terbuat dari udara, ferit, atau bahan magnet lainnya. Induktor digunakan dalam
berbagai aplikasi, seperti penyaringan, penyimpanan energi, dan pencocokan impedansi dalam
rangkaian.
B. Transformator: Transformator adalah perangkat yang menggunakan prinsip induksi
elektromagnetik dan induktansi timbal balik untuk mentransfer energi listrik antara dua
kumparan atau lebih pada tingkat tegangan berbeda sambil menyediakan isolasi listrik.
C. Penyimpanan energi: Induktor dapat menyimpan energi dalam medan magnetnya ketika arus
mengalir melaluinya. Kemampuan penyimpanan energi ini sangat penting dalam berbagai
rangkaian elektronik, seperti peralihan pasokan listrik dan perangkat pemanen energi.
D. Osilator dan rangkaian resonansi: Induktansi, dalam kombinasi dengan kapasitansi,
membentuk dasar osilator dan rangkaian resonansi. Sirkuit ini digunakan untuk menghasilkan
dan menyaring frekuensi tertentu dalam sistem komunikasi, pemrosesan sinyal, dan aplikasi
lainnya.
E. Kompatibilitas elektromagnetik (EMC): Induktansi memainkan peran penting dalam
mengelola interferensi elektromagnetik (EMI) dan memastikan kompatibilitas elektromagnetik
(EMC) dalam sistem elektronik. Induktor dan transformator dapat digunakan untuk menekan
atau menyaring sinyal dan kebisingan yang tidak diinginkan, sehingga meningkatkan kinerja
dan keandalan perangkat elektronik.

Singkatnya, induktansi adalah properti penting dari konduktor listrik yang menggambarkan
kemampuannya menyimpan energi dalam medan magnet ketika arus mengalir melaluinya. Konsep
induktansi diri dan induktansi timbal balik adalah kunci untuk memahami perilaku komponen dan
rangkaian listrik dalam berbagai aplikasi, seperti induktor, transformator, penyimpan energi, osilator,
rangkaian resonansi, dan kompatibilitas elektromagnetik. Pemahaman dan pengendalian induktansi
sangat penting untuk desain dan pengoperasian sistem elektronik, memastikan efisiensi, keandalan,
dan berfungsinya dengan baik.

Henri – Satuan Induktansi

Henry (simbol: H) adalah satuan SI untuk induktansi, dinamai untuk menghormati ilmuwan Amerika
Joseph Henry, yang memberikan kontribusi signifikan pada bidang elektromagnetisme bersama
ilmuwan Inggris Michael Faraday.
Satu henry didefinisikan sebagai induktansi suatu konduktor atau rangkaian di mana gaya gerak listrik
(EMF) sebesar satu volt diinduksi ketika arus yang melalui konduktor berubah dengan kecepatan satu
ampere per detik (1 A/s). Secara matematis, hal ini dapat dinyatakan sebagai:

1 jam = 1 V·s/A

Dalam penerapan praktis, satuan henry sering kali merupakan satuan yang relatif besar, sehingga
satuan yang lebih kecil seperti milihenry (mH) dan mikrohenry (µH) sering digunakan. Unit-unit yang
lebih kecil ini terkait dengan henry sebagai berikut:

1 milihenry (mH) = 1 × 10⁻³ henry (H) = 0,001 H 1 mikrohenry (µH) = 1 × 10 ⁻⁶ henry (H) = 0,000001 H

Nilai induktansi untuk berbagai komponen, seperti induktor dan transformator, dapat berkisar dari
beberapa mikrohenry hingga beberapa henry, tergantung pada aplikasi, desain, dan konstruksi
komponen tersebut. Dengan memahami dan mengendalikan induktansi dalam rangkaian listrik, para
insinyur dapat mengoptimalkan kinerja, efisiensi, dan keandalan perangkat dan sistem elektronik.

Induktansi – Contoh Induktor

Induktor tersedia dalam berbagai bentuk, ukuran, dan nilai induktansi. Berikut tiga contoh induktor
dengan nilai induktansi berbeda:

1. Induktor sinyal kecil: Induktor ini sering digunakan dalam rangkaian elektronik berdaya rendah
seperti filter, osilator, dan aplikasi pemrosesan sinyal. Contoh induktor sinyal kecil mungkin
memiliki induktansi 10 μH (mikrohenri).
2. Induktor daya: Induktor daya umumnya ditemukan di rangkaian catu daya, konverter DC-DC,
dan regulator switching. Mereka biasanya memiliki peringkat arus dan nilai induktansi yang lebih
tinggi. Contoh induktor daya mungkin memiliki induktansi 100 μH (mikrohenri).
3. Induktor frekuensi tinggi: Induktor ini dirancang untuk digunakan dalam aplikasi frekuensi tinggi
seperti sirkuit RF (frekuensi radio) dan sistem komunikasi. Mereka sering kali memiliki nilai
induktansi yang lebih rendah dan dioptimalkan untuk kerugian yang rendah dan kapasitansi
parasit yang minimal. Contoh induktor frekuensi tinggi mungkin memiliki induktansi 1 μH
(mikrohenry).
Ini hanyalah beberapa contoh induktor dengan nilai induktansi yang berbeda. Nilai induktansi aktual
yang diperlukan untuk aplikasi tertentu akan bergantung pada desain rangkaian dan karakteristik kinerja
yang diinginkan.

Perhitungan Induktansi

Untuk menghitung induktansi suatu konduktor, misalnya kumparan, Anda dapat menggunakan rumus
berikut:

L = (N^2 * μ * A) / aku

dimana: L = Induktansi (dalam henry, H) N = Jumlah lilitan kumparan μ = Permeabilitas bahan inti
(dalam henry per meter, H/m) A = Luas penampang inti (dalam meter persegi, m^2) l = Panjang
kumparan (dalam meter, m)

Permeabilitas (μ) adalah sifat bahan inti yang menunjukkan seberapa mudah bahan tersebut dapat
dimagnetisasi. Ini adalah produk dari permeabilitas ruang bebas (μ0) dan permeabilitas relatif (μr)
material:

μ = μ0 * μr

dimana: μ0 = Permeabilitas ruang bebas, kira-kira μ0 = Permeabilitas ruang bebas, kira-kira 4π x 10^-7
H/m μr = Permeabilitas relatif bahan (tak berdimensi)

Untuk menghitung induktansi suatu kumparan atau induktor, ikuti langkah-langkah berikut:

1. Tentukan jumlah lilitan (N) pada kumparan.


2. Identifikasi bahan inti dan temukan permeabilitas relatifnya (μr). Untuk kumparan inti udara atau
kumparan dengan bahan non-magnetik, μr kira-kira sama dengan 1.
3. Hitung permeabilitas bahan inti (μ) menggunakan rumus: μ = μ0 * μr
4. Ukur luas penampang (A) inti dalam meter persegi (m^2).
5. Ukur panjang (l) kumparan dalam meter (m).
6. Masukkan nilai-nilai ini ke dalam rumus: L = (N^2 * μ * A) / l
7. Hitung induktansi (L) dalam henries (H).
Perlu diingat bahwa rumus ini berlaku terutama untuk induktor berbentuk solenoid dengan luas
penampang seragam dan jarak putaran yang merata. Untuk geometri lain, perhitungannya mungkin
lebih banyak. Untuk geometri lain, perhitungannya mungkin lebih kompleks dan mungkin memerlukan
rumus khusus atau metode numerik, seperti analisis elemen hingga, untuk memperkirakan induktansi
secara akurat. Selain itu, rumus yang diberikan mengasumsikan bahwa medan magnet terbatas pada
bahan inti dan tidak memperhitungkan fluks pinggiran atau kebocoran, yang dalam kasus tertentu dapat
mempengaruhi induktansi.

Dalam penerapan praktis, penting juga untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti faktor
kualitas (Q), yang merupakan rasio reaktansi induktor terhadap resistansinya, dan frekuensi resonansi
diri (SRF), yang merupakan frekuensi di mana induktor's reaktansi induktif dan kapasitif saling
meniadakan, menyebabkan induktor berperilaku seperti resistor. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi
kinerja induktor dalam suatu rangkaian dan harus dipertimbangkan ketika memilih atau merancang
induktor untuk aplikasi tertentu.

Induktansi pada Rangkaian RL dan RLC

Induktansi memainkan peran penting dalam rangkaian RL (resistor-induktor) dan RLC (resistor-induktor-
kapasitor). Pada kedua jenis rangkaian, keberadaan induktor menimbulkan perilaku yang bergantung
pada waktu pada respons rangkaian karena sifat induktor yang menentang perubahan aliran arus.

1. Rangkaian RL: Dalam rangkaian RL, induktor (L) dan resistor (R) dihubungkan secara seri atau
paralel. Perilaku rangkaian RL bergantung pada konstanta waktu, τ (tau), yang didefinisikan
sebagai rasio induktansi terhadap resistansi:
τ = Kiri / Kanan

Konstanta waktu (τ) menentukan seberapa cepat rangkaian merespons perubahan tegangan, seperti
saat pengisian dan pengosongan induktor. Semakin besar konstanta waktu, semakin lambat respon
rangkaian.

Untuk rangkaian RL seri, impedansi (Z) diberikan oleh:

Z = √(R^2 + (ωL)^2)

dimana ω (omega) melambangkan frekuensi sudut (ω = 2πf, dengan f adalah frekuensi dalam hertz).

1. Rangkaian RLC: Dalam rangkaian RLC, resistor (R), induktor (L), dan kapasitor (C)
dihubungkan secara seri atau paralel. Rangkaian dapat menunjukkan perilaku yang lebih
kompleks, termasuk resonansi, bergantung pada nilai komponen dan frekuensi sinyal masukan.
Untuk rangkaian RLC seri, impedansi (Z) diberikan oleh:

Z = √(R^2 + (ωL – 1/(ωC))^2)

Frekuensi resonansi (f_res) pada rangkaian RLC seri adalah frekuensi dimana reaktansi induktif (XL =
ωL) sama dengan reaktansi kapasitif (XC = 1/(ωC)). Pada frekuensi ini, rangkaian menunjukkan
impedansi minimum, dan arus maksimum mengalir melalui rangkaian. Frekuensi resonansi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

f_res = 1 / (2π√(LC))

Untuk rangkaian RLC paralel, penerimaan (Y) digunakan sebagai pengganti impedansi, yang
merupakan kebalikan dari impedansi (Y = 1/Z). Kondisi resonansi pada rangkaian RLC paralel terjadi
ketika suseptansi (bagian imajiner dari masukan) akibat induktor dan kapasitor saling
meniadakan. Frekuensi resonansi rangkaian RLC paralel sama dengan frekuensi resonansi rangkaian
RLC seri:

f_res = 1 / (2π√(LC))
Baik pada rangkaian RL maupun RLC, keberadaan induktansi mempengaruhi respons transien
(pengisian dan pengosongan) dan respons kondisi tunak terhadap input sinusoidal. Menganalisis
rangkaian ini biasanya melibatkan penyelesaian persamaan diferensial atau menggunakan analisis
fasor dalam domain frekuensi.

PERSAMAAN MAXWELL

adalah himpunan empat persamaan diferensial parsial yang mendeskripsikan sifat-sifat medan
listrik dan medan magnet dan hubungannya dengan sumber-sumbernya, muatan listrik dan arus listrik,
menurut teori elektrodinamika klasik. Keempat persamaan ini digunakan untuk menunjukkan
bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik. Secara terpisah, keempat persamaan ini masing-
masing disebut sebagai Hukum Gauss, Hukum Gauss untuk magnetisme, Hukum induksi Faraday,
dan Hukum Ampere.

Keempat persamaan ini dengan Hukum Lorentz merupakan kumpulan hukum lengkap dari
elektrodinamika klasik.
Deskripsi konseptual

 Hukum Gauss menerangkan bagaimana muatan listrik dapat menciptakan dan mengubah medan
listrik. Medan listrik cenderung untuk bergerak dari muatan positif ke muatan negatif. Hukum Gauss
adalah penjelasan utama mengapa muatan yang berbeda jenis saling tarik-menarik, dan yang sama
jenisnya tolak-menolak. Muatan-muatan tersebut menciptakan medan listrik, yang ditanggapi oleh
muatan lain melalui gaya listrik
 Hukum Gauss untuk magnetisme menyatakan tidak seperti listrik tidak ada partikel "kutub utara" atau
"kutub selatan". Kutub-kutub utara dan kutub-kutub selatan selalu saling berpasangan.
 Hukum induksi Faraday mendeskripsikan bagaimana mengubah medan magnet dapat menciptakan
medan listrik. Ini merupakan prinsip operasi banyak generator listrik. Gaya mekanik (seperti yang
ditimbulkan oleh air pada bendungan) memutar sebuah magnet besar, dan perubahan medan
magnet ini menciptakan medan listrik yang mendorong arus listrik yang kemudian disalurkan melalui
jala-jala listrik.

Memori inti magnetik An Wang (1954) adalah penerapan Hukum Ampere. Tiap inti magnetik merupakan satu bit

 Hukum Ampere menyatakan bahwa medan magnet dapat ditimbulkan melalui dua cara: yaitu lewat
arus listrik (perumusan awal Hukum Ampere), dan dengan mengubah medan listrik (tambahan
Maxwell).
Koreksi Maxwell terhadap Hukum Ampere cukup penting: dengan demikian, hukum ini menyatakan
bahwa perubahan medan listrik dapat menimbulkan medan magnet, dan sebaliknya. Dengan demikian,
meskipun tidak ada muatan listrik atau arus listrik, masih dimungkinkann buat memiliki gelombang
osilasi medan magnet dan medan listrik yang stabil dan dapat menjalar terus-menerus. Keempat
persamaan Maxwell ini mendeskripsikan gelombang ini secara kuantitatif, dan lebih lanjut lagi
meramalkan bahwa gelombang ini mestilah memiliki laju tertentu yang universal. Laju ini dapat dihitung
cukup dari dua konstanta fisika yang dapat diukur (konstanta elektrik dan konstanta magnetik)
Laju yang dihitung untuk radiasi elektromagnetik tepat sama dengan laju cahaya. Cahaya memang
merupakan salah satu bentuk radiasi elektromagnetik (seperti juga sinar X, gelombang radio dan lain-
lainnya). Dengan demikian, Maxwell memadukan dua bidang yang sebelumnya
terpisah, elektromagnetisme dan optika.

Perumusan umum persamaan Maxwell

Persamaan-persamaan dalam bagian ini ditulis dalam satuan SI. Tidak seperti persamaan
dalam mekanika misalnya, perumusan persamaan Maxwell berubah-ubah tergantung pada sistem
satuan yang digunakan. Meskipun bentuk umumnya tetap, berbagai definisi berubah dan tetapan yang
berbeda-beda muncul di tempat yang berbeda-beda pula. Selain satuan SI (yang umum digunakan
dalam rekayasa), sistem satuan lain yang umum digunakan adalah satuan Gauss (didasarkan pada
sistem CGS dan dianggap memiliki keuntungan teoretis dibandingkan SI [1]), satuan Lorentz-
Heaviside (biasa digunakan dalam fisika partikel) dan satuan Planck (digunakan dalam fisika teori).
Ada dua perumusan umum persamaan Maxwell, yang dibeberkan di bawah. Kedua-duanya ekivalen.
Perumusan pertama memisahkan muatan terikat dan arus terikat (yang muncul dalam
konteks dielektrik dan/atau bahan magnet) dari muatan bebas dan arus bebas. Pemisahan ini berguna
untuk perhitungan yang melibatkan bahan dielektrik dan magnet. Perumusan kedua memperlakukan
semua muatan secara setara, menggabungkan baik muatan bebas dan terikat ke dalam
muatan total (dan hal yang sama juga berlaku untuk arus). Ini adalah pendekatan yang lebih mendasar
atau mikroskopis, dan terutama berguna bila tidak ada bahan dielektrik atau magnet.
Lambang dicetak tebal mewakili besaran vektor, sedangkan lambang dicetak miring mewakili besaran
skalar
Tabel 1: Perumusan dalam muatan dan arus bebas

Table 2: Perumusan dalam muatan dan arus total

Tabel 3: Definisi dan satuan


Persamaan Maxwell secara umum diterapkan pada rata-rata makroskopik dari medan, yang
sangat bervariasi pada skala mikroskopik di sekitar masing-masing atom (di tempat tersebut medan
juga mengalami efek kuantum). Hanya bila dipahami sebagai rata-rata kita dapat mendefinisikan
besaran seperti permitivitas dan permeabilitas magnet bahan. Pada aras mikroskopik, persamaan
Maxwell, dengan mengabaikan efek kuantum, mendeskripsikan medan, muatan dan arus dalam ruang
hampa, namun pada level rincian ini kita harus memperhitungkan setiap muatan, bahkan pada level
atomik, yang secara umum merupakan masalah yang tidak terpecahkan (intractable).

Anda mungkin juga menyukai