Dokumen - Tips Uji Efek Antihiperglikemik Dekokta Kulit Kacang Tanah
Dokumen - Tips Uji Efek Antihiperglikemik Dekokta Kulit Kacang Tanah
SKRIPSI
Oleh:
Ni Made Ayu Sintya Dewi
NIM : 178114033
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Menurut International Diabetes Federation (2020), prevalensi diabetes
pada orang dewasa di Indonesia sebesar 6,2% dengan jumlah kasus 10.681.400
orang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemik yaitu peningkatan kadar gula darah melebihi batas normal.
Gejala diabetes mellitus secara umum yaitu polifagi, polidipsi, dan poliuria
(Soelistijo dkk., 2015). Sekitar 90% dari kasus diabetes yang terjadi merupakan
DM tipe 2. DM tipe 2 ini umumnya terjadi pada dewasa dengan umur lebih dari
30 tahun. Gejala hiperglikemi terjadi setelah penderita mengkonsumsi makanan
atau minuman. Gejala hiperglikemi tersebut dinamakan hiperglikemi
postprandial. Hiperglikemi postprandial dipengaruhi oleh waktu pengosongan
lambung, glikogenolisis, sekresi insulin, dan kecepatan penyerapan glukosa di
usus (Hiyoshi dkk., 2019).
International Diabetes Federation memprediksi peningkatan jumlah
penderita diabetes mellitus di Indonesia dari tahun 2014 sebanyak 9,1 juta hingga
tahun 2035 menjadi 14,1 juta. WHO sebelumnya telah memprediksi adanya
peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia sebanyak 2-3 kali
lipat pada tahun 2035 yaitu 21,3 juta (Soelistijo dkk., 2015). Hasil Rikesdas 2018
menunjukkan prevalensi diabetes mellitus sebesar 1,5% pada semua umur. Hasil
tersebut lebih rendah daripada prevalensi diabetes mellitus pada usia ≥ 15 tahun
(Khairani, 2019). Penyakit DM dapat mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia sehingga masyarakat turut melakukan upaya pencegahan maupun
pengobatan bagi penderita DM (Soelistijo dkk., 2015).
Menurut Ruslianti (cit., Rismayanthi, 2010), pengobatan diabetes dapat
meliputi latihan jasmani, edukasi, mengatur pola makan, dan penggunaan obat-
obatan oral maupun insulin. Tujuan pengobatan tersebut adalah untuk mengontrol
kadar gula darah hingga mendekati normal. Penggunaan obat antidiabetik
diperlukan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Selain menggunakan obat
sintetis, pengobatan diabetes mellitus juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan
tanaman yang memberikan efek terapetik pada diabetes mellitus. Pengobatan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan dengan pemanfaatan bagian dari tanaman seperti batang, bunga, biji,
ataupun kulit. Pengobatan secara alami lebih mudah diperoleh dan harga
terjangkau (Shori, 2015). Selain itu, tujuan memilih pemanfaatan tanaman yaitu
untuk mengembangkan penggunaan bahan-bahan alam. Hal tersebut juga
didukung dengan keanekaragaman tanaman yang tumbuh di Indonesia sehingga
peluang untuk memanfaatkan bagian tanaman sebagai obat semakin tinggi.
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan diabetes
mellitus yaitu tanaman kacang tanah. Bagian dari tanaman kacang tanah yang
sering digunakan adalah biji kacang tanah yang dikonsumsi masyarakat sebagai
bahan makanan, namun kulit kacang tanah sangat jarang dimanfaatkan. Menurut
Kementrian Pertanian (2014), pada tahun 2014 produksi kacang tanah mencapai
655 ribu ton biji kering. Hal tersebut menunjukkan bahwa kulit kacang tanah yang
dihasilkan juga banyak. Adanya inovasi pemanfaatan kulit kacang tanah akan
meminimalisir kulit kacang tanah yang tidak digunakan.
Dalam penelitian Sari dan Maimunah (2005), menunjukkan bahwa infusa
kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) mampu menurunkan kadar gula darah
tikus jantan yang diinduksi glukosa. Kemampuan tersebut dapat disebabkan oleh
kandungan senyawa yang terdapat di dalam kulit kacang tanah. Kandungan yang
terdapat pada kulit kacang tanah yaitu flavonoid, saponin, dan tanin. Flavonoid
berperan dalam menurunkan kadar gula darah sebagai inhibitor enzim alfa-
glukosidase sehingga menunda penyerapan glukosa. Salah satu jenis flavonoid
yang memiliki efek hipoglikemi adalah quercetin yang dapat meningkatkan
pengeluaran insulin dari sel pulau Langerhans (Haryoto dkk., 2010; Arjadi dan
Susatyo, 2010; Franyoto dkk., 2019).
Menurut Monisa dkk. (2016), senyawa tanin juga dapat berperan sebagai
inhibitor enzim α-glukosidase. Selain itu, penurunan glukosa darah juga dapat
disebabkan oleh kerja saponin dengan menghambat kerja enzim α-glukosidase
dan absorbsi molekul serta menimbulkan gangguan pada sistem transporter
glukosa sehingga akan terjadi hambatan untuk penyerapan glukosa (Fiana dan
Oktaria, 2016). Hal tersebut menunjukkan bahwa kulit kacang tanah berpotensi
sebagai alternatif pengobatan diabetes mellitus.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam penelitian ini, kulit kacang tanah dibuat dalam bentuk sediaan
dekokta karena jenis sediaan ini sudah terstandarisasi dan mudah diterapkan di
masyarakat. Artinya dalam pembuatan sediaan dekokta, lama waktu pemanasan
dan suhu yang digunakan sudah ditetapkan yaitu pemanasan selama 30 menit pada
suhu 90°C (BPOM RI, 2007). Selain itu, penelitian ini merupakan penelitian
payung dari penggunaan infusa kulit kacang tanah sebagai antihiperglikemik.
Perbedaan infusa dan dekokta yaitu waktu pemanasannya. Pemanasan dekokta
selama 30 menit sedangkan pemanasan infusa selama 15 menit. Dekokta kulit
kacang tanah akan diberikan ke mencit jantan galur Swiss dengan metode Uji
Toleransi Gula Oral (UTGO) sebagai pengukuran gula darah pada mencit jantan
yang terbebani sukrosa. Sukrosa dipilih untuk menaikkan kadar gula darah karena
sukrosa merupakan disakarida yang akan dipecah di dalam tubuh menjadi glukosa
dan fruktosa, serta mampu memberikan efek meningkatkan kadar glukosa darah
(Kondoy dkk., 2013). Selain itu, sukrosa juga sering dikonsumsi oleh masyarakat
dalam bentuk makanan atau bahan makanan seperti buah-buahan, sayuran, madu,
dan gula tebu (Siregar, 2014). Peningkatan kadar gula darah pada mencit
menggunakan sukrosa dibutuhkan waktu 30 menit lebih lama dari pada
menggunakan glukosa (Gunawan-Puteri dkk., 2018).
METODE PENELITIAN
Bahan
Hewan uji yang digunakan yaitu mencit jantan galur Swiss dalam kondisi
sehat dengan umur 2-3 bulan, kondisi sehat, berat badan 20-30 gram, diambil dari
Abadi Jaya, Yogyakarta. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kulit kacang tanah yang diperoleh dari salah satu penjual di Pasar Rejowinangun,
Magelang. Sukrosa sebagai agen yang memberi kondisi hiperglikemik, akarbosa
sebagai kontrol positif, aquadest sebagai pelarut, serbuk magnesium, etanol 70%,
FeCl3 0,1%, lempeng silica gel G60 F254, kloroform, FeCl3 5%, methanol,
ammonia, dan HCl pekat diperoleh dari Laboratorium Farmakognosi Fitokimia
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, serta strip pengukur kadar gula
darah.
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu mesin penyerbuk,
pisau, talenan, oven, serta ayakan nomor 40 dan 50 mesh, timbangan analitik,
termometer, kain flannel, stopwatch, penangas air, dan panci dekokta enamel,
gelas ukur, gelas beker, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk, spuit, needle, dan
glukometer (Accu Check).
Tata Cara Penelitian
1. Pengumpulan Kulit Kacang Tanah
Kulit kacang tanah diperoleh dari salah satu penjual di Pasar
Rejowinangun, Magelang. Kulit kacang tanah yang diperoleh dalam keadaan
segar, tidak busuk, tidak terdapat lubang, memiliki ukuran yang seragam
(mengandung 2-3 biji), kulit ari berwarna putih masih menempel di dalam kulit
kacang tanah. Kacang tanah berasal dari supplier yang sama.
2. Determinasi Kulit Kacang Tanah
Determinasi kulit kacang tanah dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman
Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan
menggunakan ciri-ciri yang sesuai dengan tanaman kacang tanah. Bahan
determinasi yang diperlukan yaitu polong kacang tanah yang masih segar.
3. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Kulit Kacang Tanah
Pembuatan simplisia diawali dengan mencuci kulit kacang tanah dengan air
mengalir hingga bersih. Kemudian disebar diatas tampah bambu dan ditutupi
dengan kain hitam diatasnya. Dikeringkan dibawah sinar matahari lalu
dimasukkan ke dalam oven suhu 45-500C hingga kering. Kulit kacang tanah yang
sudah kering selanjutnya diserbuk menggunakan mesin penyerbuk lalu diayak
dengan ayakan nomor 40 dan 50 mesh.
4. Penetapan Kadar Air Pada Serbuk Kulit Kacang Tanah
Menurut BPOM (2014), kadar air pada serbuk simplisia yaitu ≤10%.
Bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung di dalam simplisia.
Penetapan kadar air dilakukan dengan menimbang 5 gram serbuk simplisia kulit
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kacang tanah yang sudah diayak, kemudian dimasukkan ke dalam alat moisture
balance dan diratakan. Dilakukan pemanasan suhu 1200C selama 15 menit
kemudian secara otomatis % kadar air akan muncul pada alat.
5. Pembuatan Dekokta Kulit Kacang Tanah
Sediaan dekokta dibuat dengan membasahi 10 gram serbuk kering kulit
kacang tanah dalam 20 mL aquadest di dalam panci dekokta lalu ditambahkan
aquadest sampai 100 mL. Kemudian dipanaskan selama 30 menit dengan suhu
900C sambil diaduk setiap 5 menit dan saat masih panas diserkai dengan kain
flanel. Air panas ditambahkan seukupnya melalui ampas hingga memperoleh
sediaan dekokta kulit kacang tanah sebanyak 100 mL. Pada pembuatan dekokta,
tidak dilakukan penguapan.
6. Uji Tabung Fitokimia
a. Uji Flavonoid. Sebanyak 5 mL dekokta kulit kacang tanah dan 2 mL
etanol 70% dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 500 mg serbuk Mg
dan diteteskan HCl pekat. Adanya senyawa flavon ditunjukkan dengan perubahan
warna menjadi jingga sampai merah, sedangkan adanya senyawa flavonon
menunjukkan perubahan warna menjadi merah hingga keunguan (Hamad dkk.,
2017). Pembanding pada pengujian ini (larutan kontrol) menggunakan dekokta
kulit kacang tanah dengan warna cokelat tua.
b. Uji Saponin. Sebanyak 2 ml dekokta kulit kacang tanah dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang telah ditambahkan aquadest panas 10 ml dan dikocok
selama 10 detik lalu ditambahkan satu tetes larutan asam klorida 2N. Tabung
reaksi tersebut didiamkan dan diperhatikan ada atau tidak adanya busa stabil.
Sampel mengandung saponin jika terbentuk busa stabil dengan ketinggian 1-3 cm
selama 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2N (Novitasari dan
Putri, 2016; Zahro dan Agustini, 2013). Pembanding pada pengujian ini (larutan
kontrol) menggunakan dekokta kulit kacang tanah yang berwarna warna cokelat
tua.
c. Uji Tanin. Sebanyak 5 mL dekokta kulit kacang tanah dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan FeCl 3 0,1%. Adanya senyawa tanin
ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru-hitam, hijau atau biru-hijau, dan
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengukuran dilakukan pada menit ke-0 (t0) sebelum perlakuan dan pada menit ke-
15(t1), 30(t2), 60(t3), 90(t4), dan 120(t5) setelah pemberian sukrosa. Selanjutnya,
dibuat grafik antara nilai kadar gula darah vs kurva menit ke-0 hingga menit ke-
120 menggunakan metode trapesium (AUC t0-tn) dengan formula sebagai berikut:
Keterangan :
t = waktu (menit)
C = kadar gula darah (mg/dL)
AUCt0-tn = area under the curve dari 0 menit sampai n menit
(Setiadi, 2018).
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kulit kacang tanah pada penelitian ini diperoleh dari Pasar Rejowinangun,
Magelang. Pada penelitian ini, kulit kacang tanah yang akan digunakan,
selanjutnya dilakukan determinasi untuk mengidentifikasi kecocokan atau
kebenaran tanaman yang digunakan (Fridyasari dkk., 2017). Determinasi
dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dengan nomor surat 621/LKTO/Far-USD/XII/2020
(Lampiran 2). Hasil determinasi menyatakan bahwa kulit yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benar kulit yang berasal dari tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.).
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran % kadar air dari serbuk
simplisia kulit kacang tanah menggunakan alat moisture balance. Menurut
Saifudin dkk (cit., Utami dkk., 2017), penetapan kadar air merupakan parameter
untuk menentukan kandungan air pada serbuk setelah proses pengeringan. Syarat
kadar air pada serbuk yang baik yaitu ≤ 10%. Kadar air yang terlalu tinggi (>10%)
dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba sehingga dapat menurunkan stabilitas
dari serbuk. Penetapan kadar air menggunakan 5 gram serbuk kulit kacang tanah
dengan suhu 120oC selama 15 menit. Hasil % kadar air yang diperoleh sebesar
9,293% menunjukkan bahwa kadar air yang terkandung dalam serbuk simplisia
kulit kacang tanah sudah memenuhi syarat kadar air yang baik dalam sediaan
serbuk (≤10%) (Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2014).
Pada penelitian ini dilakukan uji fitokimia yang bertujuan untuk
mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, tanin, dan
saponin dalam sediaan dekokta kulit kacang tanah. Uji fitokimia dilakukan dengan
melihat adanya perubahan warna, terbentuknya endapan, maupun adanya busa
setelah dilakukan pengujian (Saragih dan Arsita, 2019). Hasil uji fitokimia
disajikan dalam tabel berikut.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelembaban air yang terabsorbsi pada lempeng (Wulandari, 2011). Berikut ini
adalah hasil dari uji KLT yang disajikan dalam bentuk tabel.
II. Tabel Hasil Uji KLT Pada Sediaan Dekokta Kulit Kacang Tanah
A B A B A B
(a) (b) (c)
Gambar 1. Bercak Pengujian KLT (a) Flavonoid (Setelah diuapi amonia), (b)
Saponin (Setelah disemprot pereaksi Liberman-Buchard), (c) Tanin (Setelah
disemprot pereaksi FeCl3 5%)
Keterangan:
A : Baku Pembanding
B : DKKT (Dekokta Kulit Kacang Tanah)
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel II, data yang disajikan yaitu
pergerakan sampel setelah disemprot dengan pereaksi dan nilai Rf. Nilai Rf yang
baik yaitu antara 0,2 – 0,8 pada deteksi UV dan nilai Rf antara 0,2 – 0,9 pada
deteksi visibel. Nilai Rf < 0,2 menunjukkan tidak adanya kesetimbangan antara
komponen senyawa dengan fase gerak dan fase diam yang menyebabkan noda
yang terbentuk tidak simetris (Wulandari, 2011). Pada uji KLT flavonoid, baku
pembanding yang digunakan adalah rutin. Hasil yang diperoleh yaitu
terbentuknya bercak berwarna cokelat pada baku pembanding dan DKKT setelah
diuapi ammonia pada deteksi visibel. Namun, bercak cokelat pada DKKT tidak
sepekat bercak pada baku pembanding yang dapat disebabkan karena kandungan
flavonoid pada DKKT lebih rendah daripada baku pembanding (Cahyono dkk.,
2011). Nilai Rf untuk baku pembanding adalah 0,95 sedangkan nilai Rf untuk
DKKT adalah 0,71. Nilai Rf yang dihasilkan berbeda, diduga senyawa flavonoid
yang terkandung dalam dekokta kulit kacang tanah bukan senyawa rutin.
Pada pengujian KLT saponin, digunakan saponin sebagai baku
pembanding. Hasil yang diperoleh yaitu uji KLT saponin tidak menimbulkan
bercak pada baku pembanding, baik sebelum disemprot pereaksi Liberman-
Buchard maupun sesudah disemprot pereaksi Liberman-Buchard. Bercak biru
terbentuk pada DKKT dengan nilai Rf 0,08. Namun nilai Rf yang dihasilkan tidak
memenuhi standar nilai Rf yang baik serta bercak yang terbentuk memiliki bentuk
yang tidak simetris yang menunjukkan tidak adanya kesetimbangan antara
komponen senyawa dengan fase gerak dan fase diam. Maka dari itu, perlu
dilakukan optimasi terkait fase gerak dan fase diam yang digunakan, karena fase
gerak berpengaruh dalam pergerakan komponen yang akan dipisahkan melewati
fase diam (Wulandari, 2011). Berdasarkan hal tersebut menunjukkan pada sediaan
dekokta kulit kacang tanah tidak mengandung saponin.
Pada uji KLT tanin, adapun baku pembanding yang digunakan adalah
asam tanat 0,05 dalam etanol 70%. Setelah dilakukan elusi dan penyemprotan
dengan pereaksi FeCl3 5%, diperoleh adanya bercak cokelat pada DKKT yang
sejajar dengan bercak cokelat pada baku pembanding. Nilai Rf pada baku
pembanding yaitu 0,87 sedangkan nilai Rf pada DKKT yaitu 0,84. Nilai Rf yang
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dihasilkan oleh baku pembanding dan DKKT menunjukkan selisih nilai yang
kecil sehingga dapat dikatakan baku pembanding dan DKKT memiliki
karakteristik yang sama atau mirip. Hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan
dekokta kulit kacang tanah mengandung tanin. Hasil yang diperoleh dari uji
fitokimia dan KLT tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Franyoto dkk. (2019)
yang menyatakan bahwa senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam
kulit kacang tanah adalah flavonoid, saponin, dan tanin karena pada penelitian ini
dekokta kulit kacang tanah mengandung flavonoid dan tanin.
Efek antihiperglikemik merupakan kemampuan untuk menurunkan kadar
gula darah. Pada penelitian ini, uji efek antihiperglikemik menggunakan metode
Uji Toleransi Glukosa Oral (UTGO) dengan pemberian sukrosa secara oral pada
mencit jantan galur Swiss. Dosis sukrosa yang diberikan pada mencit yaitu 4
g/KgBB. Pemberian sukrosa ini bertujuan untuk meningkatkan kadar gula darah
mencit dan mencapai kondisi hiperglikemik. Hiperglikemik merupakan suatu
keadaan ketika kadar gula darah mengalami peningkatan sekitar 2-3 kali dari
kadar gula darah normal.
Pada penelitian ini, mencit-mencit dibagi ke dalam 6 kelompok. Kelompok
I sebagai kontrol normal diberikan aquadest, kelompok II sebagai kontrol positif
diberikan larutan akarbosa 80 mg/kgBB, kelompok III sebagai kontrol sukrosa
diberikan larutan sukrosa dengan dosis 4 g/kgBB, kelompok IV, V, dan VI
diberikan dekokta kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dengan dosis
berturut-turut 833,34 mg/KgBB; 1666,67 mg/KgBB; dan 3333,33 mg/KgBB.
Sukrosa 12% diberikan setelah 30 menit pemberian perlakuan dekokta
kulit kacang tanah dengan 3 peringkat dosis. Pengukuran kadar gula darah mencit
menggunakan glucometer dilakukan pada menit ke-0 sebelum pemberian sukrosa
dan pada menit ke-15, 30, 60, 90, 120 setelah pemberian sukrosa. Perhitungan
nilai AUC0-120 dan % PKGD dilakukan untuk melihat efek antihiperglikemik dari
sediaan. Berikut ini disajikan data rerata nilai AUC0-120 dan % PKGD dari setiap
kelompok.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. Rerata Nilai AUC0-120 dan % PKGD dari Setiap Kelompok
Perlakuan Pada Mencit Jantan Galur Swiss
Rerata Nilai AUC0-120
Kelompok Perlakuan % PKGD
(mg.menit/dL) ± SD
Kontrol Normal 9637,5 ± 1276,8 -
Kontrol Sukrosa 22027 ± 1114,6 -
Kontrol Akarbosa 11781 ± 610,8 82,9%
DKKT dosis 833,34 17397 ± 1615,6 38,1%
mg/KgBB
DKKT dosis 1666,67 15280,5 ± 1717,2 48,7%
mg/KgBB
DKKT dosis 3333,33 13726,5 ± 965,8 67,4%
mg/KgBB
Keterangan:
Kontrol Normal : Aquadest dosis
Kontrol Sukrosa : Sukrosa dosis 4 g/KgBB
Kontrol Akarbosa : Akarbosa dosis 80 mg/kgBB + sukrosa 4
g/KgBB
DKKT dosis 833,34 mg/KgBB : Dekokta kulit kacang tanah dosis 833,34
mg/KgBB + sukrosa dosis 4 g/KgBB
DKKT dosis 1666,67 mg/KgBB : Dekokta kulit kacang tanah dosis 1666,67
mg/KgBB + sukrosa dosis 4 g/KgBB
DKKT dosis 3333,33 mg/KgBB : Dekokta kulit kacang tanah dosis 3333,33
mg/KgBB + sukrosa dosis 4 g/KgBB
SD : Standar Deviasi
% PKGD : Penurunan Kadar Gula Darah
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV. Hasil Uji Bonferroni AUC0-120 Kadar Gula Darah pada Kelompok
Perlakuan Mencit Jantan Galur Swiss
Kontrol Kontrol Kontrol DKKT DKKT DKKT
Normal Sukrosa Akarbosa Dosis Dosis Dosis
Rendah Sedang Tinggi
Kontrol BB BTB BB BB BB
Normal
Kontrol BB BB BB BB BB
Sukrosa
Kontrol BTB BB BB BB BTB
Akarbosa
DKKT BB BB BB BTB BB
Dosis
Rendah
DKKT BB BB BB BTB BTB
Dosis
Sedang
DKKT BB BB BTB BB BTB
Dosis
Tinggi
Keterangan:
DKKT : Dekokta Kulit Kacang Tanah
BB : Berbeda Bermakna (P<0,05)
BTB : Berbeda Tidak Bermakna (P>0,05)
DKKT Dosis Rendah : Dosis 833,34 mg/KgBB
DKKT Dosis Sedang : Dosis 1666,67 mg/KgBB
DKKT Dosis Tinggi : Dosis 3333,33 mg/KgBB
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KESIMPULAN
1. Dekokta kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dosis 833,34 mg/KgBB;
1666,67 mg/KgBB; dan 3333,33 mg/KgBB memiliki efek antihiperglikemik
pada mencit jantan galur Swiss yang terbebani sukrosa
2. Tidak ditemukan dosis efektif pemberian dekokta kulit kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) pada mencit jantan galur Swiss yang terbebani sukrosa
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kandungan senyawa flavonoid
yang lebih spesifik.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Amadioha, A. C., Chidi, K. P., 2019. Phytochemical Composition of Aqueous and
Ethanolic Leaf Extracts of Piper guineense, Cassia alata, Tagetes erecta
and Ocimum graticimum. Journal of Pharmaceutical Researcher
International, 26(3), 1-8.
Anggraito, Y. U., Susanti, R., Iswari, R. S., Yuniastuti, A., Lisdiana,W. H, N.,
dkk., 2018. Metabolit Sekunder Dari Tanaman: Aplikasi dan Produksi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES, Semarang.
Arjadi, F., Susatyo, P., 2011. Regenerasi Sel Pulau Langerhans Pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Diabetes yang Diberi Rebusan Daging Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarp (scheff.)Boerl.). Efek Anti Diabetes Rebusan Buah
Mahkota Dewa, 2(2), 117-126.
Armiadi., 2009. Penambatan Nitrogen Secara Biologis Pada Tanaman
Leguminosa. WARTAZOA, 19(1), 23-30.
Astuti. A., Antriana, N., Zelpia., 2017. Biji Mahoni (Swietenia mahagoni)
Menurunkan Glukosa Darah Pada Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal
IPTEKS Terapan, 11(i3), 187-193.
BPOM RI., 2007. Acuan Sediaan Herbal. Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta.
BPOM RI., 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Prsyaratan Mutu Obat
Tradisional. BPOM RI, Jakarta. p. 11.
BPTP Lampung., 2017, Galur Harapan Kacang Tanah Tahan Penyakit Karat dan
Bercak Daun, http://lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita/4
-info-aktual/493-galur-harapan-kacang-tanah-tahan-penyakit-karat-dan-
bercak-daun, diakses tanggal 13 Januari 2020.
CABI, 2019. Arachis hypogaea (groundnut).
https://www.cabi.org/isc/datasheet/6932, diakses pada tanggal 13 Mei
2020.
Cahyono, B., Huda, M. D. K., Limantara, L., 2011. Pengaruh Proses Pengeringan
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza ROXB) Terhadap Kandungan
dan Komposisi Kurkuminoid. Reaktor, 13(3), 165-171.
Clarita, K., 2019. Efek Antihiperglikemik Infusa Biji Alpukat (Persea americana
Mill.) Pada Mencit Jantan Galur Swiss yang Terbebani Sukrosa.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Dahlan, M. S., 2014. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemda
Medika, Jakarta, pp. 53-54.
Erina, Nuryanti, S., Pursitasari, I. D., 2014. Uji Kualitatif Senyawa Metabolit
Sekunder Pada Daun Palado (Agave angustifolia) yang Diekstraksi Dengan
Pelarut Air dan Etanol. Jurnal Akademika Kimia, 3(3), 165-172.
Etuk, E.U., 2010. Animals Models for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture
and Biology Journal of North America, 1(2), 130-134.
Fiona, N., Oktaria, D., 2016. Pengaruh Kandungan Saponin dalam Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Darah. MAJORITY, 5(4), 128-132.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Franyoto, Y. D., Mutmainah, M., Kusmita, L., 2019. Uji Aktivitas Antioksidan
dan Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Kulit Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). Jurnal Ilmiah Cendekia Eksata, 4(1), 45-49.
Gunawan-Puteri, M. D. P. T., Rustandi, F., Hendra, P., 2018. Spray Dried
Aqueous Extract Of Lemongrass (Cymbopogon citratus) Exhibits In Vitro
and In Vivo Anti Hyperglycemic Activities. Jurnal Farmasi Sains dan
Komunitas, 15(2), 55-61.
Guntarti, A., Sholehah, K., Irna, N., Fistianingrum, W., 2015. Penentuan
Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana) Pada Variasi Asal Daerah. FARMASAINS, 2(5), 202-207.
Hamad, A., Jumitera, S., Puspawiningtyas, E., Hartanti, D., 2017. Aktivitas
Antibakteri Infusa Kemangi (Ocimum basilicum L.) Pada Tahu dan Daging
Ayam Segar. Inovasi Teknik Kimia, 2(1), 1-8.
Haryoto, Yuliati, K. S., Wahyuningtyas, N., 2010. Efek Antiinflamasi Ekstrak
Etanol Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Tikus Putih Jantan
Galur Witar yang Diinduksi Karagenin. PHARMACON, 11(1), 7-12.
Heikkinen, S., Argmann, C. A., Champy, M. F., Auwerx, J., 2007. Evaluation of
Glucose Homeostasis. Current Protocols in Molecular Biology.
Hiyoshi, T., Fujiwara, M., Yao, Z., 2019. Postprandial Hyperglycemia and
Postprandial Hypertriglyceridemia in Type 2 Diabetes. The Journal of
Biomedical Research, 33(1), 1-16.
International Diabetes Federation., 2020. IDF Western Pacific Members.
https://idf.org/our-network/regions-members/western-pacific/members/104-
indonesia.html. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
Kementrian Pertanian., 2014. LAKIP Laporan Kerja Instansi Pemerintahan.
Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Jakarta Selatan, p. 25.
Khairani., 2019. Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI,
Jakarta Selatan, p. 5.
Kumalasari, E., Susanto, Y., Rahmi, M. Y., Febrianty, D. R., 2019. Pengaruh
Pemberian Ekstrak Etanol Daun Ramania (Bouea macrophylla Griffith)
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit Putih (Mus muscullus) yang
Diinduksi Aloksan. Journal of Current Pharmaceutical Science, 2(2), 173-
179.
Kuo, S. C., Li, Y., Cheng, J. T., 2018. Glucose Tolerance Test Applied in
Screening of Anti-Diabetic Agents (S). Current Research in Diabetes &
Obesity Journal. 7(4). 1-3.
Latief, A. S., Syarief, R., Pramudya, B., Muhadiono., 2010. Peningkatan Mutu
Gula Tumbu Melalui Metode Sulfitasi Dalam Laboratorium. Gema
Teknologi, 16(1), 40-48.
Mclver, L.A., and Tripp, J., 2020. Acarbose. StatPearls Publishing, Treasure
Island (FL).
Ningsih, D. R., Zusfahair, Kartika, D., 2016. Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder Serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Antibakteri.
Molekul, 11(1), 101–111.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Novitasari, A. E., Putri, D. Z., 2016. Isolasi dan Identifikasi Saponin Pada Ekstrak
Daun Mahkota Dewi Dengan Ekstraksi Maserasi. Jurnal Sains, 6(12). 10-
14.
Packialakshmi, N., Naziya, S., 2014. Phytochemical and Antimicrobial Screening
of the Polar and Non-Polar Solvent Stem Extract of Caralluma Fimbriyata.
International Journal of Pure & Applied, 2 (4), 32-37.
Pandey, R., Patel, S., Pandit, P., Nachimuthu, S., Jose, S., 2017. Colouration of
Textiles Using Roasted Peanut Skin- An Agro Processing Residue. Journal
of Cleaner Production.
Prahastuti, S., 2011. Konsumsi Fruktosa Berlebihan dapat Berdampak Buruk bagi
Kesehatan Manusia. JKM, 10(2), 173-189.
Qonitah, S. H., Affandi, D. R., Basito., 2016. Kajian Penggunaan High Fructose
Syrup (HFS) Sebagai Pengganti Gula Sukrosa Terhadap Karakteristik Fisik
dan Kimia Biskuit Berbasis Tepung Jagung (Zea mays) dan Tepung Kacang
Merah (Phaseolus vulgaris L.). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 9(2), 9-
21.
Rheza, M., Khotimah, S., Liana D. F., 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Infusa
Daun Mangga Bacang (Mangifera foetida L.) terhadap Pertumbuhan
Shigella flexneri. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura,
3(1), 1-23.
Rohmah, J., Rini, C. S., Wulandari, F. E., 2019. Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak
Selada Merah (Latuca sativa var. Crispa) Pada Berbagai Pelarut Ekstraksi
Dengan Metode BLT (Brine Shrimp Lethality Test). Jurnal Kimia Riset,
4(1), 18-32.
Rukmana, R., 2012. Kacang Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta, pp. 14-15.
Sari, I. P., Maimunah, U., 2005. Efek Hipoglikemik Infus Kulit Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) Pada Tikus Putih Jantan (Wistar) yang Dibebani
Glukosa. Jurnal Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat, 15-18.
Sembiring, M., Sipayung, R., Sitepu, F. E., 2014. Pertumbuhan dan Produksi
Kacang Tanah Dengan Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit
Pada Frekuensi Pertumbuhan yang Berbeda. Jurnal Online
Agroekoteknologi, 2(2), 598-606.
Setiadi, A. K., 2018. Uji Hepatoprotektif Jangka Panjang Ekstrak Etanol 50%
Daging Buah Hylocereus polyrhizus Terhadap Kadar ALT dan AST Pada
Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida. Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Setiawan, A. A., Noviyanto, F., Ningsih, D. S., 2015. Uji Metabolit Sekunder Air
Perasan Kulit Buah Naga Daging Putih (Hylocereus undantus) serta Profil
Kromatogramnya. Farmagazine, 2(1), 30-34.
Shori, A. B., 2015. Screening of Antidiabetic and Antioxidant Activities of
Medicina Plants. Journal of Integrative Medicine, 13(5), 297-305.
Siregar, N. S., 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13(2), 38-44.
Soelistijo, S.A., dkk., 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Indonesia. PB. PERKENI, Jakarta, pp. 27, 31.
Sornalakshmi V., Tresina Soris P., Paulpriya K., Packia Lincy M., Mohan V. R.
2016. Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) in Normal Control and
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keterangan:
t : Jumlah kelompok
n : Jumlah subyek
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8. Hasil Uji Kadar Air Serbuk Kulit Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.)
Gambar 4. Kadar Air Serbuk Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A B
A B
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A B
Keterangan
A : Dekokta kulit kacang tanah + FeCl3 0,1%
B : Dekokta kulit kacang tanah
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 9. Hasil KLT Flavonoid, Saponin, dan Tanin Pada Deteksi UV254 nm
Keterangan:
a : Baku pembanding (Flavonoid: rutin; saponin: saponin; tanin: asam tanat)
b : IKKT (Infusa Kulit Kacang Tanah)
c : DKKT (Dekokta Kulit Kacang Tanah)
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 12. Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit Jantan Galur Swiss
Menggunakan Glukometer (Accu Check)
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13. Hasil Analisis Statistik Data Rerata AUC0-120 Kadar Gula Darah Pada Setiap Kelompok Perlakuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
AUC0-120 Kadar Gula Kontrol Normal (Aquadest) .204 5 .200* .942 5 .679
Darah Mencit
Kontrol Positif (Akarbosa) .292 5 .190 .885 5 .331
Oneway
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Descriptives
AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit
Kontrol Normal
5 9637.5000 1276.80754 571.00569 8052.1340 11222.8660 8302.50 11437.50
(Aquadest)
Kontrol Positif
5 11781.0000 610.81042 273.16273 11022.5787 12539.4213 11212.50 12652.50
(Akarbosa)
Kontrol Gula
5 22173.0000 1114.59690 498.46289 20789.0452 23556.9548 21262.50 24105.00
(Sukrosa)
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34 5 17397.0000 1615.64171 722.53694 15390.9159 19403.0841 15337.50 19335.00
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67 5 15280.5000 1717.15280 767.93408 13148.3732 17412.6268 13335.00 17190.00
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33 5 13726.5000 965.84743 431.94010 12527.2420 14925.7580 12615.00 14730.00
mg/KgBB)
Total 30 14999.2500 4271.12045 779.79634 13404.3874 16594.1126 8302.50 24105.00
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.589 5 24 .201
ANOVA
AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67 -3499.50000* 805.70575 .003 -6124.7969 -874.2031
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33 -1945.50000 805.70575 .356 -4570.7969 679.7969
mg/KgBB)
Kontrol Gula Kontrol Normal
12535.50000* 805.70575 .000 9910.2031 15160.7969
(Sukrosa) (Aquadest)
Kontrol Positif
10392.00000* 805.70575 .000 7766.7031 13017.2969
(Akarbosa)
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34 4776.00000* 805.70575 .000 2150.7031 7401.2969
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67 6892.50000* 805.70575 .000 4267.2031 9517.7969
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33 8446.50000* 805.70575 .000 5821.2031 11071.7969
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis Kontrol Normal
7759.50000* 805.70575 .000 5134.2031 10384.7969
Rendah (833,34 (Aquadest)
mg/KgBB)
Kontrol Positif
5616.00000* 805.70575 .000 2990.7031 8241.2969
(Akarbosa)
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kontrol Gula
-4776.00000* 805.70575 .000 -7401.2969 -2150.7031
(Sukrosa)
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67 2116.50000 805.70575 .222 -508.7969 4741.7969
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33 3670.50000* 805.70575 .002 1045.2031 6295.7969
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis Kontrol Normal
5643.00000* 805.70575 .000 3017.7031 8268.2969
Sedang (1666,67 (Aquadest)
mg/KgBB)
Kontrol Positif
3499.50000* 805.70575 .003 874.2031 6124.7969
(Akarbosa)
Kontrol Gula
-6892.50000* 805.70575 .000 -9517.7969 -4267.2031
(Sukrosa)
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34 -2116.50000 805.70575 .222 -4741.7969 508.7969
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33 1554.00000 805.70575 .985 -1071.2969 4179.2969
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis Kontrol Normal
4089.00000* 805.70575 .001 1463.7031 6714.2969
Tinggi (3333,33 (Aquadest)
mg/KgBB)
Kontrol Positif
1945.50000 805.70575 .356 -679.7969 4570.7969
(Akarbosa)
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kontrol Gula
-8446.50000* 805.70575 .000 -11071.7969 -5821.2031
(Sukrosa)
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34 -3670.50000* 805.70575 .002 -6295.7969 -1045.2031
mg/KgBB)
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67 -1554.00000 805.70575 .985 -4179.2969 1071.2969
mg/KgBB)
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
46