Anda di halaman 1dari 6

Economic Briefing

Januari 2017

Tantangan Eksternal Tantangan Internal


• Kondisi ekonomi global masih belum • Kenaikan tingkat Inflasi seiring dengan
membaik. Kondisi tersebut diakibatkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok
rencana Presiden terpilih yang akan (TDL, BBM, Pangan) bersamaan.
melakukan repatriasi laba perusahaan • Lambatnya recovery beberapa sektor riil
AS, mendorong peningkatan FFR lebih sehingga NPL perbankan masih relatif tinggi.
agresif (3 kali), defisit fiskal lebih besar • Masih tingginya target Pajak , potensi budget
sehingga akan mendorong capital inflow ke cut, naiknya defisit APBN, serta meningkatnya
AS dan pada akhirnya diperkirakan akan penerbitan obligasi Pemerintah akan menekan
membuat USD mengalami penguatan likuditas perbankan
terhadap mata uang lainnya.
• Disatu sisi, Target pertumbuhan Kredit
meningkat dan KUR diperluas membutuhkan
likuiditas lebih besar.

Mewaspadai Pelemahan Yuan (CNY)....

- Hanya untuk kepentingan internal BRI - 1


Economic Briefing
Januari 2017

Supply dan Demand Komoditas

• Harga Komoditas mengalami perbaikan pada


akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017. Hampir
semua harga komoditas perkebunan dan
pertambangan mengalami peningkatan
diantaranya adalah minyak, batu
bara, nikel, alumunium, CPO, dan karet.
• Kenaikan harga diakibatkan penurunan supply
(produksi) dan meningkatnya demand.
Penurunan supply diakibatkan oleh penurunan
produksi karena harga yang rendah dan faktor
cuaca, seperti El Nino yang terjadi di Malaysia dan
Indonesia dan banjir besar terjadi di Thailand.
• Peningkatan permintaan bersumber dari
keperluan bahan baku Industri. Seperti timah
akan naik seiring meningkatnya konsumsi material
semikonduktor, karet karena peningkatan produksi
industri otomotif, batu bara seiring kebutuhan
pembangkit tenaga listrik, dan CPO seiring dengan
kebutuhan biodisel, industri makanan minuman
serta kecantikan.

Indikator Sektor Riil selama tahun 2016 belum sepenuhnya pulih………

• Indikator sektor rill selama tahun


2016 belum menunjukkan
pemulihan yang signifikan. Kondisi
tersebut dapat dilihat dari tercatat
Indeks Purchasing Manager
Index, Ekspor Non-Migas, Penerimaan
Pajak, penjualan sepeda motor, serta
penjualan semen menunjukkan
perlambatan bila dibandingkan
dengan posisi Desember 2015.
• Kedepannya, daya beli masyarakat
diperkirakan dapat lebih baik.
Kondisi tersebut dapat dilihat dari
Consumer Confidence Index yang pada
posisi Desember 2016 meningkat bila
dibandingkan dengan Desember
2015.
Sumber: Bloomberg, dan CEIC diolah oleh Economist Group BRI (Agustus 2016)
- Hanya untuk kepentingan internal BRI - 2
Economic Briefing
Januari 2017
APBN 2017 lebih realistis, namun risiko masih ada....

Penerimaan Perpajakan (Rp. Triliun) Realisasi SBN Pemerintah (Rp Triliun)


Anggaran Realisasi
654 667
597
542
502
428 430
370

2014 2015 2016 2017*

• Target penerimaan pajak di tahun 2017 dinilai sudah realistis. Hal tersebut dikarenakan target 2017
mengalami penurunan sebesar 2,8% apabila dibandingkan dengan target 2016 dan meningkat
sebesar 16,5% apabila dibandingkan dengan realiasasi tahun 2016.
• Realisasi SBN Pemerintah selalu melebihi anggaran / rencana. Selisih terbesar antara target dan
anggaran terjadi di tahun 2016 yang mencapai Rp110 triliun. Hal tersebut diakibatkan target perjakan
yang terlalu tinggi ditengah masih terbatasnya pertumbuhan ekonomi.

Indikator APBNP 2016 dan APBN 2017..

• Defisit yang terkendali di tahun 2016


mengindikasikan bahwa pengeloaan
anggaran pemerintah berjalan dengan
baik. Defisit dapat ditekan ke 2,46% dari
yang diperkirakan oleh pemerintah
sebesar 2,7%. Di tahun
2017, diperkirakan akan lebih baik karena
defisit ditargetkan hanya 2,41%.
• Rasio utang pemerintah terhadap PDB
di tahun 2017 akan meningkat seiring
dengan besarnya utang yang
diterbitkan. Rasio utang pemerintah
dapat mencapai sekitar 28,5% sedikit
meningkat dari tahun 2016 (28)%
• Tax ratio di tahun 2017 ditargetkan hanya meningkat 1% dari 10,5% menjadi 11,5% (tahun
2016), namun presentase anggaran Infrastruktur meningkat menjadi 18,6%. Dengan kondisi
tersebut, diperlukan dana yang besar untuk menutupi kenaikan anggaran Infrastuktur dari luar APBN
seperti memaksimalkan BUMN yang telah mendapat Penyertaan Modal Negara (PMN) dan Swasta
melalui skema Public Private Partnership (PPP)
- Hanya untuk kepentingan internal BRI - 3
Economic Briefing
Januari 2017
Indikator Perbankan Nasional Tahun 2016 lebih baik dari tahun 2015

• Indikator perbankan Nasional tercatat baik selama


tahun 2016. Meskipun rasio kredit bermasalah (Non
Performing Loan/NPL) tercatat lebih tinggi dari pada
tahun 2015, dari 2,5% menjadi 3,1%, tingkat
kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR)
perbankan masih bisa dijaga bahkan meningkat ke
23,1%.
• Pertumbuhan kredit meningkat di akhir tahun 2016.
Di akhir tahun 2016, pertumbuhan kredit tercatat
sebesar 9,% (yoy) setelah pada bulan sebelumnya
hanya tumbuh 6,5% di bulan Oktober. Sementara
itu, Tingkat pertumbuhan 2016 dibawah 2015
(10,1%).
• Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mulai membaik. Di akhir tahun 2016, pertumbuhan DPK
meningkat dibandingkan November dari 6,5% (yoy) menjadi 8,0% (yoy). Peningkatan DPK tersebut
dinilai cukup baik karena mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan ditengah melambatnya
perputaran jumlah uang dan besarnya penerbitan surat utang negara.

Pertumbuhan DPK dan Kredit Perbankan Nasional

• Peningkatan Kredit yang lebih


tinggi dari DPK membuat LDR
di tahun 2016 meningkat.
Tercatat LDR perbankan
Nasional dapat mencapai 94%
di tahun 2016 lebih tinggi
daripada 2015 yang hanya
sebesar 92%.
• Tingkat Suku bunga Deposito
dan Kredit mengalami
penuruan selama tahun 2016.
Kondisi tersebut didukung oleh
penurunan suku bunga acuan
BI sebesar 150 bps di tahun
2016.
• Tingkat penurun suku bunga
(DPK dan Kredit) mengalami
perlambatan di triwulan IV-
2016 seiring dengan semakin
ketatnya persaingan
penghimpunan dana di akhir
tahun.
Sumber: Bloomberg, dan CEIC diolah oleh Economist Group BRI (Agustus 2016)
- Hanya untuk kepentingan internal BRI - 4
Economic Briefing
Januari 2017
Share DPK dan Kredit Bank BRI....

Share BRI terhadap Nasional (%)


• Perbankan mengalami Defisit funding
DPK Pinjaman di tahun 2016 seiring dengan
pertumbuhan kredit yang lebih tinggi
15,0 dari pada simpanan.
• Secara Nominal, penambahan kredit
13,8 selama tahun 2016 sebesar Rp367 T.
13,0 Apabila dikurangi realisasi KUR (Rp95 T)
12,5 maka kredit komersial selama 2016
hanya tumbuh Rp272 T.
• Share DPK dan Pinjaman BRI terhadap
nasional mengalami peningkatan dari
2011 2015 tahun 2011 ke tahun 2015. Share DPK
BRI meningkat menjadi 15% sedangkan
Kredit menjadi 13,8% di tahun 2015.
Share BRI di Provinsi (%) Tahun 2015 • Kenaikan share BRI menandakan
Nasional 15
bahwa secara rata-rata tingkat
pertumbuhan kredit dan DPK diatas
Banten (3,08) 11,2 tingkat pertumbuhan nasional. Selain
DKI (50,00)
itu, peningkatan share juga menandakan
11,4
bahwa Bank BRI sebagai salah satu
Kalbar (1,03) 13,8 pendorong utama tingkat pertumbuhan
kredit dan DPK perbankan nasional.
Kepri (1,45) 6,2
• Terdapat 6 provinsi yang share DPK BRI
Sumsel (1,36) 14,1 dibawah Share DPK BRI nasional, yaitu
provinsi Riau (6,2%), Sumut
Sumut (4,25) 13
(13%), Banten (11,2%), Kalbar
-1 1 3 5 7 9 11 13 15
(13,8), Sumut (13%), Sumsel (14%), dan
DKI (11,4%).
Share DKI Terhadap Nasional (%) • Sebanyak 50% DPK Perbankan Nasional
beredar di Provinsi DKI. Sementara
Luar Jawa 2016 itu, Jawa Non DKI sebesar 28% dan Luar
Jawa 22%. Apabila digabung, maka
22%
sebanyak 78% DPK nasional berada di
Pulau Jawa.
Jakarta • Provinsi DKI merupakan potensi
50% penghimpunan DPK terbesar. Provinsi
DKI mendominasi 50% DPK Nasional
sedangkan share DPK BRI di Provinsi DKI
Jawa Non- baru mencapai 11,4% atau dibawah
DKI share DPK Nasional BRI yang mencapai
28% 15%.

- Hanya untuk kepentingan internal BRI - 5


Economic Briefing
Januari 2017
Kesimpulan

1.
1 Risiko global “double T” (Trump dan Tiongkok) dan kebijakan internal akan
memberikan ketidakpastian dalam perekonomian Indonesia 2017.

2.
2 Perekonomian Indonesia diperkirakan masih akan tetap tumbuh lambat dibarengi
dengan pelemahan rupiah dan ekspektasi Inflasi. Penurunan suku bunga akan
tertahan dan kenaikan NPL akan menjadi ancaman serius.

3 Masalah Likuiditas menjadi tantangan utama Perbankan dan BRI di 2017. Transformasi
3.
BRI untuk menarik DPK dan Non-DPK melalui dana inflow dan inklusi keuangan harus
diakselerasi terutama menarik dana dari nasabah yang belum terjangkau oleh layanan
perbankan.

4 Di tahun 2017, Prospek bisnis BRI akan tetap terjaga dengan memfokuskan pada:
4.
a.
a Perusahaan-perusahaan berbasis komoditas (minyak, batubara, CPO, komoditas)
memiliki prospek bisnis membaik—
Pertamina, PGN, ADARO, SMMT, ANTAM, SMG, WILMAR
b.
b Program-program Pemerintah -- Kementerian, PEMDA dan BUMN-
PSO, (Kemendikbud, Kemenkeu, Kemenhan, Kemenhub, Kemenag, Kemensos, Kem
endesa, dana-dana subsidi2 melalui PLN, Pupuk, KAI, BULOG,…..Dana DESA, SILPDA
di BPD-BPD)
c.
c Kerjasama BUMN di BUMN potensial penerima PMN (SMI, BULOG, PT. Haka Sarana
Investama, WIKA, PP, KS, INKA, LPEI, BPJS), anak-anak perusahaan BUMN
d Menggaet nasabah Sektor Konsumsi mikro/retail, khususnya makanan/minuman
d.
dan rumah tangga yg masih kuat melalui jalur-jalur distribusi sampai ke pelosok
(Mayora, WINGS, AlfaMart, IndoMart, Mini Market…..)
e.
e Menarik dana-dana cash melalui inklusi keuangan, BRIZI, BRI-Link. FinTech
(perusahaan retail, konsumen, jalan Tol, usaha kecil dan individu)
Economist Group
Divisi Corporate Development & Strategy
PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO),Tbk Economic Analyst:
Gedung BRI II,31st Floor Akbar Suwardi Head of Economist Group
Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210 – Praditya Hikmah Perwira Achmad Royadi
Indonesia Telp 021-575 2300. Sigit Herlambang
Email: economist.group@corp.bri.co.id. Zed Harisah Surya Grana
Disclaimer: The information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. However, none of PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. and/or its affiliated companies and/or their respective
employees and/or agents makes any representation or warranty (express or implied) or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions
contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the issue thereof. We expressly disclaim any responsibility or liability
(express or implied) of PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk., its affiliated companies and their respective employees and agents whatsoever and howsoever arising (including, without limitation for any
claims, proceedings, action , suits, losses, expenses, damages or costs) which may be brought against or suffered by any person as a results of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this
report and PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. , its affiliated companies or their respective employees or agents accepts liability for any errors, omissions or mis-statements, negligent or otherwise, in the report and any
liability in respect of the report or any inaccuracy therein or omission there from which might otherwise arise is hereby expresses disclaimed. The information contained in this report is not be taken as any
recommendation made by PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. or any other person to enter into any agreement with regard to any investment mentioned in this document. This report is prepared for general circulation.
It does not have regards to the specific person who may receive this report. In considering any investments you should make your own independent assessment and seek your own professional financial and legal
advice.
- Hanya untuk kepentingan internal BRI - 6

Anda mungkin juga menyukai