Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN LAPORAN PENILAI

KJPP DESMAR, FERDINAND, HENTRIAWAN DAN REKAN


TANGGAL 16/19 AGUSTUS 2019
1. Identitas Para Pihak
a. Para Pihak dalam Perjanjian:
1) PT United Tractors Tbk sebagai pemberi pinjaman, selanjutnya disebut “Perseroan”;
2) PT Acset Indonusa Tbk sebagai penerima pinjaman, selanjutnya disebut “ACSET”.
b. KJPP Desmar, Ferdinand, Hentriawan dan Rekan sebagai penilai, selanjutnya disebut
“Penilai”.

2. Obyek Analisis Pendapat Kewajaran


Obyek analisis pendapat kewajaran dalam hal ini adalah memberikan pendapat kewajaran atas
rencana transaksi Perseroan yang akan memberikan tambahan fasilitas pinjaman kepada ACSET
berupa pembiayaan modal kerja dengan jumlah tambahan fasilitas pokok pinjaman sebesar
Rp2.400.000.000.000 (dua triliun empat ratus miliar Rupiah) dengan tingkat suku bunga sebesar
JIBOR + 2,5% atau setara dengan 9,26% per tahun, sehingga jumlah fasilitas pinjaman yang
diberikan oleh Perseroan seluruhnya adalah sebesar Rp. 4.000.000.000.000 (empat triliun
Rupiah) (selanjutnya disebut “Rencana Transaksi”).

3. Maksud dan Tujuan Pemberian Pendapat Kewajaran


Penilai memahami bahwa laporan pendapat kewajaran diperlukan dalam rangka memenuhi
peraturan Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”) dahulu Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (BAPEPAM-LK) terkait dengan peraturan perusahaan publik (terbuka).

4. Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam melaksanakan penilaian atas Rencana Transaksi adalah
sebagai berikut :
a. Penilaian didasarkan pada kajian analisis dan perhitungan berdasarkan data dan informasi
yang diterima Penilai; dan
b. Semua data, pernyataan beserta Informasi yang Penilai terima dari manajemen dan data
atau informasi yang tersedia untuk publik;
c. Data ekonomi dan industri dalam laporan penilaian diperoleh dari berbagai sumber, kondisi
umum bisnis dan keuangan, dan peraturan pemerintah;
d. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh pihak Pemerintah maupun swasta yang
berkaitan dengan kondisi obyek penilaian, dalam hal ini kondisi pasar dan sebagainya bukan
menjadi tanggung jawab Penilai.

5. Pendekatan dan Metode Analisis Yang Digunakan


Pendekatan dan metode analisis yang digunakan mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Analisis atas Rencana Transaksi;
2) Analisis kualitatif dan kuantitatif atas Rencana Transaksi.
3) Analisis kewajaran atas Rencana Transaksi.

Dalam menilai kewajaran Rencana Transaksi, Penilai menggunakan metodologi analisis sebagai
berikut:
1) Analisis transaksi
Analisisis ini mencakup:
a. Pihak-pihak yang melakukan transaksi dan hubungan keterkaitan antar pihak;
b. Skema Rencana Transaksi pinjaman modal kerja oleh Perseroan;
c. Analisis manfaat Rencana Transaksi pinjaman afiliasi bagi Perseroan;
d. Analisis risiko Rencana Transaksi pinjaman afiliasi bagi Perseroan.

2) Analisis kualitatif
a. Tinjauan Ekonomi Makro Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2019 diperkirakan relatif sama dengan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya. Konsumsi swasta tetap baik
didukung keyakinan konsumen yang tetap terjaga.

Inflasi
Inflasi Indeks Harga Konsumen (“IHK”) pada Juni 2019 tetap terjaga pada level yang
rendah dan stabil. Inflasi IHK pada Juni 2019 tercatat 0,55% (month to month), menurun
dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,68% (month to month).
Inflasi inti tetap terkendali, meskipun sedikit meningkat dibandingkan dengan bulan
sebelumnya. Pada Juni 2019, inflasi inti tercatat sebesar 0,38% (month to month), lebih
tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,27% (month to
month). Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 3,25% (year on year), meningkat
dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,12% (year on year). Inflasi 2019 diprakirakan
berada di bawah titik tengah kisaran sasarannya 3,5±1%.

Nilai Tukar Rupiah


Nilai tukar Rupiah menguat sehingga mendukung stabilitas eksternal. Pada Juni 2019,
nilai tukar Rupiah menguat 1,04% secara point to point dibandingkan dengan level akhir
Mei 2019 (Grafik 7.), dan 1,13% secara rerata dibandingkan dengan level Mei 2019.
Penguatan Rupiah berlanjut pada Juli 2019, yakni 1,06% sampai 17 Juli 2019 secara point
to point dibandingkan dengan level akhir Juni 2019. Penguatan tersebut didorong oleh
menariknya imbal hasil investasi portofolio di aset keuangan domestik.

Suku Bunga
Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) overnight (O/N) sebagai sasaran operasional
kebijakan moneter terjaga di kisaran suku bunga kebijakan BI7DRR. Pada Juni 2019, suku
bunga PUAB O/N bergerak di kisaran -24 bps s.d. -21 bps dari BI7DRR dengan rata-rata
harian (RRH) sebesar 15 bps di bawah BI7DRR, atau sedikit melebar dibandingkan bulan
sebelumnya dengan RRH 12 bps di bawah BI7DRR. Suku bunga deposito perbankan
turun. Rata-rata tertimbang (RRT) suku bunga deposito pada Juni 2019 mencapai 6,83%,
lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga pada bulan sebelumnya sebesar 6,86%.
Suku bunga kredit masih dalam tren penurunan pada Juni 2019. RRT suku bunga kredit
pada Juni 2019 tercatat sebesar 10,75%, turun dari 10,77% pada bulan sebelumnya.

b. Tinjauan Industri Alat Berat dan Industri Konstruksi di Indonesia


Membaiknya harga batu bara telah mendorong peningkatan aktivitas penambangan
yang membuat para pelaku penambangan batu bara meningkatkan belanja modal untuk
pembelian alat berat. Hal ini berpengaruh pada industri mesin konstruksi terutama alat
berat yang pasar utamanya berasal dari sektor pertambangan, konstruksi, perkebunan
dan kehutanan. Penjualan alat berat telah menunjukkan peningkatan yang signifikan
didorong oleh tumbuhnya industri pertambangan batu bara Indonesia. Selain dari sektor
pertambangan, pertumbuhan industri alat berat Indonesia juga didorong oleh sektor
konstruksi, perkebunan dan kehutanan. Sektor konstruksi tumbuh sejalan dengan
meningkatnya pembangunan proyek infrastruktur sebagai salah satu prioritas
pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menarik investasi.

c. Prospek Usaha Perseroan


Batu bara masih tetap menjadi bagian yang dominan sebagai sumber energi primer,
termasuk di negara maju seperti AS dan China. Walaupun persentasenya di dalam
bauran energi 27unia akan semakin berkurang. China adalah pasar terbesar yang
menyerap sekitar 30% produksi batu bara Indonesia. Oleh karena itu, melambatnya
ekonomi global dan kebijakan pembatasan impor China diperkirakan akan mengoreksi
harga batu bara di tahun 2019. Bloomberg memperkirakan impor batu bara China pada
tahun 2019 akan turun 4% (year on year) hingga hanya mencapai 200 juta ton. Namun
demikian, Ppermintaan batu bara masih akan kuat di kawasan Asia dan India didorong
oleh peningkatan produksi pembangkit tenaga listrik berbahan bakar batu bara dan
industri logam dasar seperti baja. Walaupun masih akan menghadapi berbagai
tantangan di tahun 2019, Perseroan tetap optimis atas prospek usaha ke depan. Dengan
menerapkan berbagai strategi untuk merespons setiap perubahan yang sudah
diidentifikasi sebelumnya dan diversifikasi usaha yang dijalankan diharapkan Perseroan
dapat mempertahankan kinerja yang baik.

3) Analisis kuantitatif
a. Perseroan
Analisis Kinerja Keuangan Perseroan
Jumlah aset Perseroan per 31 Desember 2018 mencapai Rp 116,3 triliun, meningkat 41%
dari Rp 82,3 triliun pada periode yang sama tahun 2017. Peningkatan jumlah aset
terutama disebabkan kenaikan persediaan sebesar 75% atau setara Rp 5,9 triliun, dan
aset tetap sebesar 50% atau setara Rp 8,2 triliun. Hingga akhir Juni 2019 total aset
Perseroan mencapai Rp 118,3 triliun. Hingga akhir Juni 2019 Jumlah liabilitas Perseroan
kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp 60,1 triliun. Peningkatan ini
terutama karena meningkatnya liabilitas jangka panjang.

Analisis Rasio Keuangan Perseroan


- Rasio Likuiditas;
- Rasio Aktivitas;
- Rasio Solvabilitas;
- Rasio Profitabilitas;

b. ACSET
Analisis Kinerja Keuangan ACSET
Total aset ACSET di tahun 2018 tercatat sebesar Rp 8,94 triliun, naik 68,41%
dibandingkan dengan tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp5,31triliun. Peningkatan ini
terutama berasal dari naiknya total aset lancar yang mencapai 72,13% atau Rp 3,40
triliun. Jumlah aset ACSET per 30 Juni 2019 kembali mengalami peningkatan menjadi
sebesar Rp 10,72 triliun. Liabilitas ACSET pada tahun 2018 tercatat sebesar Rp 7,51
triliun, meningkat 94,08% dibandingkan dengan tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp
3,87 triliun. Peningkatan ini disebabkan naiknya total liablitas jangka pendek sebesar
99,71% atau Rp 3,70 triliun. Adapun total liabilitas ACSET per 30 Juni 2019 adalah
sebesar Rp 9,70 triliun.
Analisis Rasio Keuangan ACSET
- Rasio Likuiditas;
- Rasio Aktivitas;
- Rasio Solvabilitas;
- Rasio Profitabilitas;

4) Analisis kewajaran atas Rencana Transaksi


a. Analisis Perbandingan Tarif Bunga
Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka tTarif bunga atas fasilitas pinjaman pemegang
saham yang diberikan Perseroan kepada ACSET berada diatas tarif bunga pasar.
b. Analisis Inkremental
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa terdapat incremental atau nilai
tambah atas pendapatan bunga sebesar Rp. 592,6 miliar jika Perseroan melakukan
transaksi pinjaman pemegang saham dibandingkan dengan Perseroan menyimpan dana
dukungan modal tersebut dalam bentuk simpanan deposito sesuai dengan jatuh tempo
pelunasan fasilitas pinjaman.

6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh aspek yang terkait
dalam rangka menentukan dampak positif secara kualitatif maupun kuantitatif dari rencana
transaksi yang akan dilakukan, maka Penilai berpendapat bahwa Rencana Transaksi yang akan
dilakukan oleh Perseroan berupa tambahan pemberian fasilitas pinjaman pemegang saham
sebesar Rp 2,4 triliun dengan tingkat suku bunga sebesar JIBOR +2,5% atau setara dengan 9,26%
per tahun adalah Wajar.

Anda mungkin juga menyukai