Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR JAWABAN TUGAS

TTM
TUGAS : 1 − 2 − 3∗)
MATA KULIAH : KETERAMPILAN
SD BERBAHASA INDONESIA

Nama Mahasiswa : Askha Anggita S. Waktu : 60 Menit


NIM : 857334054
Program Studi : 54 − 83 − 72∗) Semester :4

Jawaban Essay :
1.
1.) Perencanaan
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Tujuan
Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah
Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan penilaian. Setiap komponen
mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu
kesatuan. Berikut ini, penjelasan tiap-tiap komponen tersebut.
a. Mencantumkan identitas
Terdiri atas nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan alokasi waktu. Hal yang perlu
diperhatikan, adalah
(1) RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
(2) Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan Indikator dikutip dari silabus.
(Standar Kompetensi - Kompetensi Dasar - Indikator adalah suatu alur
pikir yang saling terkait tidak dapat dipisahkan)
(3) Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar,
dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 45
menit). Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar
dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan
bergantung pada kompetensi dasarnya.
b. Merumuskan tujuan pembelajaran
Tujuan merupakan output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan
pembelajaran. Misalnya pada kegiatan pembelajaran: Mendapatkan informasi
tentang hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya.
c. Menentukan materi pembelajaran
Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari
indikator. Indikator: peserta didik dapat mengidentifikasi benda-benda dalam
kehidupan sehari-hari yang memiliki sifat-sifat tertentu maka materi
pembelajaran adalah benda-benda dalam kehidupan sehari-hari, dan sifat-sifat
benda.
d. Menentukan metode pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai cara untuk mencapai
tujuan, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan
pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang
dipilih. Oleh karena itu, pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran
dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta
didik:
(1) pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan
keterampilan proses, kontekstual, keterampilan proses, pemecahan
masalah, dan sebagainya;
(2) metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi,
tanya jawab, e-learning, dan sebagainya.
e. Menentukan kegiatan pembelajaran.
f. Menentukan penilaian.

2.) Pelaksanaan
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-
langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan
memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Langkah-langkah minimal yang harus dipenuhi pada setiap unsur
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan pendahuluan
(1) Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materiyang akan
dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan
ilustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan slide animasi, dan
sebagainya.
(2) Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi
yang akan diajarkan.
(3) Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi,
bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dan sebagainya.
(4) Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan
dipelajari. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi
pelajaran secara garis besar.
(5) Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan
pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).
b. Kegiatan inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat
mengonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-masing.
Langkah- langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta didik dapat
menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan
pembelajaran dan indikator.
Untuk memudahkan, biasanya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran
Kerja Peserta didik (LKS), baik yang berjenis cetak atau noncetak. Khusus untuk
pembelajaran berbasis ICT yang online dengan koneksi internet, langkah-
langkah
kerja peserta didik harus dirumuskan detil mengenai waktu akses dan
alamat website yang jelas. Termasuk alternatif yang harus ditempuh jika
koneksi mengalami kegagalan.
Pada Standar Proses (Permendiknas No. 41) Kegiatan inti menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran,
yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Maka pada RPP
ketiga proses ini sebaiknya diungkapkan dalam tulisan. Contoh kegiatan
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi adalah:
(1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
(a) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
(b) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
(c) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
(d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan
(e) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
(2) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:
(a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
(b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
(c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
(d) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif;
(e) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat
untuk meningkatkan prestasi belajar;
(f) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
(g) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan kerja individual maupun
kelompok;
(h) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;
(i) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
(3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
(a) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta
didik;
(b) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber;
(c) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan;
(d) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman
yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar;
(e) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar;
(f) membantu menyelesaikan masalah;
(g) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
(h) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
(i) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
c. Kegiatan penutup
(1) Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/ simpulan.
(2) Guru memeriksa hasil belajar peserta didik. Dapat dengan memberikan tes
tertulis atau tes lisan atau meminta peserta didik untuk mengulang
kembali simpulan yang telah disusun atau dalam bentuk tanya jawab
dengan mengambil ± 25% peserta didik sebagai sampelnya.
(3) Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di
luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remedial/pengayaan.
Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk
seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model
pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan
modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.

3.) Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian pemenuhan indikator.
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan persentase
Penilaian dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan nontes.
Penilaian dengan tes dapat berbentuk tertulis, lisan, dan perbuatan (praktek).
Adapun penilaian dengan nontes dapat dilakukan dengan pengamatan,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan penilaian yang bermakna dapat
dilengkapi
portofolio untuk masing-masing peserta didik. Bentuk instrumen penilaian
dipilih sesuai dengan teknik/jenis penilaiannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah sebagai berikut.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dan
bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan peserta didik adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian
hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan kegiatan pembelajaran berikutnya, program remedial bagi peserta
didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan minimal,
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang diperoleh
dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan
pendekatan tugas observasi lapangan maka penilaian harus diberikan baik pada
proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil
observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
f. Penilaian dapat dilakukan secara: tes tertulis, lisan, perbuatan, penugasan,
produk, serta pengamatan dan unjuk kerja.

Ada dua jenis penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbicara,


yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan selama
kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk
kerja yang
dilakukan peserta didik ketika menyajikan kompetensi berbicara yang dituntut
kurikulum atau mempresentasikan secara individual. Dalam penilaian proses
digunakan lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri atas aspek: (1)
kedisiplinan; (2) minat; (3) kerja sama; (4) keaktifan; dan (5) tanggung jawab.
Dalam penilaian hasil digunakan rubrik penilaian untuk mengetahui
kompetensi peserta didik dalam berbicara, misalnya menanggapi pembacaan
puisi. Ada beberapa aspek yang dinilai, yaitu (1) kelancaran menyampaikan
pendapat/tanggapan; (2) kejelasan vokal; (3) ketepatan intonasi; (4) ketepatan
pilihan kata (diksi); (5) struktur kalimat (tuturan); (6) kontak mata dengan
pendengar; (7) ketepatan mengungkapkan gagasan disertai data tekstual.
Penilaian kompetensi berbicara yang dilakukan dengan unjuk
kerja/performance yang utama perlu diukur adalah yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa seperti penguasaan lafal, struktur, dan kekayaan kosakata.
Selain itu, juga penguasaan masalah yang menjadi bahan pembicaraan,
bagaimana peserta didik memahami topik yang dibicarakan dan mampu
mengungkapkan gagasan di dalamnya, serta kemampuan memahami bahasa
lawan bicara (Nurgiantoro, 2001: 276).
Penilaian kemampuan berbicara haruslah membiasakan peserta didik untuk
menghasilkan bahasa dan mengemukan gagasan melalui bahasa yang sedang
dipelajarinya. Dengan kata lain, penilaian berbicara harus dilakukan dengan
praktek berbicara. Jadi, bentuk penilaian pembelajaran berbicara seharusnya
memungkinkan peserta didik untuk tidak saja mengucapkan kemampuan
berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaannya
sehingga penilaian ini bersifat fungsional (Nurgiantoro, 2001:278).
Berikut contoh model penilaian berbicara.
(a) Pembicaraan berdasarkan gambar:
(1) pemberian pertanyaan;
(2) bercerita (menceritakan gambar).
(3) Wawancara.
(4) Bercerita.
(5) Berpidato.
(6) Diskusi.
(7) Bermain peran
Dalam menggunakan bentuk-bentuk penilaian di atas, pelaksanaannya tetap
harus fokus pada aspek kognitif. Meskipun aspek psikomotor yang berupa gerakan
mulut, ekspresi mata, dan gesture lain juga harus dinilai, 6 tingkatan aspek kognitif
Bloom yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan berpikir tetap harus
menjadi fokus utama karena berkaitan dengan kemampuan menuangkan gagasan
(Nurgiantoro, 2001:291). Keenam tingkatan berpikir (C1- C6) dari yang paling
rendah hingga paling tinggi (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
menyintesiskan, dan mengevaluasi) harus dinilai dengan menggunakan rubrik dan
perskoran yang tepat sehingga tidak ada peserta didik yang dirugikan karena
kompetensi setiap peserta didik terukur dengan alat ukur yang akurat.

2.
RENCANA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Sekolah : SDN GARUDA PANCASILA


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/1
Aspek : Berbicara
Waktu : 2 × 35 menit
Standar Kompetensi : Siswa mampu memerankan tokoh drama dengan
lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
Kompetensi Dasar : Siswa mampu memerankan tokoh drama dengan
lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
Hasil Belajar : Dapat memainkan peran.
Indikator : 1. Menceritakan watak tokoh.
2. Mendiskusikan dan melatih peran dengan ekspresi
yang tepat.
3. Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan
ekspresi yang tepat.
Materi Pokok : Bermain Peran
Metode : Pemodelan, learning community (belajar kelompok), dan
inkuiri.
Media : Teks cerita drama.
Sumber : Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas 5.

Skenario Pembelajaran
Pendahuluan
Apersepsi
Motivasi

Inti
Eksplorasi
- Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang pokok-pokok
cerita yang didengar.
- Peserta didik lain diberi kesempatan untuk mengomentari jawaban-
jawaban temannya.
- Secara kelompok, peserta didik membuat dugaan mengenai watak tokoh.
Elaborasi
- Peserta didik berdiskusi antarkelompok untuk menelaah teks cerita drama.
- Peserta didik mencari kebenaran tentang watak dan karakter tokoh.
- Peserta didik berlatih memainkan peran dalam bentuk dialog.

Konfirmasi
- Peserta didik mementaskan peran berdasarkan cerita drama.
- Peserta didik memberikan penilaian kepada tampilan kelompok.
- Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.

Penutup
- Guru memberikan penguatan tentang materi yang baru selesai dibahas.
- Peserta didik mendapat tugas menganalisis karakter tokoh dalam sinetron
ditontonnya di TV dan mencatat 4 karakter.

Evaluasi
- Penilaian proses.
Pengamatan aktivitas peserta didik dalam kelompok dan selama
proses pembelajaran dengan menggunakan tabel observasi aktivitas; bekerja
sama dalam kelompok; memberikan sumbang saran/ide dalam kelompok;
menerima saran dan kritik untuk perbaikan; dan cepat
melaksanakan/menyelesaikan tugas.
3. Metode SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik Sintetik, yang pada
dasarnya metode ini hampir sama dengan metode global. Hanya saja pada
metode ini disertai dengan proses perangkaian kembali atau sintesis. Metode
SAS adalah pembelajaran membaca permulaan menggunakan proses
penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi
huruf/fonem itu kemudian dilanjutkan dengan proses sintetik. Hasil
penguraian tadi dikembalikan mengikuti urutan sebagai berikut : dari huruf
atau fonem yang berupa suku kata, gabungan suku kata menjadi kata, dan
gabungan kata menjadi kalimat semula.
Kelebihan metode SAS adalah membuat anak mudah mengikuti prosedur
dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya, berdasarkan
landasan linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan
lancar. Metode SAS juga memiliki kekurangan yaitu memiliki kesan bahwa
pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar, dan tuntutan seperti ini
dipandang cukup sulit karena karakter setiap guru atau pengajar berbeda-beda.
Sedangkan metode eja merupakan pendekatan harfiah yang artinya
belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan
menjadi suku kata, pembelajarannya dimulai dengan pengenalan huruf-huruf.
Metode eja ini sangat penting dalam meningkatkan tujuan pembelajaran
khususnya siswa kelas 1 SD yaitu membaca dan menulis permulaan pada
pelajaran bahasa Indonesia sebab metode eja sangat tepat diajarkan dalam
membaca dan menulis permulaan. Proses pembelajaran menggunakan metode
eja melalui sistem tubian dan hafalan akan mendominasi proses pembelajaran
membaca dan menulis permulaan dengan metode ini.
Kelebihan metode eja adalah siswa diharuskan untuk mengetahui
setiap lambang huruf jadi siswa lebih cepat dan hafal fonem, siswa langsung
mengetahui bunyi dari setiap bentuk huruf. Kekurangan dari metode eja
sendiri adalah siswa yang belajar menggunakan metode eja harus mengetahui
setiap lambang huruf kemudian menyusunnya menjadi kata
maka membutuhkan waktu yang lebih lama.
Sebenarnya baik metode sas maupun metode Eja ini sama-sama efektif
diterapkan di kelas 1 SD. Namun kembali lagi kepada peserta didik dan juga
guru. Alasan terjadinya perbedaan keefektifan metode antara kelas Ibu Tati
dan kelas Pak Arif adalah karena setiap guru memiliki metode andalan mereka
sendiri, metode yang bisa dengan leluasa dan mereka kuasai. Begitupun
peserta didik, kemungkinan peserta didik di kelas Pak Arif sebagian
besar lebih merasa cocok dengan metode eja meskipun membutuhkaan
jangka
waktu yang lebih lama.

4.
Rencana Program Pembelajaran Bahasa Indonesia

Nama Sekolah : SDN GADOG 02


Kelas : 5 SD
Semester :1
Alokasi Waktu : 2 × 35 menit
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Standar Kompetensi
Memahami teks dengan dengan membaca teks percakapan, membaca cepat
75 kata per menit, dan membaca puisi.
Kompetensi Dasar
Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Indikator
1. Menyebutkan unsur intrinsik puisi
2. Membaca puisi dengan lafal, jeda, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

Tujuan Pembelajaran
1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan unsure-unsur puisi dengan benar
2. Melalui ceramah dan tanya jawab siswa dapat aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam membaca puisi dengan benar
3. Melalui demonstrasi, siswa dapat menjelaskan aspek-aspek dalam membaca
puisi dengan benar
4. Melalui kerja kelompok siswa dapat memberikan penilaian terhadap hasil
pembacaan puisi dengan tepat
5. Melalui simulasi, siswa dapat membaca puisi dengan lafal, jeda, intonasi,
dan ekspresi yang benar
Karakter yang diharapkan : percaya diri, tanggung jawab, kreatif.

Metode dan Pendekatan Pembelajaran


1. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Demonstrasi
d. Simulasi
e. Penugasan

2. Pendekatan
EEK (Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi)

Materi Pokok
Puisi

Kegiatan Belajar Mengajar


Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
• Siswa memberi salam kepada guru
• Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa
dan menanyakan kabar mereka
• Guru menanyakan kehadiran siswa
• Siswa dan guru berdoa berama
• Guru memberi acuan tentang materi yang akan
Awal dipelajari hari ini 10 menit
• Guru memberi apersepsi tentang materi yang
akan dipelajari hari ini melalui sebuah cerita
• Guru memberi motivasi kepada siswa agar giat
belajar.
• Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang
kegiatan yang akan dilakukan hari ini
Eksplorasi
• Siswa dan guru bertanya jawab tentang puisi
• Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang
puisi
• Siswa membaca materi tentang puisi
• Siswa melihat demonstrasi tentang pembacaan
puisi
Elaborasi
• Siswa dibagi ke dalam kelompok dengan anggota
tiap kelompok berjumlah 4 orang
Inti 50 menit
• Siswa mendapatkan LKS dari guru
• Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi
bersama dengan kelompoknya
• Siswa menyampaikan hasil kerja kelompoknya di
depan kelas
• Siswa membaca puisi di depan kelas
• Siswa memberikan pendapat tentang hasil kerja
kelompok lain
• Siswa memberikan pendapat tentang pembacaan
puisi yang dilakukan kelompok lain
Konfirmasi
• Siswa dan guru bersama-sama membahas hasil
kerja siswa
• Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan
materi yang telah dipelajari hari ini
• Siswa mengerjakan soal evaluasi
• Guru mengoreksi soal evaluasi
• Guru memberi penguatan kepada siswa

• Siswa mendapatkan pekerjaan rumah dari guru


Akhir 10 menit
• Guru menutup pembelajaran dan berdoa bersama

Media dan Sumber Belajar


1. Media
a. Video
b. Naskah puisi
2. Sumber belajar
Nur’aini Umri.2008.Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas
V.Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Penilaian
1. Pengetahuan
a. Soal evaluasi

2. Sikap
Perubahan sikap
No Nama Kreatif Tanggung Percaya diri
jawab
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
3. Keterampilan
Baik sekali Baik Cukup Perlu
Aspek bimbing an
4 3 2 1
Lafal dalam Lafal dalam Lafal dalam Lafal dalam
Lafal membaca puisi membaca puisi membaca puisi membaca puisi
sangat tepat tepat kurang tepat tidak tepat
Jeda dalam Jeda dalam
Jeda dalam Jeda dalam
Jeda membaca membaca puisi membaca membaca puisi
puisi tepat puisi tidak tepat
sangat tepat kurang tepat
Intonasi Intonasi
dalam Intonasi dalam dalam Intonasi dalam
Intonasi membaca membaca puisi membaca membaca puisi
puisi tepat puisi tidak tepat
sangat tepat kurang tepat
Ekspresi Ekspresi Ekspresi Ekspresi
dalam dalam dalam dalam
Ekspresi
membaca puisi membaca puisi membaca puisi membaca puisi
sangat tepat tepat kurag tepat tidak tepat

Pedoman Penskoran
Skor Maksimal = 100
Skor = skor x100
Skor maksimal
Skor Predikat Klasifikasi
81-100 A SB (Sangat Baik)
66-80 B B (Baik)
51-65 C C (Cukup)
0-50 D K (Kurang)

No Nama Skor Kriteria


1
2
3
5. Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan pembelajaran adalah melalui
penilaian pembelajaran. Penilaian pembelajaran ini merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah kegiatan pembelajaran. Dalam standar
proses (Permendikbud No. 22 Tahun 2016) disebutkan bahwa kegiatan guru
dalam pengelolaan pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah meliputi aspek:
a. sikap;
b. pengetahuan;
c. keterampilan.
Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif
mengenai perilaku peserta didik.
Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan
peserta didik.
Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik
menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
Ragam dan bentuk penilaian hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
(1)Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan; dan
(2)Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:
a. mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik;
b. memperbaiki proses pembelajaran; dan
c. menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester,
akhir semester, akhir tahun dan/atau kenaikan kelas.
Menurut sumber yang saya baca, alasan perlunya penilaian pembelajaran
dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dikelola guru;
2) Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran;
3) Untuk memberikan umpan balik bagi siswa dan guru;
4) Sebagai pertimbangan bagi lembaga dan pemerintah untuk mengambil
kebijakan tentang pendidikan;
5) Untuk evaluasi diri guru dan sekolah dalam mengelola pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai