Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

ANALISIS PESAN AKHLAK DALAM KISAH NABI AYYUB A.S

A. Analisis Terhadap Penafsiran Kisah Nabi Ayyub A.S.


Setelah meneliti setiap kitab tafsir Ath Thabari, Ibnu Katsir, Al Qurthubi dan
kitab tafsir Al Munir dapat disimpulkan seperti berikut:

1. Tafsir Ath Thabari

Menurut penulis dalam tafsir Ath Thabari, beliau menafsirkan ayat-ayat al Quran
dengan cara mentakwil ayat-ayat al Quran yang berkaitan dengan kisah Nabi Ayyub as
berpandukan secara langsung hadis Nabi saw. Serta periwayat-periwayat para ulama
berkaitan kisah Nabi Ayyub. Selain itu juga penulis menemukan banyak periwayatan
israiliyat dalam penafsirannya. Ini menyebabkan banyak periwayatan tentang kisah Nabi
Ayyub yang berbeda isi serta jalan ceritanya.

B. Tafsir Ibnu Katsir

Pada tafsir Ibnu Katsir pula, penulis mengenal pasti cara beliau menafsirkan Ayat
al Quran dengan Ayat al Quran yang lain yang bersangkutan dengan kisah Nabi Ayyub as,
serta beliau turut memuatkat hadis Nabi bagi menjelaskan setiap penafsirannya berkaitan
dengan kisah Nabi Ayyub. Ibnu katsir juga memuatkan kata sahabat dan tabiin dalam
penafsirannya ini menyebabkan beliau dapat menjelaskan kisah Nabi Ayyub dengan detil
dan benar serta mudah dipahami.

C. Tafsir al Qurtubi

Dalam tafsir Qurtubi, penulis dapat mengenal pasti cara beliau menafsir ayat al
Quran di dalam tafsirnya. Antaranya adalah beliau menafsirkan ayat al Quran dengan cara
menjelas maksud ayat al Quran dengan ayat al Quran yang lain serta memuatkan juga hadis
Nabi sebagai penguat penafsirannya. Penulis juga mengenal pasti bahwa beliau turut
menjelaskan hukum yang terdapat dalam kisah Nabi Ayyub secara jelas dan mudah
dipahami oleh penulis.

1
D. Tafsir al Munir

Pada tafsir al Munir, penulis menemukan cara Prof Wahbah zuhaili menafsirkan
ayat al Quran yang berkaitan dengan Nabi Ayyub. Cara beliau menafsirkan ayat al Quran
adalah dengan cara memuatkan langsung periwayatan kisah Nabi Ayyub dari hadis Nabi,
dan beliau tidak memasukkan kisah israiliyat dalam penafsirannya. Ini membantu penulis
mengenal pasti yang mana periwayatan kisah Nabi Ayyub yang sahih ataupun israiliyat.

E. Secara umumnya dari keempat tafsir diatas dapat dipahami bahwa:


1. Nabi Ayyub A.S merupakan seorang manusia yang berketurunan dari Nabi Ibrahim A.S.
Ini jelas telah diberitahu dalam setiap kitab tafsir yang penulis teliti bahwa Nabi Ayyub
A.S merupakan seorang Nabi yang berketurunan dari Nabi Ibrahim dari jalur bapanya.
Manakala dari jalur ibunya, Nabi Ayyub berketurunan dari Nabi Luth A.S.
2. Menurut penelitian penulis, Nabi Ayyub A.S merupakan seorang yang mempunyai
nikmat yang banyak dikaruniakan Allah kepadanya, baik dari segi martabatnya seorang
Nabi, mempunyai harta yang banyak, mempunyai keturunan yang banyak, serta
dihormati oleh orang ramai ketika itu.
3. Nabi Ayyub A.S telah diuji dengan bermacam keadaan disebabkan syetan yang iri
dengan Nabi Ayyub kerna ketinggian martabatnya disisi Allah SWT. Nabi Ayyub telah
diuji dengan kehilangan harta seluruhnya, kematian anak-anaknya seluruhnya serta
kesihatannya diambil oleh Allah sehingga Nabi Ayyub jatuh sakit yang kronik.
4. Nabi Ayyub merupakan seorang Nabi yang sangat sabar sehinggakan julukan kesabaran
para Nabi diambil dari peristiwa yang telah dihadapi oleh Nabi Ayyub A.S. Nabi Ayyub
sabar dengan ujian yang menimpanya sehingga istrinya tidak mampu menahan lagi
kesabarannya sehingga mengeluh kepada Nabi Ayyub atas ujian yang menimpa mereka
secara bertingkat-tingkat itu. Namun begitu, Nabi Ayyub tetap bersabar dengan apa
yang berlaku.
5. Setelah sekian lama ditimpa penyakit yang tidak kunjung sembuh, Nabi Ayyub
mengadu kepada Allah dalam keadaan yang sangat merendah diri. Nabi Ayyub berdoa
dan mengungkapkan permohonannya dengan ungkapan yang sangat baik dan memelas.

2
Nabi Ayyub berdoa bukan untuk meminta kesembuhan, tetapi baginda berdoa dengan
memuji Allah.

F. Pesan-Pesan Akhlak Dalam Kisah Nabi Ayyub A.S.


Setelah penulis meneliti secara rinci penelitian yang dibuat, dapat diketahui bahwa
terdapat beberapa pesan akhlak yang terkandung dalam kisah Nabi Ayyub A.S yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan. Antara pesan akhlak yang dapat penulis kemukakan
adalah:
1. Pesan akhlak dalam kesyukuran
2. Pesan akhlak dalam kesabaran
a. Pesan akhlak dalam kesyukuran
1. Pengertian Syukur.
Kata syukur yang dikutip oleh Ida Fitri Shobihah dalam Kamus Kontemporer Arab-
Indonesia, berasal dari bahasa arab dengan kata dasar “syakara” yang artinya berterima
kasih, bentuk masdar dari kalimat ini adalah syukr, syukraan yang artinya rasa terima kasih. 1
Syukur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai rasa terima kasih
kepada Allah swt, dan untunglah (meyatakan perasaan lega, senang dan sebagainya). 2
Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang
dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. 3 Hakikat syukur adalah
menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya.
Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan
yang dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan
lidah.4
Menurut istilah syara’, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang diberikan
oleh Allah swt dengan disertai ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat
tersebut sesuai dengan kehendak Allah swt.5

1
Ida Fitri Shobihah, “Dinamika Syukur pada Ulama Yogyakarta”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga, 2013), hlm 23.
2
Ibid
3
Amir An-Najar, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern, Terj. Ija Suntana, (Bandung:
PT. Mizan Publika, 2004), hlm 90
4
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 1996), hlm 216
5
Muhammad Syafi’ie el-Bantanie, Dahsyatnya Syukur, (Jakarta: Qultum Media, 2009), hlm. 2

3
Menurut sebagian ulama, Syukur berasal dari kata “syakara”, yang artinya membuka
atau menampakkan. Jadi, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat Allah swt yang
dikaruniakan padanya, baik dengan cara menyebut nikmat tersebut atau dengan cara
mempergunakannya di jalan yang dikehendaki oleh Allah swt.6
2. Kriteria Syukur
Kriteria bersyukur itu bilamana seseorang mengetahui bahwa tidak ada yang
memberi nikmat selain Allah swt. Dan apabila telah mengetahui rincian nikmat Allah yang
ada pada diri yaitu pada aggota tubuh, jasad dan roh, serta seluruh kehidupan yang
diperlukan. Maka dalam hati akan muncul kesenangan kepada Allah swt, dan nikmatNya
serta anugrahnya. Kemudian kerajianan untuk beribadat akan timbul sebagai ungkapan rasa
terima kasih dengan hati, lisan dan semua anggota tubuh kepada Allah swt.
Bersyukur dengan hati adalah dengan cara memendam rasa kebaikan kepada semua
makhluk dan selalu menghadirkan kepada Allah swt dalam zikirnya serta tidak pernah
melupakannya.
Bersyukur dengan lisan pula dengan mengucapkan berbagai puji syukur yang
menunjukkan bahwa berterima kasih kepadaNya.
Bersyukur dengan aggota tubuh pula adalah dengan menggunakan nikmat-nikmat
Allah swt untuk taat kepadaNya dan menghindari penggunaan nikmat-nikmatNya untuk
mengdurhakaiNya. 7
3. Kesyukuran Nabi Ayyub A.S
Jika dilihat dari penelitian peneliti, Nabi Ayyub adalah seorang yang bersyukur
dengan nikmat yang dikaruniakan Allah keatasnya. Ketika Nabi Ayyub A.S belum diuji
oleh Allah, baginda tidak lupa untuk beribadat kepada Allah swt. Ini dibuktikan apabila
ujian menimpa dirinya, baginda sedang beribadat kepada Allah.
Walaupun demikian, setelah berlaku ujian keatasnya, Nabi Ayyub A.S masih lagi
beribadah dan memuji Allah untuk menyatakan kesyukuran atas nikmat lain yang masih
Allah karuniakan kepadanya.

6
Aura Husna (Neti Suriana), Kaya dengan Bersyukur: Menemukan Makna Sejati Bahagia dan
Sejahtera dengan Mensyukuri Nikmat Allah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013), hlm. 110-111
7
Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Penerjemah : Bahrun Abu Bakar,Lc. Ringkasan Ihya’
Ulumuddin (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2016) hlm. 412.

4
Tidak beberapa lama, baginda diuji lagi dengan ujian yang lain. Ujian yang
berikutnya adalah lebih berat dari ujian sebelumnya. Namun Nabi Ayyub A.S masih sahaja
bersabar dengan ujian tersebut dan menyatakan kesyukurannya karena Allah masih lagi
memberi nikmat kepadanya walaupun sebahagian nikmat yang Allah karuniakan kepadanya
telah diambil kembali olehNya.
Untuk yang ketiga kali Nabi Ayyub A.S diuji dengan lebih berat lagi, namun baginda
masih bersabar dan menyatakan kesyukurannya kepada Allah karena pernah
menganugrahkan nikmat kepadanya dahulu.
b. Pesan akhlak dalam kesabaran

1. Pengertian Sabar
Kata “sabar” artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati, ia
juga berarti ketabahan. Imam al-Ghazali mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati
melaksanakan tuntutan agama menghadapi rayuan nafsu.
Secara umum kesabaran dapat dibagi dalam dua pokok: pertama, Sabar jasmani
yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintahperintah keagamaan yang
melibatkan anggota tubuh, seperti sabar dalam melaksanakan ibadah haji yang
melibatkan keletihan atau sabar dalam peperangan membela kebenaran. Termasuk pula
dalam kategori ini, sabar dalam menerima cobaan-cobaan yang menimpa jasmani
seperti penyakit, penganiayaan dan semacamnya. Kedua, adalah sabar rohani
menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada
kejelekan, seperti sabar menahan amarah, atau menahan nafsu lainnya. 8
Secara etimologi sabar berasal dari bahasa arab, ‫ ﺻﱪا – ﺻﱪ‬- ‫ ﺼﻳﱪ‬yang berarti
bersabar, tabah hati, berani. Dalam bahasa Indonesia, sabar berarti: “tahan menghadapi
cobaan, tabah, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu-buru nafsu.9
2. Kesabaran Nabi Ayyub

8
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hlm.181
9
Mahmud Yunus, kamus Arab- Indonesia, (Jakarta: yayasan penyelenggara
penterjemeh/penafsiran al-Qur’an, 1973), hlm. 211.

5
Dalam kisah Nabi Ayyub A.S dapat penulis kemukakan nilai akhlak yang paling
utama adalah nilai kesabaran. Ini karena Nabi Ayyub A.S merupakan tokoh kesabaran
yang sempurna sepanjang zaman.

Sabar merupakan akhlak utama yang digalakkan Al-Quran dalam sejumlah


ayatnya. Orang muslim juga dituntut oleh Allah S.W.T untuk mengiringi keburukan
yang dilakukannya dengan perbuatan baik, dan tabah menerima hal-hal yang
menyakitkan dari sanak kerabatnya demi memupus api permusuhan di kalangan internal
kaum muslim. Dan penolong pada hal ini adalah kesabaran. 10

Perlu diketahui bahwa sabar itu terhimpun dari tiga perkara, yaitu ilmu,
keadaaan dan amal. Ilmu dalam kesabaran sama halnya dengan pohon, keadaan sama
dengan dahannya, dan amal sama dengan buahnya. Bilamana telah diketahui bahwa
kemaslahatan agama terletak pada sabar, maka hal ini menimbulkan kekuatan yang
mendorong semangat untuk bersikap sabar. 11

Sabda Rasulullah SAW,

َ َ‫ْس ذَاكَ أِل َ َح ٍد إأ ََّّل أل ْل ُمؤْ أم أن إأ ْن أ‬


َ ُ‫ﺻابَتْه‬
‫س َّرا ُء‬ َ ‫َع َجبًا أِل َ ْم أر ْال ُمؤْ أم أن إأ َّن أَ ْم َرهُ ُكلَّهُ َخي ٌْر َولَي‬
12 َ
ُ‫ﺻبَ َر فَ َكانَ َخي ًْرا له‬ َ ‫ض َّرا ُء‬َ ُ‫ﺻابَتْه‬ َ َ‫ش َك َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَهُ َوإأ ْن أ‬ َ
“perkara orang mumin mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan
itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mukmin, bila tertimpa kesenangan, ia
bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar
dan sabar itu baik baginya”
Nabi Ayyub A.S. baginda merupakan seorang yang dilimpahi kesenangan, oleh itu
Allah telah menguji baginda dengan ujian bertingkat-tingkat yang sangat berat. Walaupun
demikian, Nabi Ayyub tetap bersabar atas ujian yang diberikan.

10
Dr. Muhammad Fauqi Hajjaj, Penerjemah : Kamran As’at Irsyady Dan Ghazali,Tasawuf Islam
& Akhlak, (Jakarta: Amzah 2013) hlm, 298.
11
Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Penerjemah : Bahrun Abu Bakar,Lc. Ringkasan Ihya’
Ulumuddin (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2016) hlm. 410.
12
HR.Muslim, No.5318.

6
Dalam mengarungi kehidupan, Nabi Ayyub A.S mengalami perubahan nasib dan
kondisi antara mudah dan susah, kaya dan miskin, sehat dan sakit. Dalam hal ini, seorang
muslim dituntut untuk bersabar menghadapi fluktuasi perubahan ini.
Ujian yang pertama ditimpa kepada Nabi Ayyub adalah dengan hartanya yang telah
diambil oleh Allah seluruhnya sehingga baginda jatuh miskin. Namun demikian, baginda
bersabar dengan ujian yang dihadapi walaupun ada ganguan dari syetan yang coba untuk
mempengaruhi baginda.
Allah berfirman:

‫واۖ َوأ ُ ۟ولَ ٰۤـ ِٕىكَ هُ ُم‬


۟ ُ‫ﺻدَق‬ ِۗ ‫س ۤا أء َوٱلض ََّّر ۤا أء َو أحينَ ۡٱلبَ ۡأ أ‬
َ َ‫س أ ُ ۟ولَ ٰۤـ ِٕىكَ ٱلَّذأﻳن‬ َ ‫ﺼ ٰـبأ أرﻳنَ فأی ۡٱلبَ ۡأ‬
َّ ‫َوٱل‬
َ‫ۡٱل ُمتَّقُون‬
“dan ketabahan orang-orang yang sabar dalam masa kesempitan, dan dalam masa
kesakitan, dan juga dalam masa bertempur dalam perjuangan perang Sabil. orang-orang
yang demikian sifatnya), mereka itulah orang-orang yang benar (beriman dan
mengerjakan kebajikan); dan mereka itulah juga orang-orang yang bertaqwa.”

Setelah Nabi Ayyub diuji dengan kemiskinan, lalu Allah swt menguji lagi baginda
dengan ujian kematian anak-anaknya yang tersayang. Walaupun diuji sebegitu, Nabi
Ayyub masih lagi mampu untuk bersabar walaupun kesakitan kehilangan orang yang
tersayang itu ramai orang tidak mampu untuk menahannya. Tetapi, dengan kekuasaan
Allah serta kemurnian hati Nabi Ayyub, baginda tetap mampu untuk bersabar.
Kehilangan anak atau orang yang dicintai merupakan pukulan berat bagi diri
seseorang. Dalam hal ini seseorang mukmin sejati harus membentengi diri dengan
kesabaran dan keimanan agar musibah yang menimpanya berbuah syurga.
Sabda Rasulullah saw:

‫سبَهُ إأ ََّّل‬ ْ ‫ﺻ أفيَّهُ أم ْن أَ ْه أل الدُّ ْنيَا ث ُ َّم‬


َ َ‫احت‬ َ ُ‫َما ألعَ ْبدأي ْال ُمؤْ أم أن أع ْندأي َجزَ ا ٌء إأذَا قَبَضْت‬
13ُ َّ ْ
‫ال َجنة‬

13
HR Bukhari, No. 5944.

7
“tidak ada balasan yang sesuai di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika aku
mencabut nyawa orang yang dicintainya di dunia, kemudian ia rela dan bersabar
kecuali surga”
Termasuk kemurahan Allah terhadap orang mukmin, Dia selalu memberikan
pahala atas setiap kejadian buruk (musibah) yang menimpanya dlam kehidupan selama ia
bersabar dan redha menerima qada’ dan takdir Allah.
Setelah Nabi Ayyub A.S diuji dengan kematian anaknya, baginda diuji lagi dengan
mendapat penyakit kulit yang kronik. Sehingga menyebabkan Nabi Ayyub A.S terlantar
kesakitan dan hanya dibantu oleh istrinya yang setia membantu.
Sabda Rasulullah SAW:

‫ب َو ََّل ه ٍَم َو ََّل ُح ْز ٍن َو ََّل أَذًى َو ََّل غ ٍَم َحتَّى‬ َ ‫ب َو ََّل َو‬
ٍ ‫ﺻ‬ َ َ‫يب ْال ُم ْس أل َم أم ْن ن‬
ٍ ‫ﺼ‬ ُ ‫ﺼ‬‫َما ﻳُ أ‬
14
ُ‫طاﻳَاه‬ َّ ‫ش ْو َك أة ﻳُشَا ُك َها إأ ََّّل َكفَّ َر‬
َ ‫َّللاُ بأ َها أم ْن َخ‬ َّ ‫ال‬
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan
kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya
melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya”

Ulama-ulama akhlak dalam islam telah membicarakan masalah sabar sebagai


perilaku keluhuran yang terpenting. Ia merupakan sikap konsisten yang membangkitkan
semangat agama menghadapi dorongan syahwat, atau beramal dengan komitmen
keyakinan untuk meninggalkan berbagai syahwat dan menekuni berbagai amal ketaatan.15

Sabar secara luasnya bisa diartikan sebagai sikap tak gelisah (jaz’ an-nafs) ketika
tertimpa musibah, akan tetapi pengertiannya meluas hingga lebih banyak lagi dari ini sesuai
dengan keragaman kaitan yang lebih lanjut berimplikasi pada perbedaan istilahnya. Dalam
bebrapa kondisi khusus, sabar juga disebut dengan istilah ‘iffah, control diri (dhabth an-
nafs), berani, hilm, lapang dada, zuhud, dan qana’ah.16

Ibu ‘Abbas mengatakan bahwa sabar dalam Al-Quran ada tiga macam, yaitu sabar
dalam menunaika hal-hal yang difardhukan oleh Allah swt maka baginya tiga ratus derajat,

14
HR Bukhari, No. 5210.
15
Dr. Muhammad Fauqi Hajjaj, Penerjemah : Kamran As’at Irsyady Dan Ghazali,Tasawuf Islam
& Akhlak, (Jakarta: Amzah 2013) hlm, 304.
16
Ibid.

8
dan bersabar terhadap hal-hal yang diharamkan Allah swt maka baginya enam ratus
derajat, dan bersabar terhadap musibah pada saat benturan pertama maka baginya Sembilan
ratus derajat.17

Sabar menghadapi musibah saat momen pertama lebih diunggulkan daripada jenis-
jenis kesabaran sebelumnya, padahal mereka sama-sama termasuk laku keutamaan karena
setiap orang mukmin mampu bersabar dari hal-hal yang diharamkan. Sedangkan sabar
menghadapi bala ujian Allah swy hanya dimampui oleh para Nabi sebab ia merupakan
komoditas kaum shiddiqin yang berat bagi diri. 18

Menurut hemat penulis dari seluruh penelitian diatas, dapat diambil pengajaran dari
nilai akhlak dari kesyukuran dan kesabaran yang yang telah dilakukan oleh Nabi Ayyub
A.S. Walaupun kita tidak semampu Nabi Ayyub A.S dalam amalan kebaikan dan
ketaantannya kepada Allah tetapi itu bukanlah satu alasan yang boleh kita jadikan untuk
meninggalkan sesuatu kebaikan disisi Allah swt. Seperti satu qaedah fiqih menyatakan: ( ‫ما‬
‫“ )ال يدرك كله ال يترك كله‬jika tidak mampu melakukan seluruhnya, Jangan tinggalkan
keseluruhnya”

17
Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Penerjemah : Bahrun Abu Bakar,Lc. Ringkasan Ihya’
Ulumuddin (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2016) hlm. 411.
18
Dr. Muhammad Fauqi Hajjaj, Penerjemah : Kamran As’at Irsyady Dan Ghazali,Tasawuf Islam
& Akhlak, (Jakarta: Amzah 2013) hlm, 306.

9
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dijelaskan tentang kisah Nabi Ayyub A.S di atas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kisah Nabi Ayyub ini merupakan kisah yang banyak membicarakan tentang ujian-ujian
yang menimpanya. Bermula dari ujian kehancuran seluruh hartanya tanpa
meninggalkan sisa walau sedikitpun. Namun begitu kesabaran Nabi Ayyub diceritakan
dalam Al-Quran dan dalam kitab tafsir yang diteliti oleh penulis. Selain itu Nabi Ayyub
A.S diuji pula dengan kematian semua anaknya sehingga menyebabkan Nabi Ayyub
A.S sedih dan hampir mengeluh dengan ujian tersebut. Namun beliau langsung
bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benar taubat sehingga Allah langsung
menerima taubat Nabi Ayyub A.S. Seterusnya, Nabi Ayyub A.S diuji pula dengan
ditimpa keatasnya penyakit kulit yang kronik. Menurut penelitian penulis, dari tafsir
Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Munir menyatakan penyakit yang ditimpa Nabi Ayyub A.S
bukanlah penyakit kulit yang menjijikkan karena para Nabi terlindung dari penyakit
jijik. Begitu juga dengan pendirian penulis lebih mengambil pendapat bahwa penyakit
yang menimpa Nabi Ayyub A.S itu bukanlah penyakit yang menjijikkan. Dalam kisah
Nabi Ayyub ini juga diceritakan tentang bagaimana Allah swt menyembuhkan penyakit
tersebut selepas Nabi Ayyub berdoa kepada Allah dengan doa yang berupa pemujian
kepada Allah tanpa baginda menyatakan maksud yang sebenar dari doa itu, namun
Allah swt adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui isi hati hambanya. Dari ini dapat kita
fahami bahwa kesembuhan yang berlaku tetap dengan usaha dari Nabi Ayyub sendiri
dengan memerintahkan Nabi Ayyub untuk menghentakkan kaki ke tanah supaya keluar
air dari tanah tersebut dengan izin Allah. Dan kemudiannya air itu menjadi ubat bagi
kesembuhan penyakit Nabi Ayyub. Allah juga menukilkan dalam Al-Quran tentang
Nabi Ayyub benar-benar menghargai nikmat yang diberi kepadanya apabila belalang
emas yang jatuh dari langit diambil oleh Nabi Ayyub lalu disimpa olehnya. Ini
menandakan bahwa tidak salah untuk menyimpan harta yang banyak karena harta yang

10
banyak merupakan rahmat dari Allah yakni Tuhan Yang Maha Agung dan Yang Maha
Memberi Kekayaan.
2. Dalam kisah Nabi Ayyub ini terdapat beberapa pesan akhlak yang penulis temui pesan
akhlak tersebut adalah, kita seharusnya mencontohi sikap Nabi Ayyub A.S yang
sentiasa bersyukur kepada Allah swt walau apa keadaan sekalipun. Nabi Ayyub
bersyukur apabila dikaruniakan harta yang banyak sehingga baginda tidak lupa
beribadah kepada Allah serta tidak melupakan manusia yang lainnya. Sifat yang baik
pada Nabi Ayyub itu membuatkan Nabi Ayyub dihormati masyarakat sekeliling.
Menurut hemat penulis, antara pesan akhlak yang dapat diambil lagi adalah tentang
kesabaran Nabi Ayyub apabila ditimpa musibah kesakitan yang lama sehingga menurut
para ulama, kesabaran para Nabi itu disebut karena peristiwa yang dilalui oleh Nabi
Ayyub diuji dengan ujian yang maha dahsyat. Nabi Ayyub tidak lupa untuk beribadah
dan berzikir memuji Allah selama waktu kesakitan yang dialaminya.
B. Saran
Dari keselurusan kisah Nabi Ayyub terdapat banyak hikmah yang perlu diambil
dan dijadikan pengajaran kepada kita pada waktu ini. Ini karena kisah-kisah terdahulu
merupakan pengajaran yang sangat berguna kepada kita.

Saranan penulis kepada seluruh pembaca dan tidak lupa kepada diri penulis supaya
meneladani akhlak Nabi Ayyub. Seterusnya supaya kita tidak jemu dalam mengkaji dan
menyelidiki kisah-kisah terdahulu karena tujuan Al-Quran diturunkan adalah sebagai
pedoman dan petunjuk kepada kita ummat akhir zaman.

Segala kekurangan dari penelitian ini diharapkan dapat diteruskan oleh peneliti
selanjutnya karena batasan ilmu Allah tidak terbatas cukup hanya di dunia, tetapi
merangkumi akhirat juga.

11

Anda mungkin juga menyukai