Anda di halaman 1dari 66

tuk.

tgm@00042022
Minerba
PPO

Melaksanakan
INVESTIGASI
KECELAKAAN
TUK TGM PADANG

UK4POP

Sumber Modul : peraturan perundang-undangan, SNI, materi diklat IT, materi diklat
POP, POM & POU dan berbagai sumber lainnya.
FR. APL-01. Bagian 2
Unit Kompetensi Skema POP
No Kode Unit Judul Unit Kompetensi
Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait
1. PMB.PO02.001.01
Keselamatan Pertambangan
2. PMB.PO02.002.01 Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab Keselamatan
Pertambangan pd Area yang menjadi Tanggung Jawabnya
Melaksanakan Pertemuan Keselamatan Pertambangan
3. PMB.PO02.003.01
Terencana
4. PMB.PO02.004.01 Melaksanakan Investigasi Kecelakaan
5. PMB.PO02.005.01 Melaksanakan Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko
Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait
6. PMB.PO02.006.01
Perlindungan Lingkungan
7. PMB.PO02.007.01 Melaksanakan Inspeksi
8. PMB.PO02.008.01 Melaksanakan Analisis Keselamatan Pekerjaan
8 Judul Unit Kompetensi Permen ESDM 43 2016
PPSK3POBPMB
34 Elemen Kompetensi
143 Kriteria Unjuk Kerja (KUK)
UK4POP Melaksanakan Investigasi Kecelakaan
Eleman 1 Mempersiapakan Investigasi Kecelakaan
9 KUK
Eleman 2 Melaksanakan Pemeriksaan Lokasi Kecelakaan
5 KUK
Eleman 3 Melakukan Wawancara Terhadap Saksi
3 KUK
Eleman 4 Menggumpulkan Data Peralatan dan/atau Pendukung
2 KUK Lainnya
Eleman 5 Menganalisa Data Kecelakaan
2 KUK
Eleman 6 Menyimpulkan Status Kecelakaan Tambang
2 KUK
Eleman 7 Menyimpulkan Penyebab Kecelakaan
2 KUK
Eleman 8 Membuat Rekomendasi Tindakan Perbaikan
2 KUK
Eleman 9 Membuat Laporan Investigasi Kecelakaan Tambang
2 KUK
INSIDEN/INCIDENT

Tidak ada
LOSS Ada LOSS

KECELAKAAN/ACCIDENT
(insiden yang menimbulkan kerugian)
▪ kecederaan
HAMPIR CELAKA/ ▪ kerusakan harta benda
▪ kebakaran
NEARMISS
▪ kerusakan
(insiden yang tidak ▪ distorsi
menimbulkan kerugian)
▪ kerusakan lingkungan
▪ kekacauan proses
▪ gangguan penyakit akibat kerja
SUMBER
PENYEBAB
KECELAKAAN
Pada setiap kegiatan kerja di tempat kerja
terdapat 5 (lima) elemen yang saling
berinteraksi yang bisa merupakan sumber
penyebab kecelakaan, yaitu :
MANUSIA
M E S I N
MATERIAL
M E T O D E
LINGKUNGAN
PENGAWASAN 4M + 1E

Manusia
Mesin Lingkungan
kerja aman
Material
Metode

Tidak ada cedera

Tidak ada kerugian


SUMBER PENYEBAB
KECELAKAAN
1. Manusia
Apabila kurang kontrol,
kurang peduli terhadap K3
akan menimbulkan tindakan
tidak aman (Unsafe Act).
2. Mesin / Peralatan
Apabila digunakan peralatan
yang tidak sesuai, tidak
benar dan tidak aman akan
menyebabkan kondisi tidak
aman (Unsafe Condition).
3. Material
Material bisa mengakibatkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja, yaitu material yang panas, tajam,
berat, beracun, bisa mengakibatkan kondisi tidak aman
(Unsafe Condition).
4. Metode
Apabila metoda kerja atau tata cara kerja yang tidak
sesuai, tidak benar dan tidak aman akan menyebabkan
kondisi tidak aman (Unsafe Condition).
5. Lingkungan
Lingkungan bisa menyebabkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja atau menyebabkan kondisi tidak
aman (Unsafe Condition). Seperti panas, kering,
berdebu, gelap, licin, bising dan sebagainya.
Prinsip K3
 setiap pekerjaan pasti dapat dilakukan dengan aman dan
selamat
 setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya
 penyebab kecelakaan harus dicegah/ditiadakan

Upaya Bekerja dengan Aman


dan Selamat
1. mengetahui/memahami pekerjaan yang akan dilakukan
2. mengetahui langkah/tahapan pekerjaan
3. mengetahui potensi bahaya yang mungkin terjadi
4. mengetahui cara mengendalikan potensi bahaya yang
mungkin terjadi.
KECELAKAAN
KECELAKAAN KERJA
KECELAKAAN TAMBANG &
KEJADIAN BERBAHAYA

Kecelakaan
suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang menimbulkan korban manusia dan/atau harta benda,
L1KepdirjenMinerba185/2019.

kejadian yang tidak direncanakan, tidak diinginkan, tidak diduga, terjadi


kapan saja, terjadi dimana saja dan dapat menimpa siapa saja.
Berakibat cidera pada manusia, kerusakan pada harta benda atau
terhentinya dari suatu proses produksi, sebagai akibat dari kontak
dengan bahan kimia atau energi yang di atas daya tahan atau ambang
batas amannya.
KECELAKAAN KERJA
….. kecelakaan yang berhubungan dengan
kerja, termasuk penyakit yang timbul
karena hubungan kerja
&
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja
dan pulang ke rumah melalui jalan biasa
atau wajar dilalui, UU 3/1992 Jamsostek.
Filosofi Dasar
Keselamatan Pertambangan
….. melindungi keselamatan pertambangan
(K3 pertambangan dan KO pertambangan) para
pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui
upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi
bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya.
Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan
memenuhi batas standar aman, maka akan
memberikan kontribusi proses produksi menjadi
lancar, yang pada akhirnya akan dapat menekan
risiko kerugian dan berdampak terhadap
peningkatan produktivitas.
TUJUAN PENYELIDIKAN
KECELAKAAN TAMBANG
dan kejadian berbahaya
mengetahui/mencari penyebab kecelakaan mengambil
langkah-langkah perbaikan atau koreksi, mencegah
terulangnya kejadian yang sama, serta mengetahui
komitmen dan kesungguhan perusahaan dalam
menerapkan pengelolaan keselamatan pertambangan.

SNI 7081 : 2016


PENYELIDIKAN
KECELAKAAN
Bukan untuk mencari siapa yang
salah akan tetapi untuk mencari
fakta-fakta ataupun penyebab
terjadinya kecelakaan sehingga
dapat diambil tindakan pencegahan
agar kecelakaan yang sama tidak
terulang kembali
Kecelakaan
Tambang
Kecelakaan yang memenuhi 5 (lima)
kriteria sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.

9 Kepdirjen Minerba 185.K 2019


KECELAKAAN TAMBANG
Kriteria
Kecelakaan Tambang
1. benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak
direncanakan, dan tanpa unsur kesengajaan,
2. mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang
yang diberi izin oleh KTT atau PTL,
3. akibat kegiatan usaha pertambangan atau pengolahan
dan/atau pemurnian atau akibat kegiatan penunjang
lainnya,
4. terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat
cidera atau setiap saat orang yang diberi izin, dan
5. terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan
atau wilayah proyek.
Wilayah kegiatan usaha pertambangan mencakup WIUP,
WIPR, WIUPK, WIUP OPK Pengolahan dan/atau Pemurnian,
dan Wilayah Proyek.
L3 Kepmen ESDM 1827 2018
Usaha
Pertambangan
….. kegiatan dalam rangka pengusahaan
Mineral atau Batubara yang meliputi
tahapan kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan/atau
pemurnian atau pengembangan dan/atau
pemanfaatan, pengangkutan dan
penjualan, serta pascatambang, UU 3 2020.
KECELAKAAN TAMBANG
Cidera Akibat
Kecelakaan Tambang
1. Cidera Ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang
tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 (satu) hari dan
kurang dari 3 (tiga) minggu, termasuk hari minggu dan hari libur.
2. Cidera Berat
a. cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja
tambang tidak mampu melakukan tugas semula selama sama
dengan atau lebih dari 3 (tiga) minggu termasuk hari minggu dan
hari libur,
b. cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja
tambang cacat tetap (invalid), dan
L3 Kepmen ESDM 1827 2018
c. cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari
lamanya pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula,
tetapi mengalami seperti salah satu di bawah ini :
1) keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan
bawah sampai ruas jari, lengan atas, paha sampai ruas jari
kaki, dan lepasnya tengkorak bagian wajah,
2) pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan
oksigen,
3) luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat
mengakibatkan ketidakmampuan tetap, atau
4) persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah
terjadi.
3. Mati
Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat
kecelakaan tersebut.
L3 Kepmen ESDM 1827 2018
9 Kepdirjen Minerba 185.K 2019

KEJADIAN BERBAHAYA
….. kejadian yang dapat membahayakan jiwa atau
terhalangnya produksi.
Kecelakaan atau kejadian berbahaya dilaporkan sesaat setelah
terjadinya kecelakaan atau kejadian berbahaya.
35 Kepdirjen Minerba 185.K 2019

Kriteria Kejadian Berbahaya


1. benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak
direncanakan, dan tanpa unsur kesengajaan,
2. berpotensi mengakibatkan kematian atau
terhentinya kegiatan lebih dari 24 jam.
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan,
pengolahan dan/atau pemurnian, kegiatan
penunjang lainnya, kegagalan teknis sarana,
prasarana, instalasi dan peralatan
pertambangan, atau kegagalan dalam
mengantisipasi faktor alam yang berada di
wilayah kegiatan usaha pertambangan,
pengolahan dan/atau pemurnian, atau wilayah
proyek, dan
4. terjadi di wilayah kegiatan usaha
pertambangan atau pengolahan dan/atau
pemurnian atau wilayah proyek.
K3 LINGKUNGAN KERJA
Spesifikasi
Kejadian Berbahaya
a. mesin pengangkat roboh, terbalik atau rusak sewaktu mengangkat
beban
b. tabung bertekanan meledak, rusak atau pecah dimana tekanan di
dalam lebih besar atau lebih kecil dari tekanan udara luar yang
mengakibatkan terhentinya kegiatan lebih dari 24 jam
c. peledakan atau kebakaran yang terjadi di pabrik pengolahan atau
bengkel atau tempat yang mengakibatkan terhentinya pabrik
pengolahan/bengkel atau tertundanya kegiatan yang normal ditempat
tersebut lebih dari 24 jam, dimana peledakan atau kebakaran tersebut
disebabkan oleh terbakarnya campuran bahan hasil produksi
sampingan atau akhir
d. terjadi hubungan pendek atau tegangan berlebihan dari aliran listrik
disebabkan oleh kebakaran atau peledakan yang mengakibatkan
terhentinya kegiatan lebih dari 24 jam
e. kebocoran bahan berbahaya yang tiba-tiba atau yang tak terkendali dari
satu ton atau lebih bahan yang sangat mudah menyala atau beracun,
gas atau zat cair dari suatu sistem pengolahan atau pipa-pipa saluran
f. runtuhnya panggung gantung seluruhnya, roboh atau sebagian dari
panggung gantung yang tingginya lebih dari 5 meter dari lantai
g. gedung atau bangunan yang roboh
h. peledakan dini atau peledakan bahan peledak yang tidak disengaja
i. pipa-pipa saluran pecah yang dapat mengakibatkan orang cidera atau
kerusakan berat pada harta benda
k. kecelakaan disebabkan oleh terbaliknya kendaraan yang membawa
bahan-bahan yang berbahaya yang melalui jalan tambang atau
produksi
l. kecelakaan disebabkan alat pembantu pernapasan yang sedang dipakai
menyebabkan si pemakai tidak dapat bernapas dengan leluasa, tidak
berfungsinya alat tersebut mengakibatkan si pemakai kekurangan
oksigen
m. kecelakaan dimana bangunan atau peralatan tersentuh hantaran
listrik udara yang tidak berisolasi yang bertegangan tinggi
n. setiap kecelakaan disebabkan tabrakan antara lokomotif dengan
kendaraan lain
o. runtuhnya bunker batubara
p. kendaraan air berpenumpang, tongkang bak kerja atau kapal keruk
pertambangan yang tenggelam atau terbalik
q. suatu kejadian dimana seseorang menderita cidera sebagai akibat dari
peledakan atau meledakkan bahan peledak atau alat peledak yang
mengakibatkan si korban mendapat pertolongan pertama pada
kecelakaan atau pengobatan
r. suatu kejadian dimana sesuatu benda terlempar melampaui batas
tambang sebagai akibat dari kegiatan peledakan dimana seseorang
terkena atau mungkin terkena bahaya &
s. sesuatu timbunan yang bergerak atau sesuatu kebakaran atau kejadian
lainnya yang menandakan bahwa sesuatu timbunan tidak aman atau
menunjukkan tanda-tanda tidak aman.
Penyebab Kecelakaan
Versi Heinrich
 Tindakan tidak aman (88%)
 Kondisi tidak aman (10%)
 Takdir/Nasib/Lain-lain ( 2%)
Versi Perusahaan Du-Pont
• Tindakan tidak aman (96%)
• Penyebab lain-lain ( 4%)
Kurang Kendali

Sebab Dasar
PENYEBAB
KECELAKAAN

Sebab Langsung

Kecelakaan

Kerugian
TEORI DOMINO
▪ manusia (cidera,
keracunan,
cacat, kematian)
▪ kontak dengan ▪ mesin/alat
Kecelakaan

Kerugian
sumber bahaya (kerusakan
mesin/alat)
▪ kegagalan
fungsi ▪ material/bahan
(tercemar rusak,
produk gagal)
▪ lingkungan
(tercemar, rusak,
bencana alam)
PENYEBAB
TERJADINYA
KECELAKAAN

▪ Tindakan Tidak Aman


Tindakan atau perbuatan dari seseorang atau
SEBAB LANGSUNG

beberapa orang pekerja yang memperbesar


kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap
pekerja. Heinrich, 1931

▪ Kondisi Tidak Aman


Kondisi di lingkungan kerja baik alat, material
atau lingkungan yang tidak aman dan
membahayakan. Heinrich, 1931
▪ Tindakan Tidak Aman
▪ mengoperasikan alat tanpa izin
▪ mengoperasikan alat diluar batas kecepatan
maksimum
▪ menggunakan alat yang tidak lengkap
▪ menggunakan alat yang rusak
▪ tidak memakai APD
▪ merokok di tempat terlarang
▪ bekerja dengan posisi tidak benar
▪ bekerja dibawah pengaruh alkohol
▪ penggunaan alat yang tidak tepat
▪ terlalu memforsir tenaga
▪ tidak mengikuti prosedur kerja
▪ mengabaikan perintah/peraturan/ larangan
▪ Kondisi Tidak Aman

▪ pengaman/pelindung mesin tidak


lengkap
▪ perkakas atau peralatan rusak
▪ peringatan/rambu-rambu tidak lengkap
▪ houskeeping tidak baik
▪ batu menggantung tidak digugurkan
▪ penerangan kurang
▪ kebisingan tinggi
▪ ventilasi tidak memadai
▪ temperatur rendah/tinggi
▪ bagian bemda/material yang tajam
▪ penyaliran tidak memadai
▪ Faktor Pribadi/Personal
(Personal Factor)
1. Kurang kemampuan
▪ fisik : tinggi, berat, jangkauan, kekuatan, penglihatan,
pendengaran, penciuman, pernafasan, kesehatan
▪ mental : gamang, bakat, ketangkasan rendah, kecerdasan
rendah, reaksi lamban, pelupa
SEBAB DASAR

2. Kurang pengetahuan / keterampilan


3. Stress
• secara fisik : lelah karena beban tugas, kurang istirahat,
temperatur ekstrim, kurang oksigen, pengaruh obat obatan
• secara mental : terlalu emosi, lelah secara pikiran, penyakit yang
mengganggu pikiran, frustasi
5. Motivasi keliru
keuntungan pribadi (hemat waktu, tenaga), rangsngan bonus (over
working), terlalu diperhatikan pengawas (pekerja bahaya), kerja
aman menjadi aneh/lucu (reaksi negatif).
▪ Faktor Pekerjaan/Lingkungan Kerja
(Job Work/Enviroment Factor)
▪ kepemimpinan dan pengawasan kurang
▪ pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja
▪ pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada
upaya pengendalian
SEBAB DASAR

▪ beban kerja yang tidak sesuai


▪ rekayasa kurang
▪ pemeliharaan kurang
▪ pengadaan kurang
▪ salah penggunaan, pemakaian dan kerusakan,
▪ kebisingan, radiasi, penerangan, debu, uap logam,
asap, gas, bakteri/virus, parasit, serangga,
ergonomi dan psikososial.
▪ Program ➢program tidak memadai
▪ Standar ➢standar tidak memadai
KURANG KENDALI

▪ Penerapan ➢penerapan terhadap standar tidak


memadai
lemahnya manajemen dan pengendaliannya,
kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya
sumber daya dan kurangnya komitmen
STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG
1. Berdasarkan Frequency Rate
(Kekerapan Kecelakaan)
adalah jumlah korban kecelakaan dibagi jumlah jam
kerja kumulatif dikalikan 1.000.000 atau :

Jumlah korban kecelakaan


FR = -------------------------------------- x 1.000.000
Jumlah jam orang kerja
2. Berdasarkan Severity Rate
(Tingkat Keparahan)

Jumlah hari yang hilang


SR = -------------------------------------- x 1.000.000
Jumlah jam orang kerja

Jumlah hari kerja hilang, misalnya :


1. Mati 6000 hari
2. Buta mata sebelah 3000 hari
3. Kedua mata buta 6000 hari
4. dst
Biaya Kecelakaan
A. Biaya Langsung
antara lain : - biaya kompensasi
- biaya perawatan/pengobatan
- biaya reparasi peralatan
- biaya penyelidikan

B. Biaya Tidak Langusng


antara lain : - biaya penggantinya jam kerja
pekerja yang hilang
- biaya pendidikan/keahlian
- biaya pengganti menurunnya
atau berhentinya produksi
LACK OF BASIC IMMEDIATE
CONTROL CAUSE CAUSE
ACCIDENT LOSSES

1. Program
Kurang 1. Tindakan 1. Cidera
1. Faktor Tidak Kontak
2. Standar Pribadi Aman dengan 2. Kerusakan
Kurang Benda atau Alat
2. Faktor 2. Kondisi Sumber
3. Penerapan Pekerjaan Tidak Enerzi/Zat 3. Produksi
Standar Aman Terhenti
Kurang
LACK OF BASIC IMMEDIATE
CONTROL CAUSE CAUSE
ACCIDENT

1. Program LOSSES
Kurang 1. Tindakan
1. Faktor Tidak
2. Standar Pribadi Aman Kontak
Kurang dengan 1. Cidera
2. Faktor 2. Kondisi Benda atau
3. Penerapan Pekerjaan Tidak Sumber 2. Kerusakan
Standar Aman Enerzi/Zat Alat
Kurang
3. Produksi
Terhenti

Pra Kontak
LOSSES

 melakukan investigasi, menilai keru-


1. Cidera

2. Kerusakan
gian yang ditimbulkan, dan melakukan Alat
perbaikan untuk mencegah kecelakaan 3. Produksi
serupa berulang. Terhenti
ACCIDENT

 melakukan evakuasi korban,


pertolongan pertama dan melapor ke
Kontak
tim emergency dan pengawas/ atasan, dengan
Benda atau
melakukan pengendalian terhadap Sumber
potensi kecelakaan lanjutan yang Enerzi/Zat

mungkin timbul, serta mengidentifikasi


dan melindungi fakta-fakta kejadian.
• melakukan kontrol secara
LACK OF BASIC IMMEDIATE
CONTROL CAUSE CAUSE
manajerial dan administratif
dengan menambah program
keselamatan, meninjau standar
1. Program
Kurang
yang sudah ada, dan
1. Tindakan
1. Faktor Tidak meningkatkan penerapan terhadap
2. Standar Pribadi Aman standar tersebut
Kurang • meningkatkan kemampuan pekerja
2. Faktor 2. Kondisi
3. Penerapan Tidak
secara fisik dan mental,
Pekerjaan
Standar Aman pengetahuan, kete-rampilan,
Kurang pengendalian stress, dan motivasi
yang benar dalam bekerja. Selain
itu juga meningkatkan penga-
wasan dan penerapan lingkungan
kerja yang baik.
• melaporkan kepada peng-awas
setiap ada tindakan atau kondisi
tidak aman .
Metode Pengumpulan
Data/Bukti Kecelakaan
1. Metode 4P
yaitu mengumpulkan data dengan memperhatikan :
Position (posisi di lokasi kecelakaan),
People (orang-orang yang terlibat dalam
kecelakaan, baik korban maupun saksi),
Part (bagian dari peralatan/material
yang terlibat), dan
Paper (dokumen-dokumen terkait kecelakaan).
2. Metode 4W+H
yaitu mengumpulkan data dengan metode bertanya
meliputi :
What (peralatan atau material yang terlibat dalam
kecelakaan),
Who (siapa saja yang terlibat dalam kecelakaan),
When (kapan terjadinya kecelakaan),
Where (di mana terjadinya kecelakaan), dan
How (bagaimana kecelakan itu terjadi).
SNI 7081:2016

Kewenangan Penyelidikan Kecelakaan Tambang


dan Kejadian Berbahaya
a. Kewenangan penyelidikan kecelakaan tambang yang berakibat
cidera ringan, berat dan mati serta kejadian berbahaya
mengacu pada ketentuan perundang undangan.
b. Kepala teknik tambang menunjuk dan menetapkan tim
penyelidik internal di perusahaan.
c. Perusahaan harus segera melakukan penyelidikan terhadap
setiap kejadian hampir celaka, kecelakaan tambang, atau
kejadian berbahaya.
d. Khusus untuk kejadian hampir celaka yang memiliki resiko yang
berpotensi mengakibatkan cidera berat atau mati, berdasarkan
evaluasi Kepala Teknik Tambang, penyelidikannya mengikuti
ketentuan dalam standar ini.
e. Semua kecelakaan tambang dan kejadian berbahaya di wilayah
pertambangan meliputi cidera ringan, berat dan mati serta
kejadian berbahaya harus dilaporkan kepada KAIT.
f. KAIT menunjuk IT untuk segera melakukan penyelidikan
kecelakaan tambang yang berakibat cidera berat dan mati serta
kejadian berbahaya.
g. Tim penyelidik internal membantu IT dalam suatu penyelidikan.
Penyelidikan Kecelakaan &
Kejadian Berbahaya
Pemegang IUP, IUPK, IUPOPKPP dan IPR
menyusun, menerapkan, menetapkan dan
mendukomentasikan prosedur penyelidikan
kecelakaan dan kejadian berbahaya.
Kecelakaan dan kejadian berbahaya
dilakukan penyelidikan oleh KTT, PTL
atau Inspektur Tambang berdasarkan
pertimbangan KaIT/Kepala Dinas atas
nama KaIT.
KTT/PTL segera melakukan penyelidikan
terhadap semua kecelakaan dan
kejadian berbahaya dalam waktu tidak
lebih dari 2 x 24 jam.
A.8-L1. Kepdirjen Minerba 185.K 2019
A. Prapenyelidikan
A.1. Pengamanan Lokasi dan Barang Bukti
A.2. Pengamanan Terhadap Saksi Langsung
A.3. Pengumpulan data penunjang
B. Penyelidikan
C. Analisa Temuan
D. Laporan Penyelidikan
E. Pasca Penyelidikan
SNI 7081:2016
A. Prapenyelidikan
Kepala Teknik Tambang mengupayakan lokasi kejadian berbahaya dan kecelakaan tambang yang
berakibat cidera berat dan mati tetap seperti semula (tidak berubah), kecuali untuk pertolongan
dan/atau atas persetujuan KAIT.
Untuk kejadian hampir celaka dan kecelakaan tambang yang berakibat cidera ringan, lokasi
dapat diubah setelah pengumpulkan data dan bukti dilakukan.

A.1. Pengamanan Lokasi dan Barang Bukti


a. Memasang batas pengamanan (barikade) dilokasi kejadian
dengan pita batas pengaman (safety line) warna kuning
bertuliskan “Keselamatan Pertambangan”.
b. Melengkapi lokasi kejadian hampir celaka, kecelakaan tambang,
atau kejadian berbahaya dengan tanda peringatan bertuliskan
“Dilarang Masuk kecuali Petugas”.
c. Menjaga dan mengamankan lokasi kejadian hampir celaka, kecelakaan
A.1. Pengamanan Lokasi dan Barang Bukti

tambang atau kejadian berbahaya termasuk barang bukti yang sulit


dipindahkan sampai kebutuhan penyelidikan dinyatakan selesai.
d. Melakukan pemotretan dengan segera menggunakan kamera digital dengan
resolusi minimal 16 megapixel dan minimal 8 (delapan) kali pemotretan dari
arah/sudut yang berbeda, termasuk pemotretan barang bukti yang lain.
e. Memastikan hasil foto pemotretan butir d menunjukan tanggal dan waktu
pemotretan.
f. Mengumpulkan dan mengamankan barang bukti yang ada dilokasi kejadian
hampir celaka, kecelakaan tambang, atau kejadian berbahaya dalam wadah
yang sesuai serta diberi label.
g. Menyimpan barang bukti di ruang tersendiri di kantor keselamatan
pertambangan perusahaan, dan
h. Mencatat keadaan cuaca, waktu, kondisi fisik lokasi, barang bukti dan kondisi
fisiknya serta personel saat kejadiaan hampir celaka, kecelakaan tambang,
atau kejadian berbahaya.
A.2. Pengamanan Terhadap Saksi Langsung
a. Mengidentifikasi saksi langsung
b. Melarang saksi langsung meninggalakn wilayah kegiatan usaha
pertambangan atau wilayah proyek sampai dengan penyelidikan
dinyatakan selesai, kecuali untuk keperluan medis, perawatan,
dan keadaan darurat dengan pemberitahuan kepada KTT.
c. Mewawancarai saksi secara perseorangan dan terpisah di
dalam ruangan khusus/tersendiri yang nyaman oleh tim
penyelidik, dan
d. Menulis, membaca kembali, dan menandatangani hasil
wawancara tersebut.
Saksi Saksi tidak
langsung langsung
Orang yang menjadi korban Orang yang mengetahui
dan masih hidup, orang korban, pekerjaan atau
yang melihat, mendengar profesi korban, cidera
dan/atau merasakan lang- korban dan peralatan atau
sung kecelakaan tambang material yang terlibat
atau kejadian berbahaya. kecelakaan tambang atau
kejadian berbahaya.
A.3. Pengumpulan data penunjang
a. Sketsa dan foto lokasi kejadian dilengkapi dengan data survei
b. Biodata korban dan saksi langsung (riyawat kerja dan catatan yang
berhubungan dengan keselamatan). Kondisi kesehatan fisik dan mental
(riwayat kesehatan, dan lain-lain), kompetensi yang dimiliki dan lain-lain.
c. Data riwayat/kelayakan peralatan yang terlibat dalam kejadian hampir
celaka, kecelakaan tambang, atau kejadian berbahaya (pemeliharaan
dan perbaikan/penggantian suku cadang peralatan).
d. Prosedur kerja, norma, standar, criteria tentang K3, data pendidikan dari
pelatihan, daftar hadir karyawan, serta dokumen lainnya yang terkait
dengan kejadian hampir celaka, kecelakaan tambang, atau kejadian
berbahaya.
e. Catatan kondisi lingkungan kerja tempat kejadian hampir celaka,
kecelakaan tambang atau kejadian berbahaya, dan
f. Laporan awal dari pengawas langsung di area kerja tempat kejadian
hampir celaka, kecelakaan tambang, atau kejadian berbahaya.
B. Penyelidikan
a. Melakukan rapat prapenyelidikan antara tim penyelidik dan
pihak terkait yang dibutuhkan untuk mendapat informasi awal
tentang kecelakaan tambang atau kejadian berbahaya yang
terjadi.
b. Meminta semua data dan bukti yang telah diamankan.
c. Menampung informasi awal secara singkat tentang
kemungkinan penyebab kecelakaan tambang tersebut.
d. Membagi tugas penyelidikan kepada setiap anggota tim
penyelidik.
e. Memeriksa lokasi kejadian hampir celaka, kecelakaan tambang atau
kejadian berbahaya dan mengumpulkan data serta fakta aktual
tentang posisi alat, kondisi fasilitas/peralatan, penerangan/batas
pandangan, keberadaan rambu peringatan dan lain lain (olah
tempat kejadian).
f. Mendokumentasikan seluruh fakta yang aktual untuk diolah
sehingga diperoleh hasil analisis yang akurat.
g. Mewawancarai saksi langsung dan saksi tidak langsung,
termasuk atasan langsung korban, pihak manajemen, regu
penyelamat, dokter atau paramedik yang menangani kecelakaan dan
petugas K3.
h. Menanyakan kepada saksi langsung apa yang dilhat, didengar,
dan/atau dirasakan serta menanyakan opini saksi.
i. Mengajukan pertanyaan dengan singkat dan jelas dengan
menggunakan pertanyaan terbuka (siapa, apa, mengapa,
dimana, kapan, dan bagaimana kejadian) dan menghindari
pertanyaan tertutup yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau
“tidak” dari saksi.
j. Menghindari interupsi/memotong penjelasan saksi keluar dari
konteks.
k. Menulis hasil wawancara minimal berisikan nama, umur, jenis
kelamin, jabatan, perusahaan, pengawas langsung, masa kerja di
bidangnya/pengalaman, alamat dan pernyataan saksi
sebagaimana dalam lampirkan A dan B.
l. Mewawancarai setiap saksi secara terpisah di ruangan
khusus/tersendiri yang nyaman.
m. Menanyakan kepada saksi langsung dengan minimal
pertanyaan sesuai dengan lampiran A dan pada akhir
wawancara menanyakan rencana tindakan koreksi atas
kejadian tersebut sesuai dengan kemampuan analisisnya.
n. Menanyakan kepada saksi tidak langsung dengan minimal
pertanyaan sesuai dengan lampiran B dan menanyakan opininya
atas kejadian tersebut sesuai dengan analisisnya.
o. Menulis, membaca kembali dan menandatangani hasil
wawancara oleh pewawancara serta memastikan saksi
membaca dan menandatangani hasil wawancara tersebut.
C. Analisa Temuan
a. Semua data informasi dianalisis dan disimpulkan untuk
menetapkan penyebab langsung, penyebab dasar dan
kegagalan kendali menajemen dan faktor lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap kejadian hampir celaka,
kecelakaan tambang, atau kejadian berbahaya.
Metode analisis dalam melaksanakan penyelidikan sekurang
kurangnya mampu menjelaskan teori penyebab kecelakaan
terhadap kejadian hampir celaka, kecelakaan tambang atau
kejadian berbahaya yang terjadi.
b. Analisis dan simpulan terjadinya kecelakaan minimal dapat menggambarkan
model teori penyebab kecelakaan sebagai berikut :
1. Cedera/mati pada manusia, kerusakan alat, dan produksi terhenti
terjadi kerena akibat kecelakaan.
2. Kecelakaan terjadi akibat adanya kontak langsung dengan benda
atau sumber energi/zat yang melebihi batas kekuatan bodi/struktur.
3. Kontak tersebut terjadi karena tindakan dan/atau kondisi yang tidak
aman (penyebab langsung).
4. Tindakan dan/atau kondisi tidak aman yang disebabkan oleh adanya
penyebab dasar yang terdiri atas faktor pribadi dan/atau faktor
pekerjaan, dan
5. Penyebab dasar tersebut disebabkan oleh kurangnya kontrol pada
manajemen, yang mencakup program kurang memadai, standar
tidak memadai, dan/atau kurangnya penerapan standar.
D. Laporan Penyelidikan
a. Ringkasan eksekutif (executive summary).
b. Kronologi kejadian hampir celaka, kecelakaan tambang, atau kejadian
berbahaya (penjelasan tentang waktu dan aktifitas sebelum dan sesudah
kejadian).
c. Hasil penyelidikan yang mencakup data korban, data alat, fakta lapangan
(posisi korban, alat, dan lain lain) bagian yang tidak berfungsi/rusak
catatan yang berkaitan dengan orang, alat, atau prosedur/peraturan), dan
keterangan saksi (saksi langsung dan saksi tidak langsung).
d. Simpulan (penyebab langsung, penyebab dasar, kurang kendali
manajemen, jenis, dan akibat kecelakaan).
e. Tindakan koreksi (sementara dan permanen) yang mempertimbangkan
pengendalian teknis/rekayasa (engineering control), pengendalian
administrasi, pengendalian prosedur/ instruksi dan penggunaan alat
proteksi diri (APD) yang tepat dan
f. Lampiran (foto, sketsa, peta, keterangan dokter, catatan dan lain lain).
Format laporan penyelidikan sesuai dengan lampiran C.
E. Pasca Penyelidikan
1. Tim penyelidik mengadakan rapat bersama KTT dan jajaran
manajemen perusahaan untuk mendiskusikan hasil penyelidikan dan
rencana tindakan koreksi.
2. Tim penyelidik membuat daftar rencana tindakan koreksi, tindakan
yang harus dilakukan KTT, serta meminta kesepakatan atas batas
waktu dan kesanggupan melaksanakan tindakan koreksi (apa dan
siapa yang harus melakukan dan kapan batas waktu
penyelesaiannya).
3. Tim penyelidik menentukan waktu untuk memantau pemenuhan
tindakan koreksi.
4. KTT akan meneruskan laporan dari pelaksana lapangan atas semua
tindakan koreksi yang telah diselesaikan kepada jajaran manajemen
atau KAIT.
STUDI KASUS
INVESTIGASI
pwsr@00042022

Anda mungkin juga menyukai