Anak - LP & Askep DHF
Anak - LP & Askep DHF
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktik Profesi Keperawatan Anak Yang Diampu Oleh Ns.
Rani Diana Balqis, M.Kep
DISUSUN OLEH:
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas Praktik Profesi Keperawatan Anak yang
dilaksanakan pada tanggal
25 – 30 Maret 2024.
Oleh
Pembimbing
2. Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam
berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk
Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta
kasus baru demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang
menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari
negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap
virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2017).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2017).
3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma 2017) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri Kepala
2) Nyeri retro – orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji banding positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2017 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi:
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
2) Manifestasi perdarahan berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia <100.00/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2017) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai dengan
sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur
4. Komplikasi
Menurut Padila (2017) komplikasi DHF adalah sebagai berikut :
a. Gagal ginjal
b. Efusi pleura
c. Hepatomegali
d. Gagal jantung
5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya:
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel
yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
atau hepatomegali (Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi.
Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang
ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau17 peningkatan hematokrit >20% menunjukan
atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Murwani 2018).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan
perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani 2018).
6. Pathway
Defisit
Pengetahu
Kontak dengan antibodi
an
Virus bereaksi dengan antibody Ansietas
Stress
hospitalisasi
Brain
sistim
Pelepasan
neurotransmi
tter
Permeabilitas (histamine,
dinding bra dikinin,
pembuluh postaglandin
darah Berikan dengan
reseptor nyeri
Menghilangnya (IP-3)
plasma
Impuls nyeri
Permiabilitas melalui
masuk ke
dinding endotel
thalam us
pembuluh dinding
darah pembuluh Nyeri
darah A
Resiko k
Perdarahan ut
Endhothelium
Hipovolemia hipotalamus
Menghilangnya
meningkatkan
plasma
produksi postaglandin Perpindahan
melalui
dan neurotransmiter cairan ke
endotel
esktravaskuler
dinding
pembuluh
darah
Penurunan
kebutuhan
Menghilangnya
O2, Nutrisi
plasma melalui SGOT, SGPT
endotel dinding Mual muntah Lemah pusing
pembuluh darah Nafsu makan frekuensi nadi
Penumpukan menurun
Masukan Nutrisi dan pernafasan
cairan pada
Kurang meningkat
pleura Intoleransi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin
2018) (SDKI DPP PPNI 2017) :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hanmbatan upaya napas
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
c. suhu tubuh diatas nilai normal
NO Diagnosa Keperawatan Luaran Perencanaan Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
1Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (l.01011)
hambatan upaya napas intervensi Observasi :
(D.005) keperawatan selama 3 1) Monitor pola napas (frekuensi, usaha
kali 24 jam, maka pola napas)
napas membaik 2) Monitor bunyi napas tambahan (mis,
dengan kriteria hasil: gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
1) Dispnea basah)
menurun (5) 3) Monitor sputum (jumlah, warna,
2) Frekuensi aroma)
napas Terapeutik :
membaik (5) 1) Posisikan semi fowler atau fowler
3) Kapasitas Vital 2) Berikan minum hangat
membaik (5) 3) Berikan oksigen, jika perl
Edukasi :
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi Kolaborasi
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (l.15506)
penyakit (D.0130) intervensi Observasi :
keperawatan selama 3 1) Identifikasi penyebab hipertermia
kali 24 jam, maka (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
Termoregulasi panas, penggunaan incubator)
membaik dengan 2) Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : 3) Monitor kadar elektrolit
1) Menggigil 4) Monitor haluaran urine
menurun (5) Terapeutik :
2) Kulit merah 1) Sediakan lingkungan yang dingin
menurun (5)
3) Suhu tubuh 2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
membaik (5) 3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Tekanan darah 4) Berikan cairan oral
membaik (5) 5) Lakukan pendinginan eksternal (mis,
kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
6) Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
7) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
3Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (l.08238)
dengan agen pencedera intervensi Observasi :
fisiologis (D.0077) keperawatan selama 3 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
kali 24 jam, maka durasi, frekuensi, kualitas,
Nyeri menurun intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : 2) Identifikasi skala nyeri
1) Keluhan nyeri 3) Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun (5) 4) Identifikasi factor yang memperberat
2) Meringis dan memperingan nyeri
menurun (5) Terapeutik :
3) Gelisah 1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
menurun (5) mengurangi rasa nyeri (mis,
4) Pola napas 2) terapi musik, kompres hangat/dingin,
membaik (5) terapi bermain)
3) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis, suhu
4) ruangan, pencahayaan, kebisingan)
5) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
D
4 efisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (l.03119)
dengan faktor psikologis intervensi Observasi :
(keengganan keperawatan selama 3 1) Identifikasi status nutrisi
untuk makan) (D.0019) kali 24 jam, maka 2) Identifikasi alergi dan intoleransi
Status Nutrisi makanan
membaik dengan 3) Identifikasi makanan yang disukai
kritera hasil : 4) Monitor asupan makan
1) Porsi makanan 5) Monitor berat badan
yang 6) Monitor hasil pemeriksaan
dihabiskan laboratorium
meningkat (5)Terapeutik :
2) Frekuensi 1) Berikan makanan tinggi serat untuk
makan mencegah konstipasi
membaik (5) 2) Berikan makanan tinggi kalori dan
3) Nafsu makan tinggi protein
membaik (5) 3) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi :
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis, Pereda nyeri,
antimietik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Intoleransi
5 aktivitas
Setelah dilakukan Manajemen Energi (l.05178)
berhubungan dengan intervensi Observasi :
kelemahan (D.0056) keperawatan selama 3 1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
kali 24 jam, maka 2) Monitor pola dan jam tidur
Toleransi Aktivitas Terapeutik :
meningkat dengan 1) Sediakan lingkungan nyaman dan
kriteria hasil : rendah stimulus (mis, cahaya, suara,
1) Frekuensi Nadi kunjungan)
meningkat (5) 2) Berikan aktivitas distraksi yang
2) Kemudahan menenangkan
dalam Edukasi :
melakukan 1) Anjurkan tirah baring
aktivitas 2) Anjurkan melakukan aktivitas secara
sehari-hari bertahap
meningkat (5) 3) Anjurkan menghubungi perawat jika
3) Frekuensi tanda dan gejala kelelahan tidak
napas berkurang
membaik (5) Kolaborasi :
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
Defisit
6 pengetahuan
Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (l.12383)
berhubungan dengan intervensi Observasi :
kurang terpapar keperawatan selama 3 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
informasi (D.0111) kali 24 jam, maka menerima informasi
Tingkat Pengetahuan Edukasi :
meningkat dengan 1) Jelaskan factor risiko yang dapat
kriteria hasil : mempengaruhi kesehatan
1) Kemampuan 2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan
menjelaskan sehat
pengetahuan 3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan
tentang suatu untuk meningkatkan perilaku hidup
topik bersih dan sehat
meningkat (5)
2) Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan
meningkat (5)
3) Persepsi yang
keliru terhadap
masalah
menurun (5)
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
f. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan
kebocoran plasma darah
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
h. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
i. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
j. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
k. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2017). Evaluasi merupakan tahap akhir yang
bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
tidak untuk mengatasi suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktik Profesi Keperawatan Anak Yang Diampu Oleh Ns.
Rani Diana Balqis, S.Kep
DISUSUN OLEH:
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas Praktik Profesi Keperawatan Anak yang
dilaksanakan pada tanggal
25 – 30 maret 2023.
Oleh
Pembimbing
FORMAT PENGKAJIAN
( KEPERAWATAN ANAK )
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Nama : An. M
b. Umur : 3 tahun
c. JenisKelamin : Laki – laki
d. Agama : Islam
e. Suku/Bangsa : Indonesia
f. Alamat : Sukopuro 2/3 Sukonatar
g. Pekerjaan : Tidak Bekerja
h. NomorRegister : 089333
i. TanggalMRS : 24 Maret 2024
j. Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2024
k. Diagnosa Medis : DHF
Biodata Penanggungjawab
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 45 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Pendidikan : SMA/sederajat
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Suku Bangsa : Indonesia
i. Alamat : Sukopuro 2/3 Sukonatar
2. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
a. Keluhan saat MRS
Ibu klien mengatakan anaknya mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu.
b. Keluhan saat Pengkajian
Ibu klien mengatakan anaknya mengeluh masih demam. Suhu badan masih blm turun.
7. Riwayat Perkembangan
a. Motorik Halus
Ibu pasien mengatakan An. M merain benda didekatnya, menggenggam benda, dan
menunjuk sesuatu.
b. Motorik Kasar
Ibu pasien mengatakan An. M bisa berguling, tengkurap, lalu berusaha berdiri sendiri .
c. Bahasa/Komunikasi
Ibu pasien mengatakan An. M sudah bisa berkomunikasi dengan keluarga ataupun
dengan teman sebayanya.
d. Adaptasi Sosial
Ibu pasien mengatakan An. M sudah bisa beradaptasi dengan keluarga dan lingkungan
sekitar.
Skor KPSP :
Lampirkan KPSP sesuai usia : 36 bulan (3 tahun)
b. Pola Eliminasi
1) Buang Air Besar
a) Sebelum Sakit
Frekuensi : 1 kali dalam sehari
Warna : Kuning khas feses
Konsistensi : Lembek
Pampers : Tidak
b) Saat Sakit
Frekuensi: belum BAB sama sekali dalam sehari
Warna :-
Konsistensi : -
Pampers : Tidak
Keluhan :-
2) Buang Air Kecil
a) Sebelum Sakit
Frekuensi : 4 kali dalam sehari
Warna : Kuning jernih
Pampers : Tidak
b) Saat Sakit
Frekuensi : 3 kali dalam sehari
Warna : Kuning jernih
Pampers : Tidak
Cateter :-
Keluhan : -
8) Payudara
(a) Inspeksi
Simetris : Ya
Kulit sekitar : Sama
(b) Palpasi
Massa : Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Keluhan lain : Tidak ada
9) Pemeriksaan Abdomen
(a) Inspeksi
Bentuk abdomen : Datar
Massa : Tidak Kesimetrisan : Ya
Bayangan PD vena : Tidak
(b) Auskultasi
Bising usus 12x/menit
(c) Palpasi
Palpasi hepar : Tidak ada nyeri tekan Pembesaran : Tidak
Palpasi lien : Tidak ada nyeri tekan
Palpasi appendik (Mc. Burney) : Tidak ada nyeri tekan
Nyeri lepas : Tidak Nyeri Kontralateral : Tidak
Palpasi ginjal : Tidak ada nyeri tekan Pembesaran : Tidak
(d) Perkusi
Tympani
Shiffing dullnes : Tidak Undulasi : Tidak
Keluhan lain : Tidak ada
Total Skor : 2
14. Penatalaksanaan
Infus Asering 1200cc/24 jam
Drip D40% 14cc/24 jam
Injeksi paracetamol 4 x 280 mg
Injeksi ratinidin 2 x ¼ a
Injeksi antrain 4x ¼ a
Injeksi ondancentron 3 x ¼ a
Injeksi metilpred 3x ¼ a
16. Genogram
Keterangan :
= Laki – laki
= Perempuan
= Pasien
= meninggal
= tinggal serumah
= garis berhubungan
TANGGAL: 25/03/2024
NO PEMERIKSAAN YA TIDAK
1. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Gerak Tidak
sedikitnya 3 meter? Kasar
2. Setelah makan, apakah anak mencuci dan mengeringkan Sosialisasi Tidak
tangannya dengan baik sehingga anda tidak perlu &
mengulanginya? Kemandiria
n
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak Ya
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan Kasar
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 2 detik atau lebih?
4. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Gerak Ya
Apakah anak dapat melompati panjang kertas ini dengan Kasar
mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa
didahului lari?
5. Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Gerak Ya
Suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas Halus
kosong yang tersedia. Dapatkah anak menggambar
lingkaran?
overweight)