Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH


DHF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktik Profesi Keperawatan Anak Yang Diampu Oleh Ns.
Rani Diana Balqis, M.Kep

DISUSUN OLEH:

NAMA : YAHYA RAHMATULLAH


NIM : 2023.04.153

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan departemen keperawatan anak pada pasien dengan Dhf.


Yang disusun oleh:

Nama : Yahya Rahmatullah


NIM : 2023.04.153
Prodi : Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas Praktik Profesi Keperawatan Anak yang
dilaksanakan pada tanggal
25 – 30 Maret 2024.

Laporan pendahuluan ini telah disetujui


Pada tanggal, Maret 2024

Oleh
Pembimbing

Ns. Rani Diana Balqis, M.Kep


NIK: 06.089.0414
LAPORAN PENDAHULUAN
DHF
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai denganhemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dironggatubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue
shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Resti,
2017).
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh
wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk
betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus.
Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan. (Padila,
2017)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Dengeu Hemmorhagic Fever
(DHF) adalah virus dengue penyakit infeksi yang disebkan oleh virus dengue gigitan
nyamuk yang menyebabkan nyeri otot atau nyeri sertai leukopnia, ruam, limfadenopati,
tormbositopenia dan ditesis hemoragik yang ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari
spesies Aedes aeygepti.

2. Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam
berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk
Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta
kasus baru demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang
menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari
negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap
virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2017).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2017).

3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma 2017) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri Kepala
2) Nyeri retro – orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji banding positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2017 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi:
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
2) Manifestasi perdarahan berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia <100.00/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2017) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai dengan
sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur

4. Komplikasi
Menurut Padila (2017) komplikasi DHF adalah sebagai berikut :
a. Gagal ginjal
b. Efusi pleura
c. Hepatomegali
d. Gagal jantung

5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya:
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel
yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
atau hepatomegali (Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi.
Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang
ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau17 peningkatan hematokrit >20% menunjukan
atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Murwani 2018).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan
perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani 2018).
6. Pathway

Gigitan nyamuk Aedes aegpty

Defisit
Pengetahu
Kontak dengan antibodi
an
Virus bereaksi dengan antibody Ansietas

Stress
hospitalisasi

Brain
sistim
Pelepasan
neurotransmi
tter
Permeabilitas (histamine,
dinding bra dikinin,
pembuluh postaglandin
darah Berikan dengan
reseptor nyeri
Menghilangnya (IP-3)
plasma
Impuls nyeri
Permiabilitas melalui
masuk ke
dinding endotel
thalam us
pembuluh dinding
darah pembuluh Nyeri
darah A

Resiko k

Perdarahan ut

Endhothelium

Hipovolemia hipotalamus
Menghilangnya
meningkatkan
plasma
produksi postaglandin Perpindahan
melalui
dan neurotransmiter cairan ke
endotel
esktravaskuler
dinding
pembuluh
darah
Penurunan
kebutuhan
Menghilangnya
O2, Nutrisi
plasma melalui SGOT, SGPT
endotel dinding Mual muntah Lemah pusing
pembuluh darah Nafsu makan frekuensi nadi
Penumpukan menurun
Masukan Nutrisi dan pernafasan
cairan pada
Kurang meningkat
pleura Intoleransi

Defisit Nutrisi Aktivitas

Sumber: (Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI 2017)


B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
- Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua
- Keluhan Utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi
- Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi
antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia,
diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu
hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis
b. Pola Gordon
- Pola persepsi kesehatan menggambarkan akan pentingnya pengetahuan tentang
kesehatan.
- Pola nutrisi dan metabolik menggambarkan akan konsepsi relatif
kebutuhan meltabolik dan asupan gizi. Pola konsumsi makanan
dan cairan, keadaan pertumbuhan, rambut, kuku, kulit dan membran mukosa.
- Pola eliminasi : menggambarkan pola ekresi
- Pola aktivitas dan mobilisasi : menggambarkan aktivitas pengisian waktu sehari
hari
- Pola tidur dan istirahat : menggambarkan pola istirahat dan tidur
- Pola persepsi dan konsep diri kemampuan menggambarkan diri
sendiri, kemampuan dan peran
- Pola meaknisme koping : pada pasien hemangioma mengalami ketakutan akan
penyakit yang di derita dan tindakan yang akan dilakukan
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF,
keadaan anak adalah sebagai berikut :
1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil,
dan tidak teratur.
3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan
kulit tampak biru.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain
adalah (Wijayaningsih 2017) :
1) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematocrit jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai
pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
a) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga.
b) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi.
c) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia,
SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
2) Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan
atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk
menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi reaksi
antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi
primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder
atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat,
visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen
dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan
lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro
seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan
reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
3) Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan
pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi
darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
4) Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue. Menggunakan metode plague reduction neutralization test
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas
akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi
5) Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition
(HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah
mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
6) Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan
sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin
2018) (SDKI DPP PPNI 2017) :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hanmbatan upaya napas
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
c. suhu tubuh diatas nilai normal
NO Diagnosa Keperawatan Luaran Perencanaan Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
1Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (l.01011)
hambatan upaya napas intervensi Observasi :
(D.005) keperawatan selama 3 1) Monitor pola napas (frekuensi, usaha
kali 24 jam, maka pola napas)
napas membaik 2) Monitor bunyi napas tambahan (mis,
dengan kriteria hasil: gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
1) Dispnea basah)
menurun (5) 3) Monitor sputum (jumlah, warna,
2) Frekuensi aroma)
napas Terapeutik :
membaik (5) 1) Posisikan semi fowler atau fowler
3) Kapasitas Vital 2) Berikan minum hangat
membaik (5) 3) Berikan oksigen, jika perl
Edukasi :
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi Kolaborasi
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (l.15506)
penyakit (D.0130) intervensi Observasi :
keperawatan selama 3 1) Identifikasi penyebab hipertermia
kali 24 jam, maka (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
Termoregulasi panas, penggunaan incubator)
membaik dengan 2) Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : 3) Monitor kadar elektrolit
1) Menggigil 4) Monitor haluaran urine
menurun (5) Terapeutik :
2) Kulit merah 1) Sediakan lingkungan yang dingin
menurun (5)
3) Suhu tubuh 2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
membaik (5) 3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Tekanan darah 4) Berikan cairan oral
membaik (5) 5) Lakukan pendinginan eksternal (mis,
kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
6) Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
7) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
3Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (l.08238)
dengan agen pencedera intervensi Observasi :
fisiologis (D.0077) keperawatan selama 3 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
kali 24 jam, maka durasi, frekuensi, kualitas,
Nyeri menurun intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : 2) Identifikasi skala nyeri
1) Keluhan nyeri 3) Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun (5) 4) Identifikasi factor yang memperberat
2) Meringis dan memperingan nyeri
menurun (5) Terapeutik :
3) Gelisah 1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
menurun (5) mengurangi rasa nyeri (mis,
4) Pola napas 2) terapi musik, kompres hangat/dingin,
membaik (5) terapi bermain)
3) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis, suhu
4) ruangan, pencahayaan, kebisingan)
5) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
D
4 efisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (l.03119)
dengan faktor psikologis intervensi Observasi :
(keengganan keperawatan selama 3 1) Identifikasi status nutrisi
untuk makan) (D.0019) kali 24 jam, maka 2) Identifikasi alergi dan intoleransi
Status Nutrisi makanan
membaik dengan 3) Identifikasi makanan yang disukai
kritera hasil : 4) Monitor asupan makan
1) Porsi makanan 5) Monitor berat badan
yang 6) Monitor hasil pemeriksaan
dihabiskan laboratorium
meningkat (5)Terapeutik :
2) Frekuensi 1) Berikan makanan tinggi serat untuk
makan mencegah konstipasi
membaik (5) 2) Berikan makanan tinggi kalori dan
3) Nafsu makan tinggi protein
membaik (5) 3) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi :
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis, Pereda nyeri,
antimietik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

Intoleransi
5 aktivitas
Setelah dilakukan Manajemen Energi (l.05178)
berhubungan dengan intervensi Observasi :
kelemahan (D.0056) keperawatan selama 3 1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
kali 24 jam, maka 2) Monitor pola dan jam tidur
Toleransi Aktivitas Terapeutik :
meningkat dengan 1) Sediakan lingkungan nyaman dan
kriteria hasil : rendah stimulus (mis, cahaya, suara,
1) Frekuensi Nadi kunjungan)
meningkat (5) 2) Berikan aktivitas distraksi yang
2) Kemudahan menenangkan
dalam Edukasi :
melakukan 1) Anjurkan tirah baring
aktivitas 2) Anjurkan melakukan aktivitas secara
sehari-hari bertahap
meningkat (5) 3) Anjurkan menghubungi perawat jika
3) Frekuensi tanda dan gejala kelelahan tidak
napas berkurang
membaik (5) Kolaborasi :
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
Defisit
6 pengetahuan
Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (l.12383)
berhubungan dengan intervensi Observasi :
kurang terpapar keperawatan selama 3 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
informasi (D.0111) kali 24 jam, maka menerima informasi
Tingkat Pengetahuan Edukasi :
meningkat dengan 1) Jelaskan factor risiko yang dapat
kriteria hasil : mempengaruhi kesehatan
1) Kemampuan 2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan
menjelaskan sehat
pengetahuan 3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan
tentang suatu untuk meningkatkan perilaku hidup
topik bersih dan sehat
meningkat (5)
2) Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan
meningkat (5)
3) Persepsi yang
keliru terhadap
masalah
menurun (5)

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
f. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan
kebocoran plasma darah
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
h. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
i. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
j. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
k. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan

3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2017). Evaluasi merupakan tahap akhir yang
bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
tidak untuk mengatasi suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2016. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC


Erdin. 2018. Pathway Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Murwani. (2018). Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2017). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Padila. (2017). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Resti. (2017). Kasus DBD di Jaksel Terus Meningkat. Dipetik Juni 24, 2018, dari Poskotanews :
https/poskotanews.com/2017/11/25/kasus-dbd-di-jaksel-terus-meningkat/
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Vyas, Jatin M, et al. (2017). Dengue Hemorrhagic Fever. Diakses pada hari selasa, 20 Oktober 2017
jam 12.00 WIB dari https://www.nlm.nih.gov/medlineuplus/ency/article/001373.htm
WHO. (2017). Dengue and Severe Dengue. Diakses pada hari selasa, 20 Oktober 2017 jam 12.00
WIB dari https://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2017. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.
ASUHAN KEPERAWATAN AN. M
DENGAN MASALAH DHF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktik Profesi Keperawatan Anak Yang Diampu Oleh Ns.
Rani Diana Balqis, S.Kep

DISUSUN OLEH:

NAMA : YAHYA RAHMATULLAH


NIM : 2023.04.153

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan “Keperawatan Anak” pada pasien dengan DHF.


Yang disusun oleh:

Nama : Yahya Rahmatullah


NIM : 2023.04.153
Prodi : Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas Praktik Profesi Keperawatan Anak yang
dilaksanakan pada tanggal
25 – 30 maret 2023.

Laporan pendahuluan ini telah disetujui


Pada tanggal, Maret 2024

Oleh
Pembimbing

Ns. Rani Diana Balqis, S.Kep


NIK: 06.089.0414
(INSTITUTE OF HEALTH SCIENCES)
BANYUWANGI
Kampus 1 : Jl. Letkol Istiqlah 40 Telp. (0333) 421610 Banyuwangi
Kampus 2 : Jl. Letkol Istiqlah 109 Telp. (0333) 425270 Banyuwangi
Website :www.stikesbanyuwangi.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN
( KEPERAWATAN ANAK )

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Nama : An. M
b. Umur : 3 tahun
c. JenisKelamin : Laki – laki
d. Agama : Islam
e. Suku/Bangsa : Indonesia
f. Alamat : Sukopuro 2/3 Sukonatar
g. Pekerjaan : Tidak Bekerja
h. NomorRegister : 089333
i. TanggalMRS : 24 Maret 2024
j. Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2024
k. Diagnosa Medis : DHF

Biodata Penanggungjawab
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 45 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Pendidikan : SMA/sederajat
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Suku Bangsa : Indonesia
i. Alamat : Sukopuro 2/3 Sukonatar
2. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
a. Keluhan saat MRS
Ibu klien mengatakan anaknya mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu.
b. Keluhan saat Pengkajian
Ibu klien mengatakan anaknya mengeluh masih demam. Suhu badan masih blm turun.

3. Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)


Pasien datang ke IGD tgl 24/03/2024 pukul 16.30 wib, diantar oleh kedua orang tuanya
dengan menggunakan kendaraan pribadi dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu.
Demam naik turun dan pasien nafsu makan menurun. Keluarga sudah mencoba memberi
obat penurun panas tetapi suhu tetap tidak turun. Setelah dilakukan tindakan di UGD dan
dipindahkan ke ruang rawat inap didapatkan S: 38,8°C, N : 106 x/menit, RR: 19x/menit.
Bb : 14 kg.

4. Riwayat Penyakit Masa Lalu


An. M belum pernah dirawat di RS. Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan.

5. Riwayat Imunisasi Dasar


Hb : Ya DPT-HB-Hib 1 : Ya
BCG : Ya DPT-HB-Hib 2 : Tidak
Polio 1 : Ya DPT-HB-Hib 3 : Ya
Polio 2 : Ya IPV : Ya
Polio 3 : Ya Campak : Ya
Polio 4 : Ya
Imunisasi tambahan : -
Boster : -

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada anggota yang memiliki pennyakit yang serupa. Dan tidak ada anggota keluarga
yang memiliki penyait menular maupun menurun.

7. Riwayat Perkembangan
a. Motorik Halus
Ibu pasien mengatakan An. M merain benda didekatnya, menggenggam benda, dan
menunjuk sesuatu.
b. Motorik Kasar
Ibu pasien mengatakan An. M bisa berguling, tengkurap, lalu berusaha berdiri sendiri .
c. Bahasa/Komunikasi
Ibu pasien mengatakan An. M sudah bisa berkomunikasi dengan keluarga ataupun
dengan teman sebayanya.
d. Adaptasi Sosial
Ibu pasien mengatakan An. M sudah bisa beradaptasi dengan keluarga dan lingkungan
sekitar.
Skor KPSP :
Lampirkan KPSP sesuai usia : 36 bulan (3 tahun)

8. Riwayat Psikososial dan Status Spiritual


a. Status Psikologis Anak (Batasan usia anak 18 tahun)
An. M tampak rewel, selalu dekat dengan ibunya saat perawat melakukan pengkajian.
b. Status psikologis Orang Tua
Ny. M tampak khawatir dan gelisah dengan kondisi anaknya saat ini.
c. Status Sosial
Ibu An. M mengatakan saat dirumah An. M sangat aktif bermain dengan keluarga dan
teman sebaya.
d. Aspek Spiritual /Sistem Nilai Kepercayaan
Ibu mengatakan keluarga selalu berpegang teguh dalam melakukan kewajiban seperti
sholat 5 waktu.

9. Pola Kebiasaan Sehari – hari


a. Pola Nutrisi
1) Sebelum Sakit
Frekuensi : 3 kali
Porsi : 1 Porsi
Komposisi : Karbo, pro.hewani, pro.nabati, sayur, buah
Jumlah Intake cairan: 1500cc/hari
Alergi : Tidak
2) Saat Sakit
Frekuensi : 3 kali
Porsi : ½ Porsi
Komposisi : Karbo, pro.hewani, pro.nabati, sayur
Jumlah Intake cairan : 700cc/hari
Jenis Intake : Air Putih
Alergi : Tidak
Keluhan :-

b. Pola Eliminasi
1) Buang Air Besar
a) Sebelum Sakit
Frekuensi : 1 kali dalam sehari
Warna : Kuning khas feses
Konsistensi : Lembek
Pampers : Tidak
b) Saat Sakit
Frekuensi: belum BAB sama sekali dalam sehari
Warna :-
Konsistensi : -
Pampers : Tidak
Keluhan :-
2) Buang Air Kecil
a) Sebelum Sakit
Frekuensi : 4 kali dalam sehari
Warna : Kuning jernih
Pampers : Tidak

b) Saat Sakit
Frekuensi : 3 kali dalam sehari
Warna : Kuning jernih
Pampers : Tidak
Cateter :-
Keluhan : -

c. Pola Kebersihan Diri


1) Sebelum Sakit
Mandi : Ya, 2 kali/hari
Gosok gigi :Ya, 2 kali/hari
Keramas : Ya, 3 kali/minggu
Ganti baju : Ya, 2 kali/hari
Kuku : Bersih
2) Saat Sakit
Mandi : Tidak
Gosok gigi :Ya, 2 kali/hari
Keramas : Tidak
Ganti baju : Ya, 2 kali/hari
Kuku : Bersih
Seka : Ya, 2 kali/hari
Keluhan :Ibu An. M mengatakan selama sakit An. M hanya bisa berbaring di
tempat tidur saja.

d. Pola Aktivitas, Latihan dan Bermain


1) Sebelum Sakit
Aktivitas : Ya
Jenis Aktivitas : Bermain Bola, Bermain Puzzle
Durasi : 3 Jam
2) Saat Sakit
Aktivitas : Tidak
Bermain Terapeutik : Ya
Terapi Bermain : Ya
Keluhan : Ibu pasien mengatakan An. M tidak bisa bermain dengan teman
sebayanya.
e. Pola Istirahat dan Tidur
1) Sebelum Sakit
Lama : 9 – 10/24 jam
Tidur siang :Ya, 2 jam
Tidur malam :Ya, 8 jam
Waktu memulai tidur : 21.00 – 05.00 WIB
Kebiasaan anak sebelum tidur : Mencuci tangan dan mencuci kaki
2) Saat Sakit
Lama : 8 jam/24 jam
Tidur siang :Ya
Tidur malam :Ya
Waktu memulai tidur :-
Keluhan : Ibu pasien mengatakan selama sakit anak sering rewel dan terbangun pada
saat malam hari, bahkan tidak bisa tidur.

10. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
a. Keadaan Sakit
Pasien tampak lemah
b. Tanda – Tanda Vital
Tensi :- Nadi : 90x/menit
RR : 28x/menit Suhu : 38,4°C
BB sebelum sakit : 16 kg BB saat sakit : 14 kg
PB/TB : 98 cm LL : 17 cm
Interprestasi Gizi
- Resiko berat badan lebih (> +1 SD)
- Panjang badan normal (-2 SD s.d +3 SD)
- Status gizi kurang (-3 SD s.d <-2 SD)
(Lampirkan table status gizi)
c. Pemeriksaan Cepalo Caudal
1) Kepala dan Rambut
Normochepal
Lingkar kepala : 49 cm Kebersihan : Bersih
Rambut rontok : Tidak Nyeri tekan : Tidak
Nodul : Tidak Warna : Hitam
Massa : Tidak Sebaran : Merata
Keluhan lain : -
2) Hidung
Lubang hidung : Simetris Kebersihan : Kotor
Posisi Septum Nasi : Tengah Perforasi septum : Tidak
Perdarahan : Tidak Pembengkakan : Tidak
Polip : Tidak Cuping hidung : Ya
Keluhan lain : Tidak ada
3) Telinga
Telinga luar : Normal Kebersihan : Bersih
Warna : Sama Tumpukan Serumen : Tidak
Posisi telinga dari epikantus : Lebih rendah
Nyeri tekan : Tidak Peradangan : Tidak
Perforasi membran tympani : Tidak Perdarahan : Tidak
Keluhan lain : Tidak ada
4) Mata
Jarak interkantus : 2 cm Simetris : Ya
Konjungtiva : Merah muda Palpebra : Tidak
Reaksi pupil : Isokor Sclera : Putih
Buta warna : Tidak Nistagmus : Tidak
Alat bantu penglihatan : Tidak Strabismus : Tidak
Keluhan lain : Mata sembab
5) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsl dan Pharing
Warna : Putih Gusi : Normal
Klembapan : Mukosa bibir kering Lidah : Bersih
Simetris :Ya Gigi :Jumlah 20, Lubang:Tidak
Karies :Ya Tonsil : T2
Palatum :Utuh Bibir/labia : Utuh
Pharing : Normal
Keluhan lain : Tidak ada
6) Leher dan Tenggorkan
Trakea : Tengah
Tyroid : Tidak teraba
Retraksi Sternocleidomastoid : Tidak
Keluhan lain : Tidak ada
7) Dada/Thorax
a) Pemeriksaan Paru
(1) Inspeksi
Bentuk : Normal chest
Tulang belakang : Normal Batuk : Tidak
Pengembangan dada : Simetris Sianosis : Tidak
Retraksi intercoste : Tidak Retraksi Suprasternal : Tidak
Pola Nafas : Normal
Keluhan lain : Tidak ada
(2) Palpasi
Taktil Fremitus : Sama
(3) Perkusi
Sonor
(4) Auskultasi
Area Vesikuler : Bersih
Area Bronchial : Bersih
Area Bronkovesikuler : Bersih
Suara tambahan : Tidak ada
Keluhan lain : Tidak ada
b) Pemeriksaan Jantung
(1) Inspeksi
Ictus cordis : Tidak
(2) Palpasi
Pulsasi ictus cordis : Lemah
(3) Perkusi
Batas bawah : ICS V
Batas kanan : ICS IV para sternalis dextra
Batas kiri : ICS V mid clavikula sinistra
(4) Auskultasi
BJ I terdengar :Tunggal, Keras, Regular
BJ II terdengar:Tunggal, Keras, Regular
BJ tambahan : Tidak
Keluhan lain: Tidak ada

8) Payudara
(a) Inspeksi
Simetris : Ya
Kulit sekitar : Sama
(b) Palpasi
Massa : Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Keluhan lain : Tidak ada
9) Pemeriksaan Abdomen
(a) Inspeksi
Bentuk abdomen : Datar
Massa : Tidak Kesimetrisan : Ya
Bayangan PD vena : Tidak
(b) Auskultasi
Bising usus 12x/menit
(c) Palpasi
Palpasi hepar : Tidak ada nyeri tekan Pembesaran : Tidak
Palpasi lien : Tidak ada nyeri tekan
Palpasi appendik (Mc. Burney) : Tidak ada nyeri tekan
Nyeri lepas : Tidak Nyeri Kontralateral : Tidak
Palpasi ginjal : Tidak ada nyeri tekan Pembesaran : Tidak

(d) Perkusi
Tympani
Shiffing dullnes : Tidak Undulasi : Tidak
Keluhan lain : Tidak ada

10) Ekstremitas, Kuku, dan Kekuatan Otot


Deformitas : Tidak CRT : ≤2 dtk
Kekuatan otot : Atrofi : Tidak
5 5
5 5

Oedem : Tidak Warna kuku : Merah muda


Warna kulit : Sama dengan sekitar Tekstur : Lembab Akral: Hangat
Turgor : <2 detik Ptekie : Tidak ada Eritema : Tidak ada
Akrosianosis : Tidak Clubbing finger : Tidak
Keluhan lain : Tidak ada

11) Genetalian dan Anus


Kebersihan : Ya Lesi : Tidak Massa: Tidak
Nyeri tekan : Tidak Penyumbatan uretra : Tidak
Posisi uretra : Tengah
Keluhan lain : Tidak ada
12) Pemeriksaan Neurologi (Lihat GCS Anak)
GCS : Eye 4 Verbal 5 Motorik 6
Bisep : Normal Tricep : Normal Archiles : Normal

N.I : Normal N.II : Normal N.III : Normal

N.IV : Normal N.V : Normal N.VI : Normal

N.VII: Normal N.VIII: Normal N.IX : Normal

N.X : Normal N.XI : Normal N.X II : Normal

Kesadaran kualitatif : Compos Mentis


Keluhan lain : Tidak ada

11. Skrining Risiko Malnutrisi: (Berdasarkan adaptasi STRONG-Kids)


No. Parameter Skor
1. Apakah pasien tampak kurus
a. Tidak 0
b. Ya 1
2. Apakah terdapat penurunan berat badan selama satu bulan terakhir?
(berdasarkan penilaian objektif data berat badan bila ada/penilaian
subjektif dari orang tua pasien ATAU untuk bayi<1 tahun: berat
0
badan naik selama 3 bulan terakhir).
1
a. Tidak
b. Ya
3. Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut?
 Diare > 5 kali/hari dan atau muntah > 3 kali/hari dalam
semingguterakhir
0
 Asupan makanan berkurang selama 1 mingguterakhir 1
a. Tidak
b. Ya
4. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasien
berisiko mengalami malnutrisi (lihat keterangan dibawah).
0
a. Tidak 2 +
b. Ya

Total Skor : 2

Tabel 1 : Daftar penyakit/keadaan yang berisiko mengakibatkan malnutrisi


 Diare kronik (lebih dari 2 minggu)  Keadaan antomi daerah mulut yang
menyebabkan kesulitan makan (misal:
 (Tersangka) penyakit jantung bawaan bibir sumbing)
 (Tersangka) infeksi human  Trauma
immunodeficiencyvirus (HIV)  Kelainan metabolik bawaan (inborn error
 (Tersangka) kanker. metabolism)
 Penyakit gagal ginjal kronik  Reterdasi mental
 TB paru  Keterlambatan perkembangan
 Luka bakar luas  Rencana/pasca operasi mayor (misal:
 Lain – lain (Berdasarkan laparatomi, torakotomi)
pertimbangan dokter)  Terpasang stoma

Inteprestasi skor : 2 (Resiko Sedang)


0 : Risiko Rendah 1 – 3 : Risiko Sedang 4 – 5 : Risiko Berat

12. Risiko Cedera / Jatuh (untuk anak usia ≥12 – 18 tahun)


Lampirkan dan isi formulir pemantauan risiko jatuh pasien anak (berdasarkan skala
Humpty Dumpty) (Interpretasi :Resiko Rendah)
Parameter Kriteria Nilai Skor
Usia <3 tahun 4
3-7 tahun 3 3
7-13 tahun 2
≥13 tahun 1
Jenis kelamis Laki-laki 2 2
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi (diagnosis 3
respiratorik, dehidrasi,anemia,anoreksi,
sinkop, pusing, dll
Gangguan perilaku/psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1 1
Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatasan lainnya 3
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1 1
Faktor lingkungan Riwayat jatuh/bayi diletakkan di 4
tempat tidurdewasa
Pasien menggunakan alat bantu/bayi 3
diletakkan dalam tempat
tidur bayi/perabot rumah
Pasien diletakkan pada tempat tidur 2 2
Area diluar rumah sakit 1
Pembedahan/sedasi/ Dalam 24 jam 3
anastesi Dalam 48 jam 2
>48 jam atau tidak menjalani 1 1
pembedahan/sedasi/anastesi
Penggunaan Penggunaan multiple : sedative. Obat 3
medimentosa hypnosis, barbiturate, fenotiazi,
antidepresan,, pencahar,
diuretic,narkose
Penggunaan salah satu obat di atas 2
Penggunaanmedikasi lainnya/tidak ada 1 1
medikasi

JUMLAH SKOR HUMPTY DUMPTY 11

13. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratrium
Hb : 10,1 g/dL
Leukosit : 1.76 x 10^3/uL
Trombosit : 140 x 10^3/uL

14. Penatalaksanaan
Infus Asering 1200cc/24 jam
Drip D40% 14cc/24 jam
Injeksi paracetamol 4 x 280 mg
Injeksi ratinidin 2 x ¼ a
Injeksi antrain 4x ¼ a
Injeksi ondancentron 3 x ¼ a
Injeksi metilpred 3x ¼ a

15. Harapan Klien /Keluarga sehubungan dengan Penyakitnya


Pasien dan keluarga berharap pasien segera sembuh dari penyakitnya dan bisa berkumpul
lagi dirumah.

16. Genogram
Keterangan :
= Laki – laki
= Perempuan
= Pasien
= meninggal
= tinggal serumah
= garis berhubungan

Banyuwangi, 27 Maret 2024


Mahasiswa
ANALISA DATA
Hari / Tgl / DATA ETIOLOGI MASALAH
Jam
Senin S : Ibu pasien mengatakan demam sejak Virus Dangue Hipertermia
25/03/2024 4 hari yang lalu. Demam naik turun. | (D.0130)
15.00 O : K/U lemah, Kes. CM, GCS 4/5/6. Vermia
- Suhu 38,8°C |
- Akral hangat Virus merangsang tubuh
- Rewel untuk mengeluarkan
antibody
|
lnplus disampaikan
kehipotalamus
|
Peningkatan suhu tubuh
|
Hipertermia
Senin S : Ibu pasien mengatakan demam sejak Virus Dangue Resiko Syok
25/03/2024 4 hari yang lalu. Nafsu makan menurun. | (D.0039)
15.00 O : K/U lemah, Kes. CM, GCS 455. Vermia
-Akral hangat |
- Rewel Virus merangasng tubuh
- Nadi 106 x/menit untuk megeluarkan antibody
- Suhu 38,8°C |
- RR 19 x/menit Trombosit kehilangan fungsi
- Lab : WBC 1,76 x10^3/uL agresi
HBC 10,1 gr/dL |
PLT 176 x10^3/dL Trombositopeni
|
Pendarahan
|
Resiko Syok
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

TANGGAL: 25/03/2024

No. Diagnosis Keperawatan Kode Tanggal Teratasi Ttd


1 Hipertermia berhubungan dengan D.0130
proses penyakit

2 Resiko syok ditandai dengan D.0039


kekurangan volume cairan
RENCANA INTERVENSI

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Hari/ DIAGNOSIS Kode SLKI Kode SIKI


Tgl/Jam KEPERAWATAN
(SDKI)
1 Senin Hipertermia berhubungan dengan D.0130 Termoregulasi Membaik L.14134 Regulasi Temperatur (I.14578)
25/03/2024 proses penyakit Kriteria Hasil : Observasi :
16.00  Menggigil menurun  Monitor suhu tubuh anak tiap dua
 Kulit merah menurun jam, jika perlu
 Kejang menurun  Monitor tekanan darah, frekuensi
 Suhu tubuh membaik pernapasan dan nadi

 Suhu kulit membaik  Monitor warna dan suhu kulit

 Pengisian kapiler membaik  Monitor dan catat tanda dan gejala

 Ventilasi membaik hipertermia


Terapeutik :
 Tekanan darah membaik
 Pasang alat pemantau suhu
kontinu, jika perlu
 Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
 Gunakan kasur pendingin, water
circulation blankets, ice pack atau
gel pad dan intravaskular cooling
catheterization untuk menurunkan
suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian antipiretik
Jika perlu
2 Senin Resiko syok ditandai dengan D.0039 Tingkat Syok Menurun L.03032 Pencegahan Syok (I.02068)
25/03/2024 kekurangan volume cairan Kriteria Hasil : Observasi :
16.00  Kekuatan nadi meningkat  Monitor status kardiopulmonal
 Output urine meningkat (frekuensi dan kekuatan hadi,
 Tingkat kesadaran frekuensi napas, TD, MAP)
meningkat  Monitor status oksigen (oksimetri
 Saturasi oksigen meningkat nadi, AGD)

 Akral dingin menurun  Monitor status cairan (masukan

 Pucat menurun dan haluaran, tugur kulit, CRT)

 Haus menurun  Monitor tingkat kesadaran dan


respon pupil
 Konfusi nenurun
 Periksa riwayat energi
 Letargi menurun
Terapeutik :
 Asidosis metabolik menurun
 Berikan oksigen untuk
 Tekanan darah sistolik
mempertahankan saturasi oksigen>
membaik 94%
 Tekanan darah diastolik  Persiapkan intubasi dan ventilasi
membaik mekanis, jika perlu
 Tekanan nadi membaik  Pasang jalur IV, jika perlu
 Pengisian kapiler membaik  Pasang kateter urin untuk menilai
 Frekuensi nadi membaik reproduksi urin, jika perlu
 Frekuensi napas membaik  Lakukan skin test untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi :
 Jelaskan penyebab / faktor resiko
syok
 Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
 Anjurkan melapor jika
menemukan / merasakan tanda dan
gejala awal syok
 Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
 Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
IMPEMENTASI DAN EVALUASIKEPERAWATAN

Hari/Tgl/ No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf


Shift
Senin 1 16.00 1. Memonitor suhu tubuh anak tiap dua jam 18.00 S : Ibu pasien mengatakan panas
25/03/2024 2. Menonitor tekanan darah, frekuensi pernapasan mulai turun.
Sore dan nadi O : K/U lemah, Kes. CM, GCS
3. Memonitor warna dan suhu kulit 4/5/6.
4. Memonitor dan catat tanda dan gejala hipertermia - Nadi 124 x/menit
5. Memakaikan alat pemantau suhu - Suhu 37°C
6. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang - RR 30 x/menit
adekuat - Akral hangat
7. Mengunakan kompres air dingin untuk - Rewel
menurunkan suhu tubuh A : Masalah teratasi sebagian
8. Menyesuaikan suhu lingkungan dengan P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 9
kebutuhan pasien
9. Berkolaborasi pemberian antipiretik
Senin 2 16.00 1. Memonitor status kardiopulmonal (frekuensi dan 18.00 S : Ibu pasien mengatakan panas
25/03/2024 kekuatan hadi, frekuensi napas, TD, MAP) mulai turun.
Sore 2. Memonitor status oksigen (oksimetri nadi, AGD) O : K/U lemah, Kes. CM, GCS 455.
3. Memonitor status cairan (masukan dan haluaran, -Akral hangat
tugur kulit, CRT) - Turgir kulit baik
4. Memonitor tingkat kesadaran dan respon pupil - CRT <2 detik
5. Menjelaskan penyebab / faktor resiko syok - Rewel
6. Menjelaskan tanda dan gejala awal syok - Nadi 124 x/menit
7. Menganjurkan melapor jika menemukan / - Suhu 37°C
merasakan tanda dan gejala awal syok - RR 30 x/menit
8. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral - Terpasang infus Kaen 3B 800cc/24
9. Menganjurkan menghindari alergen jam
10. Berkolaborasi pemberian IV - Lab : WBC 1,98 x10^3/uL
11. Berkolaborasi pemberian antiinflamasi HBC 16,0 gr/dL
PLT 147 x10^3/dL
Nou% 37,8%
Lymposit 58,54%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4,
10, 11
Selasa 1 16.00 1. Memonitor suhu tubuh anak tiap dua jam 18.00 S : Ibu pasien mengatakan panas
26/3/2024 2. Menonitor tekanan darah, frekuensi pernapasan mulai turun.
Sore dan nadi O : K/U lemah, Kes. CM, GCS
3. Memonitor warna dan suhu kulit 4/5/6.
4. Memonitor dan catat tanda dan gejala hipertermia - Nadi 124 x/menit
5. Berkolaborasi pemberian antipiretik - Suhu 36,8°C
- RR 30 x/menit
- Akral hangat
- Tidak rewel
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 9
Selasa 2 16.00 1. Memonitor status kardiopulmonal (frekuensi dan 18.00 S : Ibu pasien mengatakan panas
26/3/2024 kekuatan hadi, frekuensi napas, TD, MAP) mulai turun.
Sore 2. Memonitor status oksigen (oksimetri nadi, AGD) O : K/U lemah, Kes. CM, GCS 455.
3. Memonitor status cairan (masukan dan haluaran, -Akral hangat
tugur kulit, CRT) - Turgir kulit baik
4. Memonitor tingkat kesadaran dan respon pupil - CRT <2 detik
5. Berkolaborasi pemberian IV - Tidak Rewel
6. Berkolaborasi pemberian antiinflamasi - Nadi 124 x/menit
- Suhu 36,8°C
- RR 30 x/menit
- Terpasang infus Asering 480cc/24
jam
- Lab : WBC 1,98 x10^3/uL
HBC 16,0 gr/dL
PLT 147 x10^3/dL
Nou% 37,8%
Lymposit 58,54%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4,
10, 11
kamis 1 08.00 1. Memonitor suhu tubuh anak tiap dua jam 10.00 S : Ibu pasien mengatakan badannya
27/5/2022 2. Menonitor tekanan darah, frekuensi pernapasan sudah tidak panas lagi.
Pagi dan nadi O : K/U lemah, Kes. CM, GCS
3. Memonitor warna dan suhu kulit 4/5/6.
4. Memonitor dan catat tanda dan gejala hipertermia - Nadi 112 x/menit
5. Berkolaborasi pemberian antipiretik - Suhu 36,5°C
- RR 30 x/menit
- Akral hangat
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi pasien KRS
Kamis 2 08.00 1. Memonitor status kardiopulmonal (frekuensi dan 10.00 S : Ibu pasien mengatakan tidak
25/5/2022 kekuatan hadi, frekuensi napas, TD, MAP) panas lagi. Napsu makan membaik.
Pagi 2. Memonitor status oksigen (oksimetri nadi, AGD) O : K/U lemah, Kes. CM, GCS 455.
3. Memonitor status cairan (masukan dan haluaran, -Akral hangat
tugur kulit, CRT) - Turgir kulit baik
4. Memonitor tingkat kesadaran dan respon pupil - CRT <2 detik
5. Berkolaborasi pemberian IV - Nadi 112 x/menit
6. Berkolaborasi pemberian antiinflamasi - Suhu 36,5°C
- RR 30 x/menit
- Terpasang infus Asering 480cc/24
jam
- Lab : WBC 2,0 x10^3/uL
HBC 16,0 gr/dL
PLT 149 x10^3/dL
Nou% 37,8%
Lymposit 58,54%
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi Pasien KRS
Lampiran 1
Kuesioner Praskrining untuk Anak 36 bulan

NO PEMERIKSAAN YA TIDAK
1. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Gerak Tidak
sedikitnya 3 meter? Kasar
2. Setelah makan, apakah anak mencuci dan mengeringkan Sosialisasi Tidak
tangannya dengan baik sehingga anda tidak perlu &
mengulanginya? Kemandiria
n
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak Ya
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan Kasar
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 2 detik atau lebih?
4. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Gerak Ya
Apakah anak dapat melompati panjang kertas ini dengan Kasar
mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa
didahului lari?
5. Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Gerak Ya
Suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas Halus
kosong yang tersedia. Dapatkah anak menggambar
lingkaran?

6. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di Gerak Ya


atas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut? Halus
(Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm)
7. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau Sosialisasi Ya
permainan lain dimana ia ikut bermain dan mengikuti &
aturan bermain? Kemandiria
n
8. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju Sosialisasi Ya
atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk &
memasang kancing, gesper atau ikat pinggang) Kemandiria
n
9. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa Bacara & Ya
dibantu? Jawab TIDAK jika ia hanya menyebutkan Bahasa
sebagian namanya atau ucapannya sulit dimengerti.
Lampiran 2
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Ambang Batas
Indeks Kategori Status Gizi
(Z-Score)

Berat badan sangat

kurang (severely <-3 SD

Berat Badan underweight)

menurut Umur (BB/U) anak Berat badan kurang


- 3 SD sd <- 2 SD
usia 0 – 60 bulan (underweight)

Berat badan normal -2 SD sd +1 SD

Risiko Berat badan lebih >+1SD

Sangat pendek (severely


Panjang Badan atau Tnggi <-3 SD
stunted)
Badan menurut Umur
Pendek (stunted) - 3 SD sd <- 2 SD
(PB/U atau TB/U)
Normal -2 SD sd +3 SD
anak usia 0 – 60 bulan
Tinggi2 >+3SD

Gizi buruk (severely


<-3 SD
wasted)

Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD


Berat Badan
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
menurut Panjang Badan
atau Tinggi Badan (BB/PB Berisiko gizi lebih
atau BB/TB) anak usia 0 – (possible risk of > + 1 SD sd + 2 SD
60 bulan
overweight)

Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD

Obesitas (obese) >+3SD

Indeks Massa Tubuh Gizi buruk (severely


menurut Umur IMT/U) anak <-3 SD
usia0 - 60 bulan wasted)3

Gizi kurang (wasted)3 - 3 SD sd <- 2 SD


Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD

Berisiko gizi lebih

(possible risk of > + 1 SD sd + 2 SD

overweight)

Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd +3 SD

Obesitas (obese) >+3SD

Gizi buruk (severely


<-3 SD
thinness)
Indeks Massa Tubuh Gizi kurang (thinness) - 3 SD sd <- 2 SD
menurut Umur (IMT/U) anak
usia 5 – 18 tahun Gizi baik (normal) -2 SD sd + 1 SD

Gizi lebih (overweight) >+1 SD sd +2 SD

Obesitas (obese) > + 2 SD

Anda mungkin juga menyukai