Rangkuman Pancasila
Rangkuman Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, Panca artinya lima, Syila artinya alas,
dasar. Syila berarti tingkah laku yang penting, baik. Istilah Pancasila juga terdapat dalam
kitab Negara Kertagama karya Empu Prapanca tahun 1365, dan Sutasoma karya Empu
Tantular yang berarti lima pantangan atau larangan, larangan itu adalah larangan mencuri,
larangan membunuh, larangan berjudi, dan minuman keras, larangan berdusta dan
berzina.
Menurut Simbolon (1995) tahap rakyat menjadi bangsa
adalah berkumpulnya manusia yang berada di wilayah nusantara yang hidupnya terpisah
pisah secara geografis, kultural lambat laun menyatu dalam identitas politis bersama bernama
Indonesia.
pendapat Ernest Renan (1994) dalam pidatonya yang berjudul Qu’est ce qu’une Nations?
(Apakah bangsa itu?). Renan mengemukakan bahwa bangsa itu adalah soal perasaan, soal
kehendak (tekad) semata-mata untuk hidup bersama yang timbul antara segolongan besar
manusia yang nasibnya sama dalam masa lampau, terutama dalam penderitaan Bersama
Korupsi
Undang-Undang yang mendukung untuk menjerat bagi pelaku korupsi, antara lain Undang-
Undang No. 20 Tahun 2001 tentangPerubahan Undang-Undang No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan tentang Tindak Pidana Korupsi dan Undang- Undang No. 8 Tahun 2010 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang, maupun Komisi khusus yang menangani korupsi (KPK), sampai
sekarang perilaku korupsi masih banyak dilakukan oleh pejabat public a. Lokasi OTT KPK
menyebar dari Pulau Jawa,,Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi. Penanganan kasus sepanjang
2017 terdiri dari 93 perkara penyuapan, 15 pengadaan barang dan jasa, dan 5 tindak pencucian
uang
Narkoba
Peredaran narkoba di Indonesia sudah dalam taraf mengkuatirkan.Peredaran ini tidak
saja di kota besar bahkan sampai ke daerah terpencil. Pengedar tidak saja menyasar
ke orang dewasa tetapi anak laki-laki maupun perempuan. Bahkan anggota legislative,
eksekutif, dan yudikatif sudah ada yang tertangkap karena pengguna narkoba.
Hal ini menciptakan sejumlah dampak negatif meliputi ekonomi,
kesehatan, sosial, dan generasi muda. (Menurut Diah, Deputi Rehabilitasi BNN
2018).
Dekadensi Moral
Menurut Iskarim,(2016) faktor penyebab merosotnya akhlak adalah:
a. Longgarnya pegangan terhadap agama
b. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat.
c. Derasnya arus materialisme, hedonistis dan sekularistik
d. Belum ada kemauan yang sungguh-sungguh dari Pemerintah Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi juga memiliki konsekuensi logis terciptanya kondisi yang mencerminkan
kemerosotan akhlak (dekadensi moral) (Haidar Putra Daulay, 2012:141)
Penegakan hukum
Penegakan hukum menurut Jimly Asshiddiqie adalah proses dilakukannya upaya
untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam lalu lintas atau hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Setelah reformasi, berbagai perubahan dalam kebijakan telah dilakukan,
yang mendapat perhatian sampai sekarang adalah reformasi dibidang hukum.
istilah Branson (1998) Urgensi Pendidikan Pancasila sebagai pembentuk civic disposition yang
dapat menjadi landasan untuk pengembangan civic knowledge dan civic skills mahasiswa.
Punahnya suatu negara dapat terjadi karena empat “I”, yaitu industri, investasi, individu, dan
informasi (Ohmae, 2002:xv).
1.Sumber Historis
Soekarno, mengatakan “jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah”. Hal itu sejalan dengan ungkapan filsuf Yunani Cicero (106-43 SM) “sejarah
memberikan kearifan” atau terkenal dengan istilah “sejarah merupakan guru kehidupan”
2.Sumber Sosiologis
hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan,
2000: 13). Karena tulah Pancasila menjadi Pandangan hidup dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
3.Sumber yuridis
Negara Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) artinya pemerintahannya
berdasarkan hukum (rule of law).Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
dalam penyelenggaraan negara. Karena itu pendekatan yuridis diperlukan dalam
pengembangan materi Pendidikan Pancasila, tentunya dalam rangka menegakkan
undang-undang (law enforcement).
4.Sumber Politik
pendapat Budiardjo (1998:32) “Ideologi politik adalah
himpunan nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan, suatu
“Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang, atas dasar mana
dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya
dan yang menentukan tingkah laku politiknya.”
BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada tanggal 29 April 1945 dengan
jumlah anggota 60 orang. Badan ini dibentuk oleh dr Rajiman Wedyodiningrat, didampingi oleh
dua orang ketua muda (wakil ketua) yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang).
BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada.
Sidang pertama BPUPKI tgl 29 Mei – 1 Juni 1945, materi pokoknya Dasar Negara.
Pembicara yang hadir dalam sidang tersebut selain Ir. Sukarno adalah Mr.Muh Yamin, Ki
Bagus Hadikusumo, M. Soepomo.
Pada sidang BPUPKI yang ke 2 tanggal 10-16 Juli 1945
panitia kecil yang diketuai Ir. Soekarno berhasil membuat kesepakatan naskah awal
“Pembukaan Hukum Dasar”yang dikenal dengan piagam Jakarta. Rumusan piagam
Jakarta dirancang untuk Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa
disepakati oleh para pendiri negara (political consensus)
Menurut Diponolo (1975: 23-25) negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang berdaulat
yang dengan tata pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu umat di suatu daerah
tertentu
syarat untuk disebut negara mencakup 3 unsur yaitu
a. Unsur tempat yaitu wilayah atau daerah
b. Unsur manusia yaitu rakyat, bangsa
c. Unsur organisasi yaitu tata kerjasama, tata pemerintahan.
d. Ketiga unsur diatas disebut unsur konstitusif.
Unsur konstitusif merupakan unsur yang paling penting, syarat mutlak terbentuknya negara,
sedangkan unsur deklaratif sebagai unsur tambahan, yang bisa saja tidak dimiliki oleh negara.
a. Teori Kemerdekaan
Tokoh yang menganut teori ini adalah Herbert Spencer, Immanuel Kant, Hegel. Menurut
Immanuel Kant, tujuan negara adalah untuk kemerdekaan. Terjadinya negara itu adalah
untuk membangun dan menyelenggarakan hukum, sedangkan hukum adalah untuk
menjamin kemerdekaan manusia. Hukum dan kemerdekaan tidak dapat dipisahkan
b. Teori keadilan
Tokoh yang menganut teori ini adalah Aristoteles, Thiomas Aquinas, Immanuel Kant.
Menurut Thomas Aquinas, tujuan negara adalah untuk kebaikan bersama umat manusia,
seperti yang dikehendaki Tuhan.
c. Teori Kesejahteraan dan Kebahagiaan
Tokoh yang menganut teori ini adalah Moh.Hatta, Immanuel Kant, dan Mr Kranenberg.
Menurut teori ini, tujuan negara adalah mewujudkan kesejahteraan umum. Negara
dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan bersama tatanan masyarakat yang
didalamnya terdapat kebahagian, kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
negara tersebut.
Mewujudkann kesejahteraan memiliki 2 aliran
1.Aliran liberal individualis
2.Aliran kolektivis atau sosialis
pendekatan dalam mewujudkan tujuan
negara tersebut dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu:
a. Pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)
b. Pendekatan keamanan (security approach)
Menurut Hans Kelsen istilah dasar negara disebut a basic norm atau Grundnorm
(Kelsen, 1970:8).Norma dasar ini merupakan norma tertinggi yang mendasari kesatuan-
kesatuan
Dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara yang
menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum (rechtsidee)
Menurut Hans Kelsen istilah dasar negara disebut a basic norm atau Grundnorm
(Kelsen, 1970:8).Norma dasar ini merupakan norma tertinggi yang mendasari kesatuan-
kesatuan system norma dalam masyarakat yang teratur termasuk di dalamnya negara yang
sifatnya tidak berubah (Attamimi dalam Oesman dan Alfian, 1993:74).
hilosophische grondslag itu adalah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa,
hasrat yang sedalam dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka. Soekarno
juga menyebut dasar negara dengan istilah ‘Weltanschauung’ atau pandangan dunia (Bahar,
Kusuma, dan Hudawaty, 1995: 63, 69, 81; dan Kusuma, 2004: 117, 121, 128, 129)
Menurut Sastrapratedja (2001: 43): ”Ideologi adalah seperangkat gagasan/ pemikiran yang
berorientasipadatindakandandiorganisirmenjadisuatu sistem yangteratur”.
Mubyarto (1991: 239):”Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan simbol-simbol
sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman kerja (atau
perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu”.