Nama:Dwi prayuda
Nim :C20123068
-Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan secara baik dan
benar, kalimat ini mudah dipahami oleh orang lain dengan tepat. Kalimat yang dimaksud bisa dalam
bentuk lisan maupun tulisan.Terdapat beberapa ciri dan syarat agar suatu kalimat bisa
disebut sebagai kalimat efektif, yaitu:
A.Kesepadanan Struktur
Kalimat efektif harus memiliki kesepadanan struktur, yaitu keseimbangan antara gagasan dengan
struktur yang dipakai. Dengan memiliki kesepadanan struktur yang baik, maka gagasan dapat dengan
mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Dalam kesepadanan struktur ada beberapa poin-poin
yang harus diperhatikan, yaitiu sebagai berikut:
1.Memiliki subjek dan predikat yang jelas
Cara agar suatu kalimat dapat memiliki subjek dan predikat yang jelas adalah
dengan menghindari penggunaan kata depan sebelum penyebutan subjek.
Contoh:Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. ( Salah)
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. ( Benar)
2.Tidak terdapat subjek ganda
Subjek ganda dapat membuat kalimat menjadi tidak terfokus sehingga maknanya menjadi sulit pahami.
Contoh:Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. ( Salah)
Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. ( Benar)
3.Kata hubung tidak dipakai pada kalimat tunggal
Kata hubung dipakai untuk membangun sebuah kalimat majemuk. Oleh karena itu, kata hubung tidak
boleh ada di kalimat tunggal.
Contoh:Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Salah)
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. ( Benar)
C.Penggabungan
Penggabungan atau pemajemukan (kompositum) membentuk kata dengan menggabungkan dua atau
lebih kata. Unsur gabungan kata itu dapat berupa bentuk bebas (kata dasar atau kata berimbuhan) atau
bentuk terikat (misalnya antar- dan pra-). Saya pikir bentuk klitik, seperti -ku dan -lah, dapat dianggap
bentuk terikat.
Contoh penggabungan:
-Penggabungan bentuk bebas: garis lintang, kesehatan lingkungan
-Penggabungan bentuk terikat: antarkota, prasejarah
D.Pemendekan
Pemendekan (abreviasi) membentuk kata—yang disebut “kependekan”—dengan memendekkan kata
atau frasa. Kependekan dapat dikelompokkan menjadi empat: singkatan, akronim, penggalan, dan
lambang.
Contoh pemendekan:
-Singkatan: PT, dll.
-Akronim: Bareskrim, pemilu
-Penggalan: Pak, Des
-Lambang: Ar, kg, Rp
-Kalimat
Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat, Unsur-Unsur Suatu
kalimat terdiri atas beberapa unsur pembentuk kalimat.Berikut merupakan penjabaran mengenai unsur-
unsur pembentuk kalimat yaitu:
1.Subjek
Subjek adalah kata benda dalam sebuah kalimat yang dapat berupa nama orang, hewan, benda, sapaan,
dan lain-lain. Contoh subjek dalam suatu kalimat adalah:
-Gina adalah teman kami.
-Ayah kami sedang lomba memancing.
2.Predikat
Predikat adalah bagian yang menandai apa yang telah diucapkan ataupun dituliskan oleh pihak pertama.
Contoh predikat dalam kalimat adalah:
-Merokok membahayakan kesehatan.
-Keladi itu tumbuhan.
3.Objek
Objek adalah sebuah hal atau perkara yang akan menjadi topik pembicaraan. Fungsi objek adalah
membentuk kalimat utama pada kalimat berpredikat transitif, memperjelas makna dalam sebuah
kalimat, dan membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran dalam kalimat
4.Pelengkap
Pelengkap adalah bagian frasa verbal yang membuatnya menjadi predikat lengkap dalam sebuah klausa.
Fungsi pelengkap adalah melengkapi kalimat lainnya seperti subjek, predikat, objek, dll agar kalimat
tersebut dapat berdiri sendiri
5.Keterangan Keterangan adalah sebuah bagian kalimat yang memiliki tujuan untuk memperjelas
kalimat. Unsur keterangan memiliki fungsi untuk menambah informasi pada kalimat yang akan
disajikan sehingga komunikasi mudah dipahami. Tanpa unsur kalimat keterangan, informasi menjadi
tidak jelas. Hal ini dapat ditemukan terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi
yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.
-Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan suatu
gagasan sehingga mendapatkan efek tertentu, sesuai yang diharapkan oleh penulis.diksi memiliki fungsi
untuk memperindah suatu kalimat seperti dalam puisi maupun cerita, diksi yang baik digunakan untuk
menyampaikan cerita dengan runtut, menjelaskan penokohan, mendeskripsikan waktu serta latar dan
lain sebagainya. Secara umum, diksi dibagi menjadi dua jenis yaitu diksi berdasarkan makna dan diksi
berdasarkan leksikal. Berikut penjelasan kedua jenis diksi tersebut.
-Sejarah Perkembangan Indonesia
Sebelum resmi menjadi bahasa nasional, bahasa Indonesia terlebih dahulu dikenal sebagai bahasa
Melayu. Baru semenjak tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia resmi dipakai oleh Negara
Indonesia sebagai bahasa nasional. Sejarah kelahiran bahasa Indonesia bermula dari bahasa Melayu tua
yang hingga kini masih dapat diselidiki sebagai peninggalan masa lampau Nusantara,sedari dulu bahasa
ini merupakan bahasa penghubung antar Negara di Asia Tenggara. Hal tersebut dibuktikan dengan
keberadaan prasasti Kedukan Bukit (683 M), Talang Tuo (684 M), Kota Kapur (686 M), Karah Barahi
(686 M) yang menggunakan bahasa serupa.
Bahasa Indonesia terus berkembang dan dikembangkan seiring berputarnya roda zaman. Begitu pula
dengan ejaan yang menjadi salah satu bentuk perkembangan yang paling tampak dalam perubahannya.
Berikut adalah lini masa perubahan ejaan bahasa Indonesia;
-Ejaan Republik (1947)
Ejaan Republik merupakan penyederhanaan terhadap Ejaan van Ophusyen yang sebelumnya digunakan.
Ejaan ini mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1947. Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
Republik Indonesia pada masa itu adalah Mr. Suwandi. Oleh karena itu, ejaan ini juga sering disebut
dengan Ejaan Suwandi.
-Ejaan Pemabaharuan (1957)
Ejaan ini merupakan suatu ejaan yang dibuat untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan ejaan
ini diselesaikan pada tahun 1957 oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia yang dipimpin oleh
Profesor Prijono dan E. Katoppo.
-Ejaan Melindo (1959)
Perumusan Ejaan Melindo diawali dengan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia yang kedua
pada tahun 1945, di Medan, Sumatera Utara. Ejaan Melindo (Melayu – Indonesia) adalah hasil
perumusan ejaan Melayu dan Indonesia yang diselesaikan pada tahun 1959.
-Ejaan Baru /Ejaan LBK (1967)
Ejaan ini pada dasarnya adalah lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Melindo. Ejaan
ini dirancang oleh panitia Ejaan LBK, dan panitia ejaan dari Malaysia. Panitia ini berhasil merumuskan
suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru.
-Ejaan yang Disempurnakan/EYD (1972)
Ejaan ini merupakan capaian kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun
1966. Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan merupakan penyederhanaan serta
penyempurnaan Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik yang dipakai sejak Maret 1947.
-Ejaan Bahasa Indonesia/EBI (2015)
Panduan Umum Ejaan Bahasa Indonesia atau PU EBI merupakan ejaan terbaru yang diresmikan pada
tahun 2015 yang lalu. Ejaan ini adalah pengganti EYD, berlandaskan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Rl Nomor 50 Tahun 2015.
-Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara. Dilihat dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam
bahasa terdiri dari 2 jenis, yaitu sebagai berikut;
1.Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan
dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di
dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan
dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat
disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam
bentuk tulis.
2.Ragam Bahasa Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh
situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang
oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu,
dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan
kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur
bahasa di dalam struktur kalimat.
-Referensi
https://www.gurupendidikan.co.id/ragam-bahasa-indonesia/
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-diksi/#Pengertian_Diksi
https://erupa.id/sejarah-bahasa-indonesia/
https://ivanlanin.medium.com/pembentukan-dan-pemilihan-kata-4194254f134e
https://www.ruangguru.com/blog/jenis-unsur-dan-syarat-paragraf
https://www.ruangguru.com/blog/kalimat-efektif
https://bahasa.foresteract.com/wp-content/uploads/2019/03/Modul-Materi-Bahasa-Indonesia-
Kalimat.pdf
https://www.gurupendidikan.co.id/paragraf/
https://www.ruangguru.com/blog/jenis-unsur-dan-syarat-paragraf