Anda di halaman 1dari 13

Fakultas Psikologi Diserahkan kepada:

Universitas Kristen Maranatha Efnie Indrianie, M.Psi, Psikolog

Bandung

TUGAS BIOPSIKOLOGI 3

Learning, Memory, and Amnesia

Disusun oleh:

Kelompok 4

Velline Alodia Ines 2030017


Revina Priscila 2030035
Grace Erlina Lukas 2030041
Belinda Nindya P. 2030064
Thesya Laura Ramba 2030102
Agnes Lauren 2030149

Kelas C

Diserahkan tanggal:

24 Maret 2021
TUGAS 1

1. Amnesia of Korsakoff’s Syndrome


Korsakoff’s Syndrome adalah penyakit dari memori yang umum
terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah
banyak. Penyakit ini biasanya terjadi dikarenakan kerusakan otak yang
diasosiasikan dengan kekurangan thiamine yang seringkali dibarengi
dengan konsumsi alkohol yang berat. Pada tingkat yang lebih parah, ini
dikarakteristikan dengan berbagai permasalahan sensori dan motor,
extreme confusion, perubahan kepribadian, dan resiko kematian yang
disebabkan oleh penyakit hati, penyakit rongga perut, dan penyakit hati.
Pemeriksaan postmortem biasanya mengungkapkan adanya lesions pada
medial diencephalon (medial thalamus dan medial hypothalamus) dan
kerusakan pada bagian struktur otak lainnya, terutama di bagian neocortex,
hippocampus, dan cerebellum.
Amnesia of Korsakoff’s syndrome dalam beberapa aspek mirip
dengan medial temporal lobe amnesia. Contohnya, ketika pada tahap awal
dari penyakit ini, simptom yang terjadi adalah anterograde amnesia untuk
explicit episodic memories. Namun, seiring dengan berkembangnya
penyakit ini, maka retrograde amnesia yang akan melebar ke memori
masa kecil akan terjadi. Defisit di implicit memory bergantung kepada test
tertentu yang digunakan, namun secara umum mereka lebih tidak parah
dibandingkan dengan explicit memory (lihat Oudman et al., 2011; Van
Tilborg et al., 2011).
Perkembangan progresif dan berbahaya dari Korsakoff’s syndrome
ini mempersulit studi yang dilakukan tentang apa yang mengakibatkan
retrograde amnesia. Sampai sekarang, masih belum jelas sejauh mana
amnesia Korsakoff ini mencerminkan retrograde disruption dari memori
yang ada. Atau bagaimana terjadinya peningkatan bertahap anterograde
blockage untuk memori yang baru.

2
2. Amnesia of Alzheimer’s Disease
Penyakit Alzheimer adalah penyebab lain untuk amnesia. Tanda
pertama Penyakit Alzheimer seringkali berupa kemunduran ingatan ringan.
Akan tetapi, gangguan ini bersifat progresif. Pada akhirnya, demensia
berkembang dan menjadi sangat berat sehingga pasien tidak mampu
melakukan aktivitas yang sangat sederhana sekalipun (misalnya, makan,
berbicara, mengenali pasangannya, atau mengontrol buang air kecil).
Usaha untuk bisa mengerti basis neural dari Alzheimer’s amnesia
telah berfokus pada pasien Alzheimer predementia (pasien-pasien yang
masih belum mengembangkan dementia). Defisit memori pada pasien-
pasien ini lebih umum dibandingkan dengan pasien yang menderita
kerusakan pada medial temporal lobe, kerusakan pada medial
diencephalic, atau yang menderita Korsakoff’s syndrome. Selain dari tes
memori defisit pada major anterograde dan retrograde deficits, pasien
Alzheimer predementia seringkali menunjukkan defisit dalam memori
jangka pendek dan dalam beberapa explicit memory. Implicit memory
mereka untuk verbal dan perceptual material seringkali berkurang,
sedangkan implicit memory mereka untuk sensorimotor learning itu tidak
(lihat Postle, Corkin, & Growdon, 1996).
Level dari acetylcholine di otak pada pasien Alzheimer itu sangat
berkurang. Pengurangan ini merupakan hasil degenerasi dari bagian basal
forebrain (garis tengah area yang terletak diatas hipotalamus), dimana ini
merupakan sumber utama acetylcholine otak. Penemuan ini, ditambah lagi
dengan penemuan guratan (strokes) di daerah basal forebrain bisa
menyebabkan amnesia, mengarah kepada pengurangan acetylcholine
sebagai penyebab dari Alzheimer’s amnesia.
Walaupun pengurangan kadar acetylcholine sebagai akibat dari
kerusakan pada basal forebrain menjadi penyebab dari Alzheimer’s
amnesia, namun ini bukanlah satu-satunya penyebab. Kerusakan otak yang
diasosiasikan dengan Alzheimer’s amnesia itu sangat beragam, karena
melibatkan banyak area otak seperti medial temporal lobes dan prefrontal

3
cortex, yang memiliki peran besar dalam memori (lihat Braskie &
Thompson, 2013).

3. Posttraumatic Amnesia
Amnesia pasca trauma adalah fase koma setelah benturan berat di
kepala, biasanya berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit
saja, tetapi pada kasus-kasus yang parah keadaan itu dapat berlangsung
berminggu-minggu dan dikelompokkan menurut dua gejala utama yaitu
ketidakmampuan untuk mengorientasikan lingkungan dan
ketidakmampuan mengkodekan dan mengingat informasi baru. Lalu,
begitu pasien sadar kembali, ada periode konfusi. Cedera kepala traumatis
diikuti oleh amnesia retrograd permanen untuk peristiwa yang
menyebabkan benturan dan amnesia anterograde permanen untuk banyak
kejadian yang terjadi setelah periode konfusi. Amnesia anterograde, defisit
kognitif berupa kebingungan; orientasi buruk terhadap waktu, tempat dan
orang. Ciri khas sindrom ini adalah ketidakmampuan untuk menyimpan
kejadian saat ini.
Defisit ingatan anterograde yang mengikuti cedera kepala non
penetrasi sering cukup membingungkan bagi teman-teman dan keluarga
yang berbicara dengan pasien selama periode konfusi, misalnya selama
kunjungan ke rumah sakit. Pasien kadang-kadang mungkin tampak cukup
dapat dimengerti dengan jelas, karena ingatan jangka pendeknya normal,
tetapi di saat lain mungkin sama sekali tidak ingat tentang apapun isi
percakapannya.

4
Gambar diatas merangkum efek-efek cedera kepala tertutup pada
ingatan. Amnesia retrograde dan amnesia anterograde yang berhubungan
dengan benturan di kepala yang menghasilkan konkusi (gegar otak).
1. Benturan di kepala menghasilkan koma.
2. Ketika korban sadar kembali, ia mengalami periode konfusi.
3. Ketika periode konfusi berakhir, korban mengalami amnesia
retrograde untuk kejadian-kejadian yang terjadi selama periode
tidak lama sebelum benturan dan amnesia anterograde untuk
kejadian-kejadian yang terjadi selama periode konfusi.

5
TUGAS 2
Amnesia Infantil

Kita semua mengalami Amnesia Infantil. Artinya, kita hampir tidak


mengingat apapun tentang peristiwa masa kecil kita (Callaghan, Li, &
Richardson, 2014; Sneed, 2014). Newcombe dan rekan-rekannya (2000)
membahas pertanyaan berikut: Apakah anak-anak normal yang gagal
untuk mengingat atau mengenali hal-hal secara eksplisit dari masa kecil
mereka mempertahankan ingatan implisit untuk hal-hal ini? Hasil dari dua
percobaan menunjukkan bahwa jawabannya adalah "ya".

Dalam sebuah penelitian tentang Amnesia Infantil (Newcombe &


Fox, 1994), anak-anak diperlihatkan serangkaian foto anak-anak usia
prasekolah, dan beberapa di antaranya adalah teman sekelas prasekolah
mereka. Anak-anak mengenali beberapa mantan teman sekelas mereka.
Namun, apakah mereka secara eksplisit mengingat mantan teman sekelas
atau tidak, mereka secara konsisten menunjukkan respons konduktansi
kulit yang besar pada foto-foto mantan teman sekelas mereka tetapi tidak
pada foto-foto kontrol.

Dalam studi kedua tentang Amnesia Infantil, Drummey dan


Newcombe (1995) menggunakan versi tes yang menggunakan gambar
yang tidak lengkap. Pertama, mereka menunjukkan serangkaian gambar
kepada anak usia 3 tahun, 5 tahun, dan orang dewasa. Tiga bulan
kemudian, para peneliti menilai ingatan implisit untuk gambar-gambar ini
dengan meminta setiap peserta untuk mengidentifikasinya (“Ini adalah
mobil,” “Ini kursi,” dll.) dan beberapa gambar kontrol secepat mungkin.
Selama pengujian, gambar pertama kali ditampilkan dengan tidak fokus,
tetapi menjadi semakin tajam seiring waktu. Setelah tes memori implisit
ini, memori eksplisit dinilai dengan bertanya pada peserta gambar mana
yang mereka ingat pernah lihat sebelumnya. Anak usia 5 tahun dan orang
dewasa menunjukkan ingatan eksplisit yang lebih baik daripada anak usia
3 tahun. Artinya, mereka lebih mungkin mengingat melihat gambar dari

6
seri aslinya. Namun, ketiga kelompok tersebut menunjukkan memori
implisit yang substansial: Semua peserta dapat mengidentifikasi gambar
yang sebelumnya mereka lihat lebih cepat, bahkan ketika mereka tidak
mengingatnya secara sadar.

Jika seorang batita mendapatkan perlakuan buruk, apakah ia akan


ingat?

Penelitian yang dilakukan oleh Newcombe dan rekan-rekannya


sudah memberi jawabannya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
individu akan mengingat memori masa kecil mereka secara implisit (tidak
sepenuhnya ingat, hanya beberapa bagian saja), bukan secara eksplisit
(gamblang dan jelas). Maka itu, bila seorang batita memiliki pengalaman
yang tidak menyenangkan atau mendapat perlakuan buruk, ia akan tetap
mengingat itu meskipun dirinya mengalami Amnesia Infantil. Jadi,
meskipun ia tidak mengingat peristiwa itu secara jelas, akan tetap ada
beberapa momen masa kecil yang tertinggal di memorinya.

7
TUGAS 3
Fungsi daerah yang terimplikasi dengan ingatan (selain hipokampus):
- Korteks Inferotemporal
Terlibat dalam visual yang menyangkut berbagai objek juga
beradaptasi dalam menyimpan ingatan tentang visual bersama dengan
korteks perinal. (Bussey & Saksida 2005)
Berperan dalam beberapa aspek penglihatan yang lebih kompleks,
termasuk di dalamnya adalah persepsi gerakan dan pengenalan wajah.
Berperan dalam perilaku yang berkaitan dengan emosi dan motivasi.
Kerusakan pada bagian ini mengakibatkan terjadinya perubahan emosi
atau hilangnya kemampuan memahami apa yang sebenarnya terjadi atau
terjadi perubahan kognitif (Kalat, 2007). Penelitian pada lobus temporal-
sistem limbik pada populasi autis mengalami penurunan volume, aktivitas
hipofungsi, dan kelainan ukuran syaraf dan kepadatannya (Schultz, et al.,
2000).

- Amigdala
Merupakan kumpulan soma neuron di bawah korteks ujung depan
medial lobus temporalis, di depan dan sebagian di atas ujung kornu
inferior ventrikel lateral (Markam, 2009). Peningkatan emosi,
menghubungkan nilai emosional terhadap rangsangan, pembelajaran emosi
(Zillmer, et al., 2008).
Keterlibatan peran amigdala dengan lesi pada amigdala dan
struktur lobus temporal lainnya menghasilkan penurunan perilaku sosial
(Donders & Hunter, 2010). Neuro aktivasi yang tidak normal pada
amigdala hadir di dalam kelompok autis ketika proses pengenalan wajah
(Wang, et al., 2004; Sparks, et al., 2002, dalam Zilmer, 2008)
Ketidakberfungsian sistem limbik terutama bagian amigdala dan
hipokampus (sangat berdekatan hubungannya dengan bagian otak lainnya
seperti orbital frontal), (Dawson, 1996).

8
- Korteks Prefrontal
Bertanggung jawab atas perencanaan rangkaian perilaku dan untuk
beberapa aspek ekspresi memori dan emosional (Graybiel, Aosaki,
Flaherty, & Kimura, 1994). Menyimpan memori jangka pendek, yaitu
kemampuan untuk mengingat stimulus dan kejadian yang baru terjadi
Berperan penting ketika kita harus mengikuti dua peraturan atau lebih pada
saat yang sama (Rammani & Owen, 2004). Mengatur perilaku yang sesuai
dengan konteks (Miller, 2000).
Individu yang mengalami kerusakan prefrontal cortex mengalami
ketidakmampuan mengikuti konteks yang ada dan ketidakberfungsian
dalam eksekutif, sehingga mereka berperilaku tidak pantas dan impulsif
(Kalat, 2007). Mengalami executive dysfunction, sehingga anak autis akan
menunjukkan rendahnya dalam perencanaan dan performansi pengaturan
mental, dan menurunnya konsep “stuck in set” perseveration, artinya gagal
fokus pada perhatian yang sedang terjadi (Ciesielski & Harris, dalam
Zillmer et al., 2008). Ozonoff (dalam Zillmer et al., 2008) mengemukakan
anak autis mengalami penurunan dalam working memory, mental
flexibility, dan respon inhibisi (kemampuan untuk menunda respon),
kemampuan untuk menunda respon rendah sehingga anak autis dikenal
memiliki perilaku impulsif.

- Serebellum dan Striatum


Serebelum berfungsi untuk mengawali dan mengatur gerakan,
khususnya gerakan yang terampil. Serebelum berfungsi sebagai
pembanding antara perencanaan motorik dan basil dari motorik, selain itu
serebelum juga berfungsi untuk mendeteksi kesalahan sistem. Serebelum
mengirim sinyal untuk koreksi ke brain stem dan kortek motorik. Pada
serebelum terdapat tiga divisi fungsional yakni vestibulocerebellum,
spinocerebellum, dan cerebrocerebellum (Dorlan, 2009).
Striatum merupakan bagian dari basal ganglia yang berfungsi
dalam menerima dan melanjutkan impuls yang berasal dari korteks serebri.

9
Dalam striatum terdapat 3 bagian nucleus kaudatus, putamen dan nucleus
accumbens.

1
0
TUGAS 4

Bacalah kasus R.M diakhir chapter ini, jelaskan dan termasuk


gangguan apakah yang dideritanya?
R.M. jatuh dan membenturkan kepalanya ketika sedang melakukan
kegiatan ski. Saat dia sadar, ia mengalami kedua jenis amnesia yakni
retrograde dan anterograde. Untuk beberapa jam, ia mampu untuk
mengingat kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukannya di masa lalu.
Tetapi, ia tidak mampu mengingat bahwa ia telah menikah, dimana ia
tinggal, atau dimana dia bekerja. Dia telah kehilangan sebagian besar
memori episodiknya.
Selain itu, banyak hal yang terjadi setelah kecelakaan tersebut yang
langsung dilupakan segera setelah perhatiannya dialihkan. Sebagai
contoh, di dalam mobil menuju rumah sakit, R.M. berbincang dengan
seseorang yang duduk disampingnya (teman dari temannya yang selalu
bermain ski bersama R.M.). Tetapi setiap kali fokus R.M. teralihkan (mis :
melihat pemandangan gunung), ia benar-benar lupa siapa orang tersebut
dan kembali memperkenalkan dirinya.
Hal ini merupakan sebuah kasus klasik dari post-traumatic
amnesia. Seperti H.M., R.M. pun terjebak dalam masa kini, dengan
bayang-bayang akan masa lalu dan sepertinya masa depan yang tidak ada.
Yang menjadi ironi dari situasi ini adalah dalam jam-jam tersebut, ketika
R.M. mampu mengingat beberapa peristiwa dalam hidupnya, pikirannya
akan kembali hanyut dalam satu memori semantik. Dalam “kekaburan”
tersebut, ia mengingat H.M., sesama “tahanannya” sekarang dan penasaran
apakah hal yang sama juga terjadi padanya.
R.M. akhirnya mampu untuk pulih kembali dan mengingat apa
yang pernah menjadi pengalamannya dengan perasaan yang lega dan turut
memiliki empati terhadap H.M. Tidak seperti H.M., R.M. bisa merasakan
kelegaan, tetapi apa yang dialaminya membuat dia memiliki apresiasi yang

1
1
lebih baik untuk mereka yang berada dalam situasi yang sama dengan apa
yang dialami H.M.

1
2
DAFTAR PUSTAKA

Pinel, J.P.J, Barnes, S. J.,. 2018. Biopsychology, 10th edition. Boston USA:
Pearson

1
3

Anda mungkin juga menyukai