Bandung
TUGAS BIOPSIKOLOGI 3
Disusun oleh:
Kelompok 4
Kelas C
Diserahkan tanggal:
24 Maret 2021
TUGAS 1
2
2. Amnesia of Alzheimer’s Disease
Penyakit Alzheimer adalah penyebab lain untuk amnesia. Tanda
pertama Penyakit Alzheimer seringkali berupa kemunduran ingatan ringan.
Akan tetapi, gangguan ini bersifat progresif. Pada akhirnya, demensia
berkembang dan menjadi sangat berat sehingga pasien tidak mampu
melakukan aktivitas yang sangat sederhana sekalipun (misalnya, makan,
berbicara, mengenali pasangannya, atau mengontrol buang air kecil).
Usaha untuk bisa mengerti basis neural dari Alzheimer’s amnesia
telah berfokus pada pasien Alzheimer predementia (pasien-pasien yang
masih belum mengembangkan dementia). Defisit memori pada pasien-
pasien ini lebih umum dibandingkan dengan pasien yang menderita
kerusakan pada medial temporal lobe, kerusakan pada medial
diencephalic, atau yang menderita Korsakoff’s syndrome. Selain dari tes
memori defisit pada major anterograde dan retrograde deficits, pasien
Alzheimer predementia seringkali menunjukkan defisit dalam memori
jangka pendek dan dalam beberapa explicit memory. Implicit memory
mereka untuk verbal dan perceptual material seringkali berkurang,
sedangkan implicit memory mereka untuk sensorimotor learning itu tidak
(lihat Postle, Corkin, & Growdon, 1996).
Level dari acetylcholine di otak pada pasien Alzheimer itu sangat
berkurang. Pengurangan ini merupakan hasil degenerasi dari bagian basal
forebrain (garis tengah area yang terletak diatas hipotalamus), dimana ini
merupakan sumber utama acetylcholine otak. Penemuan ini, ditambah lagi
dengan penemuan guratan (strokes) di daerah basal forebrain bisa
menyebabkan amnesia, mengarah kepada pengurangan acetylcholine
sebagai penyebab dari Alzheimer’s amnesia.
Walaupun pengurangan kadar acetylcholine sebagai akibat dari
kerusakan pada basal forebrain menjadi penyebab dari Alzheimer’s
amnesia, namun ini bukanlah satu-satunya penyebab. Kerusakan otak yang
diasosiasikan dengan Alzheimer’s amnesia itu sangat beragam, karena
melibatkan banyak area otak seperti medial temporal lobes dan prefrontal
3
cortex, yang memiliki peran besar dalam memori (lihat Braskie &
Thompson, 2013).
3. Posttraumatic Amnesia
Amnesia pasca trauma adalah fase koma setelah benturan berat di
kepala, biasanya berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit
saja, tetapi pada kasus-kasus yang parah keadaan itu dapat berlangsung
berminggu-minggu dan dikelompokkan menurut dua gejala utama yaitu
ketidakmampuan untuk mengorientasikan lingkungan dan
ketidakmampuan mengkodekan dan mengingat informasi baru. Lalu,
begitu pasien sadar kembali, ada periode konfusi. Cedera kepala traumatis
diikuti oleh amnesia retrograd permanen untuk peristiwa yang
menyebabkan benturan dan amnesia anterograde permanen untuk banyak
kejadian yang terjadi setelah periode konfusi. Amnesia anterograde, defisit
kognitif berupa kebingungan; orientasi buruk terhadap waktu, tempat dan
orang. Ciri khas sindrom ini adalah ketidakmampuan untuk menyimpan
kejadian saat ini.
Defisit ingatan anterograde yang mengikuti cedera kepala non
penetrasi sering cukup membingungkan bagi teman-teman dan keluarga
yang berbicara dengan pasien selama periode konfusi, misalnya selama
kunjungan ke rumah sakit. Pasien kadang-kadang mungkin tampak cukup
dapat dimengerti dengan jelas, karena ingatan jangka pendeknya normal,
tetapi di saat lain mungkin sama sekali tidak ingat tentang apapun isi
percakapannya.
4
Gambar diatas merangkum efek-efek cedera kepala tertutup pada
ingatan. Amnesia retrograde dan amnesia anterograde yang berhubungan
dengan benturan di kepala yang menghasilkan konkusi (gegar otak).
1. Benturan di kepala menghasilkan koma.
2. Ketika korban sadar kembali, ia mengalami periode konfusi.
3. Ketika periode konfusi berakhir, korban mengalami amnesia
retrograde untuk kejadian-kejadian yang terjadi selama periode
tidak lama sebelum benturan dan amnesia anterograde untuk
kejadian-kejadian yang terjadi selama periode konfusi.
5
TUGAS 2
Amnesia Infantil
6
seri aslinya. Namun, ketiga kelompok tersebut menunjukkan memori
implisit yang substansial: Semua peserta dapat mengidentifikasi gambar
yang sebelumnya mereka lihat lebih cepat, bahkan ketika mereka tidak
mengingatnya secara sadar.
7
TUGAS 3
Fungsi daerah yang terimplikasi dengan ingatan (selain hipokampus):
- Korteks Inferotemporal
Terlibat dalam visual yang menyangkut berbagai objek juga
beradaptasi dalam menyimpan ingatan tentang visual bersama dengan
korteks perinal. (Bussey & Saksida 2005)
Berperan dalam beberapa aspek penglihatan yang lebih kompleks,
termasuk di dalamnya adalah persepsi gerakan dan pengenalan wajah.
Berperan dalam perilaku yang berkaitan dengan emosi dan motivasi.
Kerusakan pada bagian ini mengakibatkan terjadinya perubahan emosi
atau hilangnya kemampuan memahami apa yang sebenarnya terjadi atau
terjadi perubahan kognitif (Kalat, 2007). Penelitian pada lobus temporal-
sistem limbik pada populasi autis mengalami penurunan volume, aktivitas
hipofungsi, dan kelainan ukuran syaraf dan kepadatannya (Schultz, et al.,
2000).
- Amigdala
Merupakan kumpulan soma neuron di bawah korteks ujung depan
medial lobus temporalis, di depan dan sebagian di atas ujung kornu
inferior ventrikel lateral (Markam, 2009). Peningkatan emosi,
menghubungkan nilai emosional terhadap rangsangan, pembelajaran emosi
(Zillmer, et al., 2008).
Keterlibatan peran amigdala dengan lesi pada amigdala dan
struktur lobus temporal lainnya menghasilkan penurunan perilaku sosial
(Donders & Hunter, 2010). Neuro aktivasi yang tidak normal pada
amigdala hadir di dalam kelompok autis ketika proses pengenalan wajah
(Wang, et al., 2004; Sparks, et al., 2002, dalam Zilmer, 2008)
Ketidakberfungsian sistem limbik terutama bagian amigdala dan
hipokampus (sangat berdekatan hubungannya dengan bagian otak lainnya
seperti orbital frontal), (Dawson, 1996).
8
- Korteks Prefrontal
Bertanggung jawab atas perencanaan rangkaian perilaku dan untuk
beberapa aspek ekspresi memori dan emosional (Graybiel, Aosaki,
Flaherty, & Kimura, 1994). Menyimpan memori jangka pendek, yaitu
kemampuan untuk mengingat stimulus dan kejadian yang baru terjadi
Berperan penting ketika kita harus mengikuti dua peraturan atau lebih pada
saat yang sama (Rammani & Owen, 2004). Mengatur perilaku yang sesuai
dengan konteks (Miller, 2000).
Individu yang mengalami kerusakan prefrontal cortex mengalami
ketidakmampuan mengikuti konteks yang ada dan ketidakberfungsian
dalam eksekutif, sehingga mereka berperilaku tidak pantas dan impulsif
(Kalat, 2007). Mengalami executive dysfunction, sehingga anak autis akan
menunjukkan rendahnya dalam perencanaan dan performansi pengaturan
mental, dan menurunnya konsep “stuck in set” perseveration, artinya gagal
fokus pada perhatian yang sedang terjadi (Ciesielski & Harris, dalam
Zillmer et al., 2008). Ozonoff (dalam Zillmer et al., 2008) mengemukakan
anak autis mengalami penurunan dalam working memory, mental
flexibility, dan respon inhibisi (kemampuan untuk menunda respon),
kemampuan untuk menunda respon rendah sehingga anak autis dikenal
memiliki perilaku impulsif.
9
Dalam striatum terdapat 3 bagian nucleus kaudatus, putamen dan nucleus
accumbens.
1
0
TUGAS 4
1
1
lebih baik untuk mereka yang berada dalam situasi yang sama dengan apa
yang dialami H.M.
1
2
DAFTAR PUSTAKA
Pinel, J.P.J, Barnes, S. J.,. 2018. Biopsychology, 10th edition. Boston USA:
Pearson
1
3