Anda di halaman 1dari 7

Shahib Anshari Muhajir

St
New Normal : Gelombang Kesadaran Prilaku Hidup Sehat Dan Kembalinya Nilai Kolaborasi
Masyarakat Indonesia

New Normal : Gelombang Kesadaran Prilaku Hidup Sehat Dan Kembalinya Nilai
Kolaborasi Masyarakat Indonesia
Tahun 2020 bisa diibaratkan tahun penuh tantangan bagi masyarakat dunia, tak
terkecuali Indonesia. Bagaimana tidak, kita semua telah dihadapkan dengan kemunculan
virus baru yang diberi nama corona atau Covid-19. Virus yang pertama ditemukan di
sebuah kota di Tiongkok, tepatnya di kota Wuhan, di provinsi Huabei. Virus itu kini telah
mewabah, dan seluruh masyarakat turut takut dan cemas akibat dari kemunculan virus
Covid-19 ini.

Virus yang gejalanya hampir mirip dengan flu ini, menyebar begitu cepat,
melintas ke setiap negara dan menyebrang ke pelosok-pelosok pulau. Berbagai spekulasi
penyebab dari munculnya Covid-19 ini terus bermunculan, mengundang komentar dari
beragam pakar. Bukan hanya dari orang yang kompeten di bidang kesehatan. Tetapi para
politikus, pakar ekonomi, sampai budayawan, tak ingin kalah. Mereka juga turut
menghangatkan pembicaraan publik. Dari mulai teori hewan liar effect sampai ada yang
menyatakan bahwa virus ini adalah sebuah konspirasi, direkayasa untuk dibuat. Semua
perspektif itu meluncur dan ikut mempengaruhi pikiran masyakarat. Tentu beragam sudut
pandang sangat perlu untuk memperkaya wawasan tentang dari mana awal mula virus
tersebut berasal. Tetapi, jangan sampai kita terjebak dan lupa memikirkan, solusi apa
yang tepat untuk menghadapi situasi seperti ini?.

Kini Covid-19 bukan hanya menjadi satu virus yang mencemaskan serta membuat
gelisah masyarakat. Sekarang, ia sudah menjadi dampak, mengubur banyak nyawa,
menghantam psikologis dan membawa beragam kerugian dari sisi material warga.
Sampai saat ini per 08 September 2020 dikutip dari kompas.com pemerintah telah
mengumumkan, bahwa jumlah kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 200.035
orang, dan dengan angka kematian mencapai 8.230 orang. Sungguh ini adalah duka dan
persoalan yang tidak kecil. Selain itu, Covid-19 juga menghantam laju pertumbuhan dan
perputaran ekonomi, serta aktivitas masyarakat. Terlihat dari banyaknya UMKM yang
terpaksa harus gulung tikar, sampai aktivitas kerja dan pembelajaran siswa yang harus di
rumahkan.
Shahib Anshari Muhajir
St
New Normal : Gelombang Kesadaran Prilaku Hidup Sehat Dan Kembalinya Nilai Kolaborasi
Masyarakat Indonesia

Dalam situasi seperti ini, tentu memaksa pemerintah untuk terus berpikir, mencari
ragam cara untuk keluar dari situasi pelik dan krisis. Dari awal Covid-19 mulai masuk ke
Indonesia, pemerintah pun sebenarnya telah banyak menggulirkan wacana dan mengetuk
berbagai kebijakan untuk menyangkal akibat dari krisis Covid-19 ini. Dari membuat
deretan tim Gugus Tugas dari pusat sampai daerah, melakukan rapid test secara berkala
dan serentak, melarang pulang kampung saat libur lebaran, membuat kebijakan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) sampai pada hari ini, pemerintah telah mengganti
kembali kebijakan dengan memberlakukan New Normal atau adaptasi kebiasaan baru.
Terlepas dari pro dan kontra komentar masyarakat, Semua kebijakan tersebut tentu adalah
sebuah langkah pemerintah untuk memulihkan kembali situasi supaya bisa keluar dari
hantaman krisis.

Covid-19 memang telah menerabas kenyamanan hidup masyarakat, ia membawa


segudang lara, kesedihan dan ketakutan. Tetapi di sisi lain kita juga tidak boleh
mengingkari, ia justru seperti menantang para manusia untuk lebih kuat dan menaikan
derajat kemanusiaannya. Ia memberi pesan hikmah, mengetuk kesadaran pikiran, dan
menyalakan nurani masyarakat. Dua hal yang saya tangkap menjadi secercah hikmah dari
krisis Covid-19 ini adalah; Covid-19 telah membawa sebuah Gelombang Kesadaran
Prilaku Hidup Sehat dan Kembalinya Nilai Kolaborasi Masyakarat Indonesia. Dua
hikmah yang membuat saya lebih banyak menangkap energi positif di tengah kekalutan
krisis ini, dan dua hikmah yang menjadikan saya belajar menjadi berdaya dan ikut urun
ambil peran di saat masyarakat sedang bingung dan gelisah. Maka tak bijak jika kita tidak
mensyukuri dan malah mengingkarinya.

Gelombang Kesadaran Prilaku Hidup Sehat

Kesedihan memang sulit dihapus, kerugian juga tak gampang untuk dikembalikan
dari sebab krisis yang mulanya dari Covid-19 ini. Namun, kita juga tak bisa menutup
lubang hikmah dari kejadian ini. Berawal dari wasilah munculnya Covid-19, kita jadi
sadar bahwa menjaga tubuh supaya tetap sehat itu penting; mencuci tangan dengan bersih,
memilah dan memilih makanan mana yang diperbolehkan dan menyehatkan,
memperhatikan barang barang yang kotor dan tidak steril lagi. Covid-19 telah berwasiat
untuk seluruh umat manusia, betapa pentingnya menerapkan prilaku hidup sehat. Kita
Shahib Anshari Muhajir
St
New Normal : Gelombang Kesadaran Prilaku Hidup Sehat Dan Kembalinya Nilai Kolaborasi
Masyarakat Indonesia

menyaksikan adaptasi baru yang sangat luar biasa, Gelombang Kesadaran Prilaku Hidup
Sehat Masyarakat.

Jikalah kita mengingat kembali, ke masa atau situasi Pra-Covid, sebelum virus ini
muncul bahkan menyebar ke berbagai tempat. Begitu sulitnya kita menyadarkan dan
mengedukasi masyarakat perihal pentingnya prilaku hidup sehat. Saya sebagai
mahasiswa kesehatan beserta teman-teman lainnya, entah harus mengeluarkan energi
seberapa besar untuk selalu dan continue mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
menerapkan prilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari hari. Begitu sulit sadar, begitu
sulit untuk diingatkan. Kadangkala berderet agenda penyuluhan yang dilakukan di desa
atau kampung-kampung, hanyalah sebatas kegiatan formalitas saja. Masyarakat
kebanyakan tetap abai dalam menerapkan prilaku hidup sehat. Dan kini, masyarakat
sedang melakukan adaptasi baru, berupaya mentranformasikan kebiasaan. Kita
menyaksikan kesadaran masyarakat yang sangat luar biasa, Gelombang Kesadaran
Prilaku Hidup Sehat Masyarakat.

Kembalinya Nilai Kolaborasi Masyarakat Indonesia

Tentu kita mengingat ketika Indonesia sedang melakukan proses perhelatan


konstestasi politik di tahun 2019 kemarin, bagi saya anak muda yang lahir di era 90 an,
generasi milennial zaman ini menyebutnya, perhelatan politik ini merupakan konstestasi
paling panas dan telah menyumbangkan polarisasi yang sangat luar biasa diantara
manusia Indonesia. Saban hari yang terdengar di media sosial adalah saling hujat dan
mencaci antara pendukung pasangan calon. Masyarakat terpecah belah, entah ini adalah
rekayasa supaya terpecah atau murni sebab effect fanatisme dari para pendukung kedua
pasangan saja. Tapi yang jelas hal itu telah menyebabkan kegelisahan pada diri saya.
Sampai saya beberapa kali menulis di lini masa berita perkara pentingnya menumbuhkan
jiwa kolaborasi di tengah perbedaan dan keberagaman, dan perkara itupun saya tulis juga
menjadi bagian sub judul dalam buku perdana saya #MerawatIndonesia. Dengan harapan
setidaknya saya bisa membantu untuk kembali menyadarkan masyarakat, supaya
Indonesia kembali rukun, supaya kita tetap berlomba tanpa harus saling menginjak
sahabat bertanding kita dan kita bisa gotong royong untuk membangun.

Di titik inilah saya banyak melakukan perenungan, memberi pertanyaan


pertanyaan yang tak sengaja kepada diri, mengapa masyarakat bisa terpecah seperti ini?.
Shahib Anshari Muhajir
St
New Normal : Gelombang Kesadaran Prilaku Hidup Sehat Dan Kembalinya Nilai Kolaborasi
Masyarakat Indonesia

Yang menjadi trending topic hanyalah ragam cacian cebong, kampret, togog sampai
kadrun. Ah, betapa sempit ruang masyarakat diisi dengan pembahasan yang tidak
substansial. Padahal jikalah melihat kepada akar sejarah, budaya dan geografis wilayah,
begitu indah cara para bapak bangsa kita menjadikan nusantara ini menjadi Indonesia.
Indonesia di perjuangkan secara bersama, dengan kekuatan kolaborasi. Walau berbeda
pulau, disekat oleh lautan, tetapi tidak menjadikan mereka memupus harapan untuk sama
sama bisa melawan segala bentuk penjajahan.

Dan di situasi yang genting seperti ini, ketika krisis menghantam ke setiap lapisan
nadi masyarakat, akibat dari Covid-19. Justru kita diperlihatkan dengan suasana yang
berbeda dari sebelumnya. Memberi gejala harapan kepada kita, ternyata nilai kolaborasi
masyarakat itu hadir kembali dikala Indonesia sedang terkena badai krisis. Kita melihat
semua ingin urun tangan untuk saling membantu saudaranya yang terkena dampak dari
krisis Covid-19 ini. Banyak anak muda hingga orang tua yang tak ingin kehilangan
moment untuk sama sama mengambil peran, semuanya mengambil alih pos pos manfaat
sesuai kompetensi dan kemampuannya, saling kolaborasi setiap lini; ada yang membuka
donasi secara materil, menyumbangkan sembako langsung ke pelosok desa, turun kejalan
walau hanya sekedar berbagi nasi bungkus. Semua saling peduli. Saya sendiri pun
bersama teman teman telah membuat beberapa platform sosial dari awal mulai krisis ini
datang sampai sekarang, dari membuat gerakan #SupportMasjidMelawanCorona yang
berfokus melakukan pendistribusian sembako untuk masyarakat sekitar masjid hingga
membuat platform @ruangberbagi, ialah komunitas yang bertujuan menjadi teman
diskusi tentang pengembangan diri ketika para pelajar dan mahasiswa melakukan
karantina di rumah.

Begitu indah, di tengah prahara datang, ternyata ada setetes anugrah yang tetap
kita harus syukuri, menghapus segala bentuk polarisasi, dan menggantikannya dengan
kolaborasi kembali.

Kini kita belum mengetahui kapan krisis pandemi ini akan berakhir, tapi yang
jelas kita sedang ditantang untuk bersabar, berupaya meneguk hikmah walau setitik,
dibanding menghadirkan beragam keluh kesah. Dua hikmah di atas adalah sebuah nilai
hadiah dari perjalanan krisis pandemi yang harus kita jadikan pola kebiasaan. Apalagi
sekarang didukung dengan kebijakan pemerintah yang telah menyerukan untuk
Shahib Anshari Muhajir
St
New Normal : Gelombang Kesadaran Prilaku Hidup Sehat Dan Kembalinya Nilai Kolaborasi
Masyarakat Indonesia

melakukan adaptasi kebiasaan baru (New Normal). Kesadaran Prilaku Hidup Sehat dan
Kembalinya Nilai Kolaborasi Masyarakat Indonesia ialah tentang kebiasaan baik yang
hilang, yang kini harus terus kembali di biasakan. Tentang setiap manusia yang harus bisa
berdaya menjaga dirinya sendiri ditengah krisis ini, dan di sisi lain juga dituntut untuk
ikut membantu sesamanya untuk berdaya bersama.
Shahib Anshari Muhajir
St
New Normal : Gelombang Kesadaran Prilaku Hidup Sehat Dan Kembalinya Nilai Kolaborasi
Masyarakat Indonesia

Senerai Pustaka

Bima Baskara, Kajian Data Rangkaian Peristiwa Pertama Covid-19


https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/04/18/rangkaian-peristiwa pertama-covid-19/

Yuliana, Corona Virus Disease (Covid-19) Sebuah Tinjauan Literatur


https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026/pdf

Syafrida Syafrida, Ralang Hartati Bersama Melawan Covid Di Indonesia


http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15325/0

Ellyvon Pranita, "Benarkah Pandemi Virus Corona adalah Konspirasi?,


https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/11/120400823/benarkah-pandemi-virus-
corona-adalah-konspirasi-ini-penjelasan-ahli?page=all
Yuliana, Update Covid-19 08 September 2020
https://www.kompas.tv/article/106975/update-corona-indonesia-8-september-2020-
total-200-035-positif-142-958-sembuh-8-230-meninggal

KEMLU, Kebijakan Pemerintah Terkair Wabah Covid-19,


https://kemlu.go.id/brussels/id/news/6349/kebijakan-pemerintah-republik-indonesia-
terkait-wabah-covid-19

Haryadi, Warga Saling Bantu Hadapi Covid-19,


https://www.tribunnews.com/nasional/2020/05/08/ketua-ma-apresiasi-dukungan-
masyarakat-yang-saling-bantu-hadapi-pandemi-corona

Togar, Saling Bantu Hadapi Pandemi Di Bulan Ramadhan,


https://fin.co.id/2020/05/06/saling-bantu-hadapi-pandemi-di-bulan-puasa/

ALMI, Polarisasi Pilpres 2019, https://almi.or.id/2019/04/19/cebong-versus-


kampret-polarisasi-politik-pascapilpres-2019-semakin-tajam/

Sulardi, Polarisasi Menjelang Pilpres


https://kolom.tempo.co/read/1132000/polarisasi-menjelang-pilpres

Ananda, New Normal: Pola Hidup Lebih Sehat Akibat Pandemi,


https://www.ayotasik.com/read/2020/05/20/5304/new-normal-pola-hidup-lebih-sehat-
akibat-pandemi

Anda mungkin juga menyukai