Anda di halaman 1dari 4

Dinasti Tang (618 M-907 M)

Dinasti Tang dari (618 - 907 M) adalah Dinasti yang didirikan oleh Li Yuan yang pada saat itu merupakan
kepalanegara Adipati “Tang” dibawah pemerintahan Dinasti Sui. Dinasti Tang berhasil membawa
Tiongkok menjadi sebuah Negara yang makmur dan sejahtera dengan perekonomian yang kuat dan
mejadi salah satu Dinasti yangberpengaruh sepanjang sejarah Tiongkok. Setelah Dinasti Tang berdiri
keadaan tidaklah langsung aman. Selama kurang lebih enam tahun kekacauan yang diakibatkan oleh
pertikaian antar berbagai fraksipun berkecamuk. Li Yuan dengan dibantu puteranya Li Shimin berjuang
keras untuk memulihkan perdamaian.

Usaha ini akhirnya berhasil dan meletakkan dasar bagi kestabilan politik di sepanjang sejarah Dinasti
Tang. Li Yuan adalah seorang yang berbelas kasih, ia menjamin kelangsungan hidup para keluarga raja
Dinasti Sui. Pada tahun 626 ia turun tahta dan digantikan oleh puteranya, Li Shimin, yang bergelar Kaisar
Tang Taizong (626 – 649). Di bawah pemerintahan Taizong, Tiongkok menjadi negara adikuasa. Dengan
kecerdasannya dalam bidang politik yang mengkombinasikan kekuatan militer dan diplomasi, serta
memecah belah suku-suku di sekitarnya, ia menjadikan Tiongkok sebagai Negara terkuat di Asia Utara. Ia
menghancurkan sepenuhnya kekuatan suku – suku Turki Timur dan berhasil menguasai Daerah Ordos
serta Mongolia Dalam.

Perkembangan Dinasti Tang Di Bawah Kaisar Taizong

Taizong dianggap sebagai salah satu kaisar yang berhasil memimpin Tiongkok dalam sejarah, dan
rezimnya dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan pemerintahan untuk raja-raja selanjutnya. Masa
pemerintahannya yang disebut "Era Zhenguan" ( 贞 观 之 治 ; 貞 觀 之 治 ; Zhēnguàn Zhī Zhì) dianggap
sebagai salah satu masa keemasan dalam sejarah Tiongkok dan dijadikan sebagai bahan acuan belajar
bagi calon putra mahkota ke depannya. Di era Zhenguan, aspek ekonomi dan militer berkembang
dengan baik. Lebih dari satu abad setelah Kaisar Taizong meninggal, Tiongkok menikmati masa kejayaan
yang disebabkan oleh penyatuan kekaisaran di wilayah tersebut. Luas wilayah kekuasaan mereka
meliputi sebagian besar wilayah yang dikuasai Dinasti Han yang mencakup Vietnam, Xinjiang, dan
wilayah Asia Tengah sejauh Kazakhstan Timur. Era penyatuan ini memberikan fondasi untuk rezim
Xuanzong, yang dianggap sebagai puncak kejayaan Dinasti Tang.

Pada masa kekuasaan Taizong hubungan antara timur dan barat makin terbuka dan Chang-an, ibu kota
Dinasti Tang menjadi kota terbesar dan termegah pada jamannya. Salah satu prestasi terkenal pada
masa kini adalah perjalanan Bhikshu Xuanzang (kembali ke Chang-an pada tahun 645) untuk mengambil
kitab suci Tripitaka di India, dimana perjalanan ini mengandung semangat penjelajahan yang baru
menghinggapi bangsa barat sekitar 600 tahun kemudian. Rute perjalanannya mirip dengan rute
Marcopolo, sehingga Xuanzang terkadang disebut sebagai Marcopolonya Tiongkok. Kebudayaan dan
kesenian dinasti Tang makin berkibar pada masa kaisar berikutnya yang bergelar Xuanzong (712 – 756),
dimana ia juga merupakan seorang seniman.

Salah satu prestasi besarnya adalah pembuatan patung lembu yang terbuat dari besi tuang, dimana
patung tersebut ditemukan kembali pada tahun 1989 sejumlah empat buah. Hasil karya tersebut
menunjukkan betapa majunya Tiongkok di dalam seni pengolahan dan pengecoran logam. Ilmuwan
terkenal pada masa Xuanzong adalah Yixing (683 – 727), yang sekaligus merupakan seorang Bhikshu
Buddha. Ia adalah orang pertama yang menghitung panjangnya garis bujur bumi dan penemu sebuah
alat yang khusus dipergunakan untuk mengukur panjang lingkaran garis bujur. Yixing juga merupakan
penterjemah beberapa kitab-kitab suci Buddhis dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Mandarin (antara lain
Kitab Mahavairocana Sutra) sehingga memperkaya kesusasteraan Tiongkok

Kemunduran Dinasti Tang

Kaisar-kaisar Dinasti Tang setelah Xuanzong merupakan kaisar-kaisar yang lemah dan masa akhir Dinasti
Tang ditandai dengan kekacauan dan pemberontakan. Salah satu pemberontakan terbesar yang
menggoyahkan Dinasti Tang adalah pemberontakan An Lushan yang berlangsung hingga tahun 763
selama pemerintahan dua kaisar, yakni Suzong (756 – 762) dan Daizong (762 – 779).

Pemberontakan ini menyita kekayaan dan kekuatan Dinasti Tang. Kelemahan Dinasti Tang ini tidak disia-
siakan oleh Bangsa Tibet yang berulang kali menyerang Tiongkok hingga tahun 777. Hingga menjelang
akhir hayatnya, para kaisar terakhir Dinasti Tang gagal untuk mempertahankan kekuasaannya atas para
gubernur setempat. Bahkan jarang dari para kaisar tersebut yang memerintah lebih dari 15 tahun. Salah
seorang dari para gubernur yang makin kuat tersebut, Zhu Wen, membunuh Kaisar Zhaozong (888 ¡V
904), serta mengangkat putera kesembilannya, Aidi (904 – 907) sebagai kaisar boneka.

Namun pada akhirnya ia sendiri mengangkat dirinya sebagai kaisar serta memproklamasikan berdirinya
Dinasti Liang Akhir, sehingga berakhirlah Dinasti Tang. Pada tahun 907 Masehi, Zhu Wen sebagi kaisar
terakhir menurunkan jabatannya kepada Kaisar Zjaoxuan dari tahta dan menyatakan dirinya sendiri
sebagai Kaisar. Ia menamai dinasti barunya Liang, dan mendirikan Ibu kota baru di Bian (Kaifeng masa
kini, di provinsi Henan). Dengan demikian, si penghianat Zhu Wen menajdi Kaisar Taizu dari Liang dan
tamatlah riwayat Dinasti Tnag yang memerintah Tiongkok selama hampir tiga ratus tahun.

Hubungan diplomatik dinasti tang

Dinasti Tang dengan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya yang telah menjadi pusat pelayaran dan perdaganganterus berkembang menjadi
kerajaan besar karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya , Sriwijaya menguasai dan
mengawasi pintu gerbang lalu lintas perdagangan laut yang menghubungkan China dan India serta Teluk
Persia dan Laut Tengah.

Meskipun Sriwijaya terletak di pantai yang penduduknya relatif sedikit, negeri ini mampu mengerahkan
sumber daya manusia dari pemukiman-pemukiman yang tersebar di selatan selat Malaka Kebijakan
mengadakan hubungan resmi yang dilakukan Sriwijaya dengan Dinasti Tang merupakan salah satu
langkah yang tepat guna memperlancar perdagangan di bandar-bandar Sriwijaya. Hal ini dikarenakan
Kaisar China hanya akan mengadakan kerjasama jika didahului dengan hubungan diplomatik.

Setelah resmi menjalin hubungan diplomatik pada tahun 683 M, Sriwijaya menjalin kerjasama dengan
Dinasti Tang di bidang perniagaan. Sriwijaya mulai mengekspor barang-barang ke China. J.C. Van Leur
merinci jenis-jenis komoditas ekspor tersebut yakni kayu gaharu, kapur barus, cendana, gading, timah,
ebony (kayu hitam), kayu sapan, rempah-rempah, dan kemenyan. Untuk ekspor negeri China, Sriwijaya
mengekspor air mawar, gading, kemenyan, buah-buahan, gula putih, cincin kristal, gelas, kapur barus,
batu karang, cula badak, wangi-wangian,bumbu masak, dan obat-obatan.

Pasca terjalinnya hubungan resmi antara Kerajaan Sriwijaya dengan Dinasti Tang, membawa dampak
yang signifikan di bidang kebudayaan, terutama melalui agama Buddha. Sebagaimana diketahui,
Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat pengajaran dan kebudayaan agama Buddha di Asia Tenggara.
Sedangkan di negeri China agama Buddha juga berkembang pesat dan didukung oleh Kekaisaran Dinasti
Tang. Tidak mengherankan antara Sriwijaya dan Dinasti Tang terjadi interaksi budaya yang intensif
melalui agama Buddha. Hal ini tidak terlepas dari peranan seorang Bhiksu Agung bernama I-Tsing yang
pernah tinggal di Sriwijaya.

Hubungan Dinasti Tang dan Tibet

Selama pemerintahan Dinasti Tang di Tiongkok (618–907), pasukan Tiongkok dan Tibet
mengalami banyak pertempuran, meskipun ada juga tahun-tahun damai. Kitab Tua Tang
mencatat kedutaan pertama dari Tibet tiba di Tiongkok dari kaisar Tibet Songsten Gampo pada
tahun Zhenguan ke-8 atau 634 Masehi. Kronik Tang menggambarkan hal ini sebagai misi
penghormatan, namun hal ini membawa ultimatum yang menuntut aliansi melalui pernikahan ,
bukan ritual kepatuhan. Ketika Kaisar Taizong dari Tang menolak aliansi pernikahan, Songtsen
Gampo mengirim pasukan untuk menyerang kota perbatasan Tiongkok Songzhou pada tahun
638, yang merupakan konflik militer pertama antara Kekaisaran Tibet yang sedang bangkit

Setelah tentara Tang menimbulkan banyak korban di pihak Tibet dalam serangan malam hari,
Songtsen Gampo mundur. Dia mengirim utusan dan upeti ke ibu kota Tang, Chang'an untuk
meminta maaf, dan kembali meminta pernikahan. Taizong memutuskan untuk mengawinkan
Songtsen Gampo dengan keponakan jauhnya, Putri Wencheng . Perdamaian berlangsung selama
sisa masa pemerintahan Taizong dan Songtsen Gampo.

Pada tahun 669 M, orang Tibet menyerbu dan menaklukkan kerajaan Tuyuhun di Qinghai , yang
merupakan negara anak sungai dan sekutu penting Dinasti Tang. Untuk membantu Tuyuhun
memulihkan rezim, Kaisar Gaozong dari Tang melancarkan Pertempuran Sungai Dafei melawan
Tibet. Tang dikalahkan dan kehilangan kendali atas Qinghai.

Pada tahun 763 M, orang-orang Tibet merebut ibu kota Tang, Chang'an di tengah-tengah
Pemberontakan Anshi , yang menyebabkan Tang Tiongkok dihancurkan oleh pemberontakan
besar-besaran Turki. Namun, serangan itu segera berhasil dikalahkan. Terdapat kebingungan
mengenai apakah Tibet Tengah ditaklukkan Zhang Zhung pada masa pemerintahan Songtsen
Gampo atau pada masa pemerintahan Trisong Detsän , (memerintah 755 hingga 797 atau 804
M). Namun, catatan Sejarah Tang tampaknya dengan jelas menempatkan peristiwa-peristiwa ini
pada masa pemerintahan Songtsen Gampo karena dikatakan bahwa pada tahun 634,

Yangtong (Zhang Zhung) dan berbagai suku Qiang "sepenuhnya tunduk kepadanya". Setelah itu
ia bersatu dengan negara Yangtong untuk mengalahkan 'Azha atau Tuyuhun, dan kemudian
menaklukkan dua suku Qiang lagi sebelum mengancam Songzhou dengan pasukan (menurut
Tiongkok) lebih dari 200.000 orang (100.000 menurut sumber Tibet).Dia kemudian mengirim
utusan dengan hadiah emas dan sutra kepada kaisar Tiongkok untuk meminta seorang putri
Tiongkok dinikahkan dan, ketika ditolak, menyerang Songzhou. Menurut Sejarah Tang, dia
akhirnya mundur dan meminta maaf dan kemudian kaisar mengabulkan permintaannya

Dapus

Karsono, O. M. F. (2015). Unsur-Unsur Stilistika dalam Puisi Tiongkok Era Dinasti Táng 唐 Karya Li
Bai 李白 (Doctoral dissertation, Petra Christian University).

Lin Handa & Cao Yuzhang. 2014. Tales from 5000 Years of Chinese History, Volume II,

Indonesia Version Kisah-kisah dari 5000 Tahun sejarah China, Jilid 2. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Fairbank, John King and Merle Goldman. 1992. China: A New History; Second Enlarged

Edition. Cambridge: MA; London: The Belknap Press of Harvard University Press

Saputra, A., Sair, A., & Supriyanto, S. (2014). Kerjasama kerajaan sriwijaya dengan dinasti tang
pada tahun 683-740 m. Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 3(2).

Bell, Charles (1 Juni 2000). Tibet Dulu dan Sekarang . Buku Asia Selatan. P.ISBN 81-208-1048-
1

Anda mungkin juga menyukai