Anda di halaman 1dari 154

1

KAMUS
GOROM-INDONESIA
INDONESIA-GOROM

PENULIS:

1. Dr. Iwan Rumalean, S. Pd., M.Pd.


2. Sudir Rumanama, S.Pd.

AMBON, 2022

ii
KAMUS
GOROM-INDONESIA
INDONESIA-GOROM

PENULIS:

1. Dr. Iwan Rumalean, S. Pd., M.Pd.


2. Sudir Rumanama, S.Pd.

ISBN
978-623-99532-0-1

Editor:
Soemarno Sapsuha

Penyunting:
Purwanto

Desain sampul dan tata letak:


Purwanto

CV. Kurnia Abadi

iii
KAMUS
GOROM-INDONESIA
INDONESIA-GOROM

Penerbit:
CV. Kurnia Abadi

Redaksi:

CV Kurnia Abadi
Jl. Ir. M. Putuhena – Rumah Tiga
Kecamatan: Teluk Ambon
Kota Ambon 97234
Telepon: 085100313019 & 082197588777
Email: cvkurniaabadiamq@gmail.com & soemarnosapsuha@gmail.com

Cetakan Pertama, Februari 2022

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis/buku ini dalam bentuk dan dengan
cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

All Right Reserved

iv
SAMBUTAN BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR

Alhamdulillah puji dan syukur saya haturkan Kehadirat Allah Swt atas
karunia dan petunjuk-Nya, sehingga kita semua dapat melaksanakan tugas
pengabdian kepada masyarakat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
tercinta. Penerbitan Kamus Bahasa Gorom Indonesia-Indonesia Gorom ini adalah
bentuk kepedulian Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur terhadap budaya
khususnya bahasa daerah di Kabupaten Seram Bagian Timur.
Pembangunan tidak saja semata-semata membangun secara fisik atau hanya
berfokus pada membangun gedung-gedung megah tetapi pembangunan social
capital juga perlu dikembangkan sehingga yang dimaksudkan dengan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dapat diwujudkan. Bahasa sebagai
kearifan lokal bila dikelola secara profesional menurut saya, Insya Allah
mendatangkan income bagi masyarakat pemilik. Kita belajar dari daerah-daerah
yang sudah maju, katakanlah seperti Yogyakarta yang terkenal dengan istilah lokal
DAGADU yang mengesankan bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke
Yogyakarta. Tanpa membeli baju kaos DAGADU rasanya belum pernah ke
Yogyakarta. Istilah DAGADU itu dikreasi oleh sekelompok anak muda, hingga
memiliki brending tersendiri hingga saat ini. Saya berharap melalui kreasi bahasa
daerah, anak-anak muda di Kabupaten SBT juga mampu berkreasi secara positif.
Selain itu, saya membaca hasil laporan Pokok-Pokok Pikiran Daerah Seram
Bagian Timur (PPKD-SBT) tahun 2020. Di dalam laporan tersebut tertulis bahwa
di Kabupaten Seram Bagian Timur terdapat lebih kurang 9 bahasa daerah yang
berhasil di data, bahasa-bahasa tersebut ialah sebagai berikut:
1. Bahasa Teor
2. Bahasa Kesyui
3. Bahasa Gorom/ bahasa Geser/ bahasa Seram (Seran).
4. Bahasa Hote
5. Bahasa Banggoi
6. Bahasa Bati
7. Bahasa Beun/ bahasa Baun
8. Bahasa Werinama
9. Bahasa Bobat/ Bobut
Pada sisi yang lain saya juga membaca artikel pada Koran lokal maupun
nasional, di sana dijelaskan bahwa keberadaan bahasa-bahasa daerah di Provinsi
Maluku dalam ancaman kepunahan atau berada pada kategori tidak aman. Dengan
demikian, termasuk bahasa-bahasa daerah di Kabupaten Seram Bagian Timur.
Sebagai contoh pada tahun 2007, pendataan kosakata bahasa Hoti di Desa Hote
Kecamatan Bula Barat Kabupaten Seram Bagian Timur, masih ditumui penutur
bahasa Hote di Desa Hote sehingga Kantor Bahasa Malu (KBM) berhasil mendata
sekitar 1000 kosakata dasar bahasa Hote (KBM, 2019). Tetapi fakta
mencengangkan pada bulan Agustus tahun 2021 tidak ada lagi penutur bahasa
Hote di Desa Hote. Kondisi tersebut dialami TIM pengumpulan dan penyusunan

v
Kamus Bahasa-Bahasa Daerah di Kabupaten Seram Bagian Timur dalam rangka
pengumpulan data untuk pengembangan kosakata bahasa Hote. Apabila dibiarkan
berlarut-larut maka tidak menutup kemungkinan anak dan cucu kita tidak lagi
bangga memiliki bahasa daerah.
Berdasarkan kondisi demikian, maka untuk mengantisipasi semakin
banyaknya bahasa daerah yang punah di Kabupaten Seram Bagian Timur,
pemerintah daerah Kabupaten Seram Bagian Timur melakukan upaya diantaranya
adalah melalui pemberlakuan kurikulum muatan lokal (mulok) bahasa daerah.
Untuk sampai pada pemberlakuan kurikulum lokal bahasa daerah, maka perlu pula
diusahakan data-data kebahasaan. Untuk itulah saya menyambut baik program
pendataan dan penyusunan kamus bahasa-bahasa daerah di Kabupaten Seram
Bagian Timur tahun 2022.
Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Kabupaten
Seram Bagian Timur yang telah memulai hal yang baik ini semoga bermanfaat.
Terima kasih yang sama juga saya sampaikan kepada Tim Pendataan dan
Penyusunan Kamus Bahasa Gorom Indonesia-Indonesia Gorom yang telah bekerja
secara baik sehingga kamus ini dapat diterbitkan. Semoga Allah Swt, mernyertai
kita semua dalam upaya mencerdaskan dan menyejahterakan masyarakat di
Kabupaten Seram Bgaian Timur.

Bula, Ferbruari 2022

Bupati Seram Bagain Timur

Abd. Mukti Keliobas, S. Pi.

vi
SAMBUTAN KEPALA DINAS
PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

Saya dipercaya memimpin Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan dan


Olahraga Kabupaten Seram Bagian Timur sejak 2020. Saya melakukan kunjungan
kerja ke sekolah baik jenjang SD maupun SMP yang tersebar di seluruh pelosok
negeri dan kampung-kampung di Kabupaten Seram Bagian Timur. Saya
melakukan berbagai dialog dengan siswa, guru, maupun orang tua siswa. Dalam
dialog-dialog tersebut saya berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia
yang di dalamnya saya selipkan juga bahasa daerah. Kebetulan saya penutur aktif
bahasa Geser atau bahasa Geser-Gorom. Hasil dialog tersebut mengagetkan saya,
karena banyak siswa yang berada di kampung-kampung tidak bisa berbahasa
daerah secara baik. Bahkan ada yang tidak bisa berbicara menggunakan bahasa
daerah. Sekalipun kedua orang tuanya adalah penutur asli bahasa daerah yang
digunakan. Hal tersebut bukan saja dialami oleh siswa yang menggunakan bahasa
Geser atau Geser-Gorom, melainkan dialami oleh siswa pada hampir semua bahasa
daerah di Kabupaten Seram Bagian Timur, mulai dari Teor, Kesyui, Gorom, Geser,
Werinama, Bati, Bobut, Solan, Banggoi, hingga bahasa Beun.
Saya berkesimpulan bahwa kondisi bahasa-bahasa daerah di Kabupaten
Seram Bagian Timur dalam kondisi menghawatirkan. Jika tidak dilakukan sesuatu
maka beberapa dekade ke depan bahasa-bahasa daerah tersebut punah, dan hal
tersebut merupakan kerugian besar. Karena menurut saya sebuah bahasa yang telah
punah, sulit dilakukan rekonstruksi dan revitalisasi.
Berdasarkan kondisi tersebut maka sebagai Kepala Dinas Dikbudpora yang
menangani masalah kebudayaan termasuk di dalamnya adalah bahasa, maka saya
memutuskan untuk melakukan dua hal, yang pertama adalah melakukan pendataan
dan pendokumentasian berupa penyusunan kamus bahasa-bahasa daerah di
Kabupaten Seram Bagian Timur, dan yang kedua adalah perlu disusun sebuah
kurikulum muatan lokal yang kontennya adalah bahasa daerah di Kabupaten Seram
Bagian Timur. Untuk maksud tersebut, maka saya berdiskusi dengan kolega saya
yang adalah Akademisi dan Peneliti dari Universitas Pattimura dan Kantor Bahasa
Maluku. Dari Universitas Pattimura (1) Dr. Iwan Rumalean, S. Pd., M.Pd, (2) Dr.
Mariana Leiwier, S.S., M. Hum., dan (3) dari Kantor Bahasa Maluku ialah Erniaty,
S.S., M.Si. Kemudian ditambah dengan akademisi dan mahasiswa dari STKIP ITA
WOTU NUSA (1) M. Syahril Kelirey, S. Pd., M.Pd, (2) Ali Kilbaren, S. Pd., (3)
Siti Nur Rumagutawan, Serta dari unsur mahasiswa (1) Faisal Rumalean, (2) Sulis
Rumatiga, (3) Fitri, dan (4) Ira Kubal. Tim tersebut diketuai oleh Dr. Iwan
Rumalean yang bertugas untuk melakukan pendataan dan penyusunan Kamus
Bahasa Daerah di Kabupaten Seram Bagian Timur.
Saya juga merencanakan setelah penyusunan Kamus Bahasa Daerah di
Kabupaten Seram Bagian Timur, dilanjutkan dengan penyusunan Kurikulum
Muatan Lokal khususnya Bahasa Daerah di Kabupaten Seram Bagian Timur.
vii
Kurikulum Mulok tersebut diberlakukan pada sekolah di mana bahasa daerah
tersebut digunakan.
Sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga, saya
menyampaikan Terima kasih kepada Tim penyusunan Kamus Bahasa Daerah di
Kabupaten Seram Bagian Timur yang telah bekerja keras meyelesaikan kamus ini.
Juga kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan kamus ini, In Sya
Allah Tuhan YME meridhoi perjuangan kita semua. Semoga Kamus Bahasa
Gorom Indonesia-Indonesia Gorom yang berada dalam tangan pembaca sekalian
dapat bermanfaat.

Bula, Ferbruari 2022

Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda


dan Olahraga
Kabupaten Seram Bagain Timur

Hi. Sidik Rumalowak, S. Pd., M.MP, M.Si.

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan YME atas


selesainaya penyusunan dan penerbitan Kamus bahasa Gorom Indonesia-
Indonesia Gorom. Penyusunan dan penerbitan kamus ini paling tidak memiliki
empat tujuan.
1. Sebagai upaya pemertahanan dan pengembangan bahasa daerah yang
dilakukan melalui pendokumentasian dan penyusunan kamus bahasa daerah
di Kabupaten Seram Bagian Timur.
2. Sebagai data pendukung dalam rangka program penyusunan kurikulum
muatan lokal bahasa daerah di Kabupaten Seram Bagian Timur.
3. Sebagai upaya membantu para pelajar dan mahasiswa serta pemerhati dan
peneliti yang sedang berusaha memperdalam dan meningkatkan
pengetahuan melalui istilah atau kosakata lokal.
4. Bagi para pengajar (guru dan dosen) dapat dijadikan sebagai data atau
referensi di dalam pembelajaran.
Penyusunan kamus bahasa Gorom Indonesia - Indonesia Gorom ini agar
dapat bermanfaat dan mudah dipahami, Tim Penyusun menyertai cara membaca
dalam bahasa Gorom, kemudian disertai juga contoh kalimat sederhana. Penulisan
contoh kalimat bahasa Gorom tersebu disertai makna dalam bahasa Indonesia.
Tim penyusun menyampaikan terima kasih kepada Kepala Dinas Pendidikan
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Seram Bagian Timur Bapak Hi.
Sidik Rumalowak, S.Pd.,M.MP.,M.Si yang telah mempercayakan Tim melakukan
pendataan dan penyusunan kamus bahasa daerah di Kabupaten Seram Bagian
Timur. Dalam proses penyusunan kamus ini, Tim banyak mendapatkan manfaat
dari berbagai referensi seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia baik yang online
maupun offline.
Tim penyusun menyadari bahwa di dalam proses penyusunan kamus Bahasa
Gorom Indonesia-Indonesia Gorom ini banyak sekali terdapat kekurangan,
meskipun telah diusahakan agar dapat terhindar sebisa yang dilakukan. Untuk itu
Tim Penyusun berterima kasih apabila para pengguna bersedia menyampaikan
kritik, komentar, ataupun saran-saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan
kamus ini ke depan. Tim juga menyadari bawha walaupun telah diperoleh bantuan
dari berbagai sumber referensi, tetaplah Tim Penyusun yang bertanggung jawab
atas segala kekurangan yang terdapat di dalam kamus ini.
Ahkirnya, jika kamus ini bermanfaat Tim Penyusun bersyukur dan berterima
kasih. Apabila belum memenuhi ekspestasi pengguna mohon dimaafkan.

Bula, Februari 2022.

Tim Penyusun

ix
SEKILAS PEMANFAATAN KAMUS

Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan untuk
kemudahan pemfaatan kamus ini secara tepat. Apabila definisi yang dimasukan
oleh Tim Penyusun dirasa kurang tepat, mohon untuk membaca KBBI atau kamus
yang lain untuk penyempurnaan pengetahuan pengguna sekalian. Diharapkan
pengguna melihat makna kata pada contoh kalimat, atau jika arti kata tertentu pada
bahasa Gorom maupun bahasa Indonesia dirasa kurang berterima, mohon
dibuatkan contohnya dalam kalimat.
Bahasa sasaran ditulis tebal pada awal lema, diikuti jenis kata tertulis kecil di
atas (berpangkat), diikuti cara membaca (transcription) yang ditulis dalam tanda
kurung kurawal, diikuti definisi yang ditulis dalam tanda kurung. Kemudian
Contoh kalimat bahasa Gorom ditulis dalam tanda petik satu bernomor 1, 2, 3, dst,
dan diikuti artinya yang ditulis menggunakan huruf miring.
Contoh:
1. Gorom-Indonesia:
jabula [jabul] (malas, pemalas, orang yang suka malas, yang bersifat malas),
(1) hidup jabula pa’itei ‘pemalas itu tidak baik’, (2) mancia jabula parcai
sibolu’ ‘orang pemalas jangan dipercaya’.
2. Indonesia-Gorom:
sembilannum [sembilan] (angka Arab modivikasi 9, angka Romawi IX,
bilangan setelah 8 dan sebelum 10), (1) sia [siya], (2) ‘sembilan puluh’ utu
sia, (3) ‘sembilan ratus’, ratu sia (4) ‘sembilan ribu’ rium/rim sia, (4)
‘sembilan juta’ sala’ sia, (5) ‘sembilan milyar’ etir sia, (6) ‘sembilan triliun’
bara sia.

x
PENJELASAN SIMBOL

Simbol Kata Transkripsi Arti


Fonetik
a: alan a:lan (walang, rumah kebun)
ā malas malās (pemalas, orang pemalas)
i: i’ana i:’ana (ikan)
e eta eter (milyar)
e: eli e:li (sabar)
e eli eli (kampong)
ē sēi sēyi (siapa)
ō odi o:di (pegangan)
ū umu umū (kalian)
ŋ ong o:ŋ (tunanetra, bisu)
ƞ nyanyanyi ƞ aƞ aƞ i (jenis cacing/ laur)
ˀ a’a aˀ a (kakak)

xi
SINGKATAN DAN AKRONIM

v = Verba (Kata kerja: berjalan, berlari, pukul, memukul, makanan)


n = Nomina (kata benda: jalan, bola, ikan, meja, laptop, buku, pena, pensil)
num = Numeralia (kata bilangan: satu, dua, tiga, sepuluh juta, milyar, triliun)
adj = Adjektifa (kata sifat: marah, senyum, keinggris-inggris)
adv = Adverbia (keterangan: sangat, sulit)
pron = Pronomina (kata ganti/acuan: nya, mu, ku,)
fr.n = Frase nomina (makan ikan, sedang makan, membaca buku)

A-a = ‘A’ Kapital sampai dengan ‘a’ kecil


dst. = dan seterusnya
Dr. = Doktor
Hi. = Haji (gelar sapaan untuk haji laki-laki)
Hj. = Haja (gelar sapaan untuk haji perempuan)
S.Pd. = Sarjana Pendidikan
M.Pd. = Migister Pendidikan
M.MP. = Magister Manajemen Pemerintahan
Mulok = Muatan Lokal
M.Si. = Magister Sains
M.Hum. = Magister Humaniora
NIP = Nomor Induk Pegawai
S.S. = Sarjana Sastra
SD. = Sekolah Dasar
SMP. = Sekolah Menengah Pertama
SMA. = Sekolah Menengah Atas
PPKD SBT = Pokok-Pokok Pikiran Daerah-Seram Bagian Timur
YME. = Yang Maha Esa
Z-z. = ‘Z’ Kapital sampai dengan ‘z’ kecil

xii
DAFTAR ISI

Hal

Penulis …………………………………………………………… ii
Alamat Penerbit …………………………………………………. iii
Hak Cipta ………………………………………………………... iv
Sambutan Bupati Kabupaten Seram Bagian Timur ………..……. v
Sambutan Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Seram Bagian Timur ……………………... vii
Kata Pengantar ………………………………..………………. ix
Sekilas Pemanfaatan Kamus …………………………………… x
Penjelasan Simbol ……………………………………………… xi
Singkatan dan Akronim …………………………………………. xii
Daftar Isi ……………………………………………………….. xiv

Gorom-Indonesia
Lema A-a ………………………………………………………. 1-11
Lema B-b ………………………………………………………. 11-17
Lema C-c ………………………………………………………… 18-19
Lema D-d ………………………………………………………… 19-22
Lema E-e …..…………………………………………………… 22-23
Lema F-f ………………………………………………………… 23-24
Lema G-g ……………………………………………………….. 24-26
Lema H-h ……………………………………………………….. 27-29
Lema I-i ………………………………………………………… 29-31
Lema J-j ………………………………………………………… 31-32
Lema K-k ………………………………………………………. 32-33
Lema L-l ………………………………………………………... 34-38
Lema M-m ………………………………………………………. 38-44
Lema N-n ……………………………………………………….. 44-49
Lema O-o ……………………………………………………….. 49-50
Lema P-p ……………………………………………………….. 50-51
Lema Q-q ……………………………………………………….. 51-51
Lema R-r ………………………………………………………... 51-54
Lema S-s ………………………………………………………… 54-58
Lema T-t ………………………………………………………… 58-62
xiii
Lema U-u ………………………………………………………... 62-67
Lema V-v ……………………………………………………….. 67-67
Lema W-w ………………………………………………………. 67-70
Lema X-x ……………………………………………………… 70-70
Lema Y-y ……………………………………………………….. 70-71
Lema Z-z ……………………………………………………….. 71-71

Indonesia – Gorom
Lema A-a ………………………………………………………. 74-80
Lema B-b ……………………………………………………….. 80-92
Lema C-c ………………………………………………………… 92-94
Lema D-d ………………………………………………………… 94-97
Lema E-e …..……………………………………………………. 97-99
Lema F-f ………………………………………………………… 99-99
Lema G-g ……………………………….………………………. 99-101
Lema H-h ……………………………………………………….. 101-103
Lema I-i ………………………………………………………… 103-104
Lema J-j …………………………………………………………. 104-105
Lema K-k ……………………………………………………….. 105-109
Lema L-l ……………………………………………………….. 109-112
Lema M-m ………………………………………………………. 112-115
Lema N-n ……………………………………………………….. 115-115
Lema O-o ……………………………………………………….. 116-116
Lema P-p ………………………………………………………... 116-120
Lema Q-q ……………………………………………………….. 120-120
Lema R-r ………………………………………………………... 120-121
Lema S-s ………………………………………………………… 121-126
Lema T-t ………………………………………………………… 126-131
Lema U-u ………………………………………………………... 131-132
Lema V-v ……………………………………………………….. 132-133
Lema W-w ………………………………………………………. 133-133
Lema X-x …………………………………………………….... 133-133
Lema Y-y ……………………………………………………….. 133-134
Lema Z-z ………………………………………………………... 134-134
Seratus Kalimat Bahasa Indonesia-Gorom ……………………… 136-138

xiv
xv
==== A-a ==== abataN [abata] (jenis ikan laut yang
bentuknya seperti belut air
aa [a] (kata seru, o…begitu kah), (1) a tawar, panjangnya mencapai 2
sontora, a sontoira ‘o…begitu meter), abata ‘belut air asin’
kah’, (2) a…tutu’u abi-abisnum, bababisnum [a:bi-a:bis,
‘o…betulkah?’. bababis] (segala, seluruh,
Au pron
[awu] (kau, engkau, anda, sekalian, segenap, tidak ada
termasuk kata sapaan untuk yang tertinggal), ita bababis
orang ke dua tunggal), (1) au ‘kita semua’, (2) si bababis
nagi ma ‘kau dari mana?’ (2) au ‘mereka semua’.
n
ngasan sei?’ ‘siapa nama abdi [abdi] (orang yang bekerja
Anda?’. sebagai bawahan, pelayan pada
aba-abaa [aba-aba] (kata perintah tuan atau sang raja, hamba
dalam baris-berbaris, gerak sahaya, zaman dulu disebut
badan, gerak jalan), sidawei budak), (1) abdi, (2) mancia
aba-aba ‘mereka beraba-aba’. wawara ‘orang bawah, orang
a
abah [abah] (ayah, bapak, orang tua rendahan’ (3) ni moi(-ra)
kandung laki-laki, laki-laki ‘abdinya, budaknya’.
dewasa yang memiliki anak abu-abun [a:bu-a:bu] (abu-abu, warna
kandung/ anak angkat), (1) antara hitam dan putih, serupa
numu abah ‘ayah mu’ (2) numu dengan warna abu kayu bakar,
abah i nagi ‘di manakah ayah kelabu), (1) apala ni warnara
mu?’, (3) I ni abara ‘ayah dia’, abu-abu ‘kapal itu bercat abu-
(4) ni abara nasobal ‘abah abu’, (2) rumara warna abu-abu
sedang berlayar’, (5) amami ‘rumah itu berwarna abu-abu’.
abah ‘abah kami/ ayah kami’, abjadn (kumpulan huruf “aksara”
(6) si di abah ‘ayah mereka’, (7) berdasarkan urutan yg lazim
si di abara i ngasan sei ‘ayah dalam bahasa tertentu atau
mereka bernama siapa’, (8) sistem aksara yang
nugu abah ‘ayah/ bapak saya’, melambangkan bunyi bahasa
(9) nugu abah natagi esy ‘ayah yang dipakai untuk menuliskan
saya sedang pergi ke hutan’, bahasa), (1) abjad, (2) abjad a
(10) ni abara nawei moti sampai z ‘abjad a-z’.
‘ayahnya sedang melaut’, (11) abotann [abotan] (mengandung air
ni abara natagi kantor ‘abahnya atau barang cair, belum kering,
sedang pergi ke kantor’. tidak dikeringkan), (1) na
abatan [a:bata] (luka, terluka, abotani’ ‘dia basah’, (2) ni
terbelahnya bagian tubuh pada ladana na’abotan ‘bajunya
manusia atau hewan karena basah’.
v
penyakit kulit atau terkena alat acor [acōr] (cor, mengecor, menutup
tajam ataupun jatuh dsb), (1) lubang atau rem balok pada
abata ‘luka itu’, (2) nabat i’ ‘dia fondasi rumah dengan campuran
terluka’. semen dengan air, pasir dan batu
kerikil), (1) ami acor ‘kami

1
mengecor’, (2) ami acor lantai ahp, [ah] (kata seru yang menyatakan
rumara ‘kami mengecor lantai perasaan kecewa, menyesal,
rumah itu’. keheranan, tidak setuju)’, (1) ah
acoana [acowan] (sembrono), (1) [ah] ‘ah’ (2) ah au bei magi. ‘ah
takaruang (2) au ma’arja jangan begitu, ah jangan seperti
takarunag ‘kamu bekerja secara itu, ah apa yang kamu lakukan’.
n
semborno’. ahi [ahī] (vagina, alat vital wanita /
v
acu [acu] (tuang, menuang, perempuan, ‘Melayu Ambon:
menuangkan), (1) acu puki, pepe’), (1) ahira
‘menuangkan’, (2) acu wa ‘vaginanya’, (2) ahigura ‘vagina
‘tuang ke dalam’. saya’, (3) ahimura ‘vagina mu’.
a n
aci’ [a:ciˀ ] (nonbaku, birahi) ahi [a:hi] (api yang tidak menyala-
(perasaan cinta, pada lawan nyala, bara api, membara), (1)
jenis, asyik, suka, gembira), (1) ahi waro’ ‘bara api’, (2) ahira
ni aci a:’ ‘birahinya’, (2) ni nawar ‘api membara’, (3) ahi
aci’a nasa’a ‘birahinya boil ‘lida api, kobaran apai’.
menggelora’. ahi boil [a:hi boil] (massa gas yang
adaran [adara] (celana, celana berpijar, api yang menyala),
panjang, celana pendek), (1) ahira naboil ‘nyala api, kobaran
adara ‘celana itu’, (2) ada api’
malasa ‘celana panjang’, (3) ada ahi tataunn [a:hi tatawun] (api yang
ubuta ‘celana pendek’. sengaja dinyalakan di luar ruang
ada kolorafr.n [ada kolora] (cawat, biasanya untuk digunakan pada
celana dalam, celana color), (1) saat kemping, api unggung), (1)
ada kolora ‘celana dalam itu, sidawei ahi tataon ‘mereka
cawat itu’, (2) ada kolor kaina membuat api unggung’.
‘cawat kain’. ahi warn [a:hi wa:r] (arang yang
ada malasn [ada malās] (celana yang terbakar dan masih berapi tetapi
dipakai menutupi pinggang, tidak berkobar), (1) ahi waro’
pantat hingga mata kaki), (1) sei ‘bara api’, (2) ahira nawar ‘api
ni ada malase? ‘siapa pemilik yang membara’, (2) ahi waro
celana panjang ini?’, (1) ada mahanas ‘bara api itu panas’.
malasa ‘celana panjang’. ahunan (ahuna) [ahuna, ahunara],
ada ubutn [ada ubut] (celana yang (anjing, termasuk mamalia
dipakai menutupi pinggang, karnivora biasanya dipelihara
pantat hingga lutut atau di atas untuk menjaga rumah, dan
lutut), (2) ada ubuta ‘celana untuk berburu di hutan,
pendek’, (3) has ada ubute nagi memiliki berat tubuh berkisar
‘di manakah celana pendek ini antara 1—60 kg) (1) ahunara
dibeli?’. nual ‘anjing menggonggong’,
p
agar [agar] (supaya), (1) agar supai (2) ahuna we’an ‘banyak
nai ‘agar, supaya’ (2) yi nawei anjing’, (3) ahuna ninio’ ‘anjing
supai nai au sanang ‘dia betina’, (4) ahuna waranara
lakukan agar Anda senang’. ‘anjing pejantan’.

2
ahuna hisusuran [ahuna hisusura] dan batang serta ranting menuju
(anjing yang menyusui anak- ke atas udara), (1) ai haraira
anaknya, anjing menyusui), (1) ‘kayu besi’, (2) ai tana (ta:na)
ahuna hisusura sehat pas’ali ‘kayu meranti’, (3) ai bu:ta
‘anjing menyusui itu sangat ‘kayu linggua’.
sehat’, (2) ahuna hisusura ai a’aron [ayi a:ˀ aro] (bagian
nakadutu’ ‘anjing menyusui itu tumbuhan ada di atas tanah atau
gemuk’. tertanam masuk ke dalam tanah,
ahuna haharara/ harhararan [ahuna berfungsi sebagai penguat
haharara] (anjing yang pohon dan menyerap unsur hara)
dipelihara di rumah sebagai (1) ai a’ar ‘akar kayu’, (2)
hewan penjaga rumah, biasanya langari a’aro ‘akar pohon
dirantai dan menjadi hewan kenari’
n
pelacak pelaku kejahatan), ain [a:in] (kamar, bilik atau ruang
ahuna haharara sehat ‘anjing dalam rumah berfungsi untuk
peliharaan itu sehat’. tempat istirahat/ tidur, kamar
ahuna liarn [ahuna liyar] (anjing liar, tidur, kamar tamu, kamar
bukan peliharaan, anjing yang keluarga), (1) aina ‘kamar itu’,
bebas berkeliaran) (1) ahuna (2) aina luas ‘kamar itu luas’,
liar rei esi ‘anjing liar di hutan’. (3) ain mukara ‘kamar muka’,
ahuna ana’on [ahuna a:naˀ o] (anjing (4) ain tengara ‘kamar tengah’,
yang belum berusia di atas dua (5) ain balakanga ‘kamar
tahun, masih menyusui), (1) belakang’.
ahuna ana’o we’an ‘banyak aira [ayira] (bagian dari pohon,
n

anak anjing’ (2) ahuna ana’a I bagian batang, pohon yang


jahat ‘anak anjing itu jahat’. masih hidup), (1) aira malas
ahuna waranaran [ahuna waranara] ‘kayu itu panjang’, (2) ai de’ar
(anjing berjenis kelamin jantan, ‘kayu kering’, (3) ai rumara
bukan anjing betina), ahuna ‘kayu untuk pembangunan
waranara i ru’ru’ [anjing jantan rumah’.
itu sangat jingat’. ais (gais, hais)v [ais, gais, hais)]
v

ahuna ninio’n [ahuna niniyo] (ajing (gali, menggali, membuat


betina yang menyusui), ahuna lubang ke dalam tanah), (1) a’u
ninio [-ra, -ira] jahat ‘anjing ais ‘saya menggali’, (2) au gais
betina itu jahat’. ‘anda/kamu yang menggali’, (3)
ahorata [ahorat] (kuat, kekar, tidak au gais ‘Anda gali/ menggali’
lemah, bisa mengangkat benda (4) umu hais ‘kalian menggali’.
yang berat atau besar, banyak ai watann [ai watan] (batang pohon,
tenaganya), (1) matara i ahorat bagian dari pohon di atas akar
‘orang itu sangat kuat’, (3) dan di bawah ranting-ranting),
angin ahorat ‘angin sangat (1) ai watan ‘pohon kayu’, (2)
kuat’. ai watan haraira ‘batang pohon
ai [ayi] (pohon, tumbuhan yang
a
besi’.
tumbu akarnya menuju ke tanah

3
ai woin [ayi woyi] (buah-buahan), (1) ‘mereka saling akur’, (4)
musim ai woi ‘musim buah- sibababis/ siabi-abis gahinmu
buahan’, (2) ai woi we’an ‘mereka semua dalam keadaan
‘banyak buah-buahan’. baik-baik saja’.
n a
a’a [aˀ a] (kakak, kakak kandung, alata [a:lata] (wadah yang terbuat/
kakak sepupu, orang yang dianyam dari bambu atau plastik
berusia lebih tua, saudara yang dan juga tali rafia), (1) alat roti
lebih tua, saudara yang lahir ‘dua bakul’, (3) sei nanan alate?
duluan), (1) nugu a’a ‘kakak ‘siapa yang menganyam bakul
saya’, (2) ni a’ara ‘kakaknya’, ini?’, (4) nina nanan alata ‘ibu
(3) nugu a’a sepupura’ ‘kakak yang menganyam bakul itu’.
sepupu saya’, (4) nugu a’a sa alangulunn [alaŋulun] (alas kepala,
leyana ‘kakak yang sulung’, (5) alas duduk, sandaran punggung,
ni a’a waranara ‘kaka laki- dan sebagainya yang dijahit
lakinya’, (6) ni a’a wawinara seperti karung, diisi dengan
‘kakak perempuannya’, (7) nugu kapuk, sabut, dan sebagainya),
a’a waranara ‘kakak laki-laki (1) alangun ilu ninira ‘bantal
saya’. kepala’, (2) alangulun polora
a
a’al [aˀ al] (kotor, kotoran yang ‘bantal polo’.
menempel pada bidang atau algojon [algojo], (orang yang
seluruh tubuh), nahi a’al ‘jijik, melaksanakan hukuman mati),
menjijikan’. (1) algojo si ‘mereka para
n
a’ar [a:ˀ ar] (bagian tumbuhan ada di algojo’, (2) algojo sidahitembak,
atas tanah atau tertanam masuk ‘para algojo melaksanakan tugas
ke dalam tanah, berfungsi tembak para terhukum mati’.
sebagai penguat pohon dan alirann [aliran] (suatu yang mengalir
menyerap unsur hara), (1) a’aro seperti air, listrik, dan
‘akarnya’ (2) ai a’aro ‘akar sebagainya), (1) alirana ‘aliran’
akyu’. (2) aliran listrika ‘aliran listrik’.
pron
a’u [a:ˀ u] (aku, orang pertama alu (alau)p [alu/alau] (konjungsi,
tunggal, beta dalam Melayu predikat yang berfungsi
Ambon), (1) a’u asai ‘saya menyatakan syarat mengenai
sendiri’, (2) a’u tu i’ ‘saya dan sesuatu), alao mi sontoira
dia’. (sontora) ‘kalau seandainya
n
a’ata [a:ˀ ata] (hutan bakau), (1) a’ata seperti itu’.
num
natubu subur ‘hutan bakau itu alu [a:lu] (angka Arab modifikasi
tumbuh subur’, (2) ha’rat a’ata 8, angka Romawi VIII, bilangan
bolu’ ‘jangan merusak hutan setelah 7 dan sebelum 9), (1)
bakau’. woi alu ‘delapan buah’, (2) ratu
adj
akur [akur] (sesuai, sepakat, aman), alu ‘delapan ratus’, (3) rium alu
(1) akur ‘akur’, aman ‘aman’, ‘delapan ribu’, (4) sala’ alu
gahin ‘baik’, (2) siroti akur- ‘depalan juta’, (5) etir alu
akur mu ‘mereka berdua akur ‘delapan milyar’, (6) bara alu
saja’ (3). sinun amanmu ‘delapan triliun’.

4
alusa [a:lus], (kecil, langsing, mu ‘aman saja’, (2) keadaana
perasaannya halus, lembut, tidak aman, ‘keadaana aman’, (3)
kasar, tidak besar), (1) nahialu- keadaana aman la’ ‘keadaan
alusi’ ‘badannya agak sudah aman’.
a
langsing’, (2) watano alu-alus amas [amās] (tidak basah, tidak
‘agak langsing’. berair, tidak lembap, tidak ada
n
altal [a:ltāl] (matahari, bintang yang airnya lagi), (1) na amas la’a
tidak tampak pada malam hari, ‘sudah kering’, (2) ara na’amas
tetapi tampak pada siang hari, la’ ‘air sudah kering’, (3) ara
merupakan pusat edar tata surya na’amasi ulan sa namurira la’
sehingga semua planet beredar ‘air itu sudah mengering sejak
pada orbitnya bersama dengan bulan lalu’.
adv
bima sakti), (1) altala mahanas amat [amat], (terlalu/ sangat), au
tu’u ‘matahari sangat panas’. numu perbuatana amat pas’ali
altala namadeinn [a:ltal namadeyin] ‘perbuatan mu sangat amat’.
(gerhana matahari, karena amanatn [amanat], (pesan, perintah),
matahari, bulan, dan bumi (1) amanat ata mari. ‘pesan dari
berada pada satu garis sejajar), atas’, (2) amanat lau mari
(1) altala namadein’ ‘gerhana Ambon. ‘pesan dan Ambon’.
pron
matahari’ (2) altala namadein ami [ami] (pembicara orang
ulat tei ‘gerhana matahri tidak pertama jamak, yang menulis
lama’. atas nama kelompok, tidak
alwotura [alwotur] (terkejut, kaget, termasuk pembaca), (1) ami
sebelumnya tidak tau tiba-tiba nun woisa ‘kami semua jadi
terjadi), (1) na’alwotur ‘dia satu’, (2) ami tu si’ ‘kami dan
terkejut), (2) ma’alwotur bolu’ mereka’.
adj
‘jangan terkejut’, (4) da’alwotur amin [a:min], (terimalah;
‘mereka terkejut’. kabulkanlah doa), amin ya Allah
n
amal [a:mal] ( perbuatan baik atau ‘kabulkan ya Allah’.
n
buruk), (1) amala ‘amal itu’ (2) an [a:n] (umpan, daging, kuman,
numu amala ‘amal mu’, (3) amal cacing, yang dijadikan umpan
gahina ‘amal yang baik’. untuk memancing ikan). (1) an
amalanadj (mengamalkan ajaran ia’ana ‘umpan dari daging
tertentu, berdoa dengan doa ikan’, (2) an sifuna ‘umpan yang
tertentu), (1) amalana ‘amalan dibuat dari sifun’.
n
itu’, (2) amalan gahina ‘amalan ana’ [a:naˀ ] (anak, generasi kedua
yang baik’. dari seorang ayah dan ibu’,
amamia [amami] (yang menjadi milik manusia yang berusia belum
kami), (1) amami babara ‘itu remaja, sapaan kepada orang
ayah kami’, (2) si di babara berusia lebih muda sekitar
‘ayah mereka, abah mereka’. belasan tahun, orang yang
amanadj (lawan dari bahaya, bebas berada pada generasi tertentu
dari ancaman bahaya, tenang, dalam hubungan kekeluargaan,
tidak ada huru-hara), (1) aman misalnya generasi kedua atau

5
ketiga disapa sebagai ana’), (1) melakukan sesuatu yg
ana’ wawina ‘anak perempuan’, merugikan, menyulitkan,
(2) ana’ warana ‘anak laki-laki’ menyusahkan, atau
(3) siana’-ana’ ‘mereka masih mencelakakan pihak lain), i na
anak-anak’, (4) nugu ana’ ‘anak ancam manciara ‘dia
saya’, (5) numu ana’a ‘anak mengancam orang-orang’.
mu’. ancamann [ancaman] (sesuatu yang
ana’ rumao’fr.n [a:naˀ rumawoˀ ] diancamkan, mengancam),
(penyakit mag, terlambat makan niancamana maleman
mengakibatkan naiknya asam ‘ancamanya berat’.
lambung, mudah masuk angina ancang-ancangn [ancaŋ-ancaŋ
dan mual-mual, namasingat (langkah akan melompat dan
ana’ rumao’ ‘Dia menderita sebagainya, persiapan hendak
penyakit mag’. berbuat sesuatu), naancang-
ana’o’n [a:naˀ oˀ ] (anaknya, anakan, ancang nai nahalaru ‘dia
tumbuh sebagai anak), (1) mengambil ancang-ancang
cengke ana’o ‘anakan cengkeh’, untuk berlari’.
(2) bala ana’o’ ‘anakan pala’. ancar-ancarn [ancar-ancar]
ana’ tirifr.n [a:naˀ tiri] (anak dari (perkiraan waktu), si di ancar-
suami atau istri di pernikahan ancara nai acarara ‘perkiraan
sebelumnya, bukan anak waktu pelaksanaan acara
kandung), (1) ana’ tirira ‘anak mereka’.
tiri’, (2) ni ana’ tiri rotira angann [aŋan] (angan-angan, pikiran;
‘kedua anak tirinya’. ingatan, keinginan yang sulit
ana’ himaitafr.n [anakˀ himayita] (anak dilakukan), ni angan-angana
yang lahir dari orang kandung, ‘angan-angannya, angan-angan
bukan anak dari hasil pernikan dia’.
sebelumnya), (1) ana’ himaita anginn [a:ŋina], (udara yang bergerak,
‘anak kandung’, (2) Ahmad dari arah mata angin, menuju ke
niana’ himaita ‘Anak arah mata angin Timur/ Barat,
kandungnya Ahmad’. Utara/ Selatan), (1) angina
ana’ har-hararafr.n [a:naˀ har-harara] ‘angin itu’, (2) arah mata angin
(anak angkat, anak piara, bukan ‘arah mata angin’, (3) angin
anak kandung), (1) anak har- ahorat ‘angin sangat kuat’, (4)
harara ‘angkat angkat’ (2) dasobal pas tura arah angina
Ahmad niana’ har-harara ‘mereka berlayar sesuai arah
‘Anak angkatnya Ahmad’. mata angin’.
anak deruso’ [a:naˀ derusoˀ ] (anak angin garanan [a:ŋin garana], (udara
yang lahir di luar nikah) (1) ana’ yang bergerak pada malam hari,
deruso’ ‘anak haram’, (2) ni udara bersuhu dingin), (1) angin
ana’ deruso’ ‘anaknya yang di garana ‘angin malam’, (2)
luar nikah, anak haram’. angin garana rihi ‘angin malam
ancamv [ancam], (menyatakan sangat dingin’.
maksud niat, rencana untuk

6
angin taranganan [a:ŋin Taraŋan, ami angkat ata ‘kami yang
aŋin Taraŋana], (angin yang mengangkat ke atas’.
bertiup dari arah Selatan, angkatann [aŋkatan] (letten, satu
berlawan arah dengan arah kelompok manusia terhimpun
angin Utara), (1) angin Taranga dalam satu kelas, satu angkatan
‘musim Selatan’, (2) angin sekolah, dan satu alumni pada
Tarangana natagi ahorat ‘angin sekolah atau perguruan tinggi),
Selatan bertiup sangat kuat’. (1) angkatan amira ‘seangkatan
angin timurfr.n [aŋin timur], (angin kami’, (2) sidi angkatana
yang bertiup dari arah Timur, ‘angkatan mereka’, (3) angkatan
berlawan arah dengan arah siabi-abis ‘semua angkatan’.
angin barat), (1) angin timura angkutv [aŋkut, maŋkut, daŋkut]
‘angin timur’, (2) angin timura (mengangkut, memuat), (1) ami
natagi ‘musin angin timur’, (3) angkut ‘kami yang
musim angin timura ‘musim mengangkut’, (2) umu mangkut
angin timur’. ‘kalian yang mengangkut, (3) si
angin waratfr.n [a:ŋin warat/ warata], dangkaut ‘mereka yang
(angin yang bertiup dari arah mengangkut’.
Barat, berlawan arah dengan angkutann [aŋkutan, aŋkutana], (alat
arah angin Timur), (1) angin yang digunakan untuk
warata natagi ‘musin angin mengangkut barang-barang,
barat’, (2) angin warata natagi orang-orang dan sebagainya,
ahorat ‘angin barat bertiup angkutan laut, darat, dan udara),
sangat kuat’. (1) angkutana ‘angkutan,
angin mudamarn [a:ŋin mudamar], angkutan itu’, (2) angkutan
(angin yang bertiup dari arah baranga ‘angkutan barang’, (2)
Utara, berlawan arah dengan angkutan penumpanga
angin Selatan), (1) angin ‘angkutan penumpang’.
mudamar natagi ‘musin utara’, angsan [aŋsara], (itik besar yang
(2) angin mudamara na’ubung berleher panjang), (1) angsa sa
‘kuatnya angin utara sampai nangangu wa asara ‘seekor
menyebabkan uapan air laut’. angsa berenang di kali’, (2)
angkasan, [aŋkasa(-ra)], (lapisan angsa sa(-ra,-ira) boba’ ‘angsa
udara yang melingkupi bumi, itu besar’.
awang-awang, langit), angsurann [aŋsuran], (uang yang
angkasara nabiru ‘angkasa biru, dipakai untuk mengangsur
angkasa membiru’. utang, pajak, dan sebagainya,
angkasa luarfr.n [aŋkasa luwar] (ruang cicilan), (1) nawar niangsurana
di luar lapisan udara), angkasa ‘dia membayar angsuranya’ (2)
luar ‘angkasa luar’. niangsuran boba’ ‘angsurannya
angkatv [aŋkat], (naikkan, tinggikan), terlalu mahal’.
(1) a’u wangkat ata ‘saya anisun, inisun [anisu, inisu] (air yang
mengangkat’, (2) umu mangkat keluar dari mulut; air liur, air
‘kalian yang mengangkat’, (3)

7
mulut yang dikeluarkan lewat peristiwa penguapan dari air di
mulut), na’anisu ‘dia meludah’. bumi ke udara kemudian terjadi
anjungann [anjuŋan], (bagian di atas kondensasi hingga turun air dari
kapal/ perahu yang digunakan awan di langit), (1) a tada ar
sebagai tempat beristirahat, urana ‘kami menampung air
tempat berangin), (1) anjunga hujan’ (2) ami a sou tu ar urana
baban ‘anjunga itu bagus/ indah ‘mandi dengan menggunakan air
penataan dan warna catnya’, (2) hujan’.
ata bruka ‘di atas anjungan’, (3) ar tarn (ar woio’) [a:r tar, a:r woiyoˀ ]
anjungan anga ‘anjungan (bagian sungai yang langsung
perahu’. berhubungan dengan laut), (1)
n
ar [a:r, a:ra] (benda alam bersifat lau ar taro’ ‘di muara sungai’,
cair, bening, tidak berwarna dan (2) anga nabar lau ar woiyo’
mengandung hidrogen serta ‘perahu itu berlabuh di muara
oksigen, digunakan untuk sungai’.
kebutuhan mahluk hidup seperti arangn [arāŋa] (kayu yang sengaja
manusia, hewan, dan dibakar setengah atau sebelum
tumbuhan), (1) ara ‘air’, (2) ara menjadi abu biasanya digunakan
‘air itu’, (2) a:ra manō ‘air itu untuk pengasapan ikan atau
bening’, (3) ara matelas ‘air itu membakar jagung atau pisang),
enak/ segar’. (1) i nawei aranga ‘dia
ar otorfr.n [a:r otor] (air yang kotor, membuat arang’ (2) arang
air tercemar limbah), (1) ara we’an ‘banyak arang’.
otor, ‘air itu kotor’, (2) ara otor, arumbauran [arumbaura] (benda
lenga wa bolu’ ‘air itu kotor, langit yang jatuh ke bumi dan
jangan bermain di dalamnya’. terbakar ketika bergesekan
ar inurafr.n [a:r yinura] (air yang dengan lapisan bumi yang
digunakan untuk konsumsi disebut udara, meteor biasanya
manusia, dengan syarat-syarat terlihat pada malam hari
tertentu misalnya tidak bau), (1) bersinar terang panjang dari
ar otara ‘parigi, air sumur’, (2) langit), (1) arumbaura nagei’
ar aqura ‘air aqua itu’. ‘bintang jatuh, meteor jatuh’ (2)
ar luo’fr.n [a:r lūwoˀ ] (kepala air, arumbau lean sa nagei’ dodana
sumber keluarnya air biasanya ‘tadi malam meteor besar jatuh’.
n
dari tanah atau lubang batu), (1) arah [arah], (tempat yang dituju,
ata ar luo’ ‘di kepala air’, (2) ar mengarah ke...(Timur/ Barat/
luo’ rau ‘kepala air sangat jauh’. Uatara/ Selatan), (1) sidi arah
ar otarafr.n [a:r otara] (sumur, perigi) , tinagira ‘arah perjalanan
(1) ar otara matelas ‘air sumur mereka’, (2) arah angain ‘arah
itu rasanya segar/enak’, (2) ar angin’.
otara barsih ‘air sumur itu ara tujuann [arah tujuwan] (dari arah
bersih’. mata angin, menuju ke arah
ar uranafr.n [a:r u:rana] (air hujan, air mata angin Timur/ Barat, Utara/
yang turun dari langit sebagai Selatan), sidi ara tujuan wawa

8
onin ‘arah dan tujuan mereka ke tada hujan, sungai, sungai mati,
Onin/ Papua’. sungai yang mengalir), (1) ar
arahann [arahan] (petunjuk asara ‘air kali’, (2) asara boba’
melaksanakan sesuatu, seperti ‘sungai itu sangat besar’, (3)
perintah resmi seorang pimpinan asara malas ‘kali terpanjang’.
perusahaan kepada bawahannya asian [asiyan] (tidak berharta, miskin,
a

berupa petunjuk untuk serba kekurangan dalam hidup,


melaksanakan sesuatu dan jika golongan ekonomi bawah, hidup
tidak dilaksanakan akan sangat berkekurangan), (1)
mendapatkan sanksi), (1) matara i asian ‘orang itu
arahana ‘arahan itu’, (2) di’at ni miskin’, (2) tausaha ita asian
arahana ‘ikuti arahannya’, (3) bolu’ ‘kita harus berusaha
arahan pimpinana ‘arahan supaya tidak miskin’.
n
pimpinan itu’, (4) di’at aspal [aspal] (campuran hidrokarbon
pimpinana ni arahana ‘ikuti alam yang amorf, berwarna
arahan pimpinan’. cokelat hitam dan berupa zat
n
arsip [arsip] (dokumen tertulis padat atau setengah padat yang
seperti surat, akta, ijasah, surat- dihasilkan dari minyak bumi
surat berharga yang tersimpan dengan suhu pembakaran tinggi,
dalam kertas atau foto, film, biasa digunakan untuk
kaset yang memiliki nilai mengaspal jalan raya untuk
sejarah, pendidikan dari waktu dilewati kendaraan, (1) aspal
ke waktu yang dapat dijadikan lalana ‘aspal jalan’, (2) si
referensi), arsip, ita musti nini daaspal lalan leana ‘mereka
arsip nai ‘kita semestinya mengaspal jalan raya’.
memiliki arsip’. asupann [asupan], (penambahan zat
n
arwa [arwah] (roh orang yang sudah yang dibutuhkan tubuh melalui
meninggal, sebagian orang makanan ke tubuh), (1) asupan
menganggap roh tersebut masih ‘asupan’, (2) daguan asupan nai
datang ke alam dunia), arwa mahun si’ ‘memberi asupan
manciya mat-matara ‘arwah pada anak-anak’.
orang yang sudah meninggal’. asraman [asramara], (gedung atau
a
asar [asar], (sifat atau budi pekerti, perumahan yang digunakan
tindakan yang tidak baik, sebagai tempat tinggal dan
berbicara dengan suara yang sekaligus sebagai kantor.
keras dan tidak Contohnya asrama tentara dan
memertimbangkan sopan- asrama mahasiswa), (1)
santun), (1) ana’a nasabi asar asramara ‘asrama itu’, (2)
‘anak itu bicaranya kasar’, (2) asrama mahasiswa ‘asrama
keluargara si asar ‘keluarga itu mahasiswa’, (3) asrama
perangainya kasar’. tentarara ‘asrama tentara itu’.
asaran [asara] (air yang mengalir dari a
ata [a:ta] (bukan di bawah, arah yang
daerah yang tinggi ke daerah berlawanan dari bawah), (1) ata
yang rendah, kali, kali mati, kali wida ‘tinggi di atas sekali’ (2)

9
ata wawa ‘ke atas dan ke ata widafr.a [a:ta wida] (di atas sekali,
bawah’. jauh di ketinggian, tidak
a
atotu [atotu] (berdiri lurus, tegak rendah), (1) ai woio ata wida
berdiri, berdiri lurus ke atas), ‘buah itu di ketinggian), (2)
namariri atotu ‘dia berdiri pesawata natiu ata wida
tegak). ‘pesawat itu terbang tinggi’.
pron
au [awu] (anda, kau, engkau, kata awann [awan] (material angkasa
sebutan untuk orang kedua melayang-layang secara
tunggal), (1) au ngasan sei? berkelompok mengikuti arah
‘siapa nama mu?, (2) au nagi angin, terdiri atas butiran es,
ma ‘dari mana Anda?, dari mana gas, dan debu disebut juga
Anda berasal?. mega), (1) awan ‘awan’, (2)
au taio’n [a:wu tayioˀ ] (abu tungku, langit taio’ ‘awan’.
sisa yang tinggal setelah suatu awan metanan [awan metana] (awan
barang mengalami pembakaran berwarna hitam mengandung air
lengkap), (1) au taio’ batolor hujan), (1) metana galap
‘abu sangat tebal’, (2) a’u wa au ‘mendung pekat’, (2) metane
tai oca (o’asa) ‘saya mengambil mau nawei uran ‘mendung ini
sedikit abu tungku’. tanda akan turun hujan’.
aun [a:wun] (bayangan, bayangan
n
awas hiraitafr.n [awas hirayita]
badan atau sesuatu yang (benang yang digunakan untuk
terpantul terkena cahaya, menjahit baju), (1) awasa
bayangan badan), (1) auno’ ‘benag itu’, (2) awase dapa’i nai
‘bayangannya’, (2) ai auno’ dahirat ladana ‘benang ini
‘bayangan pohon’. digunakan untuk menjahit
aul [awul] (kail, matakail, alat
n
bajau’, (3) awase dapa’i nai
pancing), (1) aula ‘matakail itu’, darait adara ‘benang ini dipakai
(2) aul we’an ‘banyak matakail’. untuk menjahit celana’.
altala namadeinn [a:talara awas hu’atafr.n [awas huˀ ata] (benang
y
namade in] (gerhana matahari, yang digunakan untuk menjahit
peristiwa alam di saat matahari, jaring atau jala), (1) awas hu’ata
bulan, dan bumi berada pada ‘benang jaring itu’, (2) awas
satu garis sejajar), (1) altala/ hu’ata malas ‘benang jarring itu
ultalara/urtalara namadein’ panjang’ (3) awas hu’ata malas
‘gerhana matahari’ (2) altala pas ali ‘benang jaring itu
namadein ulat ‘gerhana panjang sekali’.
matahari paling lama’. awira’a [awiraˀ ] (basah kuyup, sangat
n
at [a:t] (organ tubuh dalam perut lembab, basah sekujur tubuh
yang berwarna merah di kanan sekalian pakaian yang dipakai),
atas rongga perut), (1) ato’ (1) na’awira’ ‘dia basah kuyup’,
‘hatinya’, (2) dokter nahawai (2) ni ladana na’awira’
ato sehat ‘dokter mengatakan ‘bajunya basah kuyup’.
hatinya masih sehat’. awotuv [awotu] (membangunkan
orang tidur, kami

10
membangunkan orang tidur), (1) melanjutkan), (1) barenti /
ami awotu si’ ‘kami mabarenti ‘berhenti’, (2)
membangunkan mereka’, (2) si dabarenti si la’ ‘mereka telah
dawotu la’ ‘mereka suda berhenti’, (3) barenti bolu’
bangun’, (3) ami awotu si tei ‘jangan berhenti’.
‘kami tidak membangunkan baretann [baretan] (makanan yang
mereka’, ami awotu si tei hua dimasak dengan cara diasinkan
‘kami belum membangunkan dengan menggunakan garam
merek’. atau asam seperti cuka atau
belimbing, jeruk dan
sebagainya), (1) daberatan i’ana
==== B-b ==== ‘mengasinkan ikan’, (2) si
dabaretan I’ana ‘mereka
baban [baba] (orang tua laki-laki, mengasinkan ikan’.
ayah, bapak), (1) baba I nagi bagann [bagan, bagana] (grafis dari
‘bapak di mana’, (2) baba I bo data yang diwakili oleh simbol-
kantora ‘bapak di kantor’, (3) simbol, seperti bagan batang,
baba lean (bablean) ‘bapak tua’ garis-garis dalam sebuah bagan
(4) horu bablean ‘panggil bapak garis, atau irisan dalam bagan), i
tua’, (5) bablean I nagi? ‘bapak nawei nidata-data si wa
tua di mana?’, (6) baba hara- bagana’ ‘memasukan data-
harara ‘ayah angkat’, (7) ni baba datanya ke dalam bagan’.
Pron
hara-harara ‘bapak angkatnya’, bagi [bagi] (kata depan untuk
(8) nibaba har-harara I nagi? menyatakan tujuan, kata depan
‘di manakah ayah angkatnya?’, untuk menyatakan perihal), (1)
(9) baba tirira ‘ayah tiri/ bapak bagi roti ‘bagi dua’, (2) ‘bagi
sambung’ (10) nibaba tirira tolo’ bagi tiga, (3) bagi hat
‘bapak tirinya’, (11) nibaba ‘bagi hat’, (4) bagi wida hat
tirira naweila? ‘ayah angkatnya ‘bagi atas empat bagian’, (5)
berbuat apa?’. bagi wida lium ‘bagi atas lima
v
baca [baca] (proses membaca, bagian’, (6) bagi nai mancia si
mengeja, atau melavalkan bababis ‘bagikan ke semua
tulisan), (1) baca bu’a ‘baca orang’.
buku’, (2) barenti bacara bolu’ bagiann [bagiyan] (hasil pembagian),
‘jangan berhenti membaca’, (3) i (1) numu bagiana ‘bagian mu’,
nabaca tulisan sa ‘dia membaca (2) sidi bagiana ‘bagian
sebuah tulisan’, (4) i nabaca mereka’, (3) nibagiana
tanda-tanda alama ‘dia mampu ‘bagiannya, bagiannya dia’
membaca tanda-tanda alam’, (5) bagi-bagin [bagi-bagi, pembagian]
nabaca bu’ we’an ‘dia membaca (pecahan dari sesuatu yang utuh,
banyak buku’. penggal), bagi-bagira musti adil
barentiv [barenti] (stop, tidak mu’ ‘bagi-bagi itu sebaiknya
bergerak, tidak beraktifitas, adil’.
tidak melanjutkan, jangan
11
bahalan [bahala] (bencana, muatan kendaraan), (1) sira
kecelakaan), bahala naratan daarja jadi bajing loncat lau
taru’ tei ‘bencana atau lauta ‘mereka bekerja sebagai
kecelakaan datang manusia bajing loncat di laut’, (2) bajing
tidak tau, tidak bisa diprediksi, loncat si daha’leus barang ata
datang secara tiba-tiba’. oto treka ‘para perampok
bahann [bahan] (barang yang merampas barang dari mobil
disiapkan untuk acara, bahan/ truk’.
hal yang digunakan untuk bajinganadj [bajiŋan] (penjahat,
kegiatan seperti pesta, upacara, pencuri, pencopet), bajingan si
dan kegiatan social, dll), (1) mulai dareaksi la’ ‘para
bahan hisara ‘bahan-bahan bajingan mulai bereaksi’.
a
untuk acara pernikahan’, (2) baka [baka] (tidak berubah selama-
bahan-bahan nai dawei hiasan lamanya, abadi, kekal), alam
dindinga ‘bahan-bahan dasar baka ‘alam baka’
pembuatan hiasan dinding’. bakaln [bakal] (yang akan dijadikan;
n
baja [baja] (logam yang sangat dibuat jadi, akan jadi,
keras), (1) bajara ‘baja itu’, (2) sebagai/menjadi), bakal tunaso’
mejara dawei nagamari bajara [bakal tunasoˀ ] ‘bakal tunas’.
‘meja itu terbuat dari baja’. bakal calon [bakal calon]
bajakn [bajak] (perkakas pertanian (orang atau tokoh yang menjadi
yang terbuat dari kayu atau besi bakal calon, satu tahap sebelum
untuk menggemburkan dan ditetapkan sebagai calon), bakal
membalikkan tanah, calon ketua ‘bakal calon ketua’.
pembajakan, penjahat bakal buah [bakal buwah]
merampok barang orang), (1) (bakal buah, disebut ovarium
dabajaki [dabajak yi:] ‘dia adalah bagian putik yang
dibajak’, (2) dabajak lahan membesar dan biasanya terdapat
sawara ‘mereka membajak di tengah-tengah dasar bunga),
lahan sawara’, (3) bajaka ‘bajak bakal woio’, ‘bakal berbuah’.
itu’, (4) si da bajak lahana balonan [balona] (bola atau pundi-
‘mereka membajak sawah’. pundi besar dibuat dari karet,
bajak lautfr.n [bajak lawut] (perompak, kertas, kain, dan sebagainya
penjahat di laut, sering yang diisi udara atau gas yang
merampok kapal atau perahu), ringan), balona boba’ ‘balon itu
bajak laut si dabajak apala besar’.
‘bajak laut membajak kapal’. balon gasafr.n [balon gasa] (balon
bajak barangafr.n [bajak baraŋ] yang diisi dengan gas untuk
(perampok, pencuri, pencopet), diterbangkan), balon gasa
i:ra nasu’a nabajak mancia nasa’a ata wida ‘balon gas itu
dibarang ‘dia itu suka diterbangkan sangat tinggi’.
membajak barang orang’. balon udarafr.n [balon udara] (balon
bajing loncatn [bajiŋ loncat] yang diterbangkan ke udara),
(pencoleng, pencuri barang dari balon udarara nameledak

12
‘balon udara yang diterbangkan keturunan, adat, bahasa, dan
itu meledak’. sejarah, serta berpemerintahan
n
baku [baku] (pokok; utama), hal sendiri), (1) bangsa itara
baku ‘hal utama/ pokok’. ‘bangsa kita’, (2) bangsa
n
bala [bāla] (tanah liat, bukan pasir), Indonesia ‘bangsa Indonesia’.
(1) bala subur ‘tanah liat itu bangsaln [baŋsala] (rumah yang
subur’. dibuat dari kayu untuk gudang,
balaran [balara] (pala, tanaman kandang, dan sebagainya; los di
rempah-rempah dari Maluku pasar; rumah besar untuk
dan Papua, pohon pala, buah pertemuan, bersenam, bermain-
pala), (1) balara ‘pala itu’ (2) main, pertunjukan, dan
balara woi la’ ‘pala sudah sebagainya), (1) bangsal
berbuah’, (3) bala woio we’an wawina si’ ‘bangsal
‘pala banyak yang berbuah’, (3) perempuan’, (2) bangsal warana
bala de’aro’ ‘buah pala kering. si’ ‘bangsal laki-laki’.
balaraa [balāra] (bahaya, bahaya bangsatn [baŋsat] (kepinding; kutu
besar yang melanda suatu busuk; orang yang bertabiat
negeri, seperti gempa bumi dan jahat terutama yang suka
tsunami), (1) ita hudup tu balara mencuri, mencopet, dan
‘hidup dengan bahaya di sekitar sebagainya), (1) bangsat aura
kita’, (2) balara nari’at umu ‘bangsat Anda’, (2) bangsat sei?
‘bahaya mengintai kalian’. ‘siapa yang bangsat?’.
balapv [balap] (lomba, adu banihis [banihis] (tipis, tidak tebal,
kecepatan), (1) dabalap ‘mereka ukuran tipis) (1) ahana banihis
balapan’, (2) dabalap spedara ‘papan itu tipis’, (2) si daparlu
‘mereka balapan sepeda’. ahan manihiso’ ‘merek
balasv [balas] (jawaban; reaksi; memerlukan papan yang tipis’.
membalas), (1) au balas tehua barakn [barak] (sebuah atau
‘anda belum membalas’, (2) si sekumpulan gedung tempat
dabalas disurata la’a? ‘apakah tinggal tentara; asrama tentara,
surat mereka suda dibalas?’. polisi, bangsal khusus tempat
n
ban [ban; bāna] (benda bulat dari merawat orang sakit ‘menular’,
karet yang dipasang melingkar bangunan yang bersifat
pada roda sepeda, mobil, dan sementara bagi pekerja, (1)
sebagainya), (1) bān otora ‘ban barak pegawai si’ ‘barak para
mobil’, (2) ban pesawata ‘ban pegawai’, (2) barak tentara si
pesawat terbang?’, (3) ban ‘barak tentara’.
adj
garoba’a ‘ban gerobak itu’. bara [barāˀ ] (begitu, demikian), (1)
banaradj [banar] (benar, sesuai, betul, bara ‘begitu, begitukah’, (2)
tidak salah), amami pendapata bara au dura ‘demikian anda
banar ‘pendapat kami yang ikut’.
benar’. barasv [baras] (membersihkan
bangsan [baŋsa] (kelompok kotoran berupa arang api,
masyarakat yang bersamaan asal koratan pada besi, kotoran pada

13
piring, kotoran pada beras, dll) barsia [barsi] (bebas dari kotoran,
(1) au baras bingana?’ ‘Anda tidak ada kotoran, tidak ada
yang membersihkan piring’ (2) sampah), (1) tompate barsi
umu baras bingana ‘kalian ‘termpat ini bersih, (2) kantore
membersihkan piring’. barsi ‘kantor ini sangat bersih’.
bara’ata [barakat] (memiliki ba’asv [belah] (celah retak yang besar
kelibihan dalam hal mengetahui dan panjang dari suatu benda,
kejadian alam seperti membelah menjadi dua sisi/
mengatakan ada bahaya maka bagian) (1) ba’as wida roti
benar akan kejadian bahaya, [belah menjadi dua], (2) ba’as
sakti), matara nahawai A ya A wida tolu ‘belah tiga’, (3) ba’as
‘orang itu berkata A ya...A’. wida hat ‘belah empat’, (4)
baraniadj [berani] (mempunyai hati ba’as durana ‘belah durian’, (5)
yang mantap dan rasa percaya si dawa’as durana ‘mereka
diri yang besar dalam membelah buah durian’, (6) ami
menghadapi bahaya, kesulitan, awa’as durana ‘kami membela
dan sebagainya; tidak buah durian’.
takut/gentar/ kecut, (1) matara i ba’ara [baˀ ar] (tidak berambut, kepala
barani ‘orang itu berani’, (2) si gundul, plontos), (1) ilu ba’ar
barani dahihas ‘mereka berani ‘kepala plontos, botak’ (2)
berbelanja’. naba’ari ilura ‘kepalanya
n
baris [baris] (deret; leret; banjar; dibotaki’.
jajar, baris-berbaris), (1) nabaris balajarv [balajar] (belajar, berusaha
‘dia berbaris’, (2) sida baris memperoleh kepandaian atau
‘mereka berbaris’. ilmu, seperti mengaji Al-qur’an,
barisanan [barisana] (barisan mengaji topik-topik IPA, IPS
panjang, deretan, banjaran) dan Bahasa), (2) si dabalajar
barisana malas ‘barisan itu ‘mereka belajar’, (3) umu
panjang’. balajar bidang la? ‘bidang
baritan [berita], ((1) baritara ‘berita apakah yang kalian pelajari’, (4)
itu’, (2) barita baru sa ‘sebuha balajar selama hidupa ‘belajar
berita baru’, (3) barita nai seumur hidup’, (5) si dabalajar
coronara ‘berita tentang selama dihidupa ‘mereka belajar
coronan’. seumur hidup’, (6) umu musti
baruadj [baru] (belum pernah ada, balajar selama mumu hidupa
baru pernah memiliki, barang ‘kalian belajar seumur hidup’.
baru), (1) ni ada baru sa’ ‘dia banar [banār] (tidak salah, hukum
memiliki satu celana baru’, (3) tegak lurus, netral, jalan yang
ni ladan baru sa’ ‘dia punya benar), (1) banara mu’ sala
satu baju baru’, ladana baru bolu’ ‘benar boleh, jangan
pas’ali ‘baju itu baru sekali’, (4) salah’, (2) mana banar [manā
ni adara baru pas’ali ‘celananya banāra] ‘barang yang benar,
masih sangat baru’. kebenaran’, (3) mana banara,

14
mata’ut bolo’ ‘jangat takut, jika (2) nawei la namatutu baranga
benar’. (-ira) nagarata’ ‘apa yang
banjirn [banjir] (mengalirnya dalam menyebabkan barang tersebut
volume besar melebihi kapasitas rusak’.
n
muat kali, areal kampung, atau bel [bel] (benda atau alat yang
di kapal/ perahu, banjir rob, bentuknya bermacam-macam
banjir air hujan), (1) banjir terbuat dari logam berongga,
mingirara ‘banjir kemarin’ (2) bila dipukul menghasilkan bunyi
banjir tu manciara ‘banjir dering sebagai tanda waktu),
dengan manusia yang hadir’. bel, (1) beala ‘bel itu’, (2) bel
balu’uran [balu’ura] (ikan air tawar sekolara ‘bel di sekolah’.
yang bentuk seperti tabung bena’an [benāˀ a] (ingatan, masih di
selinder, kepalanya runcing, dalam ingatan), (1) bena’a
ukurannya dapat mencapai 150 ‘benak itu’, (2) bota bo ni bena’
cm, warnanya kecokelatan), (1) lomin ‘masih di dalam
balu’ura malas ‘belut itu benaknya’.
panjang’, (2) balu’ura matelas bendaharan [bendahara] (orang yang
‘belut itu enak’. dipercaya mengurusi uang
basali’v [basaliˀ ] (lepas, terlepas, dalam satu organisasi baik
dilepaskan, melepaskan, terbuka negeri maupun swasta), sei yang
dari ikatan), (1) dabasali’ bendahara ‘siapa yang
‘mereka tercerai berai dari bendahara’.
ikatan persaudaraan, ikatan beresa [beres] (teratur rapi, selesai,
organisasi, (2) nabasali’ ‘suda sudah, tidak kusut, rampung),
terlepas’. (1) baranga beres ‘barang itu
batolura [batolur] (tebal, tidak tipis, beres’, (2) si di tinagira
menyangkut ukuran papan maleman tapi beres ‘berat
tebal), āhana batolur ‘papan itu perjalanan mereka itu, tapi beres
sangat tebal’. juga’.
v
bei [beyi] (kerjakan, lakukan, n
besi [besi] (logam yang keras
berbuat), (1) bei la ‘apa yang bisanya digunakan untuk bahan
dikerjakan’, (2) bei Uma? ‘kerja bangunan), (1) besira ‘besi itu’
kebun?. (2) dagi bo pasara has besi
bei atafr.v [beyi a:ta] (memegang standara ‘pergi ke pasar
seluruh bagian atau bagian membeli besi standart’, (3) besi
tertentu lalu ditinggikan atau putira ahorat ‘besi putih itu
meninggikan, naikan ke atas), kuat’, (4) besi puti we’an
(1) bei ata ‘naikan ke atas, (2) ‘banyak besi putih’.
bei ata wida ‘naikan setinggi- biangn [biyang] (dukun melahirkan,
tingginya’, bei lafra.v tanya [beyi la] perempuan yang bekerja
(jenis frase tanya yang menolong persalinan), (1)
merupakan bentukan dari kata bianga nabarobat ‘dukun itu
tanya ‘apa’), (1) bei la (ira’, membantu persalinan bayi’, (2)
gara) ‘apa yang dikerjakan itu’,

15
dabail bianga ‘mereka mencari boda ‘orang yang bodok’ (2)
dukun melahirkan’. numu bodara ‘kebedohan mu’.
bija’sanaadj [biajˀ sana] (menggunakan borosa [boros] (berlebih-lebihan
akal budinya, tidak berat dalam pemakaian uang, barang,
sebelah, arif), (1) i ni dan sebagainya), (1) daboros
bija’sanara ‘dia sangat ahorat ‘orang yang sangat
bijaksana, kebijaksanaanya, (2) boros’ (2) ni borosa
si dikebijaksanaana ‘pemborosanya’.
‘kebijaksanaan mereka’. bolomina [bolomin] (tempat di
binatangn [binataŋ] (makhluk hidup tengah, tidak ke/ di pinggir,
yang mampu bereaksi terhadap antara dua batas tepian), umu
rangsangan, berkembang biak, bolomin, ami bo wani ‘kalian di
tetapi tidak memiliki akal budi dalam, kami di luar)
adv
hanya memiliki insting), (1) bolu’ [boluˀ ] (kata yang
binatanga ‘binatang itu’, (2) menyatakan larangan, jangan,
siksa binatanga bolu’ ‘jangan jangan lakukan itu, jangan
menyiksa binatang’. makan, jangan ambil) (1) ga
n
biru [biru] (warna dasar yang serupa bolu’ ‘jangan makan’, (2)
dengan warna langit yang pusing tu I bolu’ ‘jangan
terang, tidak berawan dan hiraukan dia’.
sebagainya, serta merupakan bolu’ tubalo’fr.adj [boluˀ tubaloˀ ]
warna asli, bukan hasil (sisakan sedikit yang ujung,
campuran beberapa warna), (1) misalnya sisakan buah cengkeh
anga ni niwarna biru ‘perahu itu yang ujung pohon), (1) bolu’
berwarna biru (2) si dacet anga oca nai si’ ‘sisakan sedikit
tura warna birura ‘mereka untuk mereka’, (2) bolu’ bola’a
mengecet perahu dengan warna ‘jangan sisakan’.
biru’. bolu’ēadj [boluˀ ē] (ungkapan yang
v
bisa’ [bisaˀ ] (sesuatu berupa benda menyatakan jangan sampai
yang dilempar/ didorong dengan terjadi sesuatu yang menimpa
tangan menggunakan tenaga pada kita), (1) jadi bolu’ tē / jadi
yang kuat), (1) i na bisa’ ‘dia bolu’ē ‘jangan sampai terjadi’,
yang lempar’, (2) nabisa’ tura (2) bolu’ bela ‘jangan kawan’,
watura ‘dia lempar dengan (3) sontora bolu’ bela ‘jangan
batu’. begitu kawan’.
boba’n [bobaˀ ] (besar, tidak kecil, v
bora [bora] (injak, meletakkan
ukuran yang besar) (2) durana telapak kaki, seperti rem mobil,
boba’ ‘durian itu besar’, (3) dll, tempat untuk menginjak),
i’ana boba’ ‘ikan itu besar’. (1) nabora ‘dia menginjak. (2)
a
boda [boda] (bodok, tidak lekas au bora ‘Anda menginjak’, (3)
mengerti, tidak mudah tahu atau si dabora ‘mereka menginjak’.
v
tidak dapat mengerjakan dan botu [botu] (bangkit; berdiri (dari
sebagainya), (1) mancia boda- duduk, tidur, dan sebagainya;
bangun dari tidur; siuman), (1)

16
nawotu ‘dia bangun’, (2) botu i’ (4) bunga ubanga ‘bunga
‘bangunkan dia’, (3) si dawotu kamboja’, (5) bunga mawara
‘mereka bangun dari tidur’. ‘bunga mawar itu’.
bo wani’ (muri wani)adv [bo waniˀ ] n
buru [buru] (buruh, orang yang
(di luar, menyatakan tempat di bekerja untuk orang lain dengan
luar bukan di dalam), (1) si muri mendapat upah, pekerja) (1)
wani’ ‘mereka di luar’, (2) umu buru si’ ‘mereka para buruh’,
bo wani hua ‘kalian di luar (2) buru pelabuhana ‘buruh
dulu’, (3) dawei la muri wani’ pelabuhan’ (3) buru asar ‘buruh
‘apa yang merekan lakukan di kasar’.
luar’, (4) ami amatoran muri buta huruffr.a [buta huruf] (tuna
wani’ ‘kami duduk di luar’. aksara, tidak dapat membaca), i
a
bual [buwal] (sombong, sifat berlaga buta huruf ‘dia buta huruf’.
d
sombong, orang sombong), (1) buti [buti] (kerusakan pada retina
mata buala ‘orang pembual, mata, tidak dapat melita karena
orang yang berlagak, orang kerusakan retina mata atau
sombong’, (2) numu buala / karena katarak, tunanetra),
numu buala mu ‘sombongnya matara nabuti ‘matanya buta’.
n
kamu’. bu’a [buˀ a] (lembar kertas yang
buis [buyis] (mengisap, menghirup,
v
berjilid, berisi tulisan atau
isap atau sedot dengan kosong disebut kitab), (1) bu’a
menggunakan mulut sampai ‘buku itu’, (2) bu’a ya gudang
masuk), (1) buis taba’ura ilmura ‘buku itu gudang ilmu’,
‘menghisap rokok’, (2) buis (3) bu’ bahasa Indonesia ‘buku
jerutura ‘menghisap jerutu’. bahasa Indonesia’, (4) bu’
a
bula [bula] (berbentuk bulat seperti catatana ‘buku catatan’, (5)
bola, tidak persegi, lingkaran), bu’a batolor ‘buku itu tebal’, (6)
nabula ‘berbentuk bundar’. bu’a datana’ nai toko bu’a tei
bulurn [bulur] (bengkak, menjadi ‘buku itu tidak dijual di toko
besar karena pengaruh sesuatu, buku’, (7) bu’a kontroversi
tentang bagian tubuh yang talalu ‘buku itu penuh
membesar karena luka di dalam kontroversi’.
dan biasanya bernanah), na’era butiraa [butira] (penyakit pada bagian
nabulur ‘kakinya bengkak’. kulit manusia atau hewan,
bungan [buŋa] (bunga, tumbuhan biasanya terasa gatal dan
yang biasanya di tanam di menular), (1) butira na’a i’ ‘dia
pekarangan dan di kebun terkena penyakit kudis’, (2)
sebagai hiasan, berkepala putik watano’ lomin tu butira
dan berkelopak, berkembang ‘badannya penuh kudis’, (3)
biak melalui udara, kupu-kupu, obat butira we’an mu ‘banyak
dan manusia), (1) bungara obat kudis’, (4) has obat butira
‘bunga itu’, (2) bunga we’an bo tokora ‘beli obat kudis di
‘banyak bunga’, (3) bunga toko’.
mataharira ‘bunga matahari itu’,

17
==== C-c ==== huis we’an ‘banyak bunga
cengkih’.
cangkulan [caŋkula] (alat untuk cepa’n [cepaˀ ] (tendang, menendang),
menggali, mencangkul tanah), cepa’ goala ‘tendang bola’, (2)
(1) cangkul roti ‘dua cangkul’, cepa’ gala’ ‘cepat menendang’.
(2) dacangkul tanara ‘mereka cerdasa [cerdas] (sempurna
mencangkul tanah’. perkembangan akal budinya,
a
cara [cara] (cara, tata cara, prosedur berpikir cerdas, mengerti atau
melakukan sesuatu), cara memahami sesuatu secara pasti
da’urja / da’arja ‘cara dengan cepat, tajam pikiran), ) i
mengerjakan’. cerdas’ ‘dia cerdas’.
caritav [carita] (cerita, menceritakan, cerekn [cerek] (ketel berleher angsa,
bercerita, kisah, jalan cerita), (1) wadah menyimpan dan
caritara malās ‘panjang cerita menuangkan air teh, air minum,
itu’, (2) carita hidupa ‘cerita ketel minyak kayu putih), (1)
kehidupan’. cereka ‘ketel itu’, (2) cerek
cawatan [cawata] (penutup kemaluan plastika ‘ketel plastik, ketel
berupa kain atau jenis benda yang terbuat dari plastik’.
v
yang lain, celana dalam), (1) colo [colo] (celup, mencelupkan,
cawata ‘cawat itu’, (2) ada memasukan sesuatu benda ke
cawata ‘celana cawat’, (3) has dalam cairan), (1) colo wa
cawata nagi ‘di mana anda ‘celupkan ke dalam’, (2) colo I
membeli celana dalam itu?’. wawa ara ‘celupkan dia ke
cekatana [cekatan, nahigalaˀ -galaˀ i] dalam air’.
(cepat mengerti kondisi dan colo-colon [colo-colo], (sambal khas
situasi, pintar, cerdik), nahiga- Maluku, yang terdiri atas cabe,
gala’i’ ‘dia sangat cekatan’. garam, penyedap rasa, dan air
cengkehn [ceŋkih] (tanaman industri, yang dicampur, tetapi tidak
tinggi pohon mencapai 10 m, digiling), si da’a tura colo-
daunnya rimbun, bunga dan colora ‘mereka makan dengan
buahnya beraroma harum dan colo-colo’.
v
rasanya pedas segar, digunakan cor [cor] (tuang, menuang, menuang
sebagai rempah-rempah, isi campur semen ke dalam wada
rokok keretek, dan sebagainya), ‘fondasi rumah’), (1) si dacor
(1) cengkeh woio ‘buah cengkih, rumara ‘mereka mengecor
(2) cengkeh we’an ‘banyak ruamh’, (2) si dacor lalana tu
cengkih’, (3) cengkeh sansibara sameana ‘mereka mengecor
‘cengkih sansibar’. jalan dengan semen’.
cengkih huisofr.n [cengkih huyiso] corakaa [coraka] (bunga atau gambar
(buah cengkeh yang sudah tua ada yang berwarna-warna, pada
mengeluar bunga warnanya kain tenunan, anyaman, dan
kuning, bentuknya halus sebagainya), ladana ni corak
berurai), (1) cengkeh huiso’ batika ‘baju itu bercorak batika’.
‘bunga cengkih itu’, (2) cengkeh
18
coklatan [coklata] (jenis tanaman dadahiran [dadahira] (tempat asapan,
daerah panas, tingginya sekitar asapan ikan, asapan kopra, dan
5–6 m, berbuah sepanjang lain-lain), (1) dadahira riri
tahun, buahnya berwarna ungu ‘asapan itu sangat tinggi’, (2)
atau kuning bergantungan pada dadahira bota/i ahorat ‘asapan
batang, bentuknya lonjong, itu masih kuat’ (3) dadahira lao
panjang buahnya 15–20 cm, si dawei/ da’arja/ da’urja
mengandung biji, diolah ‘asapan itu siapa yang
menjadi bubuk, dibuat minuman mengerjakan’.
atau makanan lezat), (1) coklata dagingn [dagiŋ] (bagian tubuh berupa
‘coklat itu’, (2) si da’a coklata isi dan tulang hewan sembelihan
‘mereka makan coklat’, (3) yang digunakan untuk bahan
coklat we’an ‘banyak coklat’, makanan), (1) daging sisio’
(4) coklata ni hargao mahal ‘daging isi’, (2) daging bibira
‘harga coklat mahal’. ‘daging kambing’.
n
da’a [daˀ ā] (mereka makan), (1) si
da’a hanga ‘mereka makan
==== D-d ==== makanan’, (2) si da’a hanga nai
restorana ‘mereka makan di
dan [da] (ambil, mengambil), (1) restoran’.
baranga si dā ‘barang itu da’anv [daˀ an] (masakan sederhana
mereka yang ambil’, (2) si da yang dilakukan dengan tidak
la? ‘apa yang mereka ambi?’, menggunakan rempah-rempah
(3) si da di bagiana ‘mereka hanya menggunakan air) (rebus,
mengambil bagian’. rebusan, merebus), (1) Au da’an
daun [dawun] (bakar, membakar,
v
I’ana? ‘Apakah Anda merebus
menghanguskan, menyalakan ikan?, (2) umu da’an la (ira?,
dengan api), (1) au daun ‘kamu gara?, jara?) ‘Apakah yang
yang membakar’, (2) umu daun kalian rebus?’, (3) Au da’an la
ahira ‘kalian yang menyalakan (ira?, gara?, jara?) ‘Apa yang
api itu?. Anda rebus itu?.
dahiran [dahira] (lonteng, lantai ke da’arjav [daˀ arja], (mereka bekerja,
dua), (1) ata dahi ‘di loteng’, (2) mereka mengerjakan), (1) si
sa’a ata dahi ‘naik ke loteng’, da’arja/ si da’urja ‘mereka
(3) dahira ata wida ‘loteng itu bekerja’, (2) da’arja la/ da’urja
tinggi sekali’. la? ‘Apa yang mereka kerjakan’,
dadahiv [dadahi] (mengasap, proses (3) sei si da’arja rumara?
memasak sesuatu berupa ikan ‘Siapakah mereka yang
atau kopra dengan asap, asapan), mengerjakan rumah itu?
(1) dadahi I’ana ‘mengasapi dalelav [dalela] (mengejar atau
ikan’, (2) si dadahi koprara mencari binatang dalam hutan
‘mereka mengasap kopra’, (3) dan sebagainya), (1) si dari’at
dadahi balara ‘mereka dalela rusara ‘mereka berburu
mengasap pala’. rusa’, (2) sei si dari’at dalela

19
rusara? ‘Siapa mereka yang ‘langit-langit orang itu
memburu rusa itu’. bengkak’, (2) dadarano
n
dam [dam] (permainan dengan masingat ‘langit-langitnya
benda berupa kepingan kecil sakit’.
v
yang dipindahkan/ digeser/ dara [dara] (bunuh, membunuh,
dijalankan pada papan bertapak) mematikan yang hidup,
(1) dalenga dam ‘mereka menghilangkan nyawa), (1) au
bermain dam’, (2) I nalenga dara I’ ‘Anda yang membunuh
dam ahorat ‘dia bermain dam dia’ (2) dara si la’ ‘bunuh
sangat bagus’. mereka’, (3) dara si bolu’
damainv [damayin] (membuang ‘jangan bunuh mereka’.
kotoran, buang air besar, berak), dara’anv [daraˀ an] (memasak dengan
(1) au damain ‘kamu yang cara merebus, merebus, rebus,
berak?’, (2) damain hua baru rebusan), (1) si dara’an I’ana
tatatagu’ ‘berak dulu bari kita ‘mereka merebus ikan’, (2) si
berjalan’, (3) au damain ulat dara’an etura ‘mereka merebus
‘Anda berak sangat lama’. keladi’.
damarn [damar] (pohon damar, pohon daranv [daran] (memotong sisir-sisir
besar memiliki getah keras), (1) pisang, satu tandan pisang
ai damara ‘pohon damar’, (2) dipotong berdasarkan sisir-sisir
mancia arja damara ‘mereka pisang), (1) hudi daran sa ‘satu
para pekerja damar’. sisir pisang’, (2) hudi daran roti
damomanv [damoman] (kencing, ‘dua sisir pisang, (3) hudi daran
buang air kecil, air kemih), (1) sa pi his? ‘Berapakah harga se
damoman naira bolu’ ‘jangan sisir pisang?’.
membuang air seni di situ’ (2) daratn [darat] (bagian bumi yang
matumoman naire bolu’ tidak digenangi air), rei tana ‘di
‘dilarang buang air seni di sini’. daratan’, (1) daratana ‘daratan
danaun [danawu] (danau, air asin itu’, (2) rei daratana ‘di
maupun tawar yang daratan’ (3) rei daratana aman
terperangkap atau dikelilingi la’a ‘suada aman di daratan’.
daratan, seperti danau Toba, daratanv [daratan] (mereka datang,
danau Rana), (1) danaura luas mereka telah datang), (1) si
‘danau itu sangat luas’, (2) daratan la’ ‘mereka sudah
danau Soli lau Manawo’u datang’, (2) si daratan tei hua
‘danau Soli di Manawoku’. ‘mereka belum datang’.
dadaranv [dadaran] (memotong buah daretv [darEt] (mengikat, mengikat
pisang sesuai sisir pisang), si dengan tali), (1) daret aira
dadaran hudira ‘mereka ‘mengikat beberapa kayu
memotong pisang sesuai jumlah menjadi satu’, (2) daret siroti
sisir pisang’. jadi woisa ‘mereka berdua
dadarano’n [dadaranoˀ ] (langit- disatukan dalam satu ikatan’.
langitnya, langit-langit orang daretanv [daretan] (mengeringkan,
itu), (1) dadarano nabulur misalnya kubangan yang becek

20
dikeringkan dengan timbunan mematikan tanaman atau
y
tanah atau pasir), (1) daretan pohon), (2) datara i matara’
asara ‘mengeringkan kali’, (2) I ‘merek bunuh orang itu’, (3)
naretan ara ‘dia mengeringkan datara cengke we’an ‘banyak
air’. pohon cengkeh yang ditebang
daritalv [darital] (mereka meremas oleh mereka’.
banyak macam daun atau dataruv [dataru] (menaruh;
dedaunan sebagai obat, menempatkan), dataru ata
dedaunan obat tradisional yang ‘mereka melatakkan di atas’.
campur jadi satu kemudian dawawav (dagelu’) [dawawa; dageluˀ ]
diremas hingga keluar airnya (gendong, menggendong,
dan dijadikan obat herbal), I memapah menggunakan
narital mohona ‘di meremas punggung), (1) si dawawa i?
dedaunan untuk obat herbal’. ‘mereka yang membopong
Tetapi kadang kata ‘darital dia?’, (2) au gelu’ i? ‘apakah
dijadikan sebagai istilah yang kamu yang bopong Dia?’, (3)
artina ‘macam-macam’ contoh: Sei nagelu’ i? ‘siapa yang
nawei narital ‘dia itu maunya membopong Dia?’.
macam-macam’. Dalam dialek daweiv [daweyi] (membuat,
Ondor: nawei narital loka mengerjakan, mendirikan,
‘macam-macam, rupa-rupa mengaliri, membuat sesuatu),
warna’. (1) dawei ara nawau lau ar
dapasiarv [dapasiyar] (anjangsana, taro’ ‘mengaliri air ke muara
berkunjung ke sanak saudara), sungai’, (2) dawei rumara
(1) datagi dapasiar ‘berkunjung ‘mengerjakan rumah’.
v
ke sanak saudara’, (2) mapasiar de’in [deˀ in] (hitung, menghitung,
bali nagi? ‘berkunjung ke penghitungan), (1) au de’in
mana?’. ‘Anda menghitung’, (2) de’in
v
dagi [dagi] (berjalan, melangkahkan la’a? ‘sudahkah Anda
kaki bergerak maju), (1) umu menghitung?’.
n
dagi nagi ‘kemana kalian dem [dem] (kubangan, areal tertentu
berjalan’, (2) au dagi ‘Anda di hutan, di kebun yang
berjalan’, (3) dagi sebi ‘pergi digenangi air, biasanya
dari sini’. digunakan sebagai pemandaian
datanv [datan] (tiba di tempat yang hewan ternak atau kebutuhan
dituju), (1) datan muguhiso? yang lain), (1) dem (-I, -ora, -
‘Kapan datang?’, (2) datan tu ira) boba’ ‘kubangan itu besar’.
v
lao si? ‘dengan siapa Anda didi’ (me-) [didiˀ ] (memelihara dan
datantg’, (3) umum nun datan memberi latihan, ajaran,
sama-sama ‘kalian datang tuntunan, pimpinan mengenai
bersama’. akhlak dan kecerdasan pikiran),
datarav [datara] (membunuh, nadidi’ niana’ si’ ‘Dia mendidik
mematikan, menghabisi nyawa anak-anaknya’.
seseorang secara sengaja,

21
di’atv [diˀ at] (ikut, mengikuti, setuju, memandikan manusia,
menyetujui pendapat atau memandikan hewan,
pemikiran/ penggiringan memandikan barang pusaka,
pendapat), di’at si ‘ikut mereka’. disiram, dicelupkan), (1) Ahmad
v
di’in [diˀ in] (jinjit, menjijit, berdiri nular ī’ ‘Ahmad dimandikan
dengan tumpuan jari-jari kaki), Dia, (2) si dular ī’ ‘mereka
(1) au di’in ‘Anda menjijit’, (2) memandikan Dia’.
umu di’in ‘kalian menjijit’.
dium [diyum] (mata tertutup, meram,
v

tidak melihat dengan mata ====E-e ====


terbuka), dium matamura ‘tutup
matamu’. ean [eya] (ukur, ukuran, mengukur
v
dudu [dudu] (bergerak ke bawah, dengan menggunakan lebar jari-
turun, ke bawah), (1) i nadudu jari tangan), (1) ea sa ‘ukuran
‘dia turun’, (2) si dadudu sebi lebar satu jari, (2) ea roti ‘ukur
apala’ ‘mereka turun dari lebar dua jari’, (3) ea tolo
kapal’, (3) au dudu ‘Anda ‘ukuran lebar tiga jari’, (4) ea
turun’. hat ‘ukuran lebar empat jari’, (5)
durmidann [durmidan] (udara yang ea lim(lium) ‘ukuran lebar lima
mengandung air, umunya jari’.
bergerak dengan kecapan tinggi eal [eyal] (pohon sagu), (1) eal we’an
n

dapat merusak), (1) durmidana ‘banyak pohon sagu’, (2) eala


natu’u lau tasi’ ‘puting beliung riri ‘pohon sagu itu tinggi’, (3)
terbentuk di laut’, (2 durmidana eal oura ‘pohon sagu yang sari
naha’rat ruma si’ ‘puting tepungnya berwarna putih’, (4)
beliung merusak rumah-rumah’. eal gureara ‘pohon sagu yang
dodan safr.n [dodan sa] (satu hari, sari tepungnya berwarna merah,
waktu selama 24 jama), (1) hari (5) eal asina ‘jenis pohon sagu
la sasate ‘hari apa hari ini?’ (2) yang tidak berduri’, (6) eal
dodan sa sasate ‘hari ini satu lasira ‘jenis pohon sagu yang
hari’, (3) ami atagi dodan sa’ durinya padat dan kecil-kecil’.
‘kami berjalan sepanjang hari, ealo [eyalo] (lidah, bagian tubuh
n

kami berjalan selama 24 jam, dalam mulut yang berfungsi


kami berjalan selama satu hari’. menjilat, mengecap, dan
v
dodi [dodi] (pegang, memegang, berkata-kata), (1) ealo esbaban
menahan), dahiodi nama dira ‘lidahnya ringan’, (2) ealo
‘bergandengan tangan, malas ‘lidahnya panjang’.
n
bersalaman’. e’asa [eˀ asa] (cacing tanah, cacing
doti’v
[dotiˀ ] (buang, lempar, air, cacing dalam perut manusia
lepaskan, keluarkan dari dan binatang termasuk hewan
gengaman tangan), doti’ wawa melata, tidak berkaki seperti
‘buang ke bawah’. kaki seribu, bergerak secara
dularn [dular] (memandikan, merayap, bentuk tubuhnya bulat
membersihkan tubuh misalnya atau pipih panjang dan tidak
beranggota) (1) e’as we’an
22
‘banyak cacing’, (2) e’as tanara esibabana [esibabān, esbaban]
‘cacing tanah’. (ringan, tidak berat, mudah
n
ebar [e:bar] (air yang muncul atau terangkat/ diangkat, ringan
turun dari malam hari pada daun dipukul), (1) apu’a esibaban
atau rumput atau ilalang), (1) ‘kapas itu ringan’, (2) esibaban
ebara ‘embun itu’ (2) ebar pas’ali ‘ringan sekali / sangat
we’an nagamarani ‘banyak ringan’.
n
embun di pagi hari’. etan [etan] (orang tua suami atau
a
ega [e:ga] (mengintip perempuan istri), (1) etan waranara ‘ayah
yang mandi setenga bugil di mertua’, (2) etan wawinara ‘ibu
kamar mandi terbuka, mengintip mertua’, (3) nugu etan si’
orang dikamar tidur, orang yang ‘menantu jauh’.
kelainan suku mengintip aurat egin erirafr.n [e:gin erira] (ilalang,
perempuan), (1) hiega rumput yang akarnya direbus
‘mengintip aurat orang untuk dijadikan obat herbal, bisa
“perempuan”, (2) nahiega ‘Dia juga sebagai penahan erosi), (1)
mengintip perempuan’, (3) au padang erira namajijir ‘padang
mahiega ‘Anda mengintip alang-alang’, (2) erira natubu
perempuan’. gala’ ‘alang-alang itu tumbuh
n
esi [e:si] (hutan, areal atau tanah luas paling cepat’, (3) eri we’an
yang ditumbuhi pohon-pohon, ‘banyak alang-alang’.
hutan kota, hutan liar, dan hutan erhanasa [erhanas] (kondisi badan
lindung), (1) esira manengal yang terasa tidak dingin tapi
‘hutan itu sunyi’, (2) esi tidak juga sampai panas di atas
tatabara ‘hutan bambu’, (3) esi 300 C), (1) olara erhanas ‘cuaca
dum-dum ‘hutan belantara’. terasa hangat’ (2) olara sasate
n
ena [e:na], (lapisan tanah paling atas erhanas ‘cuaca hari ini terasa
yang halus berwarna putih hangat’, (3) dodan sare erhanas
kecoklatan, banyak di tepi pas’ali ‘cuaca seharian ini teras
pantai) (1) enara ‘pasir itu’ (2) sangat hangat’ (4) olara sasate
ena mahutira ‘pasir yang putih’, erhanas tutu tama’a rengas
(3) enara mahuti ‘pasir itu ‘cuaca hari ini terasa hangat
putih’, (4) ena metana ‘pasir sampai berkeringat’.
hitam/ pasir yang hitam’, (5)
enara nametan ‘pasir itu
berwarna hitam’. ==== F-f ====
v
esa (mesa) [e:sa, mesa] (tarik salah
satu sisi atau ujung tambang/ frakn [frak] (tarif perjalanan dengan
benang, tarik, menarik menggunakan kendaraan, tarif
kepentingan), (1) umu mesa?, mobil, tarif kapal laut/darat), (1)
‘kalian yang tarik?’, (2) ami esa fraka ‘harga tiket’ (2) ‘frak
‘kami yang menarik’, (3) si desa apala pi his? ‘berapa harga tiket
tu talira ‘mereka yang menarik kapal itu?’, (3) frak apala rium
dengan menggunakan tali’.

23
utu lium ‘harga tiket kapal Rp. mengait), dagai nai apal murio’
50.000’. ‘dikaitkan pada buritan kapal’.
a
frek [frek] (sikap tidak peduli pada gai (na-)n [nagayi] (mengaitkan,
orang lain), (1) frek tu I’ ‘tidak menggadaikan), (1) nagai ni
peduli dia’, (2) frek la tu i? masa ‘menggadaikan emasnya’,
‘peduli apa dengan dia’. (2) nagai talira nai ai rango’
farlakn [farlak] (farlak, pengalas ‘mengaitkan tali ke renting
lantai yang terbuat dari plastik pohon’.
v
tipis), (1) farlaka ‘farlak itu’, (2) gais [gali, menggali, membuat
farlak warna metan ‘farlak lubang ke tanah), (1) gais
hitam’, (3) farlaka malas ‘farlak lolou’a ‘menggali lubang’, (2)
itu panjang’. gais lorapa ‘menggalai lubang
forukn [jenis alat makan terbuat dari untuk mendirikan fondasi rumah
besi putih, bentuk berjari-jari 3, atau gedung’.
4, dan 5, ukuran lebih kecil dari galapa [galāp], (gelap, tidak ada
sendok dan biasanya digunakan cahaya, kelam, tidak terang), (1)
menancap makanan berupa kue galap pas’ali ‘gelap sekali, (2)
untuk dimakan), (1) foruka ulan galapa ‘bulan gelap, usia
‘garpu itu’, (2) na’a tura foruka bulan sudah di atas 15 hari’.
n
‘dia makan dengan galas [galās] (gelas, alat yang
menggunakan garpu’. digunakan untuk minum,
berbentuk tabung biasanya
terbuat dari kaca dan plastik),
==== G-g ==== (1) galas kacara ‘gelas kaca, (2)
galas plastika ‘gelas plastik’.
gav [ga] (makan, memasukkan sesuatu a
gala’ [galaˀ ] (cepat, tidak lamban,
ke dalam mulut, kemudian dalam waktu singkat dapat
mengunyah dan menelannya), menempuh jarak cukup jauh,
(1) au ga I’ana? ‘Anda makan laju), si datagi gala’ ‘mereka
ikan?’, (2) au ga hanga la’a? berjalan cepat’.
‘sudahkah Anda makan?’. galigirn [galigir] (pinggir, bagian
gahinadj [gahin] (elok, patut, teratur, paling luar), galigoro’ ‘bagian
berguna, mujur, pinggir’.
n
menguntungkan), (1) matara i gam [gam] (buah gayam, masyarakat
gahin ‘orang itu sangat baik’, Maluku mengonsumsi buah
(2) si keluarga gahina ‘keluarga gayam dengan cara direbus atau
orang baik’, (3) ni keadaana dibakar, dimakan dengan kelapa
gahin mu ‘keadaannya baik-baik isi), gam sisio matelas ‘gayam
saja’, (4) magi gahin mu? ini rasanya enak’.
‘bagaimana apakah keadaannya gambaran [gambara] (sketsa, meniru
bai-baik saja?’. wajah orang atau benda tertentu
gai [gayi] (kait, mengaitkan dengan
n
dengan coretan pensil dan
menggunakan benda yang sebagainya pada kertas atau
dilengkukkan berfungsi untuk bahan/ media yang lainnya), sei

24
nagambara? ‘siapa yang garatv [garat] (jepit dengan gigi), (2)
melukis itu?’. garat i’ ‘gigit dia’ (3) i na’arat
gambiran [gambira] (buah bentuk ‘dia gigit’.
bantangan kecil lonjong, garata’a [garataˀ ] (rusak atau busuk
biasanya dimakan dengan buah karena sudah lama), dihasil
pinang dan kapur), si da’a arjara garata’ ‘hasil kerja
gambira ‘mereka makan mereka buruk’.
gambir’. gei’ [geyiˀ ] (lepas/ putus/ dan
v

gampanga [gampaŋ] (hal remeh, meluncur ke bawah dengan


mudah saja, tidak sukar, tidak cepat karena gravitasi bumi), (1)
sulit, mudah dikerjakan), (1) durana nagei’ abaro la’ ‘buah
numu gampanga ‘harap durian sudah jatuh matang’, (2)
gampang, orang yang gampang si dagei’ sebi turnameana la’
berharap, (2) harap gampang ‘mereka sudah tersingkir dari
bolu’ ‘jangan gampang turnamen itu’.
n
berharap’. gelar [gelar] (bagian bumi yang
garu’n [garuˀ ] (kukur, garuk, kerok, miring, tanah yang tidak rata),
cakar), (1) garu’ tinigura (1) gelara ‘jurang itu’ , (2)
mati’atal ‘garuk punggung saya nahigegelar ‘berjurang-jurang’,
yang gatal’, (2) garu’ tinigura (3) gelara natau’ ‘jurang itu
hua ‘garuk penggung saya ya’. sangat terjal’.
n
gas [gas] (zat ringan mudah galangn [galāŋ] (perhiasan yang
menguap, mengandung api, air, dipakai pada pergelangan
dan zat-zat berbahaya seperti tangan), (1) galanga ‘gelang
asam methanol yang tinggi), itu’, (2) has galanga nagi? ‘di
gāsa nasiboil ‘gas menyala- manakah gelang itu dibeli?’.
nyala’. galigav [galiga] (mengamat-amati dari
gasingn [gasiŋ] (jenis permainan yang jauh dengan cara sembunyi-
terbuat dari kayu atau plastik sembunyi, melihat melalui
menggunakan pasak/ paku di lubang kecil, sela-sela, sudut
bagian ekor yang dililit tali rumah, dan semak-semak), (1)
untuk ditarik agar gasing dapat nagaliga ‘dia mengintai, (2) au
berputar) (1) dalenga gasinga galiga ‘Anda mengintai’, (3) si
‘bermain gasing’, (2) da’arja dagaliga ‘mereka mengintai’.
gasinga ‘mengerjakan/ membuat gembiraa [gembira] (emosi senang,
gasing’. perasaan senang, perasaan
garann [garan] (waktu antara gembira, hati berbunga-bunga),
terbenam dan sebelum terbitnya laminora gembira ‘ hatinya
matahari), (1) garan tu marar senang’.
‘siang dan malam’, (2) garan gembalan [gembala] (penjaga atau
baru tahiro’a ‘ketemu nanti pemiara binatang), (1)
malam’. gembalara ‘gembala itu’, (2)
mata gembalara ‘orang
penggembala’.

25
gantungv [gantuŋ] (mengaitkan ‘minyak bensin’, (4) namagul
sesuatu di ketinggian, sesuatu ‘berminyak’, (5) dahas gula
tidak menyentuh tanah, berada ‘mereka membeli minyak, (6)
di atas bidang datar lebih “datana’ gula tanara” ‘mereka
rendah), (1) nagantung menjual tanah’.
‘menggantung’, (2) dahigantung gondo’an [gondoˀ a] (jenis penyakit
‘digantung’. pembengkakan di leher), (1) i
n
goa [gowa] (rongga bumi yang besar namasingat gondoka ‘dia sakit
dan bisa dimasuki orang atau gondok’, (2) i naro’a masingat
binatang, pada zaman dahulu di gondoka ulat la’ ‘dia sakit
jadikan sebagai tempat tinggal, gondok sudah lama’.
v
peristirahatan, dan guan [guwan] (memberi atau
persembunyian), (1) goara(-ira) menyerahkan sesuatu kepada
‘goa itu’, (2) goara boba’ ‘goa orang lain), (1) guan laminora
itu besar’. ‘kasi hati, menyenangkan
n
go’ [goˀ , watan goˀ , watan bobaˀ ] hatinya’, (2) higuan mu’
(besar karena banyak dagingnya mahioran bolu’ ‘lebih baik
tentang tubuh dan sebagainya, memberi, dari pada meminta’.
tambun), (1) watano gogo’ guan bungafr.v (hisu’at) [guwan buŋa,
‘badannya gemuk, (2) nahi hisuˀ at] (gerakan
gogo’ i’ ‘agak gemuk’. mempertahankan diri dengan
v
guas [guwasa], (rakit, alat kepandaian menangkis,
transportasi yang dibuat dari mengelak, dan sebagainya), i
bambu, gaba-gaba, dan kayu. naguan boano ‘dia pertama
Zaman dulu digunakan sebagai mengambil jurus / ancang-
transportasi air sungai, danau, ancang’.
atau dalam teluk untuk gugunv [gugun] (mencengkram
mengangkut barang dan sesuatu dengan kepalan tangan),
manusia), (1) guas we’an (1) nagugun ‘menggenggam’,
‘banyak rakit’, (2) guase sei ni? (2) dahigugun ‘dia
‘rakit ini pemilik siapa?’, (3) menggenggam’.
guas albara ‘rakit dari gaba- gunungn [gunung] (daratan yang
gaba’, (4) guas tatabara ‘rakit paling tinggi lebih dari hutan),
terbuat dari bambu’, (5) guas (1) gununga riri ‘gunung itu
aira ‘rakit yang terbuat dari tinggi’ (2) gunung apira
kayu’. nameletus ‘gunung berapi
adj
gu’ [guˀ ], (berkata, menyebut, meletus’.
v
seperti), (1) gu’ nai ‘berkata guti’ [gutiˀ ] (penggal, memotong),
pada Dia, (2) au gu’ magi? (1) guti’ ai watano ‘potong
‘menurut pendapat Anda pohon kayu’, (2) i naguti’ di
bagaimana?’. aira ‘dia memotong kayu’.
gul [gul], (minyak), (1) gul niura
‘minyak kelapa’, (2) gul tanara
‘minyak tanah’, (3) gul bensina

26
==== H-h ==== ‘kadang-kadang saja mereka
datang’.
n
hada’v [hadaˀ ] (cahaya bulan, ha’i (vagina, alat vital wanita /
matahari, sinar yang muncul, perempuan, Melayu Ambon:
naik dari balik gunung/ dari puki, pepe), (1) ha’ira
dalam laut, cahaya lampu), (1) ‘vaginanya’, (2) ha’igura
olara nahada’ ‘cahaya pada saat ‘vagina saya, vagina ku’ (3)
matahari terbit’, (2) lampu ha’imura ‘vagina mu, puki mu’.
a
hada’o ‘. ha’in [haˀ in] (bujuk, rayuan, merayu,
hahana’n; hana-hana’ [hahanaˀ ; usaha untuk meyakinkan
hana-hanaˀ ] (panah, alat yang seseorang dengan kata-kata
digunakan untuk memanah manis dan sebagainya bahwa
seperti pada cabang olahraga yang dikatakan benar), (1)
panahan, alat yang digunakan naha’ini’ ‘merayunya;
untuk memanah ikan), si membujuk dia’, (2) au maha’ini
dahana’ i’ana ‘mereka ‘Anda membujuknya’.
memanah ikan’. ha’waiv [haˀ wayi, hawayi] (berkata,
hais [hayis] (keduk, keruk, menggali
v mengatakan, katakan), si da
ke dalam, membuat lubang), (1) hawai ‘mereka yang bilang’.
au hais lolou’a ‘engkau halaboanan [halabowana] (dulu,
menggali lubang’, (2) au hais dahulu, waktu lalu, waktu yang
lolou’ his? ‘berapa lubang yang lewat beberapa hari/ minggu/
engkau gali?’. bulan/ tahun), (2) si halaboan
haus [hawus] (haus, berasa kering
a ‘mereka mendului, mereka
kerongkongan dan ingin daluan’, (3) peristiwa halaboana
minum), (1) nugu haus nai ‘peristiwa dulu’, (4)
baroata ‘saya haus ingin makan halaboboana la’ ‘dahulu kala’.
roti, (2) si dihaus nai i’ana halaruv [halaru] (lari, berlari, langkah
‘mereka haus ikan’. kaki kanan dan kiri bergantian
ha’a hatfr.num [haˀ a hat] (empat kali), maju dengan cepat), (1) halaru
damuli-dawali ha’a hat la’ meleleman ‘lari secara pelan-
‘mereka bolak-balik suda empat pelan, (2) dahalaru meleleman
kali’. nagamarani ‘mereka berlari
ha’a rotifr.num [haˀ a roti] (dua kali), kecil-kecil sejak dini hari’.
damuli-dawali ha’a roti ‘bolak- halangurun [halaŋuru] (siput, bia),
balik suda dua kali’. (1) halangurura ‘bia itu, (2)
ha’a sasaifr.adv [haˀ a sasayi] halangurura matelas ‘bia itu
(adakalanya, sering, kapan- enak’.
kapan, sekali-sekali), (1) ha’a halulunn [halulun] (kain yang biasa
sasai baru daratan ‘sekali- dipakain laki-laki Muslim untuk
sekali baru mereka datang’, (2) i Sholat dan ada juga dipakai
namasu’ arja ha’a sasai ‘dia untuk tidur maupun untuk
masik kerja kadang-kadang bersantai), (1) dahululun si’
saja’, (3) si daratan ha’sasai’ ‘mereka berselimut dengan kain

27
sarung’, (2) halulune bota hat ‘empat buah’, (2) si hat
wowou ‘kain sarung ini masih ‘mereka berempat’.
baru’. hegusv [hegus] (menghisap melalui
hana’v [hanaˀ ] (memanah, melakukan hidung), dahegus taba’ura
perbuatan memanah), (1) i: ‘mereka menghirup tembakau’.
nahanaˀ ‘Dia memanah’, (2) si hemata [hemat] (tidak boros, berhati-
dahanaˀ ‘mereka memanah’, (3) hati dalam pengeluaran), (1)
I nahana’ I’ana ‘Dia memanah matara nihidupa hemat ‘orang
ikan’. itu hidupnya sangat hemat’, (2)
n
hano (hino) nasuwail [hano(-ra, ira) hidup musti tahemat ‘hidup ini
nasuwayil] (pusing kepala, sakit harus berhemat’.
kepala, pening), (1) sei ha(hi- hidupv [hidup] (masih hidup,
)nora nasuwail? ‘siapakah yang bergerak, dan bekerja
pusing itu?’, (2) si his hano dira sebagaimana mestinya manusia,
nasuwail? ‘berapa orang yang binatang, tumbuhan
kepalanya pusing?’. beraktifitas), (1) i bota hidup
hantangv [hantaŋ] (hantam, tama ‘masih hidup terus’, (2)
menghantan), (1) dahantag si aira bota hidup tama ‘pohon itu
gol tolu ‘mereka menghantam masih hidup’.
lawan tiga gol’ (2) tonsoara hial [hiyal] (tidak senang, emosi tidak
a

nahantang wanura rata tidak terkendali, berang, gusar),


‘stunami menghantam kampung (1) matara nahiyal uat ‘orang
itu rata’. itu sangat pemarah’, (2) mahiyal
hapusv [hapus] (dilenyapkan, tidak bolu’ le’an mata’ena gala
terlihat lagi, seperti ‘jangan marah-marah nanti
membersihkan papan tulis), cepat tua’.
hapus tulisana sebi papan tulisa hilaruv (halaru) [hilaru, halaru]
‘hapus tulisan dari papan tulis’. (melangkah dengan kecepatan
v
has [has] (beli, membeli, tinggi), (1) dahilaru ‘mereka
memperoleh sesuatu melalui berlari’, (2) i nahilaru ‘Dia
penukaran “pembayaran” berlari’, (3) si dahilaru ‘mereka
dengan uang), (1) has adara berlari’.
adv
‘beli celana’, (2) has otora ‘beli his [his] (kata tanya untuk
mobil’, (3) si dahas i’ana menanyakan bilangan yang
‘mereka membeli ikan’, (2) si mewakili jumlah, ukuran, nilai,
dahas i’an domura ‘mereka harga, satuan, waktu), (1) woi
membeli ikan Cakalang’, (3) au his? ‘berapa buah’, (2) woi roti
has i:’an dadiura ‘Anda ‘dua buah’.
v
membeli ikan Tatihu’. hisa’ [hisaˀ ] (pijat, mengurut),
num
hat [hat] (angka Arab Modifikasi nahisa’ matara watano’ ‘dia
yang berada pada urutan empat, memijat badan orang itu’.
berada bawah angka tiga dan hisu’atv [hisuˀ at] (menunjukan,
sebelum angka lima), (1) woi memertunjukkan, kekuatan,
kebolehan, dan ketangkasan),

28
(1) si dahisu’at ‘mereka hanomura/ hinomura tu Ara
menggelar kekuatan, (2) i ‘basuh muka mu dengan air’.
nahisu’at tu pedara ‘dia hora’v [horaˀ ] (memeras hingga
menunjukan kebolehan dalam berair), (1) a’u hora’ mudara
memainkan parang silat’. ‘saya memeras jeruk’ (2) hora’
a
hi’ir [hiˀ ir] (pikir, memikirkan, akal tutu na’ ira ‘peras sampai
budi), hi’ir ocate ‘cobalah berair’.
v
sedikit berpikir’. hot [hot] (pukul, mengenakan suatu
num
hitu [hitu] (angka Arab modivikasi benda kepada benda yang lain
7, angka Romawi VII, bilangan dengan mengetuk, memalu,
setelah 6 dan sebelum 8), (1) meninju, menokok, menempa),
ratu hitu ‘tuju ratus’ (2) rium (1) sei nahot ‘siapa yang
hitu ‘tuju ribu’ (3) sala’ hitu memukul’, (2) Arobi nahot
‘tuju juta’ (5) etir hitu ‘tuju ‘Arobu yang memukul’.
milyar’ (4) bara hitu ‘tuju
triliun’.
hiweiv [hiweyil] (bertengkar disertai
adu kata-kata atau adu tenaga), ==== I-i ====
(1) nahiwei ‘Dia berkelahi’ (2)
au mahiwei’ ‘Anda berkelahi. i’n [yiˀ ] (orang yang dibicarakan, tidak
hohosaln [hohosal] (pengikat celana termasuk pembicara dan kawan
pada bagian pinggang manusia, bicara; dia), (1) i na’arja ‘dia
disebut juga sabuk), (1) bekerja’, (2) i natura na’arja
hohosala ‘ikat pinggang itu’, (2) ‘dia ikut bekerja’.
hohosal sare-(i’are) gaga v
ihit (gihit), ihut (gihut), [ihit (gihit),
‘sabuk yang ini bagus’. ihut (gihut)] (istirahat dari
v
horu [horu] (menyerukan kepada rutinitas dengan cara berbaring,
orang lain suara dan biasanya mata tertutup, hilang kesadaran
disertai dengan gerakan tangan sementara), (1) na’ihiti la’ ‘dia
atau kepala mengangguk), (1) i: suda tidur’, (2) da’ihit si la’
nahoru ‘Dia memanggil, (2) ‘mereka suda tidur’.
Arobi nahoru i:’ ‘Arobi a
ijo [ijo] (warna yang serupa dengan
memanggil Dia’. warna daun pada umumnya), (1)
n
hu’i [hu’i] (vagina, alat vital kacang ijora ‘kacang ijo itu’, (2)
perempuan / wanita), (1) hu’ira ruma warna ijo ‘rumah warna
‘vagina’, (2) numu hu’ira hijau’.
‘vagina mu’, (3) nugu hu’ira n y
i’an [ i:ˀ an] (vertebrata yang hidup
‘vagina saya’. dalam air, bernapas dengan
husa’v [husaˀ ] (basug, membasih insang, bersisik), (1) u’a i’an tu
bagian muka, cuci dengan air), suata ‘saya makan ikan dan
(1) husa’ na-(i-)mamura ‘basuh sagu’, (2) u’a i’an tu hasara
tangan mu’, (2) husa’ ‘saya makan ikan dan nasi’.
namamura tu Ara ‘basuh tangan y
i’e(-ra)n [yiˀ era] (kaki, anggota tubuh
mu dengan air’ (3) husa’ dari batas paha sampai dengan
29
ujung jari kaki, kaki kiri dan terdengar di sini’, (3) ilo ru [ilo
kaki kanan), (1) yi’e liuro’ ‘bulu ru:] ‘bibirnya’, (4) ilo ru atara
kakinya’, (2) na’era ‘kakinya’, ‘bibir atas’, (5) ilo ru wawara
(3) yi’e liuro we’an ‘bulu ‘bibir bawah’
kakinya lebat’. imā [yimā] (tangan, bagian dari
n
y
i’e ubalitafr.n [yiˀ e ubalita] (kaki kiri, anggota tubuh dari lengan
anggota tubuh dari batas paha sampai jari tangan, tangan kiri
sampai dengan ujung jari kaki dan tangan kanan), (1) imā
sebelah kiri), yi’e ubalita kanana ‘tangan kanan’, (2) imā
mangan ‘kaki kirinya keras’. kirira ‘tangan kiri’.
y
i’e u’nfr.n [yi’e u’n] (lutut, bagian y
imā liurfr.n [imā liwur] (bulu tangan),
kaki antara paha dan betis yang (1) imā liuro’ nametan ‘bulu
menjadi tempat sendi agar kaki tangannya hitam’, (2) imā liuro
bisa dilekukan), (1) yi’e u’n u’un we’an ‘bulunya tangannya
‘lutut kaki’, (2) yi’e u’n u’uno lebat’.
n
ahorat ‘lutut kakinya kuat’. ilo [ilo], (rongga bagian di muka,
y
i’e uwananfr.n [yiˀ e uwanana] (kaki terdapat lida dan gigi, tempat
kanan, anggota tubuh dari batas mengunyah makanan), (1) ilo
paha sampai dengan ujung jari ‘mulut’, (2) ilomura ‘mulut mu/
kaki sebelah kanan), yi’e mulut mu itu’, (3) ilomura
uwanana mangan ‘kaki we’an ‘orang yang banyak
kanannya keras’. bicara/ ngoceh’.
y
iso [yiso, suwe] (alat pencium,
n
inisu/anisun [inisu/anisu]
penghirup), (1) isora, suwera, (mengeluarkan air dari mulut
‘hidungnya’, (2) nasinga tu disebut juga air liur), (1) inisura
suwera(isora) ‘dia mencium ‘ludah itu’, (2) na anisu ‘dia
dengan hidungnya’. meludah’, (3) na anisu uat ‘dia
n
ila’ [ilaˀ ] (sehari sesudah hari ini, suka meludah’.
v
hari yang akan datang), (1) ila inu [i:nu] (minum, memasukkan air
baru tamasu’ arja ‘besok baru atau benda cair ke dalam mulut
kita masuk kerja’, (3) ila dan meneguknya), (1) a’u winu
muguru ‘besok lusa’, (2) ila ‘saya minum’, (2) au minu
dodan ‘besok malam’, (3) ila ‘anda minum, (2) si dinu
ola wa ‘besok sore’. ‘mereak minum’.
n
ilu [ilu] (bagian tubuh di atas leher, inu-inuran [i:nu-i:nura] (minuman,
tempat tumbuhnya rambut), (1) barang atau benda cair yang
ilu mangan ‘keras kepala’, (2) diminum), ar inu-inura ‘air
ilu ba’ar ‘kepala botak’. yang digunakan untuk diminum,
n
ilo’ [iloˀ ] (suaranya, suara manusia minuman’.
v
yang terdengar), (1) ami ingat [iŋat] (berada dalam pikiran,
arongan ilo’ ‘kami mendengar tidak lupa, timbul kembali
suaranya’, (2) disuarara ahorat dalam pikiran), (1) ningat ‘dia
sampe arongan naire ‘suara mengingat. (2) au mingat ‘Anda
mereka sangat kuat sampai ingat, ingatan Anda’, (3) si

30
dingat ‘mereka ingat’, (4) a’u ==== J-j ====
wingat ‘saya mengingat/ ingatan
saya’, (5) nugu ingatana pira/ jabula [jabul] (malas, pemalas, orang
sontora ‘berdasarkan ingatan yang malas, yang bersifat malas,
saya, seperti itu’. bermalas-malasan), (1) hidup
I ramafr.n [i: ramah] (orang yang jabula pa’itei ‘pemalas itu tidak
ramah, bertabiat ramah), matara baik’, (2) mancia jabula parcai
y
irama ‘orang itu berperilaku sibolu’ ‘orang pemalas jangan
ramah’. dipercaya’.
iris /irusv [tikam, menikam, mengiris
v
a
jahat [jahat] (sifat emosional, tidak
dengan menggunakan senjata sabar, hati pemarah, suka
tajam seperti kris, pisau), na’iris marah-marah, tidak berhati
matara ‘dia mengiris orang itu’. baik), (1) matara I jahat ‘orang
I pintarfr.n [i: pintar] (cerdas, otaknya itu jahat’, (2) jahata niguna nai
cemerlang, tidak bodoh), matara tei ‘jahat itu tidak berguna’.
ipintar ‘orang itu sangat pintar’ jaheran [jahe] (halia, jenis tumbuhan
ire(yera)pron [i:re, (yera)] (kata yang dijadikan obat, berakar
penunjuk terhadap sesuatu yang serabut, rasanya pedas, sebagai
letaknya tidak jauh dari bumbu dapur), (1) jahera ‘jahi
pembicara), (1) i’an ire(era) itu’, (2) jahera ni hargao mahal
‘ikan ini’, (2) adare(ire) ‘celana ‘harga jahe mahal’.
ini’. n
jam [jāma] (jam dinding, jam tangan,
pron
ita [ita] (pronomina persona alat yang digunakan untuk
pertama jamak, yang berbicara menentukan perputaran waktu
bersama dengan orang lain dari pagi, siang, sore, malam,
termasuk yang diajak bicara), hingga siang kembali), (1) jama
(1) ita nun woisa ‘kita jadi satu’, ‘jam itu’, (2) jam delapan pagi
(2) si nun woisa ‘mereka jadi ‘jam 08.00’.
satu’. jambatangn [jembatan] (jalan yang
n
iti [itī] (zakar, penis, alat vital pria, dibangun di atas sungai, kali,
kalot, butu), (1) itira ‘penisnya, jurang, tepian, atau jalan raya
zakarnya’, (2) itigura ‘penis untuk menghubungkan sisi di
saya, penis ku’, (3) itumura seberang, atau pun untuk di tepi
‘penis mu, zakar mu’. pantai untuk pelabuhan kapal
Ito (-ra, -si) nabailfr.a [ito (-ra, -si)] atau perahu), (1) jambatanga
(sakit di bagian perut seperti ‘jembatan itu’, (2) jambatanga
diremas-remas), itosi nabail malas ‘jembatan itu panjang’.
‘perutnya mual’. jamburav [jambura] (jenis pohon
Ito (-ra, si) masingatfr.a [itora yang buahnya dimakan rasanya
masiŋat] (sakit di bagian perut), asin dan asam, jambu biji
(1) itora masingat ‘perutnya keluar, jambu hutan, jambu
sakit’, (2) namasingat itora ‘dia mete), (1) jambura ‘jambu itu’,
sakit perut’. (2) jambu merara ‘jambu yang
buahnya berwarna merah’.
31
jandelan [jandela], (jendela, rongga tenis, dan bola voli), (1) jus
yang dibuat pada dinding ‘jus’, (2) juz 1, juz 2, juz 3,
ruamh/ gedung untuk masuk dan sampai game point.
n
keluarnya udara/ angin sehingga juz [juz] (urutan dalam Qur’an, juz 1-
ruangan menjadi sejuk), (1) 30, juz Ama, juz Wamaiyaqnut,
jandela mukara ‘jendela depan’ dst), (1) au baca nai juz Alif
(2) jandela balakanga ‘jendela Lam Mim atau juz 1 ‘Anda
belakang, (3) jandela wida kirira membaca pada juz Alif Lam
‘jendela samping kiri’, (4) Mim tau juz 1’, (2) a’u baca nai
jandela wida uwanana ‘jendela juz Sayakulu atau juz 2 ‘saya
sebelah kanan’. membaca pada juz Sayakulu
jelusin [jelusi] (fentilasi, lubang angin atau juz 2’.
di atas pintu atau jendela yang
berfungsi untuk masuk dan
keluarnya udara), (1) jelusira ==== K-k ====
‘fentilasi itu’.
jeritan [jêrita] (kuburan, makam, kayaran (mancia naira) [kaya, kayara,
tempat pemakaman), (1) nai mancia kayara, mancia nairā],
jerita ‘di kuburan’, (2) si da arja (1) sira keluarga kayara
jerita ‘mereka mengerjakan ‘mereka itu keluarga kaya’, (2)
makam’. mancia kayara/ mancia naira
juaran [juwara] (kemenangan yang ‘orang kaya/ orang berada’.
diraih secara peroranagn atau kabain [kabayi] (baju perempuan
beregu dalam perlombaan atau bagian atas, berlengan panjang,
pertandingan, jura 1 lomba lari kebaya biasanya dipakai dengan
100 m), (1) tim Qasida Gorom kain panjang), (1) kabaira
Timur si juara 1 MTQ ‘kebaya itu’, (2) kabai mahutira
Kabupatena SBT ‘tim Qasida ‘kebaya putih’.
Gorom Timur mereka juara n
kaca [kaca] (ujudnya keras, warna
umum 1 MTQ Kabupatena dasarnya bening, mudah pecah,
SBT’. digunakan untuk berbagai
junjungv [junjuŋ], (mengangkat keperluan seperti cermin, gelas,
kedua telapak tangan dengan piring, botol, dan kaca jendela
cara disatukan dinaikan dari moboil), (1) kaca jandelara
testa atau ke atas kepala untuk ‘kaca jendela’, (2) kaca rebata
penghormatan, persembahan, ‘kaca pintu’.
hamba kepada tuan/ raja), (1) kaca o’ao’n [kaca oˀ aoˀ ] (beling,
najunjung ‘Dia menjunjung’ (2) pecahan kaca, porselen dan
junjung mancia (-ra, -i) talalu sebagainya), jaga galas o’oara
bolu’ ‘jangan terlalu ‘awas pecahan gelas kaca’.
menjunjung orang’. a
kaco [kaco] (kedaan tidak menentu,
n
jus [jūs] (urutan jumlah angka yang bercampur aduk sehingga sulit
sama menjelang kemenangan terkendali), umu kaco pas ali
dalam permainan bulu tangkis, ‘kalian pengacau sekali’.
32
kain batikfr.n [kayin batik] (kain yang sedang berlaku atau
berciri khas Indonesia, banyak berlangsung), keadaana sa
diproduksi sebagai batik khas sontora/ sontoira ‘satu keadaan
daerah tertentu sepeti seperti itu’.
Pekalongan, Papua, dan kous kutangan [kowus kutaŋa] (baju
sebagainya), (1) kain batika dalam laki-laki, singlet), (1) sei
‘kain batik’, (2) sei ni kain ni kous kutange? ‘singlet ini
ladan batike ‘punya siapakah milik siapa?/ siapa pemilik kaos
baju batik ini?’. kutang ini?’, (2) kous kutang ira
kain berangfr.n [kayin beraŋ] (kain (e) has nagi? ‘dimanakah singlet
yang biasanya dipakai sebagai ini beli?’.
n
simbol tertentu dalam kota [kota] (bukan desa dan
masyarakat adat, kain tersebut kecamatan, status pemerintahan
berwarna merah, putih dan setingkat dengan kabupaten), (1)
sebagainya), (1) kain beranga kotara ‘kota itu’, (2) kota
‘ikat kepala’, (2) sei ni kain Ambon ‘kota Ambon’.
berange? ‘punya siapakah kain kotora [kotor] (tidak bersih, kena
berang ini?’. noda), (1) ara kotor ‘air itu
kali-kalinum [kali-kali] (perkalian kotor’, (2) halamana kotor
dalam penghitungan ‘halaman itu kotor’.
n
matematika), (1) 1 X 1 = 1, (2) 3 kar [kār] (kartu, kartu domino),
X 3= 9, (3) 5 X 5 = 25. dalenga kar ‘bermain kartu
kamu-kamuran [kamu-kamura] domino’.
n
(awan lembap yang melayang di kuli [kuli] (pekerja kasar, orang yang
dekat permukaan tanah), (1) bekerja dengan mengandalkan
kamu-kamura ‘kabut itu’, (2) kekuatan fisiknya), (1) mancia
kamu-kamura tutu tato’un orja/arja ‘para pekerja kasar, (2)
pulaura tei la’ ‘kabut terlalu mancia bangunana ‘pekerja
banyak dan tebal sampai tidak bangunan’.
terlihat pulau’. kurapn [kûrapa] (penyakit kulit mirip
kapasan [kapasa] (kapas itu, tanaman kudis yang disebabkan karena
berserat putih sebagai bahan jamur), (1) kurapa na’a i’ ‘dia
dasar pembuatan benang dan terkena penyakit kurap’, (2)
kain), (1) kapas we’an ‘banyak watano’ lomin tura kurapa
kapas ’, (2) kapas ruo’ ‘daun ‘badanya penuh kudis’.
kapas’, (3) ai kapasa ‘pohon kutangn [kutaŋ] (pakaian dalam
kapas’. wanita untuk menutupi payudara
v
kata (ber-) [kata] (mengutarakan isi terdiri atas kain berbentuk
hati dengan kata-kata, berbicara, mangkuk, tali bahu, ban kerut
mengatakan) (1) au hun numu untuk menyangga dada), (1)
katara ‘kata mu sendiri’, (2) i ni kutanga ‘kutang itu’, (2) kutang
katara ‘kata dia’. merah ‘kutang merah’, (3)
keadaanan [keadaˀ ana] (suasana, kutang merara ‘kutang berwarna
situasi kondisi, sifat yang merah’.

33
sara sei ni? ‘milik siapakah baju
===== L-l ===== yang lama ini?’.
ladan adatafr.n [ladan a:data] (pakaian
lapron [lā] (apa, apakah, jenis kata adat yang dikenakan khusus
tanya berfungsi menanyakan pada acara-acara adat, seperti
sesuatu berupa keadaan atau pelantikan raja adat dan sultan),
yang akan dikerjakan), (1) mana ladan adate bota barsi ‘baju
(man) la?, ‘barang apa itu?’, adat ini masih bersih?’.
(2) la woun ‘apa lagi’, (3) la ladangn [ladaŋ] (areal luas seperti
walu’ ‘apa lagi’, (4) la li ‘apa tanah lapang atau yang
ini’=dialek Gorom Barat’, (5) la dimanfaatkan untuk perkebunan,
ge?/ la gi? / la je? ‘apa ini’= pariwisata, daerah tambang),
dialek Gorom Timur dan ladang gūla ‘ladang minyak’.
Wawasa’. ladan obasaranan [ladan obasarana]
v
labir [labir] (jilat, jilatan, menjilat, (baju kebesaran “bukan besar
menjulurkan lidah dipermukaan secara ukuran’, pakaian yang
untuk mengecap), (1) nalabir dikenakan pada hari-hari
‘menjilat’. kebesaran seperti upacara
labitongn [labitoŋ] (burut/ hernia, kemerdekaan RI 17 Agustus),
bagian organ tubuh yang keluar/ ladan obasarane dapa’i sabarng
terlihat menonjol di bagian tei ‘baju kebesaran ini tidak
rongga pantat), ni labitoanga dikenakan sembarangan’.
natu’u ‘hernianya membesar’. lalanan [lalana] (jalan, strat), (1)
lait v
[layit] (potong, memotong, lalana ‘jalan itu’, (2) lalan leana
penggal, bagi dua, atas bagian- ‘jalan raya’, (3) lalan esiran
bagian), (1) i: nalait aira ‘Dia ‘jalan hutan’, (4) lalan tinagira
memotong kayu’, (2) si dalait ‘jalan yang biasanya dilewati/
aira ‘mereka memotong kayu’. jalan yang selalu dilewati’.
n
lada [lada] (lada, ladara, bahan/ lalanan [lalāna] (alat jahit yang
rempah dapur), (1) ladara ‘lada terbuat dari logam, bentuknya
itu’, (2) lada we’an ‘banyak bulat panjang, kecil, berujung
lada’, (3) has ladara nagi? ‘di runcing, berlubang dibagian
mana lada itu dibeli?, (4) ladara buntut), (1) lalan hiraita ‘jarum
hargao mahal ‘harga lada lagi jait’, (2) nugu lalana yo? ‘mana
mahal’. jarum saya’.
a
ladann [ladan] (pakaian penutup lam [lam] (penat, letih, payah, capek,
badan bagian atas, seperti baju tidak bertenaga), (1) arja(-re, -
kemeja, baju kaos, kebaya, dan ire) nawei a’u malam ‘kerja itu
baju koko), (1) ladan wowoura membuat saya lelah’, (2) lam
‘baju baru’, (2) ladan wowou a’u ‘saya lelah, saya capek’, (3)
sara sei ni ‘milik siapakah baju u malam a’u pas ali ‘saya sangat
baru itu?’ (3) ladan mamal ‘baju lelah’.
suda lama’ (4) ladan mamal lambata [lambat, ulat], (tidak cepat,
seperti merayap, perlahan-

34
lahan), (1) natagi ulat ‘dia ‘lapangan itu luas’, (2) tanara
berjalan terlalu lambat seperti dawei nai lapangan goala ‘tana
merayap’, (2) apala natagi lapang itu digunakan untuk
lambat/ ulat ‘kapa itu berjalan lapangan bola’.
sangat lambat’. lapangann [lapaŋan] (areal atau tanah
laminora tetewifr.a, laminosi tetewifr.a yang luas digunakan untuk
[laminora tetewi, laminosi keperluan apel, berolahraga, dan
tetewi] (cepata emosi, tidak bermain), (1) lapangan goala
menentu cepat marah), matara ‘lapangan bola kaki’, (2)
laminora tetewi ‘orang itu cepat lapangan terbanga ‘lapangan
emosi’. terbang’.
laminora gahinfr.a [laminora gahin] , n
latla’ [la:tlaˀ ] (sekitar pukul 01
laminora gahin ‘hatinya baik; dinihari, (1) latla’ tastrahat hua
baik hati’. ‘hari sudah larut, kita
langitan [laŋita] (ruang luas beristrahat’ (2) latla’ gihut hua
terbentang di atas bumi, tempat ‘hari sudah larut, tidurlah’.
n
beradanya bulan, bintang, lati’a [latiˀ a] (cacing yang hidup
matahari, dan planet), (1) dalam perut manusia), (1) lati’a
langita/ langite nabiru ‘langit ‘cacing pita itu’, (2) lati’a malās
membiru’ (2) sasate langita ‘cacing pita itu panjang’.
n
barsi ‘hari ini langit bersih’. lau [lawu] (arah ke laut, arak ke
langit taio’fr.n [laŋit taiyo’] (gumpalan pantai), (1) lau ena ‘di pantai,
gas, air, atau es yang berwarna arah ke pantai’, (1) lau lauta
hitam atau putih di langut ‘arah ke laut’, (2) laura ‘arah ke
atmosfir), (1) langit taio ‘awan laut itu’.
itu’, (2) langit taio barsi “awan layang-layangn [layaŋ-layaŋ] (mainan
sangat bersih’, (3) langit taiyo yang terbuat dari kertas
we’an ‘banyak awan’. berkerangka yang diterbangkan
langka [laŋka] (olahraga atau ke udara dengan memakai tali
permainan yang didasarkan pada seperti benang, tasi dll, sebagai
ketangkasan menyerang dan kendali), (1) si dalenga layang-
membela diri, baik dengan layang ‘mereka bermain layang-
menggunakan senjata / benda layang’, (2) layang-layanga
tajam atau tumpul maupun atawida’ ‘layang-layang itu
dengan menggunakan terbang tinggi’
ketangkasan anggota tubuh), (1) laut [lawut] (air asin, bagian bumi
n

si dalangka ‘mereka bermain yang genangi air asin), (1) lauta


pencak silat’, (2) si dalangka ‘laut itu’, (2) lauta nabiru ‘laut
aci’ ‘mereka asik bermain biru’.
v
pencak silat’, (3) guru langkara leba [leba] (pikul, memikul, beban
‘guru pancak silat’. seuatu barang diletakkan di atas
lapangan [lapaŋa] (tanah yang luas, bahu), (1) i: naleba ‘Dia
digunakan untuk berbagai memikul, (2) si daleba ‘mereka
keperluan), (1) lapanga luas memikul’, (3) si daleba hasara

35
‘mereka memikul beras’, (4) dua kelompok yang berlawanan
daleba hasa arung sa ‘mereka yang masing-masing terdiri atas
memikul satu karung beras’. sebelas pemain, berlangsung
lebaran [lebara] (imam, orang laki- selama 2 x 45 menit,
laki muslim yang ditunjuk/ kemenangan ditentukan oleh
diamanahi sebagai imam selisih gol yang masuk ke
Sholat), (1) lebara I nagi? ‘di gawang lawan), (1) si da lenga
manakah pa imam’, (2) baba gol ‘mereka bermain bola
lebara ‘bapak Imam’. sepak’, (2) dalenga gol si
lelebaran [lelebara] (pemikul, alat manang ‘mereka memenangi
pemikul], (1) ni lelebara permainan bola sepak’.
adv
‘pemikulnya, alat pemikulnya’. le’an [leˀ an] (tunggu, menunggu,
lebaroa [lebaro] (luas, tidak sempit, menyatakan sesuatu yang
areal tanah yang luas), (1) hendak terjadi, belum terjadi,
lapangane (-ira) ni lebaro his terjadi setelah), (1) le’an daweyi
‘berapakah lebar lapangan ini’, ‘akan dikerjakan’, (2) sontora
(2) lapangane ni lebaro his? le’an ari’at ‘jika begitu kami
‘berapakah lebar lapangan ini?’. akan ikut’.
ledurv [ledur] (tenggelam, terbenam le’iran [le’ira] (kera, monyet), (1)
ke dalam air), (1) Au ledur le’ira ‘kera itu’, (2) le’i
apala? ‘apakah Anda yang waranara ‘kera jantang’, (3) le’I
menenggelamkan kapal itu?’, wawinara ‘kera betina, (4) le’I
(2) U ledur I apala’ ‘saya ana’o ‘anak kera’.
v
menenggalamkan kapal itu’. le’u [leˀ u] (tidak lurus, berkelok-
v
lelu’ [leluˀ ] (seruan dengan suara kelok), i nale’u besira ‘dia
yang keras, pekik, pekikan, membengkokan besi’.
memekik), (1) dalelu’ ‘mereka lemanadj [leman] (sabar, pelan-pelan,
berteriak’, (2) ami alelu’ ‘kami tidak terburu-buru), (1) leman
berteriak’, (3) dalelu’ ‘mereka hua ‘sabar ya…sabar dulu, sabar
berteriak’. sebentar’, (2) ma’arja
n
lem [lem] (lem, cairan perekat kertas, maleleman ‘bekerja pelan-pelan
plastik, besi, kaca, dll), (1) has saja’.
lem botal sa ‘beli satu botol lengav [leŋa] (kegiatan yang
lem’, (2) lem alteko botal sa pi dilakukan untuk kesenangan,
his ‘berapa harga satu botol lem berkegiatan sambil santai-
alteko’. santai), (1) au lenga goal gaga
lengav [leŋa] (main, permainan, ‘Anda bermain bola sangat
bermain), (1) si da lenga bagus’, (2) si dalenga goal
‘mereka bermain’, (2) I nalenga ‘mereka bermain bola’, (3) ami
‘dia bermain’, (3) umu lenga a lenga goal ‘kami bermain
‘kalian bermain’. bola’.
n
lenga golfr.v [leŋa gowal] (permainan leran [leran] (pohon kayu putih,
beregu di lapangan, jenis kayu putih yang besar
menggunakan bola sepak dari tidak digunakan untuk produksi

36
kayu putih), (1) lerana ‘pohon (1) ami lium ‘kami berlima’, (2)
kayu putih itu’, (2) ai lerana umu lium te umu onan ‘kalian
‘pohon kayu puti’, (3) leran berlima atau berenam’.
we’an ‘banyak pohon kayu liur [liwur] (berbulu, mempunyai
n

putih’. bulu pada tubuh), (1) liuro’


v
lewa [lewa] (jilat, menjilat, ‘bulunya’, (2) liuro we’an
menjulurkan lidah dan digesek ‘bulunya lebat’.
di bagian tertentu untuk merasai, lua’ [luwaˀ ] (muntah, keluar kembali
n

mencolet dan sebagainya), (1) makanan, minuman, dan


nalewa ‘Dia menjilat’ (2) au sebagainya yang telah masuk ke
mahilewa ‘Anda penjilat’, (3) dalam mulut atau perut), (2) i
dagi lewa mancia dibaranga nalua’ ‘dia muntah’ (3) i nalua’
‘penjilat kepentingan orang’. natumain (natamain) ‘dia
lewatadj [lewat] (tidak ditempat muntah dan berak’.
semula, sudah bergeser lebih luas [luwas] (lapang, lebar, panjang
a

dari tempat awal/ semula, sudah sekali, tidak sempit), kintal


jauh, melewati, terlewati), (1) ruamara luas walu’ ‘halaman
nalewati la’ ‘dia sudah lewat’, rumah itu sangat luas’.
(2) dalewat sila’ ‘mereka sudah lulua’an [luluwaˀ a] (hal yang
lewat’, (3) datagi dalewat ita dimuntahkan keluar kembali
‘mereka berjalan melewati kita’ lewat mulut), sei ni lulua’e(ira)
n
lidir [lidir] (bagian ujung jari tangan ‘muntahan siapa ini’.
v
atau kaki yang melapisi isi), (1) lupa [lupa] (tidak ingat lagi, di luar
nama lidir /ima lidir ‘kuku dari ingatan, tidak dalam ingatan
tangan’, (2) i’e / na’e lidir ‘kuku lagi), dalupa umu la’a ‘mereka
kaki’. sudah melupakan kalian’.
n
li’it [liˀ it] (pemalut paling luar tubuh lusunn [lusun] (lesung, alat dengan
mahluk hidup atau buah- bentuk tertentu “khas” yang
buahan), (1) nama / I’e li’ito digunakan untuk menumbuk
‘kulit tangan’, (2) i’e / na’e li’ito beras, kopi, dll), (1) lusuna
‘kulit kaki’. ‘lesung itu’, (2) lusun ana’o
n
lilin [lilin] (bahan terbuat dari ‘anak lesung’.
parafin, mudah mencair jika loas [lowas] (tidak melarang, biarkan,
v

dipanaskan, dapat dipakai dibiarkan saja), (1) i na loas ‘dia


sebagai pelita dan/atau untuk biarkan, (2) si da loas ‘mereka
membatik), (2) lilina na’a masir sengaja membiarkan’.
‘lilin itu menyala sangat terang’, loasa [lowasa] (pelabuhan, dermaga),
n

(3) uhas lilin roti ‘saya membeli (1) loasa ‘dermaga itu’, (2) lau
dua lilin’. loasa ‘di dermaga’, (3) apal
lim / liumnum [lim, liyum] (bilangan
num
nabar lau loasa ‘kapal berlabuh
yang dilambangkan dengan di dermaga’.
angka 5 ‘Arab modifikasi 5 atau loir [loyir] (lembah, bagian landai di
n

V angka Romawi, angka bawah jurang), (1) wa loiro’ ‘di


sesudah 4 dan sebelum enam),

37
lembah’, (2) dudu wa loiro’ dengan air, tanah, lumpur,
‘turun ke lembah’. bebatuan dan pepohonan yang
v
lohat [lohat] (peluk, dekap, memeluk dihanyutkan oleh tanah yang
dengan erat), (1) nalohat ‘Dia seperti bubur berair), (1)
memeluk, (2) nalohat ahorat madiara nasul ‘banjir besar
‘Dia memeluk secara erat’. yang menghanyutkan segala
n
lo’uo [loˀ uoˀ ] (bagian lautan yang sesuatu dari daratan’, (2)
mencolok ke daratan), (2) lo’u madiara nawawu ‘banjir bah’.
lean ‘teluk besar’. magipron [magi] (bagaimana, kata
v
losu [losu] (cabut, mencabut sesuatu tanya, menanyakan sesuatu
dari lubang di tanah, atau berupa pendapat, keadaan, cara,
menarik sesuatu dari yang tindakatan dll), (1) bei magi?
tertancap di bagian tubuh atau ‘bikin apa’, (2) au bei la (-la, -
ronggo tertentu), losu belasa lira, -ga/gara) ‘apa yang Anda
‘cabut tiang itu’. lakukan’.
n
losu’ [losuˀ ] (pantat, bagian tubuh di mahanasa [mahanas] (rasanya seperti
bawah pinggul dan di atas paha), terbakar, dekat dengan api,
(1) losu’o ‘pantatnya’, (2) losu’ suhu/ temperatur yang tinggi di
tutula’ ‘rongga pantat’. atas 30%), (1) olara mahanas
losu’ tutula’o’n [dubur, anus pada ‘matahri sangat panas’, (2) ahira
burung, rongga pada pantat mahanas ‘api sangat panas’.
berfungsi sebagai saluran mahiguanv [mahiguwan]
pembuangan kotoran pada menyerahkan, berikan,
mahluk hidup), losu’ tutula’ memberikan sesuatu kepada
‘anus/ rongga pantatnya’. orang atau pihak lain, mahiguan
n
lotu [lotu] (bunyi, suara yang la’a ‘sudah berikan’.
ditimbulkan oleh sesuatu benda mahutia [mahuti] (putih, warna dasar
seperti rongga batu, gitar, yang serupa dengan warna
beduk, suara manusia, dan kapas, cerah), (1) i li’ito mahuti
sebagainya), (1) ilora lotu la’ ‘kulitnya putih, (2) li’ito
‘dia sudah suaranya’, (2) tiwal namahuhuti’ ‘kulitnya sawo
masi’ita lotu la’ ‘beduk masjid matang’.
a
sudah berbunyi’. mal [mal] (bekas, sudah berusia
lama, tidak terawat, berkarat),
(2) spedara namalila’ ‘sepeda
itu sudah usang tidak terawatt/
===== M-m ===== sepeda bekas, (3) um malo’
‘kebun yang sudah usang, lama
mav [mā] (ambil, mengambil, menjadi tidak tergarap lagi/ bekas
miliknya), (1) ma numura kebun’.
‘ambil punya mu, (2) ma dira malasa [malās] (panjang, tidak
‘ambil milik mereka’. pendek, jarak tempuh yang
madiaran [madiyara] (banjir besar jauh), (1) aira malas pas’ali
dari gunung/ hutan yang disertai ‘kayu itu panjang sekali’, (2)

38
lololara malas ‘jembatan itu sambutan dalam acara yang
panjang’. bernuansa adat atau acara resmi
malemana [maleman] (berat, pemerintahan.
menyangkut ukuran atau satuan mamav [mama] (kunyah, mengunyah,
kg, ukurannya berat: gram, ons, menghancurkan atau
kilo gram), (1) maleman pas’ali melumatkan makanan dan
‘berat sekali, sangat berat, (2) sebagainya dalam mulut dengan
watura maleman ‘batu itu sangat gigi), (1) au mama gula-gulara
berat’. ‘Anda mengunyah permen”, (2)
maleman pas’alifr.adj [maleman i namama hangara ‘Dia
pas’ali] (sangat berat, berat mengunyah makanan’, (3) si
sekali), (1) baranga maleman damamah hangara ‘mereka
pas’ali ‘barang itu berat sekali’, mengunyah makanan’.
(2) si di tinagira maleman mamahunn [mamahun] (kecil, tidak
pas’ali ‘berat sekali perjalanan besar, kurang besar), (1)
mereka itu’. mamahun tu’u ‘terlalu kecil’, (2)
malihiv [malihi] (tertawa, emosi bota mamahun ‘masih kecil’.
gembira atau bahagia), (1) si manu’aa [manuˀ a] (burung, unggas,
damalihi ‘mereka tertawa’, (2) binatang berkaki dua, bersayap
damalihi la? ‘apa yang mereka dan berbulu, biasanya dapat
tertawakan?’. terbang), manu’a ata ai ‘burung
a
malu [malu] (malu, merasa sangat di pohon’.
tidak enak hati, malu karena ma’awerua [ma’aweru] (basi, mulai
berbuat sesuatu yang kurang berbau tidak sedap atau berasa
baik), uwei malu umu ‘akan masam karena sudah mengalami
mempermalukan kalian’. proses pembusukan, tentang
maluran [malura] (alat kelamin baik makanan berbau), (1) hangara
laki-laki maupun perempuan), ni nama’aweru ‘makanan itu sudah
malura ‘kemaluannya’. basi’, (2) hanga ma’aweru
maluisa [maluyis] (lembut, tidak ‘makanan basi’.
kasar, tidak keras, lembek, manan [manā] (barang, benda umum,
seperti kapas), namaluis ‘dia segala sesuatu yang berwujud
lembut’. atau berjasad), (1) mana
n
mam [mām] (ayah, bapak, ayahanda, rahasiara ‘barang bersifat
laki-laki dewasa yang memiliki rahasia’, (2) mana sa woun ‘satu
anak, baik anak kandung barang lagi, yang lain lagi, (3)
maupun anak angkat, anak mana la woun? ‘barang apa
sambung atau anak tiri), ni lagi?’.
māma ‘ayahnya, ayah dia’. manihiv [manihi] (mimpi, bermimpi,
Catatan: kata mam saat ini sesuatu yang terlihat atau
tidak fungsional, tidak dialami dalam tidur, menghayal,
digunakan dalam pergaulan yang bukan-bukan), (1) Ari
sehari-hari, kecuali pada salam namanihi’ ‘Ari bermimpi’, (2)
pengantar/ pembuka sambutan-

39
manihi ola atara ‘mimpi siang mahal ‘emas itu mahal’ (2) mas
bolong’. we’an ‘banyak emas’.
maniran [manira] (mani, air mani, masina [masin] (rasa yang asin, lebih
sperma, sel reproduksi pria banyak berasa garam), (2) utana
‘benih’ yang apabila bercampur masin [u:tana masin] ‘sayur itu
dengan ovum akan rasanya asin’.
membuahkan calon janin), ni masarata [masarat] (manis, rasa
manira ‘spermanya’. seperti gula, lawan dari pahit),
mancian [manciya] (manusia, orang, teare masarat tu’u ‘teh ini
individu), (1) manciara rasanya terlalu manis’.
‘manusia itu’, (2) mancia we’an masingata [masiŋat] (sakit, tubuh
‘banyak manusia, banyak tidak sehat, seperti demam, sakit
orang’, (3) manciara si gigi, dan sakit perut), (1) ana’a
obasaran ‘orang itu orang besar, namasingat i’ ‘anak itu sedang
orang yang berkedudukan, para sakit’, (2) namasingat la? ‘dia
kapitan, Jagoan’. sakit apa?’, (3) ngisi’o masingat
maranin [marani] (dini hari, pagi ‘sakit gigi’.
dihari esok, matahari mulai masira [masir] (terang benderang, ada
keluar, kira-kira sekitar pukul cahaya, tidak gelap), ruangane
01.00-10.00, bagian dari awal masir ‘ruang ini terang’.
v
hari), (2) mararani pas’ali mata [mata] (mati, kematian, tidak
‘pagi-pagi sekali’, (3) ila marani bernyawa, sudah hilang
‘besok pagi, (2) muguru nyawanya, tidak hidup lagi), (1)
mararani ‘lusa pagi-pagi sekali’. namata i la’a ‘dia sudah mati’,
mararn [marār] (waktu antara pagi (2) i namata tei hua ‘dia belum
dan petang sekitar pukul 11.00– mati, dia belum meninggal, dia
14.00), (1) mararar ‘siang hari’, masih hidup’, (3) mata au o
(2) marar gala’ ‘siang terlalu ‘mati Kamu ya’.
cepat’. mata alo’n [matā a:loˀ ] (kening, bulu
maririv [mariri] (tegak berdiri lurus, di atas mata di tepi bawah dahi),
tidak loyo), (1) damariri (1) nawei barsi mata alo’
‘mereka berdiri’, (2) ami amiriri ‘membersihkan alis mata’, (2)
‘kami berdiri’. mata alo’ nale’u ‘alis matanya
maridina /rihi/ tigurun [maridin, rihi, melengkung’.
tigurun] (sakit, suhu badan tidak matāo’n [matāoˀ ] (ujung, bagian
stabil, sehingga panasnya penghabisan dari suatu benda
tinggi), (1) i naro’a rihi ‘dia atau jarak tempuh), (1) sampe
demam panas’, (2) namaridin i’ nai mataola’ ‘suda sampai di
‘dia sedang demam’. ujung, (2) matao nagi?
n
mas [mās] (logam mulia yang ‘berujung di mana?’.
digunakan sebagai perhiasan, mata baranirafr.a [mata baranira]
logam mulia yang berwarna (pemberani, tidak takut, orang
kuning keemasan), (1) masa yang berani), matara I barani

40
‘orang itu dia pemberani, orang mancian [manciya] (manusia, mahluk
pemberani’. yang dianugerahi akal budi),
mataran [matâra] (mata, matanya, mancia daratan ‘ada orang yang
salah satu dari pancaindra yang datang’, .
berfungsi untuk melihat), (1) mancia diana’fr.n [manciya diyanaˀ ],
matara masir ‘matanya terang’, (anak orang lain, bukan anak
(2) matara masingat ‘matanya kandung, bukan anak angkat,
sakit’. tetapi anak orang lain), (1) si di
mata gahinafr.n [mata gahina] (orang ana’ ‘anak mereka’.
baik hati, suka memberi, murah mancia tawarafr.n [tabib, manciya
hati, tidak pelit), matara I tawara] (orang yang mengobati,
laminora gahin ‘orang itu baik menolong orang sakit dengan
hati’. memberi jampi-jampi atau doa-
mata hitau’an [mata hitawu’a] (petani, doa tertentu), (1) mancia
orang yang bermata pencaharian hitawara ‘orang berobat’, (2) ar
dalam bentuk bercocok tanam), tawara ‘air yang suda
(1) mata hitau’ cengkera ‘petani didoakan’.
cengkeh’, (2) petani si’ ‘para mancia motisifr.n [maciya motisi’]
petani’. (nelayan, orang yang mata
mata’uta [mataˀ ut] (tidak berani, rasa pencaharian utamanya adalah
ikhtiar yang berlebihan), (1) menangkap ikan di laut), (1)
matara i namata’ut ‘orang itu mancia si lau moti ‘para nelayan
penakut’, (2) si damata’ut sedang di laut’, (2) mancia
‘mereka penakut’, (3) mata’ut motisi daro’a i’an we’an ‘para
bolu’ ‘jangan takut’. nelayan mendapat banyak ikan’.
matarina [matarin] (tajam, sisi lain mancia hitutu besirafr.n [maciya
yang tajam dari alat seperti hitutu besira] (pandai besi,
parang, pisau, gunting, dan orang yang mata
mesin yang berfungsi untuk pencahariannya dari menempa
memotong dan menajamkan), besi seperti membuat parang
(1) pedara matarin ‘parang itu secara tradisional), (1) mancia
tajam’, (2) turi’a matarin ‘pisau hitutu besi si da’arja ‘para
itu tajam’, (3) masina sisio pandai besi sedang bekerja, (2)
matarin ‘sisi mesin pemotong mancia hitutu besi si datana’
itu tajam’. pedara ‘para pandai besi
matoranv [matoran] (duduk, bersila, menjual parang hasil kerja
tidak berdiri, melipat kaki secra mereka’.
bersilang, duduk di kursi), (1) si mangangav [maŋaŋa] (melihat
damatoran ‘mereka duduk’, (2) dengan sorotan mata yang tajam
i namatoran ‘dia duduk’, (3) pada objek yang dilihat), (1)
matoran ata aderara ‘duduk di matara nadium nai aura ‘Dia
atas kursi’, (4) Au matoran nagi melotot pada Anda’, (2) si
‘di manakah Anda duduk’. damanganga umu muhuara

41
tama la’a ‘mereka melototi ‘langit memerah’, (2) i’an
kalian dari tadi’. merara ‘ikan merah’.
mangerana [maŋeran] (pahit, rasa mera rararafr.n [merah rarara] (merah
tidak sedap, tidak manis), (1) darah, warna merah yang
mohona mangeran ‘obat itu sewarna atau sama dengan
rasanya pahit’, (2) mohon warna hati), mera nai betona
mangerana ‘obat pahit’. baban ‘merah darah pada
manjura [manjur] (obat yang cepat dinding itu bagus’.
dapat menyembuhkan, mustajab, merah jambufr.n [merah jambu]
mujarab), matara ni obat (warna merah yang sewarna atau
manjura walu’ ‘obat tabib itu sama dengan warna jambu
sangat manjur’. merah), mera jambura baban
manyanyi [maηaηi] (bersuara dengan ‘merah jambu itu bagus’.
suara bernada atau lirik, metana [metan] (warna gelap, bukan
bersenandung, bernyanyi, putih), (1) langita nametan
nyanyian atau alunan lagu ‘langit berwarna hitam tanda
dengan suara lembut untuk mau hujan’, (2) metan galap
menghibur diri atau menidurkan ‘hitam gelap’.
bayi), (1) au manyanyi lagu mi(me-) [mi(me-)] (kata penghubung
Nina Roti Baba ‘Anda yang digunakan untuk
bernyanyi lagu Nina Roti Baba’ pengandaian, bersifat temporal,
(2) damanyanyi ata panggunga dan sebagainya; pada waktu
‘mereka bernyanyi di apa), sontora mi dahiwei...
panggung’, (3) i namanyanyi ‘bilamana mereka berkelahi’.
‘Dia bernyanyi’, (4) namanyanyi milyauna [milyawun] (tidak sesuai
tu laminora ‘Dia bernyanyi dengan keadaan yang biasa,
dengan hati’. mempunyai kelainan, tidak
meletusv [meletus] (pecah atau normal), namilyaun I’ ‘dia
terbuka dengan tiba-tiba karena abnormal, dia kurang waras’.
adanya tekanan atau dorongan miringa [miring] (rendah sebelah,
yang sangat kuat sehingga tidak datar, tidak rata, sisi yang
mengeluarkan bunyi yang sebelah landai), apala natagi
sangat keras, meledak), (1) miring-miring ‘kapal itu
gununga nameletus ‘gunung itu berlayar miring’.
meletus’, (2) gunung apira mudamara, angin mudamara [aŋin
‘gunung api itu’. mudamār/ mudamāra] (angin
meman [mema] (paman, kata sapaan utara, bertiup dari arah Utara,
untuk adik laki-laki dari pihak berlawan arah dengan angin
ibu) (2) horu mema ‘panggil Selatan), (1) angin mudamar
paman’, (3) mema I nagi? ‘di natagi ‘musin utara’, (2) angin
manakah Paman?. mudamara na’ubung ‘kuatnya
n
mera [merah] (warna merah, warna angin utara sampai
dasar yang serupa dengan warna menyebabkan uapan air laut’.
darah), mera (1) langita namera

42
mulai la’fr.adj [mulayi la’a] (mulai Nofember hingga Awal Januari),
bergegas, bersiap-siap untuk (1) musim urana nawei banjir
memulai suatu kegiatan), si ‘musim hujan menyebabkan
mulai da’arja/ da’urja ‘mereka banjir’, (2) musim uran timura
sudah memulai pekerjaan’. ‘musing hujan Timur’.
mumutv [mumut] (mengunyah, musim ul(al-, ur-)-talafr.a [musim
menahan permen di dalam ultala, musim altala, musim
mulut), si damumut gula-gulara urtala] (kemarau, tidak turun
‘mereka kulum/ mengunyah/ hujan kurang lebih 4-6 bulan,
menahan permen dalam mulut’. biasanya sekitar bulan akhir
mumuran [mumûra] (besi, logam September-Nofember, kemudian
yang keras dan kuat serta Januari-April), (1) musim Urana
banyak sekali gunanya), (1) nawei banjir ‘musim hujan
mumura ahorat ‘besi itu kuat’, menyebabkan banjir’, (2) musim
(2) mumu we’an ‘banyak besi’. uran timura ‘musing hujan
mumuru’n [mumūruˀ ] (pelawak, Timur’.
orang yang suka melucu), (1) mohonan /obatan [mohonâ, o:bata]
mata mumuru’o namatoran (obat, bahan atau barang tertentu
‘pelawak itu sedang duduk’, (2) seperti air, batu, unsur kimia
mata mumuru’o naratan yang digunakan untuk
‘pelawak itu datang’, (3) mata mengurangi, menghilangkan
mumuru’o nahoru ita ‘pelawak penyakit atau untuk
itu memanggil kita’. menyembuhkan seseorang dari
mutil/ muntilan [mutil, muntil] penyakit), (1) sei ni mohona?
(kelereng, bola kecil dari kaca ‘obat untuk siapa?’, (2) mohona
atau tanah liat atau batu, mujarab walu’ ‘obat itu mujarab
digunakan sebagai permainan juga’.
anak-anak), (1) muntila molisa [molis] (tidak bengkok), (1)
‘kelereng itu’, (2) si dalenga lalana molis ‘jalan itu lurus’, (2)
muntil ‘mereka bermain i ni hidupa momolis ‘hidupnya
kelereng’. tegak lurus’.
v
musi [musi] (cium, bersentuhan momarn [momar] (areal tertentu di
mulut, bertemunya bibir dengan hutan, di kebun yang digenangi
bibir atau hidung dengan air, biasanya digunakan sebagai
hidung), (1) roti dahimusi pemandaian hewan ternak atau
‘mereka berdua saling kebutuhan yang lain), (1)
berciuman’, (2) himusira momare niara barsi ‘air
‘penciuman’. kubangan ini bersih’, (2) ta
musim uranafr.a [musim u:rana] tatagi nai momara ‘kita pergi ke
(turunnya hujan selama enam kubangan’.
bulan di Kawasan Gorom momodarn /sejuk/ ririhi [momodar,
biasanya berlangsung dari bulan sejuk, ririhi] (cuaca tidak panas
Mei hingga awal September- juga tidak terlalu dingin), sasate
kemudian di akhir bulan olara rihi ‘hari ini cuaca sejuk’.

43
momo’ata (mamo’at) [momoˀ at, nabarv [nabār] (apung, mengapung,
mamoˀ at)] (tidak luas, kurang berlabuh, kapal atau perahu
dari ukuran luas), (1) ruma ire tidak berlayar tetapi melabuhkan
momo’at ‘rumah ini sempit’, (2) jangkarnya), (1) apala nabar lau
remare momo’at pas’ali ‘rumah pelabuhana ‘kapal berlabuh di
ini sangat sempit’. pelabuhan’, (2) anga nabar tei
nasobal tarus ‘perahu itu tidak
berlabuh tetapi terus berlayar’.
==== N-n ==== nagamarania [nagamarani] (waktu
antara pukul 02.00 hingga pukul
nav [na] (ambil, mengambil, 03.00, hampir siang), (1)
memegang, membawa, dibawa, nagamarani ami atagi ‘kami
diangkat, dan sebagainya untuk berjalan dinihari’ (2) uran
sementara atau dijadikan nagamarani ‘hujan turun
sebagai milik), (1) na nibaranga dinihari’.
‘sudah mengambil barang nagimap [nagimā] (kata depan yang
miliknya’, (2) na man la?’ ‘di menyatakan awal mula/ tempat
mengambil apa?’, (3) na ni asal.../ permulaan), (1) Au
ladana la’ ‘dia sudah nagima ‘dari manakah Anda’,
mengambil bajunya’. (2) Au dagi nagima ‘dari
nababua [nababu] (tumpul, lawan dari manakah Anda datang’, (3) umu
tajam, bagian atau sisi lain yang dagi nagima ‘Dari mana kalian
tajam dari parang atau pisau), berjalan’, (4) Au nagima la’a (-
(1) pedara nababu i la’ ‘parang lira, gara, jara) ‘dari mana
itu sudah tupul’, (2) rante sajakah Anda’.
sensora nababu ila’ ‘rantai nabuali’v [nabuwaliˀ ] (berlagak,
mesin sensor itu sudah tumpul’. sombong, menjadi sombong),
nabaguti’v [nabagutiˀ ] (penggal, nabuali’ ‘menunjukan
terpenggal, sudah dipotong, kesombongannya, telah menjadi
diambil sebagian), (1) nabagutiˀ orang sombong, orang yang
jadi tolu ‘terpotong atas tiga semula baik tetapi kemudian
bagian’, (2) sinun dabaguti sifatnya berubah menjadi
‘mereka sudah putus hubungan’, sombong’.
(3) si da’urja/ da’arja daguti’ nabulaadj [nabula] (bundar, bulat,
(mereka bekerja memotong/ bentuknya bulat), (1) goala
potong kompas). nabula ‘bola itu bulat’, (2)
nabara [nabar] ‘matang, masak, sudah nabula pas’ali ‘sangat bulat,
tua dan sudah sampai waktunya sangat bundar’.
untuk dipetik, dimakan, dan nabuli’v [nabuliˀ ] (mengumpulkan,
dipanen’, (1) hudi woio nabar yang tercerai berai dikumpulkan
la’ ‘buah pisang itu sudah menjadi satu atau bersatu), (1)
masak’, (2) durana nabar ata ai nabuli’ si’ ‘mengumpulkan
‘buah durian yang matang di mereka’, (2) dipimpinana
pohon’.
44
nabuli’ sibababis ‘pimpinannya tuanya, penjaga rumah, penjaga
mengumpulkan mereka semua’. orang sakit), (1) najaga i tutu
nabulurn [bengkak, bagian isi atau mondi’ ‘mengasuhnya sampai
tulang atau daging pada tubuh dewasa, (2) najaga i wamari
yang menonjol keluar berupa mamahuna ‘merawatnya sejak
benjolan, seperti bisul, gusi yang kecil’.
bengkak], (1) na’era nabulur na’eran [naˀ era] (kaki, anggota tubuh
‘kakinya bengkak’, (2) iluran dari batas paha sampai dengan
nabulur ‘kepalanya bengkak’. ujung jari kaki, kaki kiri dan
nadoua [nadouw] (bergerak ke depan kaki kanan), (1) na’era
dan ke belakang atau ke kiri dan ‘kakinya’, (2) na’e liuro’ ‘bulu
ke kanan secara teratur, goyang kakinya’, (3) na’era mangan
seperti mengayun-ayun), ai ‘kakinya keras’, (3) na’e liuro
leana nadou-dou ‘pohon itu we’an ‘bulu kakinya lebat’.
mengayun-ayun, pohon itu na’e uwananafr.n [naˀ e uwanana]
bergoyang-goyang’. (kaki kanan, anggota tubuh dari
pron
nai [nayi] (kata depan digunakan batas paha sampai dengan ujung
manyatakan posisi di atas, di jari kaki sebelah kanan), naˀ e
bawah, di dalam, kata ganti uwanana mangan ‘kaki
orang, dan keterangan), (1) nai kanannya keras’.
hari senin ‘pada hari Senin’, (2) na’e ubalitafr.n [naˀ e ubalita] (kaki
nai wa’tu (-ra, -ira) ‘pada waktu kiri, anggota tubuh dari batas
itu’. paha sampai dengan ujung jari
pron
naire [nayire] (di sini, pronomina, kaki sebelah kiri), na’e ubalita
kata yang menyatakan mangan ‘kaki kirinya keras’.
keterangan tempat), (1) si naire na’e u’unfr.n [naˀ e u:ˀ un] (lutut, bagian
‘mereka di sini’, (2) i naire ‘dia kaki antara paha dan betis yang
ada di sini’, (3) ami naire ‘kami menjadi tempat sendi agar kaki
di sini’. bisa dilekukkan), (1) na’e u’un
nairapron [nayira] (di sana, menyatakan ‘lutut kaki’, (3) na’e u’uno
keterangan tempat di sana), (1) ahorat ‘lututnya sangat kuat’.
si naira ‘mereka di sana’, (2) i na’ihitv (na’ihut) [naˀ ihit, na’ihut]
nai ira ‘dia di sana’. (tidur, mati kecil), (1) na’ihit
na’aula [naˀ awul] (kaku, kejang, sakit garana ‘dia tidur malam’, (2)
pada kaki atau tangan seperti na’ihiti tama ‘dia masih tidur’,
mau terlipat, sulit meluruskan, (3) na’ihit pulasfr.v (tidur yang
tidak dapat dilentukan) , (2) lelap, pulas), i: na’hit pulas ‘Dia
namara (imara) na’aul tidur pulas’.
‘tangannya kejang-kejang’, (3) nahalarv [nahalar] (menikahkan), (1)
na’era/ i’ra na’aul’ ‘kakinya nahalar ni ana’a ‘menikahkan
kejang-kejang’. anaknya’, (2) ulan bomarire
najagan [najaga] (merawat, nahalar ni ana’ ‘bulan depan
mengasuh, membimbing, bayi Dia menikahkan anaknya’.
yang diasuh oleh kedua orang

45
nahasuv [nahasu] (rakus, banyak nametan ‘bulu tangannya
makan, makan secara lahap, hitam’, (2) nama liuro we’an
gelojoh), (1) nahasûra ‘bulunya tangannya lebat’.
‘kerakusan, napsu berlebihan), nama uwananafr.n [nama uwanana]
(2) nahasu bolu’ ‘jangan rakus’, (tangan kanan, bagian tubuh dari
(3) nahasu hangara ‘rakus lengan sampai ujung jari-jari,
makanan’. tangan kiri dan tangan kanan),
nahiyala [nahiyal], (marah, pemarah) (1) nama uwanana mangan
(1) nahiyal ‘dia marah’, (2) I ‘tangan kanannya keras’, (2)
nahiyal ahorat ‘dia sangat nama uwanana liuro we’an
pemarah’, nahiyayala (sering ‘bulunya tangan kanannya
jadi pemarah, orang yang cepat lebat’.
marah, gampang marah, cepat nama ubalitafr.n [nama ubalita]
emosi dan marah), matara i (tangan kiri, bagian tubuh dari
nihiyal gala’ ‘orang itu cepat lengan sampai ujung jari-jari,
emosi’. tangan kiri dan tangan kanan),
nahuma’v [nahumaˀ ] (perajuk, suka (1) nama ubalita mangan
merajuk) matara nahuma’ila ‘tangan kirinya keras’, (2) nama
‘orang itu sudah merajuk’. ubalita liuro we’an ‘bulu tangan
pron
nagi [nâgī] (kata tanya untuk kirinya lebat’.
n
menerangkan tempat), (1) si nar [nār] (cair, mencair, berair,
nagi? ‘mereka di mana?’, (2) i bubur yang berair, seperti es
nagi? ‘dia di mana?’. batu yang mencair), (1) es
v
nai [nayi] (ada, menghadiri, sepakat batura nar ila’ ‘es itu sudah
untuk hadir), (1) I nai ‘ada dia’, mencair’, (2) campuran samene
(2) si nai ‘ada mereka’, (3) si nar ahorat ‘campuran semen ini
nai dawei rapat ‘mereka terlalu encer’.
menghadiri rapat’. nanaran [nânârā] (nanah, bernanah,
namān [namā] (tangan, anggota tubuh cairan berwarna kuning
dari lengan sampai jari tangan, kecoklatan yang beroma tidak
tangan kiri dan tangan kanan), sedap, berbau akibat luka di
(1) namā liuro’ nametan ‘bulu bagian tubuh), telingara na
tangannya hitam’, (2) namā nanar ‘telingahnya bernanah’.
liuro we’an ‘bulunya tangannya nasiungana [nasiyuŋan] (sakit
lebat’. kedinginan sehingga
namamalui’a [namamaluyiˀ ] (pemalu, mengeluarkan ingus, pilek), (1)
orang yang sering merasa malu, nasiungani’ ‘dia sakit selesma’,
bersifat malu-malu), (1) ana’a (2) hanhanas u siungan ‘musim
namamalui’ ‘anak itu dia sakit selesma’.
pemalu’, (2) mamalu bolu’ nasosa mararfr.n [nasosa marar]
‘jangan jadi pemalu’ (sekitar pukul 02.00 sampai
nama liurfr.n [nama liwur] (bulu sekitar pukul 03.00 (menjelang
tangan, mempunyai bulu pada pagi), (1) si dasobal nasosa
tangan), (1) nama liuro’ marar ‘mereka berangkat

46
menjelang pagi’ (2) ami aratan nawauv [nawawu] (air yang mengalir
nasosa marar ‘kami tiba atau bergerak menuju ke tempat
menjelang pagi’. yang dialirkan), (2) nawau
nasûngv [nasûŋ] (matahri terbenam, ahorat ‘mengalirnya deras’.
memakamkan mayit) (1) olara nawawun [nawawû] (batuk, jenis
nasung ‘matahari sudah penyakit yang mengandung
terbenam’, (2) dasungila’ ‘suda banyak lendir pada tenggorokan,
dimakamkan’, (3) dahisung batuk kering, batuk berdahak),
la’a? ‘sudah pemakamankah?’. (1) I nawu ‘dia batuk’ (2) i nawu
natagi tasi’fr [natatagi tasi’] (buang ulat la’a ‘dia sudah lama batuk’.
hajat besar, berak), (1) I natagi nawura’n [nawuraˀ ] (tiup, meniup,
tasi’ ulat ‘dia buang hajat besar mengeluarkan udara dari mulut
lama’, (2) bota natagi tasi’ ‘dia dengan tekanan yang kuat
masih membuang hajat’. biasanya bagi yang
natatagi tasi’fr.a [natatagi tasi’] menggunakan api, meniup api
(sering membuang hajat karena agar nyalanya lebih besar,
pencernaan terganggu atau meniup lampu minyak tanah),
masuk angin), natatagi tasi’ (1) i nawura’ ‘dia yang
dodan roti ‘dia membuang hajat meniup’, (2) a’u wura’ tei
sudah dua hari’. ‘bukan saya yang meniup’.
natarav [natara] (membunuh, nawei ana’v [na weyi a:naˀ ] (beranak,
mematikan, menghabisi nyawa masih beranak, masih
seseorang secara sengaja, produktif), i bota nawei ana’
mematikan tanaman atau ‘dia masih bisa beranak’.
y
pohon), (2) natara i matara’ ngalann [ŋalan] (bagian dalam mulut
‘dia bunuh orang itu’, (3) natara yang berhubungan langsung
cengke we’an ‘banyak pohon dengan tenggorokan), (1)
cengkeh yang dibunuh/ ngalan ana’o ‘anak tekak’.
ditebang’. ngasann [ŋasan] (nama, kata nama
natau’ifr.a [natauˀ yi, natatagi tasiˀ ] orang, dinamai, berfungsi untuk
(diare, penyakit dengan gejala membedakan satu dengan yang
berak-berak dan munta, lain), (1) Au ngasan sei? ‘siapa
menceret), i natatagi tasi’ nama mu?’, (2) I ngasan Fatul
ha’atolu la ‘dia sudah menceret ‘dia bernama Fatul’.
sekitar 3 kali’. nganguv [ŋaŋu] (bergerak maju,
natiu [natiwu] (bergerak ke depan
v
mundur atau ke samping dengan
atau ke samping atau berpinda menggerakan kaki dan tangan
dari satu tempat ke tempat lain sebagai pendorong dalam air),
di udara dengan menggunakan (1) dangangu dahiliu ‘lomba
sayap yang mendorong udara), berenang’, (2) dangangu lau
(1) manu’a natiu ‘burung itu tasi’ ‘berenang di air asin’.
n
sedang terbang’, (2) pesawata ngar [ŋar] (urat besar di leher,
natiu ‘pesawat itu sedang letaknya disebelah kanan dan
terbang’. kiri leher, biasanya muncul

47
pada saat berbicara, semakin tangga), (1) sei ni waranara
kencang berbicara samakin ‘suaminya siapa’, (2) a’u nugu
tampak urat leher), ngar malâs waranara ‘itu suami saya’.
‘orang yang bicara banyak ni winara/ ni wawinarafr.n [ni
tanpa henti-henti hingga winara/ ni wawinara] (istri,
tampak urat lehernya’. istrinya, istri orang, wanita atau
ngara’n [ŋaraˀ ] (perputaran matahari perempuan yang sudah menikah
selama 360-366 hari dalam atau yang bersuami), ni
kalender Masehi, selama 12 wawinara ‘istrinya’.
v
bulan), (1) ngara’ his ‘berapa nul [nul] (direndam, mencelupkan ke
tahun’, (2) ngara’ roti ‘dua dalam air, orang atau binatang
tahun’, (3) ngara’ tolu ‘tiga yang rendam atau dicelupkan
tahun’. berulang-ulang dalam air hingga
ngisi’n [ŋisiˀ ] (gigi, tulang keras, bisa meninggal dunia), (1) nul I’
ukurannya kecil-kecil berwarna ‘Dia direndam ke dalam air’.
putih dalam rongga mulut, nularn [nular] (memandikan,
tumbuh dari gusi, berfungsi membersihkan tubuh misalnya
mengunyah makanan), (1) manusia, hewan, dan barang
ngisi’o mahuti ‘giginya putih’ pusaka, disiram, dicelupkan), (1)
(2) ngisi’o ahorat ‘giginya Ahmad nular i:’ ‘Ahmad
kuat’. memandikan Dia, (2) si dular ī’
ni babarafr.n [ni babara] (ayahnya, ‘mereka memandikan Dia’.
abahnya, bapaknya), (1) ni nugu babafr.n [nugu baba] (ayah saya,
babara nasobal ‘abahnya abah saya, abah ku, bapak ku,
sedang berlayar’, (2) ni babara I bapak saya), (1) nugu baba
bo kantora ‘ayahnya di kantor’. natagi na’urja/arja bo kantora
nibualav [nibuwala] (sombong, ‘ayah saya bekerja, abah saya
sombongnya, berlagak, sedangk bekerja di kantor’.
bermega- megahan), (1) nibuala nu’utn [nuˀ ut] (sampah, kotoran), (1)
‘sombongnya’, (3) matara/ nu’ut we’an ‘banyak rumput’,
mataira nibuala mū. ‘orang itu (2) hagarai’ nu’uta ‘menyapu
sangat beraga/berlagak’. rumput’.
nisisio’n [nisisioˀ ] (isi, berisi, tidak numu babafr.n [numu baba] (bapak
kosong, bukan tong kosong), Anda, abah mu, ayah mu, ayah
nisisi wā la’a ‘sudah berisi’, Anda), (1) numu baba i nagi ‘di
bukan kelongkong’. manakah ayah saya?’, (2) baba
n
nina [nina] (ibu, mama, orang tua natagi arja/ urja bo kantora
perempuan kandung), (2) nina ‘bapak pergi bekerja di kantor’.
tu baba ‘ibu dan ayah’, (3) nina noho [noho] (pelangi, warna merah,
i nagi ‘ibu di mana?’. kuning, hijau, di langit yang
ni waranarafr.n [ni waranara] (laki- muncul sebagai akibat dari
laki yang menikah dan menjadi terurainya sinar matahari oleh
suami dari seorang perempuan air, bentuknya tegak dan juga
serta menjadi kepala rumah lengkung), (1) nohora natawa’

48
‘tampaknya pelangi , (3) uran umumu odi-odira ‘bawaan
abis nohora natawa’ kalian, pendapat kalian,
‘tampaknya pelangi setelah pandangan kalian’.
turun hujan’. o’asa [o:ˀ asa] (seadanya, sedikit,
nyiran [ƞ ira] (kiayai kampung, sebentar), (1) o’asa si daratan
Muslim/ Muslimah yang ‘sebentar lagi mereka akan
mengajari orang untuk membaca datang’, (2) ma’arja o’asa
dan mengaji Al-Qur’an), (1) ‘kerja sedikit, sedikit yang
nyira waranara ‘guru ngaji laki- dikerjakan’.
n
laki’, (2) nyira wawinara ‘guru oras [o:ras] (waktu, pembagian
ngaji perempuan’, (3) nyira waktu, siang, malam, dan pagi),
warana sa ota’a ‘guru ngaji (1) oras la’ ‘sudah waktunya’,
yang bungsu’ (4) nyira sa leano’ (2) oras lohar ‘waktu Zuhur’,
‘guru ngaji yang sulung’. (3) oras tinagira ‘waktunya
untuk bepergian’.
ola hada’ofr.n [o:la hadaˀ o] (cahaya
matahari yang menyingsing
==== O-o ==== menjelang pagi hari), (1) olara
nahada’ ‘fajar menyingsing’ (2)
Oang (ong)a [o:waŋ] (tidak cerdas, ola hada’o masir ‘fajar
bebal, bodoh, tidak bisa menyingsing dengan cerah’.
berbicara, tunanetra), (1) numu ola atafr.n [o:la a:ta] (matahari sudah
oangamu ‘kedunguan mu itu’, tinggi di atas laut, antara pagi
(2) mata oango’ ‘orang dungu’, dan siang hari sekitar pukul
(3) noang i’ ‘dia bisu’. 10.00-13.00), (1) ola ata wida
num
oca / o’sa [o:ca, o:ˀ asa] (seadanya, la’ ‘matahari sudah tinggi’, (2)
sedikit, sebentar) (1) oca mu gihit tutu ola ata bolu’ ‘jang
‘sedikit saja, seadanya’. (2) tidur sampai matahari
tutuin/ tutukin oca/ tutuin oˀ asa sepenggal’.
‘sedikit saja, seadanya’, (3) oca ola galapfr.n [o:la galap] (hari hampir
baru ta’arja ‘sebentar baru kita gelap sisa cahaya matahari
kerjakan’, (4) oca baru ma’arja setelah terbenam), ola galap
‘sebentar baru dikerjakan’. ‘waktu senja, waktu sudah
n
odi [o:di] (pegangan, memegang atau hampir gelap’.
mengangkat sesuatu sambil ola wawafr.n [ola wawa] (posisi
berjalan atau bergerak dari satu matahari sudah di arah barat,
tempat ke tempat lain), (1) si sekitar pukul 14.00-17.30), (1)
dodi ‘mereka bawa’, (2) odi- ola wawala’ ‘matahari sudah
odira ‘bawaan’, (3) umu modi semakin sore’, (2) ola nabusil
‘mereka yang membawa’. wa la’ ‘semakin senja’, matahari
odi-odiran [o:di-o:dira] (pegangan, sudah lewat, sudah bergeser dari
pendapat, pegangan hidup, timur ke barat’.
num
pandangan hidup), (1) si di odi- onan [o:nan] (angka Arab
odira ‘bawaan mereka’, (2) modivikasi 6, angka Romawi

49
VI, bilangan setelah 5 dan ==== P-p ====
sebelum 7), (1) utu onan ‘enam
pulu’ (2) ratu onan ‘enam ratus’ padangan [pādaŋa] (tanah atau areal
(3) rium onan ‘enam ribu’ (4) yang luas tidak ada pohon-
rium utu onan ‘enam puluh pohon, padang pasir), (1) ami
ribu’, (5) rium ratu onan ‘enam atagi nai padang pasira ‘kami
ratus ribu’ (6) sala’ onan ‘enam berjalan di padang pasir’, (2)
juta’, (7) sala’ utu onan ‘enam padang pasira ni ai naitei
puluh juta’, (8) etir onan ‘enam ‘padang pasir tiada berpohon’.
milyar, (9) etir utu onan ‘enam pagarn [pagar] (pagar, digunakan
puluh milyar, (10) bara onan untuk memagari atau
‘enam triliun’, (11) bara utu mengamankan lingkungan
onan ‘enam puluh triliun’, (12) seperti desa, kampung, rumah,
bara ratu onan “enam ratus kantor, atau gedung bisanya
triliun”, (13) bara rium onan dibuat dengan kayu, besi, atau
‘enam ribu triliun’. tali), (1) pagara ‘pagar itu’ (2)
otanon [otano] (posisi tubuh bagian pagar rumara ‘pagar rumah’,
belakang manusia atau hewan di (3) pagar kantora ‘pagar
bawah batang leher hingga ke kantor’.
tulang ekor), (1) otano’ pale’ata [paleˀ at] (sifat suka
‘punggungnya’, (2) otano’ memandang rendah kepada
nametan ‘punggungnya hitam’. orang lain atau tinggi hati,
orens [orens] (warna oranye, jingga, sombong, congkak), (1)
kuning kemerah-merahan), (1) nipale’ata ‘keangkuhannya’, (2)
ruma orens’ ‘rumah berwarna matara i pale’at ‘orang itu
jingga’, (2) apala dacet orens angkuh’.
‘kapal itu dicat dengan warna parângn [perâŋ] (bentrok visik
jingga/oranye’. dengan menggunakan senjata
ortalan [o:rtalara] (matahari, planet tajam maupun organik yang
yang terang pada siang hari, melibatkan kelompok atau
merupakan pusat dari titik edar pasukan/ tentara antra negara
tata surya), (1) ortala mahanas suku maupun bangsa) (1)
‘matahari sangat terik’, (2) daparang ‘mereka berperang’,
ortala ata wida la’ ‘matahari (2) si daparang ata esi ‘mereka
sudah tinggi, sudah siang’, (3) berperang di hutan’, (3)
ortala maranira ‘matahari pagi’. pasukan parang Indonesia
ortala namadeinfr.n [o:rtalara ‘pasukan perang Indonesia’.
y
namade in] (gerhana matahari, pawangn [pawaŋ] (pawang, orang/
matahari, bulan, dan bumi individu yang memiliki
berada pada satu garis sejajar), kelebihan ilmu tertentu sehingga
(1) ortalara namadein’ ‘gerhana mampu mengendalikan/
matahari’ (2) ortalara namadein menjinakkan kondisi, manusia,
ulat tei ‘gerhana matahari tidak dan binatang berbisa), (1)
lama’. pawanga ‘pawang itu, (2)
50
pawang te’usa ‘pawang ular, (3) numu pintara sampai nagi
pawang waira ‘pawang buaya, ‘pintar mu sampai di mana’.
(4) boira nipawanga ‘pawang
babi’.
n
peal [pel] (pil, kapsul yang isi
racikan obat), (1) peala ‘pil itu’, ==== Q-q ====
(2) u has peala ‘saya membelai
pil’. Qafn [Qhaf/qaf] (huruf Arab yang
n
peda [peda] (parang, alat atau senjata dikenal sebagai abjad Arab, di
tajam, digunakan untuk dalam pengajian Al-Qur’an
kebutuhan berkebun, bertani, abjad Qaf terdiri atas dua yaitu
melaut, memotong barang), (1) qaf besar dan qaf kecil, qaf
pedara ‘parang itu’ (2) peda besar memiliki dua titik atas, qaf
malas ‘parang panjang’, (3) kecil memiliki tanda seperti /s/
peda matarin ‘parang tajam’, (4) kecil di atas, qaf besar berada
peda hagarai’ ‘parang untuk pada urutan abjad ke-20 “khaf’,
membersihkan kebun’, (5) peda dan qaf kecil berada pada urutan
motira ‘parang untuk melaut’. ke-21 “kaf’), (1) Qaf ‘qhaf/
n
pele [batas, pembatas, garis khaf’, (2) qaf ‘qaf/kaf’.
pembatas, batas yang tidak Qur’ann [Qur’an, Al-Qur’an, Kitab
boleh dilewati, memagari), (1) si Suci Umat Islam yang di
dapele la’ ‘mereka sudah turunkan oleh Allah Swt melalui
membatasi’, (2) pepelira Malaikat Jibril ke pada Nabi
‘pembatas itu’. Muhammad SAW bagi alam
n
pera [pera] (logam mulia yang semesta).
kelasnya di bawah emas,
digunakan untuk perhiasan
seperti anting-anting dan gelang,
medali perak), (1) perara ‘perak ==== R-r ====
itu’, (2) i naro’a hadia perara
‘dia mendapat medali perak’. rabuna [rabun] (penglihatan yang
pintalv [pintal] (membuat tali/benang kurang jelas pada jarak tertentu
digunakan untuk kebutuhan karena faktor usia dan penyakit
seperti membuat tali atau tertentu seperti diabet), (1)
pakaian), (1) i: napintal awasa matara rabun ‘matanya sudah
‘Dia memintal benang, (2) si rabun’, (2) faktor usiara walu’
dapintal talira nai dawei hu’ata tei jadi mata dira rabun ‘faktor
‘mereka memintal benang untuk usia menyebabkan mata mereka
membuat jaring’. jadi rabun’.
t num
pintaradj [pintar] (sifat, kemampuan ra ca [ratca] (angka Arab
secara IQ seseorang, IQ di atas modivikasi 100, angka Romawi
rata-rata), (1) ana’a I pintar C, bilangan setelah 99 dan
‘anak itu dia pintar’, (2) au sebelum 101), (1) rium ratca
‘seratus ribu’, (2) sala’ ratca
‘seratus juta’ (3) etir ratca
51
‘seratus milyar’ (4) bara ratca ratusnum [ratu] (bilangan ratusan), (1)
‘seratus triliun’. ratu-ratu ‘ratusan’ (2) pitis ratu-
rait , (da-) [rayit, darayit] (jahit,
v
ratu ‘uang ratusan’.
jahitan, menjahit dengan rantiran [rantira] (perhiasan yang
menggunakan mesin jahit atau terbuat dari emas, perak, dan
menggunakan jarum jahit / sebagainya yang dilingkarkan
jarum tangan), (1) mata hiraita pada leher sebagai hiasan), (1)
‘orang penjahit’, (3) si dahirait ranti masa ‘kalung dari emas’,
‘mereka menjahit’. (2) ranti perara ‘kalung dari
rajasingan [rajasiŋa] (jenis penyakit, perak’.
n
sifilis, penyakit kotor), (1) i rara [rara] (cairan atau sel-sel merah
naro’a penya’it rajasinga ‘dia dan putih dalam pembuluh darah
menderita rajasinga’. manusia maupun hewan), (1)
a
rauh [rawuh] (jauh, panjang manu’ rarao’ ‘darah ayam’, (2)
antaranya tempat semula dengan na’era rara ‘kakinya berdarah’.
tempat yang dituju, jaraknya rapata [rapat] (dekat, tidak jauh,
jauh, tidak dekat), (1) si rau la’a jaraknya dekat saja, mepet), (1)
‘mereka sudah jauh’, (2) si rarapat ‘paling dekat’, (2) uma
datagi rau la’ ‘mereka sudah rarapat mu ‘kebun itu dekat
jauh berjalan’. saja, tidak jauh’.
rarapata [rarapat] (tidak jauh, dekat a
rata [rata] (datar, tidak berbukit,
saja, jaraknya tidak jauh), (1) tidak bergunung-gunung,
rarapat mu, rau tei ‘dekat saja, daratan yang tidak
tidak jauh’ (2) mami tinagira bergelombang), (1) ume(a) rata
rarapat tei, tapi rau ‘perjalanan ‘kebun ini datar’ (2) daera
ini tidak dekat, tapi jauh’. ratara ‘daerah yang datar’.
rajima [rajim] (rajin, tidak malas, re’in v
[reˀ in, deˀ in] (hitung,
bekerja keras), (1) matara I menghitung, berhitung,
rajim ‘orang itu rajin’, (2) ita membilang menjumlahkan,
rajin mu’ ‘kita harus rajin’ mengurangi, membagi,
(tidak malas, senang bekerja memperbanyak, dan
keras). sebagainya), (1) mabare’in
ramaa [rama] (ramah, baik hati, ‘berhitung’, (2) au de’in pitisa
menarik budi bahasanya, manis ‘Anda menghitung uang’, (3)
tutur kata dan sikapnya), (1) a’u de’in pitisa ‘saya
matara irama ‘orang itu menghitung uang’, (4) bare’in
berperilaku ramah, (2) rama nai ‘terlalu brhitung’ (5) hire’in
lingkunga ‘ramah terhadap ‘menghitung’ (6) dahire’in
lingkungan’. ‘mereka berhitung’, (7)
rang-rangan [raŋ-rāŋa] (bintang laut, nabare’in ‘dia berhitung’.
mahluk hidup berbentuk bintang rehann [rehan] (pengalas kepala
hidup dalam laut yang dangkal), untuk ibu-ibu yang menjinjing
rang-rang we’an ‘banyak sesuatu di kepala, bisa berupata
bintang laut’. kain atau dedaunan), (1) rehan

52
‘pengalas kepala’ (2) rehana ‘lima ribu juta’, (4) etir rium
‘pengalas itu’, (3) nugu rehana lium ‘lima ribu milyar, (5) etir
‘rehan saya’, (4) sidi rehana rium lium ratu lium ‘lima ribu
‘rehan mereka’. lima ratus milyar, (6) bara
a
rihi [rihi] (dingin, tidak panas, suhu riumlium ‘lima ribu triliun’.
rendah, sejuk), (1) rihi pas’ali riun/rium/rimnum [riyun/riyum/rim]
‘dingin sekali’, (2) dodana rihi (bilangan ribuan), (1)
pas’ali ‘semalam sangat dingin’. riun/rium/rim ‘ribuan’ (2) pitis
rim/rium num [rim/ riyum] (ribuan, riun-riun “uang ribuan’.
bilangan di atas ratusan), (1) rim rubamiv [rubami] (berupa, serupa,
sa ‘seribu’, (2) rim roti ‘dua ada rupanya yang nyata
roti’, (3) rium ratca utu ru’ kelihatan, berwujud), rubami
‘seratus dua pulu ribu’. ‘seperti itu’.
rium ratcafr.num [riyum ratca] (angka ruo’ [rūwoˀ ] (bagian tanaman ‘pohon,
n

Arab modivikasi 100.000, angka sayuran, dan rumput’ berhelai-


Romawi C, bilangan setelah helai pada ujung ranting
99.000 dan sebelum 101.000), berfungsi melalukan
rium ratca utu ru’ ‘seratus ribu fotosintesis), (1) ai ruo’ ‘daun
dua pulu ribu’. kayu’, (2) cengke ruo’ ‘daun
rium ratca utcafr.num [riyum ratca cengkeh’, (3) baing ruo’ ‘daun
u:tca] (angka Arab modivikasi bayam’.
110, angka Romawi CX, runutn [runut] (pelepah menyerupai
bilangan setelah 109 dan kain yang membungkung bagian
sebelum 111), (1) rium ratca pohon kepala pada bagian
ucasi asai ‘seratus sebelas batang pelepah), runuta
ribu’, (2) sala’ ratca u:tca ‘pembungkus pelepah kelapa’.
n
‘seratus sepuluh juta’ (3) etir ruri [ruri] (bagian dari tubuh berupa
ratca u:tca ‘seratus sepulu rangka yang berfungsi
milyar’ (4) bara ratca u:tca menegakan tubuh, rangka tubuh
‘seratus sepuluh triliun’. yang dibaluti daging dan kulit),
rium/rim safr.num [riyum/rim sa] (1) ruri watano ninira ‘tulang
(angka Arab modivikasi 1000, tubuh kita’, (2) rurio ahorat
angka Romawi M, bilangan ‘tulangnya sangat kuat’.
setelah 999 dan sebelum 1001), rurutn [rurut] (pusaran air laut yang
(1) rium roti ‘dua ribu’ (2) rium mengalir deras, mengalir secara
tolu ‘tiga ribu’ (4) rium hat horizontal atau vertical, ditakuti
‘empat ribu’. banyak nelayan dan para
rium/rim liumnum [riyum liyum/ lim] pelaut), (1) ruruta ‘arus itu’ (2)
(angka Arab modivikasi 5000, ruruta nawau ahorat ‘arus itu
angka Romawi MxV, bilangan mengalir sangat deras’.
setelah 4499 dan sebelum 5001), ru’(du’v) [ruˀ ] (mengetahui,
(1) rium lium ‘lima ribu’ (2) memahami, mengerti,
rium lium ratu lium “lima ribu pengetahuan), (1) ru-ru’a
lima ratus’, (3) sala’ rium lium

53
‘pengetahuan’, (2) au du’ ‘kamu ==== S-s ====
tahu’, (3) a’u ru’ ‘saya tahu’.
n
roba [roba] (hari ke-4 dalam sanum [sa] (satu, angka Arab
hitungan satu mingguan), (1) modivikasi 1, angka Romawi I,
hari roba ‘hari rabu’, (2) hari bilangan setelah 0 dan sebelum
roba pekan bomarira ‘hari rabu 2), (1) woi sa ‘satu buah’ (2)
pekan yang akan datang/ pekan rium sa ‘seribu’, (3) sala’ sa
depan’. ‘satu juta’, (4) etir sa ‘satu
rounn [rowun] (agas, nyamuk kecil), milyar, (5) etir sa rium lium ratu
(1) rouna ‘nyamuk kecil itu’, (2) lium ‘satu milyar lima ribu lima
roun we’an ‘banyak nyamuk ratus’, (7) bara sa ‘satu triliun’,
kecil’. (8) bara rium sa ‘seribu triliun’,
romann [roman] (hubungan asmara (9) bara rium ratu roti ‘seribu
yang tidak sampai pada dua ratus triliun’, (10) bara rium
pernikahan, selingkuhan, sa rattolu ‘seribu tiga ratus
skandal besar dalam hubungan triliun’, (11) bara rium sa ratu
asmara), (1) ni romana hat ‘seribu empat ratus triliun’,
‘afairnya, selingkuhannya’ (2) (12) bara rium sa ratu onan
nawei roman ‘dia berselingkuh’, ‘seribu enam ratus triliun’.
(3) dawei roman ‘mereka sabara [sabar] (sabar, tabah, tidak
berselingkuh’. terburu-buru, tahan terhadap
rongan (donganv) [roŋan, doŋan] masalah), (1) sabara
(mendengar suara, terkonek ‘kesabaran’, sabara nawei aman
bunyi atau suara melalui ‘sabar menyebabkan
telinga), (1) baritara si kenyamanan’, (2) sabara baru
darongan la’a’ ‘berita itu suda gahin ‘sabar itu baik’
didengar oleh mereka’, (2) si sā rottolofr.num [sā rottolo] (jumlah
darongan habara mingirara yang tidak tentu banyaknya,
‘mereka mendengar kabar itu bilangan lebih dari dua, tetapi
sejak kemarin’. tidak banyak), sa rottolo ‘berapa
num
roti [roti] (dua, angka Arab saja tidak banyak’.
Modifikasi yang berada pada sala , (mosan tei) [sala, mosan teyi ]
a
urutan dua “2”, angka Rumawi (tidak benar, keliru, tidak betul),
II, berada di atas angka 1, dan ina’arja (-urja) mosan tei ‘dia
sebelum angka 3), (1) si roti bekerja tidak sesuai’.
‘mereka berdua’, (2) si roti salingv [saliŋ] (tuang, menuangkan,
datagi ‘mereka berdua berjalan’, menyiram), (2) saling wa ‘tuang
(3) siroti da’a hanga ‘mereka ke dalam’, (2) saling ara wa
berdua makan’.. galasa ‘tuang air ke dalam
gelas’.
sandaln [sandal] (alas kaki yang
dipakai untuk melindungi
telapak kaki, biasanya terbuat
dari karet, kayu, dan
54
sebagainya), (1) sandala ‘sendal we’an nai pasara ‘selendang ini
itu’, (2) sandal (-sare,-i’are) banyak di pasar’.
gaga ‘sendal yang ini bagus’. salomparan [salompara; salowapa]
sandarv [sandar] (sandar, (lapis kaki yang dibuat dari
menyandarkan diri pada, kulit, karet atau kayu yang
menekuk sesuatu benda pada dilengkapi dengan tali kulit
sebagai sandaran pada bagian / sebagai penguat, atau kayu
bidang benda lain) (1) i bertudung bulat, tempat ibu jari
nasandar ‘dia bersandar’, (2) kaki dan jari kaki tengah
namian nasandar tu ni a’ara menjepit), (1) sei ni salompare?
‘dia tinggal / bersandar pada ‘terompah ini milik siapa?’, (2)
kakaknya’. salopae (-ira) dawei nagi?
sapaturan [sapatura] (sepatu, ‘terompah ini dibuat di mana?’.
v
pembungkus kulit kaki bagian sa’a [saˀ a] (naik, bergerak ke atas,
telapak dan tumit), (1) sei ni panjat pohon, berjalan ke
sapature? ‘sepatu ini milik ketinggian), (1) Arobi nasa’a
siapa?’, (2) sapature we’an nai ata ai ‘Arobi memanjat pohon’,
pasara ‘sepatu model ini banyak (2) Arobi nasa’a u’ara ‘Arobi
di pasar’. naik ke gunung’.
sarasaran [sarasara] (kain bersulam sa’a’ara [saˀ aˀ ar] (sekakar, pelit, tidak
emas / motif kuning emas mau berbagi), (1) matara i
bervariasi untuk perempuan, sa’a’ar ‘orang itu sangat pelit’,
kain panjang yang pada tepi (2) sa’a’ar bolu’ supainaia
pangkal dan ujungnya dijahit numu keluarga we’an, le’an
berhubungan), (1) sei ni numu naitei baru numu keluarga
sarasare? ‘sarung ini milik nai tei ‘jangan pelit agar supaya
siapa?’, (2) sarasare(-ire) boti banyak keluarga, nanti pada saat
wowou ‘kain ini masih baru’. tidak berpunya baru tidak ada
v
sali’ [saliˀ ] (buka, terbuka, terlepas, keluarga’.
jarak yang terbuka; jarak antara, sawaran [sawara] (sawah, tanah yang
jarak yang melebar, membuka), digarap dan diairi untuk
(1) sali’ ‘buka’ (2) sali’ menanam padi), (1) sawara
wowo’asa ‘buka ikatan’, (3) au datau’ hasa natubu subur
sali’ sasauta ‘Anda membuka ‘sawah itu subur ditanami padi’,
ikatan’, (4) sali’ sapatura ‘buku (2) sawara jawaosi’ da’arja
sepatu’, (5) sali’ adara ‘buka ‘sawah itu digarap oleh
celana’, (6) sali’ ladana ‘buka masyarakat Transmigran Jawa’.
a
baju’, (7) sali’ topira ‘buka sehat [sehat] (sehat, tidak sakit, segar
topi’. bugar), sehat la’amu, gahini la’
salendangn [salendaŋ] (kain panjang ‘dia sudah sehat’.
num
yang dipakai untuk menari atau sei [seyi] (siapa, kata tanya untuk
bersantai), (1) sei ni menanyakan nama orang dan
salendange? ‘selendang ini identitas), (1) sei ni ana’ au
milik siapa?’, (2) salendange ‘kamu putra/putri siapa’, (2) sei

55
nabail, i naro’a ‘siapa yang cari, ‘ayah mereka, (2) sidi babara i
pasti dia dapat’. ngasan sei ‘bapak mereka
v
sela [sela] (menangis, ungkapan bernama siapa’.
v
perasaan sedih seperti kecewa, sigal [sigal] (menyuap, memasukan
menyesal, dan sebagainya makanan dengan jari ke mulut
dengan mencucurkan air mata orang lain seperti orang tua,
dan mengeluarkan suara pacar, dan bayi ketika makan),
tersedu-sedu, menjerit-jerit, dan (1) i nasigal niana’a’ ‘Dia
sebagainya), (1) i nasela ‘Dia menyuapi bayinya, (2) i nasigal
menangis’. nibabara ‘Dia menyuapi
n
si’ [siˀ ] (mereka, orang ketiga jamak ayahnya yang sudah uzur’.
v
yang menjadi pokok sigu [sigu] (gendong, menggendong,
pembicaraan), (1) si mancia dukung, mendukung, membawa
woun la’a ‘mereka sudah orang sesuatu di atas punggung), (1) I
lain’, (2) si tu ita woisa ‘mereka nasigu ‘Dia menggendong’, (2)
dan kita adalah satu’. sisigura ‘dukungan, (3) dahisugi
sia [siya] (angka Arab modivikasi 9,
n
‘mereka saling mendukung’.
angka Romawi IX, bilangan sikomn (si’om) [sikom, siˀ om] (mata
setelah 8 dan sebelum 10), (1) berkuang-kunang hingga
ratu sia ‘sembilan ratus’ (2) pusing), matara nasi’om
rium sia “sembilan ribu’, (3) ‘matanya berkunang-kunang’.
sala’ sia ‘sembilan juta’ (5) etir si’aruran [siˀ arura] (akar bahar, pohon
sia ‘sembilan milyar’ (6) bara yang tumbuh di laut, terdiri atas
sia ‘sembilan triliun’. dua jenis yaitu berwarna hitam
v
sibur [sibūr] (belajar membaca, dan ada yang berwarna merah
mengaji, menelaah hingga muda, biasanya digunakan
memahami dan dapat sebagai gelang tangan, cincin,
diimplementasikan isi Al- dan hiasan dinding rumah), (1)
qur’an), (1) sibur Qur’ana galang si’arura ‘gelang akar
‘mengaji Al-Qur’an, (2) au bahar, gelang yang dibuat dari
masibur Qur’ana ‘Anda mengaji akar bahar’, (2) si’aru mahutira
Al-qur’an, (3) i nasibur Qur’ana ‘akar bahar puti’, (3) si’aru
‘dia mengaji Qur’an, (4) si metana ‘akar bahar hitam’.
v
dasibur ‘mereka mengaji sili’ [siliˀ ] (lirik, melirik, mengincar,
Qur’an’. melihat dengan tatapan yang
siburav [sîbura] (gayung, alat untuk tajam ke samping kiri atau
mengambil air dari bak), (1) ma kanan), (1) nasili’ ‘melirik’, (2)
sibura mari ‘berikan saya nasili’ aura (-auira) ‘Dia
gayung’, (2) nasou tu sibura melirik Anda’.
‘dia mandi menggunakan sinelarav [sinēlara] (tangisan, perihal
gayung’. perbuatan, menangis), i
a
sidi’ [sidīˀ ] (kepunyaan mereka, nisinelara ‘tangisannya’.
n
mereka punya, milik mereka), sira [sira] (garam, senyawa kristalin
(1) sidi babarafr.n [sidi babara] NaCl yang digunakan untuk

56
penyedap makanan, keras yang ujungnya tajam
mengasinkan ikan), (1) sirara sehingga tertancap ke dalam),
‘garam itu’, (2) au ga sirara (1) i nasusu’ ‘dia tikam, dia
talalu we’an ‘engkau terlalu tusuk’, (2) si dahi irus tu turi’a
banyak mengonsumsi garam’. ‘merek saling menikam dengan
n
suar [suwar] (tanjung, bagian dari menggunakan pisau tajam’.
daratan yang menjolok ke laut), su’araa [suˀ ara] (kesukaan, menyukai
(1) suar Ai Etan ‘tanjung ai sesutu seperti permainan sepak
etan’, (2) suar namalean bola, gemar menonton tinju), (1)
‘tanjung Namalean’, (3) suar i ni su’ara ‘kegemaranya/
etir ‘tanjung Etir’, (4) suar Lori kesukaanya, (2) ni mana
‘tanjung lori’. susu’ara ‘barang
n
suat [suwat] (sagu, makanan pokok kesukaanya/kegemaranya’.
v
masyarakat di Maluku), (1) sula [sula] (tarian, menari, gerakan
suata ‘sagu itu’, (2) suat we’an, badan tangan dan sebagainya
‘banyak sagu’, (3) suat atira yang berirama, biasanya diiringi
‘zakat sagu’, (4) suat bunyi-bunyian musik, tiva, dan
panggalara ‘sagu berbahan sebagainya), si dasula ‘mereka
dasar ketela pohon/ singkon’, menari’.
a
(5) suat niura ‘sagu berbahan sulit [sulit] (susah, tidak gampang,
dasar tepung sagu dan kelapa’. sukar), arjara sulite ‘pekerjaan
suit [suwit] (selam, menyelam, masuk
v
itu susah)
ke dalam ir, menyelam ke dalam suma’a [sumaˀ ] (rusak, berbau, bau
air), (1) i nasuit ‘Dia atau daging yang sudah rusak,
menyelam’, (2) nasuit lau tasi’a berair), (1) suma’ la’a ‘sudah
‘Dia menyelam di laut’, (3) berbau/ busuk’, (2) daginga
nasuit lola’a ‘Dia menyelam suma’ la’a ‘daging itu sudah
mencari Lola’. busuk’.
v
sula’ [sulaˀ ] (suruh, menyuruh, sumilara [sumilar] (berminyak atau
perintah supaya melakukan berlendir, mudah tergelincir),
sesuatu), (1) si dasula’ ‘mereka (1) lalana nasumilar ‘jalan itu
menyuruh’ (2) i nasula si’ ‘Dia licin’, (3) lalana nasumilar
menyuruh mereka’, (3) a’u pas’ali ‘jalan itu licin sekali’.
sulah si ‘saya suruh mereka’. sumi’anv; suma’anv [sumiˀ an;
n
susu [susu] (susu, payudara, sumaˀ an] (berkata-kata tanpa
menyusui memberikan air susu disadari seperti pada waktu tidur
“Asi” kepada bayi untuk atau sakit), (1) nasuma’an
diminum), (1) susura ‘susu itu’ ‘dimengigau’, (2) au masumi’an
(2) i nahisusu ‘Dia menyusui’ ‘Anda mengigau’.
(3) nasusu ni ana’a ‘Dia suwarv [suwar] (dorong, mendorong,
menyusui anaknya’, (4) ni ana’ tolak atau dobrak dari belakang,
susura ‘anak susuan’. depan, atau samping), (1) i
v
susu’ [susuˀ ] (tikam, menikam, nasuwar ‘dia mendorong’, (3) si
menusuk menggunakan benda

57
dasuwar ‘mereka yang baik), au sopan nai manciara,
mendorong’. manciara sopan nai au ‘jika
n
soa (dusun, ota, etar), [soa, ota, Anda sopan pada orang lain,
etar, dusun] (kampung yang maka orang lain juga sopan pada
berstatus sebagai bagian dari Anda’
desa/ negeri “di Maluku’. sonto (-mi, -ira) [sontomi, sontoi:ra)]
Struktur pemerintahan paling (ada, seperti, rupanya yang
bawah setelah desa/ negeri), (1) nyata, kelihatan, berwujud), (2)
apala soa ‘kepala dusun’ (2) sonto mi sidira ‘serupa dengan
etar onan, soa onan ‘enam punya mereka’.
dusun, enam soa’.
sou [sowu] (mandi, membersihkan
n

tubuh dengan air dan sabun ==== T-t ====


dengan cara menyiramkan,
merendamkan diri dalam air,
dan sebagainya), (1) nasou ‘Dia tabarav, [tabara] (dulang, biasanya
mandi, (2) nasou lau tasi’ ‘Dia digunakan untuk menyajikan
mandi di air asin (pantai)’, (3) makanan dan minuman, talam,
Au sou nagi ‘dimanakah Anda nampan), (1) taba nai tei ‘tidak
mandi?’. ada dulang’, (2) tabara ‘dulang
sosana [sosan] (raba, menyentuh, itu’, (3) tabara sei ni? ‘Dulang
memegang, menjamah, dengan ini milik siapa?’.
telapak tangan karena hendak tagi/dagiv [tagi, dagi] (melangkahkan
merasai atau mencari sesuatu), kaki bergerak maju), (1) ami
(1) nasosan ‘Di meraba’, (2) da atagi ‘kami berjalan’, (2) a’u
sa’a dasosan hua, baru dasa’a tagi ‘saya berjalan’, (3) si datagi
doran wawina ‘mereka ‘mereka berjalan’, (4) au dagi
menjajaki, setelah itu ‘anda berjalan’, (5) tinagira
dilanjutkan dengan meminang ‘perjalanan ini’, (6) dagi sebi
perempuan’. ‘pergi dari sini’.
a
sosolatn [sosolat] (tempat taga [tagä] (cegah, mencegah,
penyeberangan kepal dan larangan mendekat, larangan
perahu, kiri kanan terdapat membuang sampah,
tanjung di tengahnya ada selat memerintahkan supaya tidak
atau celah yang memungkin melakukan sesuatu, tidak
untuk dilewati kapal dan perahu, memperbolehkan berbuat
ada celah di tengah laut yang sesuatu), (1) a’u taga au ‘saya
tidak berombak dan dapat di melarang Anda’, (1) i nataga si’
lewati kapal dan perahu), apala ‘Dia melarang mereka’.
namasu’ lau sosolata ‘kapal itu takraun [takrawu] (permainan bola
sudah sampai di tempat dari rotan yang dianyam
penyeberangan’. menggunakan tendangan kaki
sopana [sopan ] (hormat dan takzim, dan kepala), (1) si da lenga
tertib menurut adat, beradab takrau ‘mereka bermain bola
takrau’, (2) dalenga takrau si
58
manang ‘mereka memenangi ‘cincin itu’, (2) has tantangana
permainan bola takrau’. nagi? ‘di manakah cincin itu
talano’n [talanoˀ ] (testa, jidat), dibeli?’.
nababal talano’ ‘memukul tara’an [taraˀ a] (guntur, gemuruh,
testanya/ jidatnya’. bertemunya panas dan dingin di
n
tali [tali] (tambang, nilon atau serat langit menyebabkan bunyi yang
kayu yang panjang, dijadikan kuat mengelegar, guntur
sebagai pengikat), (1) talira ‘tali dilangit), (1) tara’ dudun
itu’, (2) tali apala ‘tali kapal’, ‘guntur menggelegar’ (2) tara’
(3) tali hu’ata ‘tali jarang’. namuli-nawali ‘guntur bersahut-
tamain (tumain)v [tamayin] (berak, sahutan’.
membuang hajat besar), (1) i tarangann [taraŋan] (angin yang
natamain rarara ‘dia bertiup dari arah Selatan,
mengalamai disentri’, (2) si berlawan arah dengan arah
datamain rarara ‘mereka angin Utara), (1) angin taranga
disentri berat’. ‘musim angin Selatan’, (3)
tamoman/ tumomann [tamoman/ angin Tarangana natagi ahorat
tumoman] (kencing, buang air ‘angin Selatan bertiup sangat
kecil, air berkemih), (1) bolu’ kuat’.
tamoman naira bolu’ ‘jangan taregal (tiregal, talegal)n [taregal;
membuang air seni di situ’ (2) tiregal; talegal] (tidak dapat
matumoman naire bolu’. mendengar karena rusak
‘dilarang buang air seni di sini’. pendengarannya disebut
n
tana [tana] (planet yang memiliki air tunarungu., (1) nataregali’ ‘dia
dan udara sehingga dapat tuli’, (2) taregal pa’asli ‘sangat
digunakan sebagai tempat tuli’.
tinggal manusia dan mahluk tarimav [tarima] (menyambut,
hidup yang lain, tempat mendapat atau memeroleh
tumbuhnya tanaman, tumbuhan sesuatu), (1) si datarima la’a
seperti tanaman umur panjang ‘mereka suda terima’, (2) ami
maupun tanaman umur pendek), atarima la’ ‘kami sudah
(1) tanara subur ‘tanah yang menerima’.
v
subur’, (2) uran mas nagaolat, taru (daru) [taru] (simpan, taruh,
samatu urang watu nai nini mengamankan, meletakan pada
wanu tana ‘hujan emas di negeri tempat baik agar tidak rusak
orang takan sama dengan hujan atau hilang), (1) a’u taru ‘saya
batu di negeri sendiri’. simpan, (2) u taru pitis bo
tananga [tanaŋ] (tidak beribut, banga (bank) ‘saya simpan
bersifat pendiam, tidak suka uang di bank’, (3) dataru
banyak bicara), matara i tanang [dataru] (menyimpan), (1) si
‘orang itu berperangai tenang’. dataru ‘mereka menyimpan’,
tantanganan [tantaŋana] (perhiasan taun [tauwun] (bakar, membakar,
v

yang dipakai dijari bentuknya menghanguskan, menyalakan,


melingkar), (1) tantangana dengan api), (1) a’u taun / u

59
taun ‘saya yang bakar’, (2) a’u teia [teyi] (kata keterangan yang
taun egina ‘saya bakar rumput’, menyatakan penyangkalan,
(3) a’u taun ahi nai ūma ‘saya kebalikan atau lawan dari kata
nyalakan api di kebun’. Catatan: ya....), (1) nai tei ‘tidak ada’,
leksikon taun memiliki bentuk (2) la naira ‘apa yang ada di
yang lain (fariasi) yaitu, daun, situ?, (3) pitis nai tei ‘tidak ada
dataun, nataun, (4) daun, uang’.
digunakan oleh orang kedua teihuaa [teyihuwa] (belum, tidak dapat
tunggal maupun jamak contoh; dijalankan, tidak dipakai, belum
Au daun ‘Anda yang terlaksana), (1) datagi teihua
membakar’, (5) umu daun ‘belum berjalan’, (2) boba’
‘Kalian yang membakar’, teihua ‘belum besar’, (3) bota/
dataun digunakan oleh orang boti teihua ‘belum berlangsung’.
ketiga jamak, (6) si dataun telîngān [telîŋā] (salah satu dari
egina ‘mereka membakar pancaindra yang fungsinya
rumput’, (7) si dataun ahi rei esi mendengar, telinga terdiri atas
‘mereka menyalakan api di telinga kanan dan kiri masing-
hutan’, (8) nataun digunakan masing memiliki daun telinga
oleh orang kedua tunggal, (9) I dan rongga telinga), (1)
nataun egina ‘Dia membakar telîngāra ‘telinganya’, (2)
rumput’. matara telingara boba; ‘telinga
taunan [tawûna] (hemoroid, ambien, orang itu besar’.
pembengkakan atau pembesaran tenunn [tenun] (hasil kerajinan yang
dari pembuluh darah di usus berupa bahan atau kain yang
besar bagian akhir serta dubur dibuat dari benang seperti kapas,
atau anus), (1) nitawuana natu’u sutra, dan sebagainya dengan
‘dia menderita wasir’, (2) cara memasuk-masukkan pakan
namasingat tawuna ulat la’ ‘dia secara melintang pada lungsin),
sudah lama menderita wasir’. (1) si da tenun ‘mereka
v
tau’ [tawuˀ ] (tanam, menanam, menenun’, (2) kain tenuna ‘kain
menaruh bibit, benih, setek, dan tenun’.
n
sebagainya di dalam tanah te’is / te’usn [teˀ is, teˀ us] (mamalia
supaya tumbuh), (1) i natau’ yang panjangnya 30 Cm hingga
aira ‘Dia menanam pohon’ (2) 10 m, berjalan merayap,
si datau’ aira ‘mereka menanam termasuk hewan pemangsa), (1)
pohon’. te’isa ‘ular itu’, (2) te’usa malas
p
te [te] (kata penghubung untuk ‘ular itu panjang’.
menandai pilihan di antara tetewarav [tetewara] (tinju, meninju,
beberapa hal), (1) ami te umu kepalan tangan untuk memukul),
‘kami atau kalian’, (2) sontora (1) nitetewara ‘kepalannya’, (2)
te sontore ‘begini atau begitu, datewa ‘tinju’.
(3) sontoira te sontoire ‘begitu tiganan [tîgana] (sangkar, tempat
atau begini, (4) sonto i’aure te tinggal atau tempat bertelur
sonto i’are ‘‘begitu atau begini’. burung), (1) manu’ tigana

60
(tigano’) ‘sangkar burung’, (2) (2) bungkus la (-lira, -gara)
ha’rat manu’ tigana bolu’ ‘bungkus apa itu’.
‘jangan merusak sangkar tinumaadv [tinûma] (bungkusan,
burung’. pembungkus), (1) sei ni tinum (-
n
tilar [tilār] (bintang yang biasanya era, -ira), (2) tinume/ tinumira
muncul di ufuk timur menjelang maleman ‘bungkusan ini berat’.
pagi, nelayan menandai sebagai tium [tiyum] (mata tertutup, meram,
v

hari hampir pagi), tilara na tidak melihat dengan mata


sa’a’ ‘bintang timur sudah terbuka), i natium matara ‘dia
muncul’. menutup matamunya’.
timur leann/ lean [timur leyan] togira (anting)n [togira, antiŋ]
(berada pada posisi antara timur (anting-anting, perhiasan
laut dan timur), Timur lean telinga), (1) togira, antinga
nimusima ‘musim angat angin ‘anting itu’, (2) togira sei ni?,
timur laut’. ‘anting itu milik siapa?’.
tinau’av [tinawuˀ a] (tanaman yang tolan v
[tolan] (telan, menelan,
ditanam sebagai hiasan dan memasukan makanan ke dalam
sebagai tanaman perkebunan), mulut diturunkan ke dalam
(1) ditinau’a natubu subur lambung melalu kerongkongan),
‘tanaman mereka sangat subur’ i natolan ‘dia menelan’.
num
(2) i nitinau’a we’an tolu [tolu] (urutan angka ke-3,
‘tanamannya banyak’. angka setelah angka 2 dan
tiniran [tinïra] (bagian tubuh di balik sebelum angka 4, angka Arab
dada atau perut, punggung), modifikasi 3 dan angka Romawi
tinira galawar ‘penggungnya IV), (1) woi tolu ‘tiga buah’, (2)
lebar’, tinira nametan gol tolu ‘tiga gol’.
n
‘belakangnya hitam’. tolur [tolur] (telur ayam, telur
tinimuran [belakang mu] (bagian bebek), (1) manu’ toluro ‘telur
tubuh di balik dada atau perut, ayam’, (2) si dahas manu’
punggungnya), mangkat toluro ‘mereka membeli telur
tinimura ata oca ‘naikan ayam, (4) umu has beba’
punggung mu sedikit ke atas’. tolurora nagi? ‘di manakah
tiniti’n [tinitiˀ ] (cahaya dengan kalian membeli telur bebek
kecepatan tinggi di langit, itu?’.
cahaya yang timbul akibat tongkatn [toŋkat] (benda berukuran
bertemunya listrik tegangan kurang lebih 15 Cm hingga 2
tinggi yang panas dengan suhu meter, diameter 10 Cm, terbuat
dingin di langit), (1) tiniti’a kayu atau besi, tongkat mesjid,
‘kilat itu’, (2) tiniti’a na’amat tongkat komando), (1) tongkat
‘kilat menyambar’. masi’ita ‘tongkat masjid’, (2)
tinumn [tinum] (bungkus, tongkat masi’ita yo ‘dimanakah
membungkus), (1) si da bungkus tongkat masjid itu?’.
I’ana ‘mereka bungkus ikan’, to’unv [toˀ un] (melihat, memandang
benda-benda lain dalam jarak

61
tertentu sesuai kemampuan berusia lanjut, bisanya menjadi
penglihatan), (1) a’u to’un ‘saya panutan’.
melihat’, (2) la si dato’un tual (dual)v [tuwal, duwal]
‘siapakah yang melihat? (menundukkan badan dengan
tonsoaran [tonsowara] (tsunami, cara melipat kedua lutut
mengalirnya air laut dengan menyentuh tanah posisi pantat
volume besar ke daratan akibat dan badan tidak menyentuh
gempa bumi, longsoran bawah tanah), (1) natual ‘Dia jongkok’
laut, letusan gunung api bawah (2) au dual ‘Anda menjongkok’.
laut), tonsoara nasul ‘tsunami tu’anv [tuˀ an] (tukang, orang yang
mengalir”. mempunyai kepandaian dalam
tono soan [tono sowa] (bagian dari suatu pekerjaan tangan dengan
daratan yang berbatasan dengan alat atau bahan yang tertentu),
air laut, tepi pantai), (1) si (1) tu’an aira ‘tukang kayu’, (2)
dalenga lau tonsoao’ ‘mereka tu’an watura ‘tukang batu’, (3)
bermain di pantai’, (2) tonosoao tu’an rumara ‘tukang
barsi ‘pantainya bersih’. bangunan’.
topiran [topira] (songkok atau peci v
tulis [tulis] (tulis, menulis, membuat
pada umumnya berwarna hitam huruf atau angka dan sebagainya
yang dipakai umat Islam laki- dengan pena, pensil, kapur, dan
laki untuk sholat), (1) nugu topi sebagainya), (1) natulis ‘dia
roti ‘saya memiliki dua kopiah’, menulis’, (2) si datulis ‘mereka
(2) topi sombiyanga ‘kopiah menulis’.
v
untuk Sholat’. turu’ [turuˀ ] (tunjuk, menunjuk,
totolangn [totolaŋ] (leher, bagian mengangkat jari telunjuk
tubuh antara kepala dan badan, diarahkan ke objek yang dituju),
fungsinya menghubungkan (1) naturu’ ‘dia menunjuk’, (2)
kepala dengan tubuh bagian si daturu’ ‘mereka menunjuk’.
v
bawah), (1) totolango’ tutu’ [tutuˀ ] (sentuh, menyentuh,
‘lehernya’, (2) totolango’ malas mengenai bagian tertentu sedikit
‘berleher panjang’. saja, menyentuh sedikit saja),
p
tu [tu] (konjungsi/ kata hubung; (1) i natutu’ nai ‘Dia
dengan, dan, berfungsi menyentuh, (2) I natutu’ nai
menghubungkan satuan-satuan u’uo ‘Dia menyentuh bagian
yang setara pada frase, klausa, ekor’.
dan kalimat), (1) a’u tu au ’ ‘aku tupai [tupayi] (tupai), tupaira ata
n

dan kau’, (2) i tu ni temuna ‘dia niura ‘tupai di atas pohon


dan temanya’. kelapa’.
tua [tuwa] (tua, menyangkut usia,
a

rentang usia 0 hari hingga


beberapa hari, bulan, dan tahun), ==== U-u ====
(1) ita tua la’ ‘kita sudah tua’,
(2) orang tua ‘orang yang sudah uanan [u:wana] (bulu kemaluan), (1)
ni uana ‘bulu kemaluanya’, (2)
62
ni uana nadum ‘bulu sangat besar’, (4) ahira naubung
kemaluanya lebat’, (3) ni uana ‘api itu berasap’.
num
malas ‘bulu kemaluanya utca [u:tca] (sepuluh, angka Arab
panjang’. modivikasi 10, angka Romawi
uanann [uwanan] (kanan: kaki kanan, X, bilangan setelah 9 dan
tangan kanan, sebelah kanan), sebelum 11), (1) rium u:tca
(1) yima(nama) uanan ‘tangan ‘sepuluh ribu’, (2) sala’ u:tca
kanan’, (2) na’e uanan ‘kaki ‘sepuluh juta’ (3) etir u:tca
kanan’, (3) wida uanan ‘sebelah ‘sepuluh milyar’ (4) bara u:tca
kanan’. ‘sepuluh triliun’.
ua’o’ [u:waˀ ] (nafas, menghirup dan
n
uca resi alu (ucasi alu)fr.num [u:ca resi
mengeluarkan udara lewat a:lu; u:casil a:lu] (delapan belas,
rongga hidung dan mulut dan angka Arab modivikasi 18,
dikeluarkan melalui paru-paru), angka Romawi XVIII, bilangan
(1) ua’ogura ‘nafas ku’, (2) i setelah 17 dan sebelum 19), (1)
nahair ua’o’ ‘dia menghela rium ucasi alu ‘delapan ribu’,
nafas). (2) sala’ ucasi alu ‘delapan
n
uban [u:ban] (sisa-sisa pembakaran, belas juta’, (3) etir ucasi alu
abu tungku, sisa pembakaran ‘delapan belas milyar, (4) bara
kayu, kertas, dsb), (1) uban ucasi alu ‘depalan belas triliun’.
boba [u:ban boba?] ‘abu sangat ucasi asaifr.num [u:casi asayi; u:ca resi
banyak’, (2) ubana ‘abu / debu asayi] (sebelas, angka Arab
itu’. modivikasi 11, angka Romawi
ubalitn [ubalit] (tangan kiri, arah kiri, XI, bilangan setelah 10 dan
pihak kiri, atau sisi bagian kiri sebelum 12), (1) rium ucasi asai
badan manusia), (1) wida ubalit ‘sebelas ribu’ (2) sala’ ucasi
‘sebelah kiri’, (2) wida ubalita asai ‘sebelas juta’, (3) etir ucasi
‘yang di sebelah kiri’ (3) nama asai ‘sebelas milyar, (4) bara
ubalita ‘tangan kiri’, (4) na’e ucasi asai ‘sebeleas triliun’.
ubalita ‘kaki kiri’, (5) si wida ucasi hatfr.num [u:tu resi hat; ucasi hat]
kirira ‘mereka yang di sebelah empat belasnum (empat belas,
kiri’, (6) ubalita ‘kiri itu’. angka Arab modivikasi 14,
ubangan [ubaŋa] (bunga kamboja, angka Romawi XIV, bilangan
bunganya berwarna kuning dan setelah 13 dan sebelum 15), (1)
berbau harum, banyak ditanam rium ucasi hat ‘empat belas
di kuburan), (1) ubanga ‘bunga ribu’, (2) sala’ ucasi hat ‘empat
kamboja itu’, (2) ubang we’an belas juta’, (3) etir ucasi hat
‘banyak bunga kamboja’. ‘empat belas milyar, (4) bara
ubungn [ubuŋ] (uap yang seperti ucasi hat ‘empat belas triliun’.
kabut dihasilkan dari ucasi hitunum [u:casi hitu] (tuju belas,
pembakaran api), (1) naubung angka Arab modivikasi 17,
‘berasap’, (2) ahi ubungo angka Romawi XVII, bilangan
‘kepulan asap api’, (3) ahi setelah 16 dan sebelum 18), (1)
ubungo boba’ ‘kepulan asap api rium ucasi hitu ‘tuju belas ribu’

63
(2) sala’ ucasi hitu ‘tuju belas angka Arab modivikasi 16,
juta’ (4) etir ucasi hitu ‘tuju angka Romawi XVI, bilangan
belas milyar’ (5) bara ucasi hitu setelah 15 dan sebelum 17), (1)
‘tuju belas triliun’. rium ucasi onan ‘enam belas
uca resi lium (ucasi lium)fr.num [u:casi ribu’ (2) sala’ ucasi onan ‘enam
liyum; lim] (lima belas, angka belas juta’, (3) etir ucasi onan
Arab modivikasi 15, angka ‘enam belas milyar’, (4) bara
Romawi XV, bilangan setelah ucasi onan ‘enam belas triliun.
14 dan sebelum 16), (1) rium udaran [u:dara], (1) (dulang yang
ucasi lium ‘lima belas ribu’ (2) terbuat dari anyaman bambu
sala’ ucasi lium ‘lima belas kecil), (1) u:dara boba’ ‘dulang
juta’, (3) etir ucasi lium ‘lima itu besar’, (2) udara baban
belas milyar, (4) bara ucasi lium ‘dulan itu bagus’.
‘lima belas triliun’. udaran [udâra] (sisa pembakaran api,
uca resi sia (ucasi sia)fr.num [u:casi arang dari pembakaran kayu),
siya] (Sembilan belas, angka (1) udara ‘arang itu’, (2) lenga
Arab modivikasi 19, angka tu udara bolu’ ‘jangan bermain
Romawi XIX, bilangan setelah dengan arang’.
18 dan sebelum 20), (1) rium uca resi tolu (utcasi tolu)fr.num [u:casi
ucasi sia ‘sembilan belas ribu’ tolu], (Tigab belas, angka Arab
(2) sala’ ucasi sia ‘sembilan modivikasi 13, angka Romawi
belas juta’ (3) etir vucasi sia XIII, bilangan setelah 12 dan
‘sembilan belas milyar’ (4) bara sebelum 14), (1) rium utcasi tolu
ucsi sia ‘sembilan belas triliun’. ‘tiga belas ribu’ (2) sala’ utcasi
ucaresinum [u:caresi] (sepuluh lebih, tolu ‘tiga belas juta’, (4) etir
bilangan-bilangan berurutan ucasi tolu tolu ‘tiga belas
antara 10 dan 20 seperti, 11, 12, milyar’ (4) bara ucasi tolu ‘tiga
13, 14, dst), (1) ucaresi asai belas triliun’.
n
‘sebelas’, (2) ucasi roti ‘dua u’u [uˀ u] (ekor, bagian paling
belas’, (3) ucasi tolo ‘tiga belakang tubuh binatang), (1)
belas’, (4) ucasi lium (lim) ‘lima ahuna u’uo ‘ekor anjing’, (2)
belas’. dodi u’uo’ ‘memegang
ucasi rotifr.num [u:ca resi roti; u:casil ekornya’.
roti] (dua belas, angka Arab utu alu fr.num [wu:tu wa:lu] (delapan
modivikasi 12, angka Romawi puluh, angka Arab modivikasi
XII, bilangan setelah 11 dan 80, angka Romawi LXXX,
sebelum 13), (1) rium ucasi roti bilangan setelah 79 dan sebelum
‘dua belas ribu’, (2) sala’ ucasi 81), (1) rium utu walu ‘delapan
roti ‘dua belas juta’, (3) etir puluh ribu’, (2) sala’ utu alu
ucasi roti ‘dua belas milyar, (4) ‘delapan pulu juta’, (3) etir utu
bara ucasi roti ‘dua belas alu ‘delapan pulu milyar, (4)
triliun’. bara utu alu ‘depalan puluh
uca resi onan (ucasi onan)fr.num triliun’.
[u:casi o:nan] (enam belas,

64
u’an [u:ˀ a] (rambut, bulu yang tumbuh berkebun’, (2) i nawei uma ‘Dia
pada kulit kepala), (1) ni u’a berkebun’, (3) si dawei uma
malas ‘rambutnya panjang’, (2) ‘mereka berkebun’.
n
u’molis ‘rambut lurus’. un [u:n] (kosong melompong, tidak
ula-ula’a [u:la-u:laˀ ] (belum matang, ada isi, tanah kosong), (1) tana
belum cukup waktu untuk uno’ ‘tanah kosong’, (2) ruma
dipanen), (1) bota ula-ula’ uno’ ‘rumah kosong’.
n
‘masih muda’, (2) langari ula’ unin [unin] (buah yang digunakan
‘buah kenari muda’. sebagai pewarna makanan, nama
n
ulan [u:lan] (bulan, salah satu planet dan warna serupa), (1) unin
yang menyerap cahaya dari li’ito ‘kulit kuning’, (2) unin
Matahari kemudian disinarkan sisio’ ‘kuning isi’.
n
pada malam hari ke bumi), (1) ungu [uŋu] (warna merah tua
ulan galap ‘bulan gelap’, (2) bercampur biru), (1) spedara
ulan Januari ‘bulan Januari’ (3) niwarna ungu ‘sepeda itu
ulan Jumadil Awal ‘bulan berwarna ungu), (2) otora
Jumadil Awal’, (4) ulana ‘bulan niwarna ungu ‘mobil itu
itu’, (5) ulana narian ‘bulan berwarna ungu’.
n
purnama’, (6) ulana nadeal uran [u:ran] (air hujan, air yang
‘bulan bersinar terang / bulan turun dari langit sebagai akibat
terang’. adanya penguapan di bumi ke
n
ulas [u:las] (belatung, ulat kecil-kecil udara kemudian terjadi
yang terdapat pada bangkai dan kondensasi yang menghasilkan
sebagainya yang telah busuk), butiran es/ air yang dalam
(1) ulasa ‘belatung itu’, (2) jumlah banyak sehingga tidak
ulasa na’a i’ana ‘ikan itu sudah dapat ditampung oleh awan dan
dimakan belatung’. jatuh ke bumi), (1) uran
a
ulat [u:lat] (lama, lama sekali, waktu namanugur ‘hujan deras’, (2)
lalu / lampau, tidak sebentar), uran urtala(artala) ‘hujan
(1) kejadianara(-ira) ulat la’a panas’, (3) uran angin ‘hujan
‘kejadian itu sudah lama’ (2) disertai angin’, (4) uran hinena’
namuli ulat la’a ‘sudah lama ‘gerimis’, (5) uran hinena’ ulat
berpulang’. ‘gerimis sangat lama’ (6) uran
n
ulat [ulat] (jamur, tumbuhan hinena’ baru abis ‘baru habis
menempel yang tumbuh dari gerimis’. (7) uran hinena’ ulat
pohon kering, atau tanah ‘gerimis ini sangat lama’ (8)
lembab, dan sisa-sisa bekas uran altalla / uran urtala ‘hujan
kayu, dll), alau aira ‘jamur panas’.
kayu’. urse’an [urseˀ a] (serangga yang
n
um [u:m] (tanah yang diusahakan bersayap dua lapis dan
dan ditanami tanaman umur mempunyai sepasang kaki
pendek seperti ubi, jagung, dan belakang yang panjang), (1)
sebagainya dengan tidak diairi), urse’ara ‘serangga itu’, (2)
(1) dawei uma ‘mereka urse’a niura ‘belalang kelapa’.

65
usalo’n [u:saloˀ ] (pusar, lubang kecil pulu juta’, (4) etir utu lium ‘lima
di tengah-tengah dinding perut puluh milyar, (5) etir utu lium
bekas tempat tali pusar, lubang resi lium ‘lima puluh lima
pusar), (1) usal tulaˀ o’ ‘lubang milyar, (6) bara utu lium ‘lima
pusar’, (2) bei usal tula’o barsi puluh triliun’.
‘bersihkan lubang pusar’. utu onanfr.num [u:tu o:nan] (enam
n
uti [u:ti] (zakar, alat vital laki-laki / puluh, angka Arab modivikasi
pria, penis, ‘Melayu Ambon: 60, angka Romawi LX, bilangan
kalot, butu’), (1) utira ‘penis, setelah 15 dan sebelum 17), (1)
zakar’, (2) ni utira ‘penisnya, rium utu onan ‘enam puluh ribu’
zakarnya’. (2) rium utu onan resi lium
n
utu [utu] (kutu, serangga parasit “enam puluh lima ribu’, (3)
tidak bersayap yang mengisap sala’ utu onan ‘enam pulu juta’,
darah binatang atau manusia, (4) bara utu onan ‘enam puluh
bisanya hidup di kepala milyar, (5) etir utu onan resi
manusi), (1) utura ‘kutu itu’, (2) lium‘enam puluh lima milyar,
utu boio’ ‘raja kutu’. (6) bara utu onan ‘enam puluh
utu hatfr.num [u:tu hat] (empat puluh, triliun’.
angka Arab modivikasi 40, uttolunum [u:tolu; u:tu toluw] (tiga
angka Romawi XL, bilangan puluh, angka Arab modivikasi
setelah 39 dan sebelum 41), (1) 30, angka Romawi XXX,
rium utu hat ‘empat pulu ribu’, bilangan setelah 29 dan sebelum
(2) sala’ utu hat ‘empat puluh 31), (1) rattolu ‘tiga ratus’ (2)
juta’, (3) etir utu hat ‘empat sala’ rattolu ‘tiga ratus juta’ (3)
puluh milyar, (4) bara utu hat etir rattolu ‘tiga ratus milyar’
‘empat puluh triliun’. (4) bara rattolu ‘tiga ratus
utu hitunum [u:tu hitu] (tuju puluh, triliun’.
angka Arab modivikasi 70, uttolu resi liumnum [u:tolu resi lium]
angka Romawi LXX, bilangan (tiga puluh lima, angka Arab
setelah 69 dan sebelum 71), (1) modivikasi 35, angka Romawi
rium utu hitu ‘tuju puluh ribu’ XXXV, bilangan setelah 34 dan
(2) rium hitu resi roti ‘tuju sebelum 36), (1) sala’ uttolu resi
puluh dua ribu’ (3) sala’ utu hitu lium ‘tiga puluh lima juta’ (2)
‘tuju puluh juta’ (4) etir utu hitu etir uttolo resi lium ‘tiga puluh
‘tuju puluh milyar’ (5) bara utu lima milyar’ (3) bara uttolu resi
hitu ‘tuju puluh triliun’. lium ‘tiga pulu lima triliun’.
utu liumfr.num [u:tu liyum; u:tu lim] uturu’fr.num [u:turuˀ ] (dua puluh,
(lima puluh, angka Arab angka Arab modivikasi 20,
modivikasi 50, angka Romawi angka Romawi XX, bilangan
L, bilangan setelah 49 dan setelah 19 dan sebelum 21), (1)
sebelum 51), (1) rium utu lium rium utu ru’ ‘dua puluh ribu’,
‘lima puluh ribu’ (2) rium utu (2) sala’ utu ru’ ‘dua pulu juta’,
lium resi lium “lima puluh lima (3) etir utu ru’ ‘dua puluh
ribu’, (3) sala’ utu lium ‘lima

66
milyar, (5) bara utu ru’ ‘dua itu’, (2) varlak apala ‘terpal
puluh triliun’. kapal’.
uturu resi lium (uturusi lium)fr.num ventilasin [ventilasi] (celah, rongga,
[u:tu rusi liyum] (dua puluh atau lubang yang berfungsi
lima, angka Arab modivikasi 25, sebagai tempat keluar dan
angka Romawi XXV, bilangan masuk udara secara bebas ke
setelah 24 dan sebelum 26), (1) dalam rumah), (1) ventilasira
rium utu rusi lium ‘dua puluh ‘ventilasi itu’, (2) ventilasi
lima ribu’, (2) sala’ utu rusi rumara ‘ventilasi rumah itu’.
lium ‘dua pulu lima juta’, (3) vitaminn [vitamin] (zat yang sangat
etir utu rusi lium ‘dua puluh penting bagi tubuh manusia dan
lima milyar, (4) bara utu rusi hewan untuk pertumbuhan dan
lium ‘dua puluh lima triliun’. perkembangan), (1) vitamina
utu siafr.num [u:tu siya] (Sembilan ‘vitamina itu’, (2) a’u winu
puluh puluh, angka Arab vitamina ‘saya meminum
modivikasi 90, angka Romawi vitamin’, (3) si dinu vitamin
XC, bilangan setelah 89 dan ‘mereka minum vitamin’, (4) I
sebelum 91), (2) rium utu sia ninu vitamina ‘dia meminum
‘sembilan puluh ribu’, (3) sala’ vitamin’, (5) vitamina nawei
utu sia ‘sembilan puluh juta’ (4) sehat ‘vitamin itu
etir utu sia ‘sembilan puluh menyehatkan’, (6) vitamina ni
milyar’ (5) bara utu sia efek samping nai tei ‘vitamin itu
‘sembilan puluh triliun’. ‘tidak ada efek samping’, (7)
utuinn [utuwin] (bintang, planet, vitamina datana’ tei ‘vitamin itu
benda langit yang bercahaya tidak dijual’, (8) ‘vitamin itu
pada malam hari tapi bukan hanya di rumah sakit’ vitamina
bulan), utuin we’an ata langita cuma nai ruma sa’ita.
‘banyak bintang di langit’.
utuin leanafr.n [utuwin leyana] (bintang
timur, biasanya muncul di ufuk ==== W-w ====
timur menjelang pagi sekitar
pukul 03.00-05.00), utuin leana warasa [waras] (cuci, mencuci, bilas,
nasa’a la’ ‘bintang Timur suda membilas, membersihkan), (1)
muncul’. a’u waras hasara ‘saya mencuci
beras’, (2) si dawaras ar otara
‘mereka membilas perigi’, (3) si
==== V-v ==== dawaras hasara ‘mereka
mebersihkan beras, (4) I
varlakn [varlak] (terpal, plastik nawaras utana ‘dia
berukuran lebar 3-5 meter dan membersihkan sayur’.
panjang disesuaikan dengan waratn [warat] (barat, arah mata angin
kebutuhan digunakan untuk yang berlawanan arah dengan
penutup), (1) varlaka ‘terpal arah angin Timur, yang berada
pada posisi atau titik 225 derajat
67
menurut hukum geografi) (1) watun [watu] (batu, benda keras dan
musim warata ‘musim barat’, padat yang berasal dari bumi
(2) angin warat natagi ahorat, atau planet lain, tetapi bukan
(3) ‘angin barat bertiup logam), (1) watura ‘batu itu’,
kencang’. (2) watu permatara ‘batu
warat esi (warat lean)n [warat e:si/ permata’, (3) watu pamalira
warat leyan] (arah mata angin ‘batu pemali’, (4) watu aramata
yang berada pada posisi atau ‘batu yang dikeramatkan’, (5)
titik 225 derajat menurut hukum watu ha’rihira ‘batu pertama
geografi) (1) warat lean ‘musim yang diletakan dalam galian
barat daya’, (2) warat lean lubang untuk fondasi rumah’,
natagi ahorat, (3) ‘barat daya (6) watu aki’a ‘batu akik’.
bertiup kencang’. watu arafr.n [watu a:ra] (batu kali,
warat laufr.n [warat lawu] (warat lau, batu yang diambil dari air
northwest, arah mata angin yang sungai biasanya digunakan
berada pada posisi 315 derajat, untuk fondasi bangunan rumah),
berada di antara barat dan utara), (1) watu ar we’an ‘batu air
angin warat lau nimusima jumlahnya banyak’, (2) watu ar
‘musim angin barat laut’. nihargao murah ‘batu air
waranan [warana] (jantan, laki-laki, harganya murah’.
pria, bukan perempuan atau wa’asv [waˀ as] (belah, membelah,
wanita), (1) ni waranara celah, retak yang besar dan
‘suaminya’, (2) ni waranara panjang dari suatu benda), (1)
natagi na’arja’ ‘suaminya pergi ba’as ‘belah’, (2) nabawa’as
bekerja’. ‘terbelah’
wa’asin [waˀ asi] (mengeluarkan virus n
wala [wāla] (jenis burung laut, angsa
dan ingus dari mulut dan hidung laut) (1) wala nari’at i’ana
secara keras dan tiba-tiba), i ‘angsa itu mengikuti ikan’, (2)
nawa’asi ‘dia bersin’. wal sa[-ra, ira] boba’ ‘angsa
wauna [wawun] (wangi, aroma sedap), laut itu sangat besar’.
(1) gula waun baban ‘aroma wawaa [wawa] (di bawah,
minyak itu harum, (2) watano menunjukan tempat, letak atau
waun ‘tubuhnya harum’. sisi bagian bawah, arah yang
wa’irn [waˀ ir] (bagian tubuh binatang lebih rendah), (1) si wida wawa
seperti burung dan sebagainya ‘mereka di bagian bawah’, (2)
yang dapat digunakan untuk wawa wida ‘jauh di bawah
terbang, kepak sayap), (1) sana’.
manu’ wa’iro’ ‘sayap burung’, wawawaa [wawawa] (rendah saja,
(2) peswat wa’iro ‘sayap dekat ke bawah, tidak tinggi),
pesawat’. (2) wawawa ‘di bawah’, (3)
watann [watan] (badan, tubuh antara wawawa tu’u ‘terlalu rendah’
kaki dan leher), (1) watano wawalanan (uwalana, soara)
boba’ ‘badannya besar’, (2) [wawalana, u:walana, sowara]
watano alus ‘badannya kecil’. (laut yang bergelombang naik

68
dan turun mengarah ke daratan), wida taranganfr.n [wida Taraŋan]
(1) wawalana boba’ ‘ombak (sebelah Selatan, belahan
besar’, (2) lauta soar boba Selatan berlawan arah dengan
‘lautan berombak’. belahan Utara), (1) si wida
wawinan [wawina] (perempuan, Tarangana ‘mereka di belahan
wanita, lawan jenis dari laki- Selatan’, (2) umu wida
laki, manusia yang memiliki Tarangan ‘kalian di belahan
vagina, melahirkan, dan Selatan’.
menyusui, di Malasyia disebut wida timurfr.n [wida Timur] (sebelah
puan), (1) wawina roti ‘dua timur, belahan timur berlawan
perempuan’ (2) wawina arah dengan belahan barat), (2)
bajingan ‘perempuan bajingan’. si wida timur ‘mereka di
wealan [weyala] (RIG, pompa besar belahan timur’, (3) umu wida
yang digunakan untuk timur ‘kalian di belahan Timur’.
memompa minyak mentah dari wida ubalitafr.n [wida ubalita]
dalam perut bumi) (1) weala (sebelah kiri, belahan kiri
natarik gula wamari tanara ‘rig berlawan arah dengan kanan),
memompa minyah mentah dari (1) si wida ubalita ‘mereka di
perut bumi’, (2) weala nagamari belahan kiri’, (2) umu wida
jaman walandara ‘RIG itu ubalita ‘kalian di belahan kiri’.
sudah ada sejak zaman wida uwananfr.n [wida uwanan]
Belanda’. (sebelah kanan, belahan kanan
we’anadj [weˀ an] (jumlah banyak, berlawan arah dengan kiri), (1)
jumlah besar), (1) bu’ we’an si wida uwanana ‘mereka di
‘banyak buku’, (2) mancia belahan kanan’, (2) umu wida
we’an ‘banyak orang’. uwanana ‘kalian di belahan
n
wida [wida] (bigian sisi yang lain), kanan’.
(1) si wida sao’ ‘mereka yang wida waratafr.n [wida warat] (sebelah
disebelah’, (2) wida atara barat, belahan barat berlawan
‘belahan atas’. arah dengan belahan timur), (1)
widao’a [widao’, wida sa:oˀ ] (sebelah, si wida warata ‘mereka di
sisi yang sebelah belakang dari belahan Barat’, (2) umu wida
yang kita lihat,), (1) bail nai Warata ‘kalian di belahan
widao’ ‘cari di balik belakang’, Barat’.
n
(2) tetangga wida sao’ ‘tetangga wisul [wisul] (bisul, luka yang
sebelah’. berbiji atau memiliki mata yang
wida mudamarfr.n [wida Mudamāra] isinya nanah, darah, dan isi
(sebelah Utara, belahan Utara daging yang bengkak), (1) wisul
berlawan arah dengan Selatan), lean ‘bisul besar’ (2) wisul
(1) si wida Mudamara ‘mereka nanara ‘bisul bernanah’.
di belahan Utara’, (2) umu wida wisul leanan [wisul leyana] (borok,
Mudamara ‘kalian di belahan luka bernanah dan busuk karena
Utara’. infeksi), (1) wisul lean ‘bisul

69
besar’ (2) wisul nanara ‘bisul jauh dari pembicara), (1) suat
bernanah’. ira(ara) ‘sagu itu’, (2) jaga
woi [woyi] (bagian tumbuhan yang
n
ahira ‘awas ada api’.
berasal dari bunga atau putik, yayain [yayayi] (mangga, tanaman
biasanya berbiji), ai woio we’an umur panjang berakar tunggal,
‘banyak buah-buahan’. buah setahun sekali, rasanya
wotuo’n [wotuoˀ ] (puncak dari bukit, asam jika belum matang, setelah
bagian tanah tau hutan yang matang rasanya manis), (1)
lebih tinggi dari daerah sekitar), yayaira ‘mangga itu’, (2)
(1) nai wotuo’ ‘di bukit’ (2) yayaira masarat ‘mangga itu
wotuo rau ‘bukit itu jauh’. rasanya manis’, (3) yayai we’an
wouna [wowun] (hal yang berbeda, ‘banyak mangga’, (4) yayai
tidak sama, yang lain, bukan goleka ‘mangga golek’.
itu), (1) woisa woun ‘yang lain’, yera (Ire)pron [yera, Ire] (ini, yang ini,
(2) keluarga sa woun ‘keluarga yang satu ini, bukan itu, bukan
yang lain’. yang itu, bukan yang lain), (1)
wo’asv [woˀ as] (ikat, mengikat, tidak sa yera ‘satu ini’, (2) mata sa ire
lepas, ikat jadi satu), (1) u wo’as ‘orang yang ini’.
aira ‘saya mengikat kayu’, (2) yayairan [yayayira] (mangga, buah
ai wo’as sa ‘kayu satu ikat’. mangga, pohon mangga, akar
mangga, daun mangga), (1)
yayai woio’ ‘buah mangga, (2)
==== X-x ==== yayai abara ‘buah manga yang
sudah matang/ masak’, (3) yayai
Xn [eks] (huruf X, huruf yang ke-24 a’aro ‘akar mangga’, (4) yayai
dalam abjad Indonesia), huruf X watano ‘batang pohon mangga’,
‘huruf X’. (5) ai yayaira ‘pohon mangga’,
Xnum
[X] (sepuluh angka romawi, (6) yayai ruo ‘daun mangga’.
pron
angka Arab modifikasi 10, yera (ire) [yera, i:re] (ini, yang ini
bilangan setelah angka Romawi bukan yang lain), (1) ladanera
IX dan sebelum angka Rumawi ‘baju ini’, (2) ladan ire ‘baju
XI). ini’.
pron
yara (ira) [yara, i:ra] (itu, yang itu
bukan yang ini), (1) ladanara
‘baju itu’, (2) kainara ‘kain itu’.
==== Y-y ==== Catatan: fonem /y/ pada
pron pronominal “yara” apabila
ya [ya] (ya, iya, menjawab bertemu dengan fonem /n/ pada
panggilan dari orang), ya akhir nomina bahasa Gorom,
…magi? ‘ya… bagaimana ?’. maka /y/ mengalami peluluhan.
yagatei (ya latei)pron [yagateyi, yā la Contoh: /kain/ + /yara/ =
teyi], (1) ya gatei ‘ya itulah’, (2) kainara ‘kain itu’ bukan
ya latei ‘ya itulah’. kainyara, (2) /ladan/ + /yara/ =
yara (i:ra)pron [yara (i:ra)] (kata ladanara ‘baju itu’ bukan
penunjuk waktu, benda yang
70
ladanyara, (3) bingan + yara = zakata la’a ‘sudakah Anda
binganara ‘piiring itu’ bukan menyerahkan zakat?’.
binganyara. Bentuk leksikon
kainyara, landanyara, dan
binganyara tidak berterima di
dalam bahasa Gorom.

==== Z-z ====


Zn [zet] (huruf z dalam abjad bahasa
Indonesia, merupakan abjad ke
26 dari 26 abjad), (1) huruf Z
‘huruf Z’, (2) Z kapital ‘Z
kapital’, (3) Z kecil ‘Z kecil’.
n
zat [zat] (zat Allah Swt, wujud Allah
Swt, hakikat Allah Swt), (1)
Allah ni zata ‘zat Allah Swt’.
n
zat [zat] (campuran yang memiliki
unsur-unsur tertentu yang
dicampur sehingga
memunculkan sesuatu yang
baru, sesutu yang lahir atau ada
dari yang tidak ada
sebelumnya), zat kimia ‘zat
kimia’.
zakarn [zakar] (“Melayu Ambon
disebut butu”, penis, alat vital
pria/laki-laki) ni zakara
‘penisnya, zakrnya’.
zakatn [zakāt] (jumlah harta yang
dimilik keluarga Muslim dalam
waktu tertentu dan dalam jumlah
tertentu yang wajib dikeluarkan
zakatnya untuk diserahkan
kepada 7 golongan yang berhak
menerima yaitu 1 fakir dan
miskin, 2 amil, 3 mu’allaf, 4
budak yang telah merdeka, 5
orang yang memiliki hutang
(gharim), 6 fisabilillah, dan 7
ibnu sabil), (1) zakata ‘zakat,
zakat itu’ (2) sarakan numu

71
72
INDONESIA - GOROM

73
==== A-a ==== abnormala [abnormal] (tidak waras,
tidak sesuai dengan keadaan
yang biasa, mempunyai
abahn (ayah) [abah] (orang tua kelainan, tidak normal), (1)
kandung laki-laki, laki-laki yang ‘diak tidak waras’ yi normal tei,
sudah menikah dan memiliki (2) ‘dia abnormal’ i urang
anak), (1) ‘abah’ baba, (2) ‘aba waras, namilyaun I’.
saya’ nugu aba, (3) ‘abah mu’ n
abu [abu] (abu, sisa pembakaran
numu baba, (4) ‘di manakah kayu, kertas, dsb), (1) ‘abu di
abah mu’ numu baba i nagi, (5) mana-mana’ uban nalela nagit-
‘abah kita’ nini baba, (6) ‘abah gi abis-abis, (2) ‘abu sangat
kami’ mami baba, (7) ‘abah tebal’ uban batolor, (3) ‘banyak
kalian’ mumu babara, (8) ‘abah abu’ uban boba’, (4) ‘abu
kalian bernama siap?’ mumu tungku’ au taio’.
baba ni ngasan sei?’, (9) ‘abah abu-abun [abu-abu] (warna antara
saya’ nugu baba, (10) ‘abah dia’ hitam dan putih “serupa dengan
ni babara. warna abu kayu bakar”, kelabu),
aba-abav [aba-aba] (kata perintah ‘air laut berwarna keabuan
dalam baris-berbaris, gerak karena pengaruh gelombang dan
badan, gerak jalan), ‘mereka Angin yang kuat’ tasi’a nabu
sudah beraba-aba’ sidawei aba- lau(-re, -ire, -aure)
aba la’. acu v
[acû] (tuang, menuang,
abangn [abaŋ] (kakak laki, saudara menuangkan air ke dalam
laki-laki yang tua, panggilan gelas), (1) ‘tuang ke dalam’
kepada suami dalam bahasa saling wa, (2) ‘tuang ke dalam’
Jawa Mas), ‘kakak tertua saling ara wa galasa.
mereka’ sidi a’a leano’. acor v
[acor] (kami cor, kami
n
abdi , [abdi] (orang yang bekerja mengecor lantai), (1) ‘kami
sebagai bawahan, pelayan pada mengecor dengan menggunakan
tuan atau sang raja, hamba semen’, acor tu sameana (2)
sahaya, zaman dulu disebut ‘kami mengecor lantai’ acor
budak), (1) ‘orang bawah’, lantaira.
‘orang rendahan’ mancia acoan [acowan] (sembrono), ‘kamu
wawara (2) ‘abdinya, budaknya’ bekerja secara semborno’ au
ni moi(-ira), (3) ‘dia bekerja ma’arja takarunag.
sebagai pegawai di Bula’ I jadi v
ada [ada] (ada, menghadiri, sepakat
pegawai bo Bula. untuk hadir), (1) ‘ada Dia’ I nai
abjadn [abjad] (kumpulan huruf , (2) ‘ada mereka’ si nai, (3)
“aksara” berdasarkan urutan yg ‘kamu itu ada-ada saja’ au ira,
lazim dalam bahasa tertentu atau au ire, (4) ‘kamu itu ya...tidak
sistem aksara yang bisa dinasehati’ au ya…
melambangkan bunyi bahasa daha’las au jattei, (5) ‘ada saja,
yang dipakai untuk menuliskan adanya itu’ nai mu, (6) ‘keadaan
bahasa), ‘abjad a-z’ abjad a begini kita mau apa?’ tawei
sampai z.
74
magi tu keada’ana, (7) ‘satu airn [ayir] (benda alam bersifat cair,
keadaan seperti itu’ keadaana sa bening, tidak berwarna,
sontora / keadaana sa sontoira digunakan untuk kebutuhan
(8) ‘sedikit saja, seadanya’, oca mahluk hidup hewan dan
nai, o’sa nai, (9) ‘sedikit saja, tumbuhan, mengandung
seadanya’ tutukin oca / tutui hidrogen dan oksigen), (1) ‘air
oˀ asa. itu’ ara, (2) ‘air bening’ ara
afair [afayir] (hubungan asmara yang
n
mano, (3) ‘air itu enak/ air itu
tidak sampai pada pernikahan, segar’ ara matelas.
selingkuhan, skandal dalam air tsunamin [ayir tsunami]
hubungan asmara) (1) roman, (mengalirnya air laut dengan
(2) ‘afairnya, selingkuhannya’ ni volume besar ke daratan akibat
romana, (3) ‘dia berselingkuh’ gempa bumi, longsoran bawah
nawei roman, (4) ‘mereka laut, letusan gunung api bawah
berselingkuh’ si dawei roman. laut), ‘Tsunami mengalir’
afiat [afiyat] (sehat) ‘dia sudah
ad
Tonsoara nasul.
sehat’ gahini la’a, gahini la’. air bahn [air bah] (banjir air + tanah +
afonian [afoniya] (kehilangan suara lumpur) dari gunung / hutan),
dan kemampuan untuk bicara), (1) ‘air bah’ madiara, (2) ‘air
‘Dia tidak bisa berbicara’, ‘Dia bah mengalir deras’ madiara
tunawicara’ i nongi’. nasul ahorat.
p adv
agar [agar] (supaya), (1) ‘agar, akan [akan] (menyatakan sesuatu
supaya’ supai nai, (2) ‘dia yang hendak terjadi, belum
lakukan agar Anda senang’ yi terjadi, terjadi setelah), (1) le’an
nawei supai nai au sanang. [leˀ an], (2) ‘akan dikerjakan’
n
agas [agas] (nyamuk kecil), (1) le’an daweyi / le’an da’arja, (3)
‘nyamuk kecil’ roun, (2) ‘jika begitu kami akan ikut’
‘nyamuk kecil itu’ rouna, (2) sontora le’an ari’at / sontoira
‘banyak nyamuk kecil’ roun le’an ami ari’at.
n
we’an. akar [akar] (bagian tumbuhan ada di
agitasiadj [agitasi] (hasutan kepada atas tanah atau tertanam ke
orang lain untuk berbuat huru- dalam tanah, berfungsi sebagai
hara), (1) ‘hasutan, menghasut’ penguat pohon dan menyerap
nahasut. (2) nahasut manciara unsur hara), (1) ‘akarnya, akar
‘menghasut/ mengagitasi orang’. itu’ a’aro (2) ‘akar akyu’ ai
p
ah [ah] (kata seru yang menyatakan a’aro.
perasaan kecewa, menyesal, akar baharfr.n (pohon yang tumbuh di
keheranan, tidak setuju) (1) ‘ah laut, terdapat dua jenis yaitu
jangan begitu, jangan seperti itu’ berwarna hitam dan merah
ah sontora bolu’ / sontoira muda, biasanya digunakan
bolu’, (2) apa yang kamu sebagai gelang tangan, cincin,
lakukan’ au bei la (-lira? / -gara dan hiasan dinding rumah) (1)
/ -gira). ‘akar bahar’ si’arura, (2)

75
‘gelang akar bahar’ galang tenang, tidak ada huru-hara), (1)
si’arura. ‘keadaan yang aman’ keadaana
adj
akur [akur] (hudip berdampingan aman, (2) ‘keadaan sudah aman’
secara damai, sesuai, sepakat, keadaana aman la.
aman, dan rukun), (1) ‘akaur’ amanatn [amanat] (pesan, perintah
aman, gahin, (2) ‘mereka berdua dari atas), ‘pesan dari Ambon’
akur-akur saja’ siroti gahin-hin amanat lau mari Ambon.
adv
mu, (3) ‘mereka saling akur’ amat [amat] (terlalu/ sangat),
sinun aman mu (4) ‘mereka ‘perbuatan mu sangat amat’ au
semua dalam keadaan baik-baik numu perbuatana amat pas’ali.
saja’ sibabis gahinmu / siabi- ambilv [ambil] (mengambil,
abis gahinmu. memegang di tangan, mejandi
algojon [algojo] (orang yang miliknya, dimiliki selamanya
melaksanakan hukuman mati), atau sementara saja), (1) ma, (2)
(1) algojo, (2) ‘mereka para ‘ambil punya mu’ ma numura,
algojo’ algojo si’, (3) ‘para (3) ‘ambil milik mereka’ ma
algojo melaksanakan tugas dira.
adj
tembak kepada terhukum mati’ amin [amin], (terimalah,
algojo si dahitembak. kabulkanlah doa), ‘kabulkan ya
v
alir [alir] ([me-]) (air yang mengalir Allah’ amin ya Allah.
atau bergerak menuju ke tempat amit-amitadj [amit-amit] (ungkapan
yang dialirkan), (1) ‘mengalir’ yang menyatakan jangan
nawau, (2) ‘mengalirnya deras’ sampai terjadi menimpa pada
nawau ahorat. kita), ‘jangan sampai terjadi’
alirann [aliran] (sesuatu yang bolu’ namatutu,
n
mengalir, tentang hawa, air, anak [anak] (generasi kedua dari
listrik, dan sebagainya), (1) seorang ayah dan ibu’, sapaan
alirana, wauo’, (2) ‘aliran air’ kepada orang berusia lebih
ar wauo’, (2) ‘aliran listrik’ muda sekitar belasan tahun),
aliran listrika. (1) ‘mereka masih anak-anak’
n
alis [alis] (kening, bulu di atas mata siana’-ana’, (2) ‘anakan
di tepi bawah dahi), (1) mata cengkeh’ cengke ana’o, (3)
alo’, (2) ‘membersihkan alis anak tiri (anak dari suami atau
mata’ nawei barsi mata alo’, (3) istri dari pernikahan
‘alis matanya melengkung’mata sebelumnya, bukan anak
alo’ nale’u. kandung) ‘Anak tiri’ ana’ tiri,
n
amal [amal], (perbuatan baik atau (4) ‘anak kandung’ ana’
buruk), (1) ‘amalan mereka’ si himaita, (5) ‘anak angkat’ ana’
di amala, (2) ‘amal mu’ numu har-harara, (6) ‘anak orang’
amala, (3) ‘amal baik’ amal mancia di anak’ (7) ‘anak
gahina (4) ‘amalan yang baik’ haram’ ana’ derus’ (8) ‘anak
amalan gahina. lesung’ lusun ana’o.
amanadj [aman] (lawan dari bahaya, ancamv [ancam] (menyatakan
bebas dari ancaman bahaya, maksud, niat, rencana untuk

76
melakukan sesuatu yg (3) ‘luar angkasa’ angkasa
merugikan, menyulitkan, luar.
menyusahkan, atau angkatv [aŋkat] (naikkan, tinggikan),
mencelakakan pihak lain), (1) (1) ‘saya mengangkat ke atas’
‘dia mengancam orang-orang’ i a’u wangkat ata, (2) ‘kalian
naancam mancia si’. (2) yang mengangkat’ umu
‘ancaman’, ancamana, (3) mangkat, (3) ‘kami yang
‘ancamanya berat’ niancamana mengangkat ke atas’ ami
maleman, ni acamana barat. angkat ata.
ancang-ancangn [ancaŋ-ancaŋ] angkatann [aŋkatam] (letten,
(langkah akan melompat dan angkatan perang, satu kelompok
sebagainya, persiapan hendak manusia terhimpun dalam satu
berbuat sesuatu), ‘dia kelas, satu angkatan sekolah,
mengambil ancang-ancang dan satu alumni pada sekolah
untuk berlari’ na ancang- atau perguruan tinggi), (1)
ancang nai nahalaru. ‘seangkatam kami’ angkatan
ancar-ancarn [acar-ancar] amira, amami angkatana, (2)
(perkiraan waktu), ‘kira-kira ‘angkatan mereka’ sidi
tengah hari’ ira-ira ola ata. angkatana, (3) ‘semua
n
anus [anus] (lubang pantat, dubur, angkatan’ angkatan siabi-abis.
rongga pantat), ‘lubang angkuha [aŋkuh] (sifat suka
pantatnya’ losu’ tula’o. memandang rendah kepada
angann [aŋan] (angan-angan, pikiran, orang lain atau tinggi hati,
ingatan, keinginan yang sulit sombong, congkak), (1) pale’at,
dilakukan), ‘angan-angannya, (2) ‘keangkuhannya’ nipale’ata,
angan-anga dia’ niangan- (3) ‘orang itu angkuh’ matara i
angana. pale’at.
n
angin [aŋin] (udara yang bergerak), angkutv [aŋkut] (mengangkut,
(1) angin (2) ‘angin itu’ angina, memuat) (1) angkut (2) ‘kami
(3) ‘angin sangat kuat’ angin yang mengangkut’ ami angkut
ahorat, (4) ‘Dia sakit angin (3) ‘kalian yang mengangkut’
tadudu’ namasingat ana’ umu mangkut, (4) ‘mereka yang
rumao’, (5) ‘orang itu masuk mengangkut’ si dangkaut.
angin’ matara itora nabail’, (6) angkutann [aŋkutan] (barang-barang,
‘angin Timur’ angin Timur, (7) orang-orang dan sebagainya
‘angin Barat ‘angin Warat’ (8) yang diangkut), (1) angkutana
‘angin Utara’ angin Mudamar, (2) ‘angkutan barang’ angkutan
(9) angin Selatan ‘angin baranga.
Tarangan’. angsan [aŋsa] (itik besar yang
angkasan [aŋkasa] (langit, lapisan berleher panjang) (1) angsa, (2)
udara yang melingkupi bumi, ‘angsa itu’ angsara, (3) ‘seekor
awang-awang), (1) ‘angkasa’ angsa berenang di kali’, angsa
angkasara, (2) angkasa sa nangangu wa asara’, (4)
membiru – angkasara nabiru,

77
‘angsa itu besar’ angsa sa [-ra,- (3) ‘anting ini milik siapa?’ sei
ira] boba’. ni togire?.
angsurv [aŋsur] (menyerahkan sedikit n
arah [arah] (tempat yang dituju,
demi sedikit, tidak sekaligus), mengarah ke...(timur/ barat/
(1) otca, o’sa, tutukin, tutuin, uatara/ selatan), (1) ‘arah
mamahun [o:tca, o:’sa, tutukin, perjalanan mereka’ sidi arah
tutuyin, mamahun], (2) ‘sedikit tinagira, (2) arah angin’ arah
demi sedikit’ otca abis baru angina, (3) arah tujuan’ arah
otca, (3) ‘sedikit saja’ o’asa mu. tujuana.
angsurann [aŋsuran] (uang yang arahann [arahan] (petunjuk
dipakai untuk mengangsur melaksanakan sesuatu, seperti
utang, pajak, dan sebagainya; perintah resmi seorang
cicilan), (1) ‘angsuran’ pemimpin perusahaan kepada
angsuran, cicilan (2) ‘dia bawahannya yang berupa
membayar angsuranya’ nawar petunjuk untuk melaksanakan
niangsurana (3) ‘angsurannya sesuatu dan jika tidak
terlalu mahal’ niangsuran dilaksanakan akan mendapat
mahal’. sanksi), (1) ‘ikuti arahannya’,
anjingn [anjiŋ] (mamalia karnivora di’at niarahana, (2) arahan
yang persebarannya paling luas, pimpinan’ pimpinana ni
memiliki berat tubuh berkisar arahana, (2) ‘ikuti arahan
antara 1—60 kg), (1) ahuna, (2) pimpinan’ di’at pimpinana ni
‘anjing itu’ ahunara (3) ‘anjing arahana.
menggonggong’ ahunara nual, arangn [araŋ] (kayu yang sengaja
(4) ‘anjing liar’ ahuna liar, (5) dibakar setengah atau sebelum
‘anjing liar di hutan’ ahuna liar menjadi abu biasanya digunakan
rei esi, (6) ‘anjing peliharaan’ untuk pengasapan ikan atau
ahuna har-harara, (7) anak membakar jagung atau pisan
anjing’ ahuna ana’o, (8) anjing gepe), (1) udara, (2) ‘dia
betina’ ahuna ninio’, (9) anjing membuat arang’ i nawei udara
jantan’ ahuna waranara, (10) (3) ‘banyak arang’ uda we’an,
anjing menyusui’ ahuna (4) ‘memegang arang’ nodi
hisusura. udara.
anjungann [anjuŋan] (bagian di atas n
arsip [arsip] (dokumen tertulis
kapal/ perahu yang digunakan seperti surat, akta, ijasah, surat-
sebagai tempat beristirahat, surat berharga yang tersimpan
tempat berangin), (1) ‘anjunga dalam kertas atau foto, film,
itu bagus/ indah penataan dan kaset yang memiliki nilai
warna catnya’ anjunga baban, sejarah, edukatif, dari waktu ke
(2) anjungan kapal ‘anjungan waktu yang dapat dijadikan
apala’. referensi), ‘kita semestinya
antingn [antiŋ] (perhiasan telinga, memiliki arsip yang baik’ ita
anting-anting), (1) togi, anting, musti tawei nini arsip.
(2) ‘anting itu’ togira, atinga,

78
arusn [arus] (pusaran air laut yang asapann [asapan] (tempat mengasap
mengalir deras, kadang berpusat ikan, kopra, sagu, dll), (1)
secara vertical atau horisontal, dadahi, dadahira [dadahi,
ditakuti banyak nelayan dan dadahira], (2) dadahi i’ana
para pelaut), (1) rurut, (2) ‘arus ‘asapan ikan’, (3) dadahi
itu’ ruruta, (3) ‘arus itu koprara ‘asapan kopra’.
n
mengalir sangat deras’ ruruta asin [asin] (rasa yang asin, lebih
nawau ahorat. banyak berasa garam), (1) masin
arwahn [arwah] (roh orang yang [masin], (2) ‘sayur itu rasanya
sudah meninggal, sebagian asin’ utana masin.
orang menganggap roh tersebut asinann [asinan] (makanan yang
masih datang ke alam dunia), dimasak dengan cara diasinkan
‘arwah orang yang sudah dengan menggunakan garam
meninggal’ arwa manciya mat- atau asam seperti cuka atau
matara. belimbing, jeruk dan
pron
apa [apa] (jenis kata tanya sebagainya), (1) baretan, (2)
digunakan untuk bertanya, ‘mengasinkan ikan’ daberatan
tentang apa yang terjadi, apa i’ana.
yang menyebabkan, dsb), (1) la, asuh (me-)v [asuh] (merawat,
(2) ‘barang apa’, manla, mana mengasuh, membimbing, bayi
la, (3) ‘barang apa itu’ manla yang diasuh oleh kedua orang
lira(-ga, ira), (4) ‘apa itu’ la lira tuanya), (1) najaga, (2)
(-ga, ira). ‘mengasuhnya sampai dewasa’
n
api [api] (panas yang dihasilkan dari najaga i tutu mondi’, (3)
pembakaran kayu yang dibakar), ‘merawatnya sejak kecil’ najaga
(1) ahi [a:hi], (2) ‘bara api’ ahi i wamari mamahuna.
wāro’, (3) ‘api membara’ ahira asupann [asupan] (penambahan zat
nawar, (4) ‘lida api/ kobaran yang dibutuhkan tubuh melalui
apai’ ahi boil / ahi boilo’, (5) api makanan ke tubuh), (1) asupan,
unggung’ ahi tataun. (2) ‘memberi asupan pada anak-
apungad [apuŋ] (-me) (benda yang anak’ daguan asupan nai mahun
memiliki masa lebih ringan dari si’.
n
air sehingga dapat mengapung aspal [aspal] (campuran hidrokarbon
di permukaan air), (1) nabar alam, berwarna cokelat hitam
[naba:r], (2) ‘kapal itu berlabuh dan berupa zat padat atau
di pelabuhan’ apala nabar lau setengah padat yang dihasilkan
loasa. dari minyak bumi dengan suhu
n
asap [asap] (uap yang seperti kabut pembakaran tinggi, biasa
yang dihasilkan dari digunakan untuk mengaspal
pembakaran apai), (1) ubung jalan raya untuk dilewati
[ubuŋ], naubung [naubuŋ], (2) kendaraan), (1) aspala, (2) aspal
‘kepulan asap api sangat besar’ lalana ‘aspal jalan’, (3) ‘mereka
ahi ubungo boba’, (3) ‘api itu mengaspal jalan raya’ si da
berasap’ ahira naubung. aspal lalan leana.

79
asraman [asrama] (gedung atau seperti mau rubuh’ ai leana
perumahan yang digunakan nadou-dou.
sebagai tempat tinggal dan
sekaligus sebagai kantor.
Contohnya asrama tentara dan ==== B-b ====
asrama mahasiswa), (1)
asramara, (2) ‘asrama bacan [baca] (proses membaca,
mahasiswa’ asrama mahasiswa, mengeja, atau melavalkan
(3) asrama tentara’ asrama tulisan), (1) baca, (2) ‘baca
tentara’. buku’ baca bu’a, (3) ‘jangan
a
atas [atas] (bukan di bawah, arah berhenti membaca’, barenti
yang berlawanan dari bawah), bacara bolu’, (4) ‘membaca
(1) ata, (2) ‘tinggi di atas’ ata tulisan’ baca tulisana.
wida’ (3) ‘ke atas ke bawah’ ata bagaimanapron [bagayimana] (kata
wawa. tanya, menanyakan sesuatu
atau [atawu] (kata penghubung untuk
p
berupa pendapat, keadaan, cara,
menandai pilihan di antara tindakatan dll), (1) magi [magī],
beberapa hal), (1) te, (2) ‘kami (2) ‘bikin apa’ bei magi?, (3)
atau kalian’ ami te umu, (3) ‘apa yang di lakukan’ bei la (-la,
‘begini atau begitu’ sontora te -lira, -ga/gara).
sontore, (4) ‘begitu atau begini’ bagann [bagan] (grafis berisi data
sontoira te sontore, (5) ‘begitu yang simbolkan melalui
atau begini’ sonto i’aure te lambing-lambang dalam bentuk
sonto i’are. bagan batang, bagan alir, garis-
awann [awan] (gumpalan gas, air atau garis dalam sebuah bagan garis,
es yang berwarna hitam atau atau irisan dalam bagan), (1)
putih di langut atmosfer), (1) bagan, (2) ‘bagan itu’ bagana,
langit taio’, (2) ‘awan itu’, (3) ‘memasukan data-datanya ke
langit taio (3) ‘awan hari ini dalam bagan’ i nawei nidata-
sangat bersih’ sasate langita data si wa bagana’.
barsi. bagipron
(kata depan untuk
n
ayah [ayah] (orang tua kandung laki- menyatakan tujuan, kata depan
laki, sapaan untuk orang tua untuk menyatakan hal), (1) bagi
kandung laki-laki, sapaan untuk [bagi], (2) pembagian’ bagi-
laki-laki yang lebih tua), (1) bagira.
mam, baba, (2) ‘ayah saya, ayah bagiann [bagiyan] (hasil pembagian)
aku’, nugu baba, (3) ‘ayah (1) bagian, (2) ‘bagian mu’
tirinya’ nibaba tirira. numu bagiana, (3) ‘bagian
n
ayun [ayun] (bergerak ke depan dan mereka’ sidi bagiana, (4)
ke belakang atau ke kiri dan ke ‘bagiannya, bagian dia’
kanan secara teratur, bergoyang nibagiana.
seperti melayang-layang), (1) bagi-bagin [bagi-bagi] (pecahan dari
nadou, (2) ‘pohon itu bergoyang sesuatu yang utuh, penggal,
pecah), (1) bagi-bagira, (2)
80
‘bagi-bagi itu sebaiknya adil’ bajing loncat [bajiŋ loncat]
bagi-bagira musti adil mu’. (pencoleng, pencuri barang dari
bahalan [bahala] (bencana, muatan kendaraan), (1) bajing
kecelakaan), (1) bahala, (2) loncat, (2) ‘mereka bekerja
‘bencana atau kecelakaan datang sebagai bajing loncat di laut’,
manusia tidak tau, tidak bisa sira da arja jadi bajing loncat
memrediksi, datang secara tiba- lau lauta, (3) ‘para perampok
tiba’, bahala naratan taru tei. merampas barang dari mobil
bahann [bahan] (pecahan kayu, truk’ bajing loncat si ha’leus
barang yang disiapkan untuk barang ata oto treka,
acara, dll), (1) bahan, bahana, bajinganadj (penjahat, pencuri,
(2) ‘bahan-bahan untuk acara pencopet), (1) bajingan
pernikahan’ bahan hisara. [bajiŋan], (2) ‘para bajingan
baik [bayik] (elok, patut, teratur,
adj
mulai bereaksi’ bajingan si
berguna, mujur, mulai dareaksi la’.
n
menguntungkan), (1) gahin, (2) baju [baju] (pakaian penutup badan
‘orang itu sangat baik’ matara i bagian atas, seperti baju kemeja,
gahin, (3) ‘keluarga yang baik’ baju kaos, kebaya, dan baju
si keluarga gahina, (4) koko), (1) ladan [ladan], (2) ‘dia
‘keadaannya baik-baik saja’ ni membeli baju baru’ nahas ladan
keadaana gahin mu, (5) ‘apakah wowou, (3) ‘bagus sekali baju
keadaannya bai-baik saja?’ magi baru itu’ ladan wowou (--ra, ira,
ni keadaana gahin mu?’, (6) -sara) gagae / baban, (4) ‘baju
‘hatinya baik, baik hati’ baru’ ladan wowou, (5) ‘milik
laminora gahin. siapakah baju baru itu?’ ladan
n
baja [baja] (logam yang sangat wowou sara sei ni, (6) baju
keras), (1) baja, (2) ‘baja itu’ lama’ ladan mamal [ladan
bajara, (3) ‘meja itu terbuat dari mamāl], (7) ‘milik siapakah baju
baja’ mejara dawei nagamari yang lama ini?, ladan mamal
bajara. sara sei ni, (8) ‘bajunya’ ni
bajakn [bajak] (perkakas pertanian ladana, (9) ‘bajunya ada dua’ ni
yang terbuat dari kayu atau besi ladan roti, (10) baju adat’ ladan
untuk menggemburkan dan adata, (11) ‘baju adat ini masih
membalikkan tanah), (1) bajaka, bersih? ladan adate bota barsi’,
(2) mereka membajak lahan’ si (11) baju adat kebesaran’ ladan
dabajak lahana, (3) ‘dia obasarana, (12) ‘baju kebesaran
dibajak’, dabajak I, (4) ‘mereka ini tidak dikenakan
membajak sawa’, dabajak sembarangan’ ladan obasarne
sawara, (5) ‘bajak laut dapa’i sabarng tei.
a
membajak kapal’ bajak laut si baka [baka] (kekal, tidak berubah
dabajak apala. selama- lamanya,
bajingn [bajiŋ] (tupai), (1) tupai abadi), (1) baka, (2) ‘alam baka’
[tupayi], (2) ‘tupai di atas pohon alam baka.
kelapa’ tupaira ata niura.

81
bakaln [bakal] (yang dijadikan, dibuat tehua, (3) ‘apakah surat mereka
sebagai/menjadi), (1) bakal, (2) suda dibalas?’ balas disurata
‘bakal tunaso’ bakal tunaso’ (3) la’a?.
n
bakal calon’ bakal calon, (4) balik [balik] (sisi yang sebelah
‘bakal calon ketua’ bakal calon belakang dari yang kita lihat,
ketua, (5) ‘bakal buah’ bakal kembali, pulang), (1) widao
wio’. sâo’, (2) ‘balik belakng’, nai
bakaun [bakawu] (hutan bakau), (1) widao’ (3) ‘tetangga sebelah’ si
a’ata [a:ˀ ta], (2) ‘hutan bakau itu wida sao’.
tumbuh subur’ a’ata natubu balonn [balon] (bola atau pundi-pundi
subur. besar dibuat dari karet, kertas,
bakarv [bakar] (menghanguskan; kain, dan sebagainya yang diisi
menyalakan dengan api), (1) udara atau gas yang ringan), (1)
taun, daun, (2) ‘saya yang balon, (2) ‘balon itu besar’
membakar’ a’u taun, (3) ‘kamu balona boba’, (3) ‘balon gas’
yang membakar, au daun, (4) balon gasa, (4) ‘balon gas itu
‘kamu yang membakar sampah’ diterbangkan sangat tinggi’
au daun nu’uta. balon gasa nasa’a ata wida.
n n
baki [baki] (dulang kecil tidak ban [ban] (benda bulat dari karet
berkaki untuk menyajikan yang dipasang melingkar pada
makanan dan minuman, talam, roda sepeda, mobil, dan
nampan), (1) tabara, (2) ‘tidak sebagainya), (1) ban, bana, (2)
ada dulang’ taba nai tei, (3) ‘ban mobil’ ban otora, (3) ‘ban
‘dulang itu’ tabara. pesawat terbang?’ ban
n
baku [baku] (pokok, utama), (1) pesawata.
baku, (2) ‘hal utama/ pokok’ hal bangunv [baŋun] (bangkit, berdiri
baku. dari duduk, tidur, dan
bakuln [bakul] (wadah yang terbuat/ sebagainya, bangun dari tidur,
dianyam dari bambu atau plastik siuman), (1) botu, wotu, (2) ‘dia
dan tali rafia), (1) alata [a:lata], bangun’ nawotu, (3) ‘bangunkan
(2) ‘dua bakul’ alat rot, (3) dia’ botu i’, (4) si dawotu
‘siapa yang menganyam bakul ‘mereka bangun’.
ini?’ sei nanan alate?. banjirn [banjir] (mengalirnya air
n
bala [bala] (pasukan, prajurit), (1) dalam volume besar melebihi
bala, (2) ‘pasukan tentara’, bala kapasitas muat kali, areal
tentara si’. kampung, atau di kapal/ perahu,
balapv [balap] (lomba, adu banjir rob, banjir air hujan), (1)
kecepatan), (1) balap, (2) banjir, (2) ‘banjir kemarin’
‘mereka balapan’, si dabalap banjir mingirara (3) ‘banjir
(3) ‘mereka balapan sepeda’, si dengan manusia’ banjir tu
dabalap spedara. manciara.
v
balas [balas] (jawaban, reaksi, bantaln [bantal] (alas kepala, alas
membalas), (1) balas, (2) ‘anda duduk, sandaran punggung, dan
belum membalas, au balas sebagainya yang dijahit seperti

82
karung, diisi dengan kapuk, baratn [barat] (arah mata angin yang
sabut, dan sebagainya), (1) berlawanan dengan angin
alangulun, (2) ‘bantal kepala’ timur), (1) Warat [Warat], (2)
alangun ilu ninira, (3) ‘bantal ‘angin Barat’ angin Warata (3)
polo’ alangulun polora. ‘angin barat bertiup sangat
bangsan [baŋsa] (kelompok kencang’ angin Warat natagi
masyarakat yang bersamaan asal ahorat.
keturunan, adat, bahasa, dan barakn [barak] (sebuah atau
sejarahnya, serta sekumpulan gedung tempat
berpemerintahan sendiri), (1) tinggal tentara, asrama tentara,
bangsa, (2) ‘bangsa kita’, polisi, bangsal khusus tempat
bangsa itara (3) ‘bangsa merawat orang sakit “menular’,
Indonesia’ bangsa Indonesia. bangunan yang bersifat
bangsaln [baŋsal] (rumah yang dibuat sementara bagi pekerja), (1)
dari kayu untuk gudang, baraka, (2) ‘barak para
kandang, dan sebagainya, los di pegawai’ barak pegawai si’, (3)
pasar, rumah besar untuk ‘barak para tentara’ barak
pertemuan, bersenam, bermain- tetntara si.
main, pertunjukan, dan barangn [baraƞ ] (benda umum, segala
sebagainya), (1) bangsala sesuatu yang berwujud atau
[baŋsala], (2) ‘bangsal untuk berjasad), (1) mana, (2) ‘barang
perempuan’, bangsal wawina si’ bersifat rahasia’ mana
(3) ‘bangsal untuk laki-laki’ rahasiara, (3) ‘surat rahasia’
bangsal warana si’. surat rahasiara.
bangsatn [baŋsat] (kepinding, kutu baringv [bariŋ] (meletakkan badan
busuk, orang yang bertabiat dengan punggung atau sisi
jahat terutama yang suka badan di sebelah bawah, tidur-
mencuri, mencopet, dan tiduran), (1) Ihit (gihit), ihut
sebagainya), (1) bangsat, (2) (gihut), lusir [ihit, ihut, lusir],
‘bangsat Anda itu’ bangsat (2) ‘dia tidur’ na’ihit ī’, (3) ‘dia
aura, (3) ‘siapa yang bangsat?’ tidur di mana?’ na’ihit nagi?,
bangsat sei?, sei I bangsata?. (4) na ihit nai kamara ‘dia tidur
banyakad [baƞ ak] (jumlah banyak, di kamar’.
n
jumlah besar), (1) we’an, (2) baris [baris] (deret, leret, banjar,
‘banyak buku’ bu’ we’an, (3) jajar, baris-berbaris), (1) baris,
‘banyak orang’ mancia we’an, (2) ‘dia berbaris’ nabaris, (3)
(4) banyak sekali/ sangat ‘mereka berbaris’ sida baris, (4)
banyak’ we’an pas’ali, (5) barisana malas ‘barisan itu
‘mereka banyak’ si we’an panjang’.
pas’ali, (6) ‘tamu banyak sekali’ bapakn [bapak] (orang tua laki-laki,
tamu we’an pas’ali. ayah, laki-laki dewasa yang
n
bara [bara] (arang yang terbakar dan memiliki anak, bapak tiri/ bapak
masih berapi, bara api), (1) ahi sambung, bapak angkat), (1)
war, (2) ‘bara api’, ahira nawar. baba, (2) ‘bapak di mana’ baba

83
I nagi, (3) ‘bapak di kantor’ ‘bolak-balik baru dua kali’
baba I nai kantora, (4) baba damuli-dawali ha’a roti.
lean (bablean), (5) ‘panggil basahn [basah] (mengandung air atau
bapak tua’ horu bablean, (6) barang cair, belum dikeringkan),
‘bapak tua di mana?’ bablean I (1) abotan, (2) ‘dia basah’
nagi?, (7) ‘paman/ bapak naabotani’, (3) ‘bajunya basah’
bungsu/ bapak tua’ mema, (8) ni ladana na’abotan, (4) basah
‘panggil om’ horu mema, (9) ‘di kuyup’ awira’, (5) ‘dia basah
manakah om?’ mema I nagi?, kuyup’ na’awira’, (6) ‘bajunya
(10) bapak angkat’ (bukan ayah basah kuyup’ ni ladana na’a
kandung, orang tua angkat laki- wira’.
adj
laki) baba hara-harara, (11) basi [basi] (mulai berbau tidak
‘bapak angkatnya’ ni baba har- sedap atau berasa masam karena
harara, (12) ‘di manakah ayah sudah mengalami proses
angkatnya?’ ni baba har-harara pembusukan, tentang makanan
inagi?, (13) bapak tiri’ baba berbau), (1) ma’aweru, (2)
tirira, (14) ‘bapak tirinya’, ‘makanan itu sudah basi’
nibaba tirira (15) ‘bapak hangara nama’aweru la’, (3)
angkatnya berbuat apa?’ nibaba ‘makanan basi’ hanga
tirira naweila?. ma’aweru.
bapak mantufr.n [bapak mantu] basuhv [basûh] (cuci dengan air), (1)
(orang tua laki-laki suami atau husa’ [husaˀ ], (2) ‘basuh tangan
istri), (1) etan waranara [etan mu’ husa’ namamura, husa’
waranara], (2) ‘menantu laki- imamura, (3) ‘basuh muka mu
laki’ ni etan waranara, (3) dengan air’ husa’ himura tu ara.
n
‘ayah menantunya sedang bikin batu [batu] (benda keras dan padat
apa?’ ni etana waranara yang berasal dari bumi atau
naweila?. planet lain, tetapi bukan logam),
adj
baru [baru] (belum pernah ada (1) watu, (2) ‘batu itu’ watura ,
sebelumnya), (1) wowou, (2) (3) ‘batu air’ watu ara, (4) batu
‘dia punya satu celana baru’, ni akik’ watu aki’a, (5) ‘batu akik
ada wowou sa’ (3) ‘dia punya ini bagus’ watu aki’e baban, (6)
satu baju baru’ ni ladan wowu ‘batu akik ini mahal harganya’
sa’, (4) baru sekali’ wowou watu aki’e mahal, (7) batu kali’
pas’ali, (5) ‘baju itu sangat watu ara, (8) ‘batu air
baru’ ladana wowou pas’ali, (6) jumlahnya banyak’, watu ar
‘celananya masih sangat baru’ ni we’an, (9) ‘batu air harganya
adara wowou pas’ali. murah’ watu ar nihargao
baru dua kalifr.adj ha’a roti, (2) ‘bar murah, (10) batu permata’ watu
bolak-balik suda dua kali’ baru permatara, (11) batu pemali itu’
damuli-dawali ha’a roti, (3) watu pamalira, (12) batu
‘bau dua kali mereka berjalan’ si keramat’ watu aramata, (13)
baru datagi ha’a roti, (5) batu pertama fondasi rumah

84
(peletakan batu pertama)’ watu belahann [belahan] (bigian sisi yang
ha’rihira. lain), (1) wida, (2) mereka yang
batukn [batuk] (batuk berdahak, jenis disebelah’ si wida sao’ (3)
penyakit yang mengandung ‘belahan atas’ wida atara, (4)
banyak lendir pada tenggorokan, belahan kiri’, wida ubalita, (5)
batuk kering), (1) nawawu, (2) ‘mereka di belahan kiri’ si wida
‘dia batuk’ nawu (3) ‘dia sudah ubalita, (6) ‘kalian di belahan
lama batuk’ i nawu ulat la’a. kiri’ umu wida ubalita, (7)
bawav [bawa] (bawa, bawaan, ‘mereka di belahan kanan’ si
memegang atau mengangkat wida uwanana, (8) ‘kalian di
sesuatu sambil berjalan atau belahan kanan’ umu wida
bergerak dari satu tempat ke uwanana, (9) belahan barat’
tempat lain), (1) odi, (2) wida warata, (10) ‘mereka di
‘mereka membawa’ si dodi, (3) belahan Barat’ si wida warata,
‘bawaan’ odi-odira, (4) ‘kalian (11) ‘Anda di belahan Barat’ Au
membawa’ umu modi. wida Warata, (12) belahan
bawa’ann [bawaˀ an] (bawaan, barang Timur’ wida Timur, (13)
bawaan, yang menjadi barang ‘mereka di belahan Timur’ si
bawaan), (1) odi-odira, (2) wida Timur, (14) ‘kalian di
‘bawaan mereka’ si di odi-odira, belahan Timur’ umu wida
(3) ‘bawaan kalian’ umumu odi- Timura, (15) belahan Utara’
odira. wida Mudamar, (16) ‘mereka di
bawahv [bawah] (tempat, letak, sisi, belahan Utara’ si wida
bagian bawah, arah yang lebih Mudamara, (17) ‘kalian di
rendah), (1) wawa, (2) ‘bagian belahan Utara’ umu wida
bawah’ si wida wawa, (3) ‘jauh Mudamara, (18) belahan
di bawah sana’ wawa wida tu’u. Selatan’ wida Tarangan, (19)
n
bel [bel] (alat yang bentuknya ‘mereka di belahan Selatan’ si
bermacam-macam terbuat dari wida Tarangana, (20) ‘kalian di
logam berongga, bila dipukul belahan Selatan’ umu wida
menghasilkan bunyi dering Tarangan.
sebagai tanda waktu), (1) bel, belajarv [belajar] (berusaha
(2) ‘bel itu’ beala, (3) ‘bel di memperoleh kepandaian atau
sekolah’ bel sekolara. ilmu, seperti mengaji Al-qur’an,
belahv [belah] (celah retak yang besar mengaji topik IPA, IPS dan
dan panjang dari suatu benda), Bahasa), (1) balajar, (2) ‘mereka
(1) wa’as [waˀ as], (2) belajar’ si dabalajar, (3) ‘bidang
‘membelah’ ba’as, (3) ‘terbelah’ apakah yang kalian pelajari’
nabawa’as, (4) terbelah dua’ umu balajar bidang la?, (4)
nabawa’as wida roti, (5) ‘belah ‘belajar seumur hidup’ balajar
tiga’ naba’as wida tolu, (6) semasa hidupa, (2) ‘mereka
‘terbelah empat’ naba’as wida belajar seumur hidup’ si
hat. dabalajar semasa dihidupa, (3)

85
‘kalian belajar seumur hidup’ [bota], (2) ‘belum dewasa’ boti
umu balajar semasa dihidupa. mamahun, (3) ‘dia masi
belakang/ punggungn [belakang/ bersekolah, boti / bota
punggung] (bagian tubuh di nasekolah, (4) ‘masih kanak-
balik dada atau perut, kanak’ boti / bota ana’-ana’, (5)
punggung), (1) tinira, tinimura, ‘masih perawan’ boti / bota
(2) ‘belakangnya lebar’ tinira perawan, bota perawan tama.
galawar, (3) ‘belakang mu benang jahitn [benaŋ jahit] (benang
lebar’ tinimura galawar. yang digunakan untuk menjahit
belasannum [belasan] (bilangan antara baju), (1) awas hiraita, (2)
11 dan 19), (1) ucaresi, (2) ‘benag itu’ awasa, (3) ‘benang
‘sebelas’ uca resi asai, (3) ‘dua ini digunakan untuk menjahit
belas’ ucasi roti atau utca resi baju’ awase dapa’i dahirait
roti. tura.
belalangn [belalaƞ ] (serangga yang benang jaringn [benaŋ jariŋ] (benang
bersayap dua lapis dan yang digunakan untuk menjahit
mempunyai sepasang kaki jaring atau jala), (1) awas
belakang yang panjang), (1) hu’ata, (2) ‘benang jaring itu’
urse’a, (2) ‘serangga itu’ awasa hu’ata, (3) ‘benang jaring
urse’ara, (3) ‘belalang kelapa’ itu panjang sekali’ awase hu’ata
urse’a niura. malas pas’ali.
belatungn [belatung] (ulat kecil yang benarv [banār] (tidak salah, sesuai,
terdapat pada bangkai dan betul, hukum tegak lurus,
sebagainya yang telah netral), (1) banar, (2) ‘benar
membusuk), (1) ulas, (2) boleh, jangan salah’ banar mu’
‘belatung itu’ ulasa, (3) ‘ikan itu sala bolu’, (3) ‘benar adanya’
sudah dimakan belatung’ ulasa mana banara, (4) ‘jangat takut,
na’a i’ana la’. berbuat yang benar’ mata’ut
v
beli [beli] (memperoleh sesuatu boluh’, bei arja/urja banara’.
melalui penukaran atau benahv [berbenāh] (mulai
pembayaran dengan uang), (1) berbegegas, bersiap-siap untuk
has, (2) ‘beli celana’ has adara, memulai suatu kegiatan), (1)
(3) ‘beli mobil’ has otora, (4) mulai la’, (2) ‘mereka sudah
beli ikan’ has I’ana. bersiap-siap’ si damulai la’a.
belingn [belīŋ] (pecahan kaca, bendan [benda] (sesuatu yang berujud
porselen dan sebagainya), (1) berupa benda padat maupun
kaca o’ao’, (2) ‘awas pecahan cair), (1) mana, (2) ‘benda
gelas’ jaga galas o’oara. sebanyak ini’ mana we’an (-era,
benakn [benāˀ ] (masih di dalam -ira), (3) benda mati’ mana
ingatan), (1) bena’a, (2) ‘masih hidup teira, (4) ‘batu termasuk
di benaknya’ bota bo ni bena’a. benda mati’ watura termasu’
belumadv [belūm] (masih dalam benda mati, (5) ‘manusia
keadaan tidak, tidak mencukupi, termasuk benda (mahkluk)
belum cukup), (1) bota(-i)

86
hidup’ manciara termasu’ berakv [berak] (buang kotoran, buang
benda hidupa. air besar), (1) tamain, damain,
bendaharan (orang yang dipercaya (2) ‘kamu yang berak?’ au
mengurusi uang dalam satu matamain, (3) ‘mereka yang
organisasi baik negeri maupun berak’ si datamain’, (4) ‘siapa
swasta), (1) bendahara, (2) mereka yang berak itu’ la o si
‘siapa yang bendahara’ sei yi datamaina?.
bendahara. beranakv [beranāk] (mempunyai
bengkakn [beŋkak] (menjadi besar anak, melahirkan anak), (1)
karena pengaruh sesuatu, nawei ana’, (2) ‘dia masih
tentang bagian tubuh), (1) bulur, beranak’ i bota nawei ana’.
(2) ‘kakinya bengkak’ na’era berata [berat] (menyangkut ukuran/
nabulur. satuan kg, ukurannya berat,
bengkoka [beŋkok] (tidak lurus, gram, ons, kilo gram, ukurannya
berkelok-kelok), (1) le’u, (2) besar di antara jenisnya atau
‘dia membengkokkan besi’ i benda-benda yang serupa), (1)
nale’u besira. maleman, (2) ‘pekerjaan itu
benihn [benīh] (bibit) (anakan berat’ arja(-ra, -ira) maleman,
tanaman yang dipersiapkan (3) ‘barang itu berat’ mana(-ra, -
sebagai bibit), (1) a:na’, (2) ira) maleman, (4) ‘barang itu
‘bibit cengkeh’ cengke ana’o. berat’ baranga maleman, (5)
beraniadj [berani] (mempunyai hati ‘berat perjalanan mereka itu’ si
yang mantap dan rasa percaya di tinagira maleman, (6) berat
diri yang besar dalam sekali’ maleman pas’ali, (7)
menghadapi bahaya, kesulitan, ‘barang itu berat sekali’ baranga
dan sebagainya, tidak takut maleman pas’ali.
‘gentar’, hati tidak kecut), (1) berania [berani] (tidak takut, maju
barani, (2) ‘dia pemberani’ i terus walaupun tantangan terus
barani, (3) ‘orang pemberani’ menghadang), (1) barani, (2)
mancia baranira, mata ‘dia berani’ i barani, (3) ‘dia
baranira, (4) ‘mereka berani pemberani’ nahi bararani i’.
v
berbelanja’ si barani dahihas. beri [berī] (me-) (menyerahkan
berapapron [berapa] (kata tanya untuk sesuatu kepada orang lain), (1)
menanyakan bilangan yang guan, (2) ‘berikan hatinya/ kasi
mewakili jumlah, ukuran, nilai, hati’ ‘berikan hatinya/ kasi hati’
harga, satuan, waktu), (1) his, guan laminora, (3) ‘lebih baik
(2) ‘berapa buah’ woi his?, (3) memberi, dari pada meminta’
‘dua buah’ woi roti. mahiguana lebe gahin, dari
beberapanum [beberapa] (jumlah yang pada mahioran.
tidak tentu banyaknya, bilangan berikanv (me-) [berikan]
lebih dari dua, tetapi tidak (menyerahkan, berikan,
banyak), (1) sa rottolo [sā memberikan sesuatu kepada
rottolo], (2) sa rottolo mu orang atau pihak lain), (1)
‘beberapa saja, tidak banyak’.

87
mahiguan, (2) ‘sudah diberikan’ juga’ si di tinagira maleman
daguan la’a. tapi beres.
berisiv [berisi] (ada isi di dalam, tidak besarn [besar] (tidak kecil,
kosong, bukan tong kosong), (1) menyangkut satuan ukuran), (1)
sisio’, (2) ‘sudah berisi’, bukan boba’, (2) ‘durian itu besar’
kelongkong’ nisisi wala’a, (3) durana boba’, (3) ‘ikan itu
‘isinya’ sisio. besar’ i’ana boba’, (4) ‘rumah
bersiha [bersih] (bebas dari kotoran, itu besar’, rumara boba’, (5)
tidak ada kotoran, tidak ada ‘gedung itu besar’ gedunga
sampah), (1) barsi, (2) ‘termpat boba, (6) ‘kapal besar’ apala
ini bersih’ tompate barsi, (3) boba’.
n
‘kantor ini sangat bersih’ besi [besi] (logam yang keras dan
kantore barsi pas’ali. kuat serta banyak sekali
beritan [berita] (cerita atau gunanya), (1) mumumura, (2)
keterangan mengenai kejadian ‘besi itu kuat’ mumumura
atau peristiwa yang hangat, ahorat, (3) ‘banyak besi’
kabar), (1) baritara, (2) ‘berita mumumu we’an, (4) besi putih’,
baru’ barita baru, (3) ‘berita besi putira, (5) ‘besi puti itu
tentang coronan’ barita kuat’ besi putira ahorat, (6)
coronara, (4) ‘kabar bohong’ ‘banyak besi’ mumu we’an, (7)
barita eda-edara, habar eda- besi magnet’ besi baranira, (8)
edara, (3) ‘jangan percaya berita ‘besi berani itu kuat’, besi
bohong’ parcai barita ed-edara baranira ahorat (9) ‘banyak
bolu’. besi berani’ besi baranira
berkunang-kunangn (mata we’an.
berkunang-kunang hingga belutn [belūt] (ikan air tawar yang
pusing), (1) sikom, si’om, (2) ukurannya dapat mencapai 100
‘matanya berkunang-kunang’ cm, tubuhnya berbentuk
matara nasi’om. silindris, warnanya
berupav [berupa] (ada rupanya yang kecokelatan), (1) balu’ura, (2)
nyata kelihatan, berwujud), (1) ‘belut itu panjang’ balu’ura
ruba (-mi, -me, ira), (2) ‘serupa malas, (3) ‘belut itu enak’
dengan punya mereka’ sonto mi balu’ura matelas.
sidira. belumadv [belum] (tidak dapat
bersinn [bersīn] (mengeluarkan virus dijalankan, belum dipakai,
dan ingus dari mulut dan hidung masih belum, belum terlaksana),
secara keras dan tiba-tiba), (1) (1) teihua, (2) ‘belum jalan/
wa’asi, (2) ‘dia bersin’ i belum berjalan’ datagi teihua,
nawa’asi. (3) ‘belum besar’ boba’ teihua.
beresa [beres] (teratur rapi, selesai, besokn [besok] (sehari sesudah hari
sudah, tidak kusut, rampung), ini, satu hari yang akan datang),
(1) beres, (2) ‘barang itu beres’ (1) ila’, (2) ‘besok baru kita
baranga beres, (3) ‘berat masuk kerja’ ila baru tamasu’
perjalanan mereka itu, tapi beres arja, (3) ‘besok lusa’ ila

88
muguru, (4) ila dodan ‘besok bilamanap [bilamana] (kata
malam’, (5) ‘besok sore’ ila ola penghubung yang digunakan
wa. untuk pengandaian, bersifat
besok pagifr.n [besok pagi] (waktu temporal, dan sebagainya), (1)
pagi untuk keesokan hari, mi(me-, -isi) [mi(me-)], (2)
sekitar 06.00-10.00), (1) marani, ‘bilamana mereka berkelahi’
(2) ‘besok pagi’ ila marani. sontora mi dahiwei.
bia [biya] (siput laut), (1) halanguru,
n
bilangv [bilaŋ] (berkata, mengatakan,
(2) ‘bia itu’ halangurura (3) ‘bia katakan), (1) ha’wai (hawai), (2)
itu enak’ halangurura matelas. ‘mereka yang bilang’ si
biar [biyar] (mem-) (tidak melarang,
v
daha’wai / dahawai, (3) ‘Dia
membiarkan), (1) loas, (2) ‘dia bilang’ I nahawai, naha’wai.
v
biarkan, i na loas, (3) ‘mereka bilas [bilas] (cuci, mencuci, bilas,
sengaja membiarkan’ si da loas. membilas), (1) waras, husa’, (2)
n
bibir [bibir] (tepi, pinggir atau sisi ‘saya mencuci beras’, a’u waras
pada mulut sebelah bawah dan hasara, (3) ‘mereka membilas
atas), (1) ilo ru, (2) ilo rūo’ perigi’ si dahusa’ ara otara.
‘bibirnya’, (3) ‘bibir atas’ ilo ru binatangn [binataŋ] (makhluk hidup
atara. yang mampu bereaksi terhadap
bijaksanan [bijaksana] rangsangan, berkembang biak,
(menggunakan akal budinya, tetapi tidak memiliki akal budi
tidak berat sebelah, arif), (1) hanya memiliki isnting), (1)
bija’sana, (2) ‘kebijaksanaanya’ binatang, (2) ‘binatang itu’,
I ni bija’sana, ni bijaksanara, binatanga (3) ‘jangan menyiksa
(3) ‘kebijaksanaan mereka’ Si binatang’ siksa binatanga bolu’.
dikebijaksanaana. Si bintangn [binataŋ] (planet, benda
dibijaksanara, langit yang bercahaya pada
birahia [birahi] (perasaan cinta pada malam hari tapi bukan bulan),
lawan jenis, asyik, suka, (1) utuin, (2) ‘banyak bintang di
gembira), (1) aci’ [a:ci’ i:’], (2) langit’ utuin we’an ata lngita,
birahinya’ ni aci’a. (3) bintang timur’ utuin leana /
n
biru [biru] (warna dasar yang serupa tilara, (4) ‘bintang Timur suda
dengan warna langit yang muncul’ utuin leana nasa’a la’,
terang, tidak berawan dan (5) ‘bintang laut’ rang-ranga,
sebagainya, serta merupakan (6) rang-rang we’an ‘banyak
warna asli bukan hasil campuran bintang laut’.
beberapa warna), (1) biru, (2) bintang jatuhfr.n (meteor) (benda
‘perahu itu berwarna biru’ ānga langit yang jatuh ke bumi dan
ni niwarna biru, āng birura (3) terbakar ketika bergesekan
‘mereka mengecet perahu dengan lapisan bumi atau udara,
dengan warna biru’ si dacet meteor biasanya terlihat pada
ānga tu warna birura, daceat malam hari bersinar terang
ānga tura warna birura. panjang dari langit), (1)
arumbaura, (2) ‘bintang jatuh,

89
meteor jatuh’ arumbaura nagei’, naha’ini’, (3) ‘Anda
(3) ‘tadi malam meteor besar membujuknya’ au maha’ini.
jatuh’ arumbau lean sa nagei’ bukav [buka] (lepas, buka, membuka,
dodana. terbuka, dibuka, melepaskan
bintang kejorafr.n [bintaŋ kejora] dari ikatan, perjanjian, dll) (1)
(bintang yang biasanya muncul sali’ (2) ‘membuka’ masali’,
di ufuk timur menjelang pagi, namasali’, natabuka’, (3)
nelayan menandai sebagai hari ‘dibuka / mereka yang membuka
sudah pagi), (1) tilar, (2) / telah dibuka’ dasali’ /
‘bintang timur sudah naik’ tilara dabasali’, (3) ‘terbuka’ basali’ /
na sa’a. nabasali’, (4) ‘pembukaan’
a
bisu [bisu] (tidak mampu berbicara sinali’ / sinali’a.
secara normal karena bukanadv [bukan] (tidak, bukan itu,
keterbatasan kemampuan alat yang lain, berlawanan dengan
bicara ‘artikulator’, tunawicara), yang itu, bukan yang
(1) boda, (2) ‘dia bisu tidak bisa sebenarnya, tidak seperti itu),
bicara secara normal’ naboda i’ (1) tei, (2) ‘bukan yang itu’
y
(3) ‘dia bisu sejak kecil’ naboda isara tei, woisara tei, woisa
i wamari mamahuna la’. woun.
n
bisul [bisul] (berbiji atau memiliki bukitn [bukit] (puncak yang tidak
mata yang isinya nanah, darah, tinggi melebihi gunung), (1)
dan isi yang bengkak), (1) wotuo’, bukit, (2) ‘di bukit’ nai
wisula, (2) ‘bisul besar’ wisul wotuo’, (3) ‘bukit itu jauh’
lean, (3) ‘bisul bernanah’ wisul bukita rau.
nanara. bukun [buku] (lembar kertas yang
buahn [buwah] (bagian tumbuhan berjilid, berisi tulisan atau
yang berasal dari bunga atau kosong disebut kitab), (1) bu’a,
putik (biasanya berbiji), (1) woi, (2) ‘buku saya itu’ nugu bu’a.
(2) ‘banyak buah-buahan’ ai bulann [bulan] (planet, benda langit
woio we’an, (3) ‘buah-buahan’ yang bercahaya pada malam hari
(berbagai buah, buah-buahan), tapi bukan bintang), (1) ulan, (2)
ai woi, (6) ‘musim buah- ‘bulan gelap’ ulan galap, (3)
buahan’ musim ai woi. ‘bulan Januari’ ulan Januari, (4)
buangv [buaŋ] (lempar, lepaskan, ‘bulan Jumadil Awal’ ulan
keluarkan dari genggaman Jumadil Awal, (5) ‘bulan
tangan), (1) doti’, (2) ‘buang ke purnama (bulan berusia 15
bawah’ doti’ wawa. haru)’ ulan narian, ulan rian,
bujukn [bujuk] (usaha untuk (6) bulan baru/ sudat terbit bulan
meyakinkan seseorang dengan baru di langit berdasarkan
kata-kata manis dan sebagainya hitungan kalender Islam’ ulana
bahwa yang dikatakan benar, ata / ulan jadi / ulana jadila’a,
rayu, rayuan, merayu), (1) ha’in/ (7) bulan terang/ bulan
hi’in [haˀ in, hiˀ in], (2) bercahaya terang, tidak gelap,
‘merayunya, membujuk dia’

90
ulan del / ulan dil / ulana nadel, bunuhv [bunuh] (menghabisi nyawa
ulana nadil / ulan dil. seseorang atau binatang secara
būlata [bulat] (berbentuk bulat seperti sengaja, menghilangkan nyawa
bola, tidak persegi, lingkaran), secara sengaja, mematikan), (1)
(1) bula, (2) ‘berbentuk bundar’ tara, dara, natara, datara,
nabula. hitara, nahitara, dahitara, si
n
bulu [bulū] (berbulu, mempunyai datara, (2) ‘Saya yang
bulu), (1) liur, (2) ‘bulunya’ bunuh/Saya yang membunuh’
liuro’, (3) ‘bulunya lebat’ liuro a’u tara, (2) ‘Anda yang
we’an, (4) bulu tangan’ nama membunuh’ Au dara, (3) ‘Dia
liur, (5) ‘bulu tangannya hitam’ yang bunuh / Dia yang bunuh’ I
nama liuro’ nametan, (6) ‘bulu natara, (4) ‘Mereka yang
tangannya lebat’ nama liuro membunuh / mereka bunuh Dia’
we’an, (7) bulu kemaluan uana, Si datara / Si datara yi’, (5)
(8) ‘bulu kemaluanya lebat’ ni ‘membunuh’ hitara, (6)
uana we’an, (9) ‘bulu kaki’ ‘mereka pembunuh’ si dahitara,
na’e/ I’e liur. (7) ‘Dia pembunuh’ yi nahitara,
bungan [buŋa] (tumbuhan yang (8) ‘dibunuh / Dia dibunuh’
biasanya di tanam di pekarangan datara / datara yi’ (9) ‘dia
dan di kebun sebagai tanaman dibunuh mereka’ sidatara yi’.
hias. Berkepala putik dan buruv (ber-) [buru] (mengejar atau
berkelopak, berkembang biak mencari binatang dalam hutan
melalui udara, kupu-kupu, dan dan sebagainya) (1) dalela, (2)
manusia), (1) bunga, (2) ‘bunga si dalela rusara (3) ‘mereka
itu’ bungara, (3) ‘banyak berburu rusa’, (4) ‘kalian
bunga’ bunga we’an, (4) ‘bunga memburu rusa?’ umu lela
kamboja’ bunga ubanga, (5) -- rusara?.
mawar (tanaman perdu suku buruhn [buruh] (perburuhan, orang
Rosaceae, batangnya berduri, yang bekerja untuk orang lain
bunganya beraneka warna, dengan mendapat upah seperti
seperti merah, putih, merah pekerja bangunan dan pekerja
jambu, merah tua, dan berbau pabrik), (1) buruh, (2) ‘para
harum), (6) mawar, (7) ‘bunga buruh bekerja’ buruh si da’arja/
mawar itu’ bunga mawara, (8) da’urja, (3) ‘mereka para buruh
‘banyak bunga mawar’ bunga pelabuhan’ buruh pelabuhan si’.
mawar we’an, (8) bunga buruka [buruk] (rusak atau busuk
cengkeh (cengkeh yang sudah karena sudah lama), (1) garata’,
tua mengeluar bunga warnanya (2) ‘hasil kerja mereka buruk’
kuning, bentuknya halus dihasil arjara/urjara garata.
terurai), cengkeh huis, (9) burungn [buruŋ] (binatang berkaki
‘bunga cengkeh itu’ cengkeh dua, bersayap dan berbulu, dan
huiso, (10) ‘banyak bunga biasanya dapat terbang seperti
cengkeh’ cengkeh huiso we’an. unggas, kelelawar, dan pombo),

91
(1) manu’a, (2) ‘burung di kamu yang membopong Dia?’
pohon’ manu’a ata ai. au gelu’ i?, (3) ‘siapa yang
n
busa [busa] (busa, buih, gelembung membopong Dia?’ sei nagelu’
putih pada sabun bercampur air) i?.
(1) usa, (2) ‘busa itu’ usara, (3) botaka [botak] (tidak berambut,
‘banyak busa mengapung di tepi kepala gundul, plontos), (1)
kali’ usara nabar wa asara. ba’ar, (2) ‘kepala plontos /
busuka [busuk] (rusak, berbau, bau botak’ ilu ba’ar (3) ‘kepalanya
atau daging yang sudah rusak), dibotaki’ naba’ari ilura.
a
(1) suma’, (2) ‘sudah berbau/ buta [buta] (kerusakan pada retina
busuk’ suma’ la’a, (3) ‘daging mata, tidak dapat melihat karena
itu sudah busuk’ daginga suma’ kerusakan retina mata atau
la’a. karena katarak, tunanetra), (1)
bodoha [bodoh] (tidak lekas buti, (2) ‘matanya buta’ matara
mengerti, tidak mudah tahu atau nabuti.
tidak dapat mengerjakan dan buta hurufa [buta huruf] (tuna
sebagainya, (1) boda, (2) ‘orang aksara, tidak dapat membaca),
yang bodoh’ mancia boda-boda (1) buta huruf, (2) ‘dia buta
(3) ‘kebodohan mu’ numu huruf’ i buta huruf.
bodara.
borokn [borok] (luka bernanah dan
busuk karena infeksi, jenis ==== C-c ====
kanker), (1) wisul leana, (2)
‘bisul besar’ wisul lean (3) cairn [cayir] (cair, mencair, berair,
‘bisul bernanah’ wisul nanara. encer, bubur yang berair, seperti
202138119 es batu yang mencair), (1) nar,
borosa [boros] (berlebih-lebihan (2) ‘es itu sudah mencair’ easa
dalam pemakaian uang, barang, nar ila’a, (3) ‘campuran semen
dan sebagainya), (1) boros, (2) ini terlalu encer’ campuran
‘orang yang sangat boros’ sameane nar talalu.
daboris ahorat (3) cacingn [caciŋ] (binatang kecil,
‘pemborosanya’ ni borosa. melata, tidak berkaki, tubuhnya
burut/hernian [burut/ hernia] bulat atau pipih panjang dan
(keluar/ terlihat menonjol bagian tidak beranggota ada yang hidup
tubuh tertentu ke rongga pantat), dalam air, tanah, atau perut
(1) labitong [labitoŋ], (2) binatang), (1) e’asa, (2) ‘banyak
‘hernianya membesar’ ni cacing’ e’as we’an, (3) ‘cacing
labitoanga natu’u. tanah’ e’as tanara.
bopongv [bopoŋ] (gendong, cacing pitafr.n [caciŋ pita] (cacing
menggendong, memapah yang hidup dalam perut
menggunakan punggung), (1) manusi), (1) lati’a, (2) ‘cacing
dawawa, dagelu’ [wawa; gelu’], pita itu’ lati’a, (3) ‘cacing pita
(2) ‘mereka yang membopong itu panjang’ lati’a malās.
dia?’ si dawawa ī?, (3) ‘apakah

92
cangkuln [caŋkul] (alat atau perkakas dapat menempuh jarak cukup
yang digunakan untuk jauh, laju), (1) gala’, (2)
mencangkul/ menggali tanah, ‘mereka berjalan cepat’ si datagi
mencampur/ mengaduk semen), gala’.
(1) cangkula, (2) ‘mereka cerdasa [cerdas] (sempurna
mencangku’ si dacangkul. perkembangan akal budinya,
a
cara [cara] (cara, tata cara, prosedur berpikir cerdas, mengerti atau
melakukan sesuatu), ‘cara memahami sesuatu secara pasti
mengerjakan’ cara dengan cepat, tajam pikiran), (1)
arjara/urjara. cerdas, (2) ‘dia cerdas’ i
cekatana [cekatan] (cepat mengerti cerdas’.
kondisi dan situasi, pintar, cerekn [cerek] (ketel berleher angsa,
cerdik), (1) nahiga-gala’i, (2) wadah menyimpan dan
‘dia sangat cekatan’ nahiga- menuangkan air teh, air minum,
gala’i’ pas’ali. ketel minyak kayu putih), (1)
cawatn [cawat] (penutup kemaluan ‘cerek itu’ cerara, (2) ‘cerek
berupa kain atau jenis benda yang terbuat dari plastik’ cera
yang lain), (1) cawat, (2) ‘cawat plastika.
itu’ cawata, (3) ‘celana cawat’ cincinn [cincin] (perhiasan yang
ada cawata. dipakai dijari bentuknya
celana dalam fr.n [celana dalam] (kain melingkar), (1) tantangan, (2)
dan sebagainya untuk penutup ‘cincin itu’ tantangana, (3) ‘di
kemaluan), (1) ‘cawat itu’ ada manakah cincin itu dibeli?’ has
kolora’, (2) ‘celana dalam’ ada tantangana nagi?.
colora / ada bolomina, (3) cium [ciyum] (bersentuhan atau
v

‘cawat dari kain’ ada color bertemunya bibir dengan bibir


kaina. atau hidung dengan hidung), (1)
celana panjang fr.n [celana panjang] musi [musi], (2) ‘mereka berdua
(celana yang dipakai menutupi saling berciuman’ roti dahimusi,
pinggang, pantat hingga mata (3) ‘penciuman’ himusira.
kaki), (1) ada malas, (2) ‘siapa cokelatn [coklat] (jenis tanaman
pemilik celana panjang ini?’ sei daerah panas, tingginya sekitar
ni ada malase?, (3) ‘celana 5–6 m, berbuah sepanjang
panjang itu’ ada malasa. tahun, buahnya berwarna ungu
celana pendekfr.n [celana pendek] atau kuning bergantungan pada
(celana yang dipakai menutupi batang, bentuknya lonjong,
pinggang, pantat hingga lutut panjangnya buahnya 15–20 cm,
atau di atas lutut), (1) ada ubut, mengandung biji, diolah
(2) ‘celana pendek itu’ ada menjadi bubuk, dibuat minuman
ubuta, (3) ‘di manakah celana atau makanan lezat), (1) coklat,
pendek ini dibeli?’ has ada (2) ‘coklat itu’ coklata, (3)
ubute nagi. ‘mereka makan coklat’ si da’a
cepata [cepat] (tidak lamban, tidak coklata.
lambat, dalam waktu singkat

93
congak (-me)n [coŋak] (taksiran yang temuna, (4) ‘kami dan mereka’
dibuat dalam kepala saja, tidak ami tu Si’
ditulis), (1) nahi’ir, (2) ‘dia danaun [danauw] (air asin maupun
tidak congak’ nahiˀ ir tei. tawar yang terperangkap atau
corak [corak] (bunga atau gambar dikelilingi daratan, seperti danau
ada yang berwarna-warna pada Toba, danau Rana), (1) danau,
kain tenunan, anyaman, dan asara, (2) ‘danau itu sangat
sebagainya), (1) ‘corak batik’ luas’, danaura luas, (3) ‘danau
corak batika, (2) ‘corak batik Soli di Manawoku’ danau Soli
Ambon’ corak batik Ambon. lau Manawo’u.
v
cuci [cuci] (mencuci, darahn [darah] (cairan atau sel-sel
membersihkan), (1) doho, tohi, merah dan putih dalam
(2) ‘Saya yang cuci’ a’u tohi, pembuluh darah manusia
(3) ‘Au dohi’ Anda yang cuci’ maupun hewan), (1) rara, (2)
Au dohi, (4) ‘Mereka yang ‘darah ayam’, manu’ rarao’ (3)
mencuci’ Si datohi/ Si dahitohi’. ‘kakinya berdarah’ na’era /
I’era rara.
darata [darat] (bagian dari bumi yang
==== D-d ==== tidak digenangi air), (1) rei ena,
(2) ‘sudah di darat’ rei ena la’
dagingn [dagiŋ] (bagian tubuh berupa (3) ‘sudah aman di darat’ rei ena
isi dan tulang hewan sembelihan aman la’, (4) ‘daratan’ rei tana,
yang digunakan untuk bahan (2) ‘di daratan’ rei tana/rei
makanan), (1) daging, (2) daratana (3) ‘sudah aman di
‘daging kambing’ daging daratan’ rei daratana aman la’a.
p
bibira’, (3) ‘daging ayam’ dari [dari] (kata depan yang
daging manu’a. menyatakan awal mula/ tempat
dahulun [dahulu] (waktu lalu, waktu asal.../ permulaan), (1) nagima,
yang lewat beberapa hari, (2) ‘dari mana Anda datang’ au
beberapa minggu, beberapa datan nagima, (3) ‘Anda pergi
bulan, dan beberapa tahun, atau ke mana’ au dagi nagi, (4)
beberapa abad), (1) halaboana ‘kalian mau ke mana’ umu mau
[halabowana], (2) ‘waktu dulu, dagi nagi, (5) ‘ke mana-mana’
dahulu kala’ halaboana, (3) dagi lela.
‘peristiwa dulu’ peristiwa datarn [datar] (tidak berbukit, tidak
halaboana, (4) ‘dahulu kala’ bergunung-gunung, daratan
halaboboana. yang tidak rata), (1) rata, (2)
p
dan [dan] (konjungsi, kata yang ‘tanah ini datar, tidak berbukit’
berfungsi menghubungkan tana (-re, -ire) rata (3) ‘tanah ini
satuan-satuan yang setara pada datar’ tanare rata.
frase, klausa, dan kalimat), (1) datangv [dataŋ] (tiba di tempat yang
tu, (2) ‘aku dan kau’ a’u tu au ’, dituju), (1) datan, (2) ‘mereka
(3) ‘dia dan temanya’ i tu ni datang’ si daratan, (3) i naratan
‘dia datang’, (4) ‘kalian

94
semuanya datang’ umu bababis delapan belasfr.num [delapan belas]
datan. (angka Arab modivikasi 18,
daunn [dawun] (bagian tanaman angka Romawi XVIII, bilangan
‘pohon, sayuran, dan rumput’ setelah 17 dan sebelum 19), (1)
berhelai-helai pada ujung ucasi alu; uca resi alu, (2)
ranting berfungsi melalukan ‘delapan belas ribu’ rium ucasi
fotosintesis), (1) ruo’, (2) ‘daun alu, (3) ‘delapan belas juta’
kayu’ ai ruo’, (3) ‘daun sala’ ucasi alu, (4) ‘delapan
cengkeh’ cengke ruo’, (4) ‘daun belas milyar, etir ucasi alu, (5)
bayam’ baing ruo’. ‘depalan belas triliun’ bara
n
debu [debu] (bagian halus dari tanah ucasi alu.
dan sisa pembakaran api), (1) delapan puluhfr.num [delapan puluh]
uban, (2) ‘debu beterbangan’ (angka Arab modivikasi 80,
ubana natiu’. angka Romawi LXXX, bilangan
dekata [dekat] (tidak jauh, jaraknya setelah 79 dan sebelum 81), (1)
dekat saja), (1) rapat [rapat], (2) utu alu, (2) ‘delapan puluh ribu’
‘paling dekat’ rarapat. rium utu walu, (3) ‘delapan pulu
delapannum [delapan] (angka Arab juta’ sala’ utu alu, (4) ‘delapan
modifikasi 8, angka Romawi pulu milyar etir utu alu, (5)
VIII, bilangan setelah 7 dan ‘depalan puluh triliun’ bara utu
sebelum 9), (1) alu, (2) ‘delapan alu.
buah’ woi alu, (3) ‘delapan demama [demam] (sakit, suhu badan
ratus’ ratu alu, (4) ‘delapan tidak stabil, sehingga panasnya
ribu’ rium alu, (5) ‘depalan juta’ tinggi), (1) maridin, rihi,
sala’ alu, (6) ‘delapan milyar’ tigurun, (2) ‘dia demam panas’ i
etir alu, (7) ‘delapan triliun’ naro’a rihi, (3) ‘dia sedang
bara alu, (8) ‘sembilan triliun’ demam namaridin i’.
bara sia, (9) ‘sepuluh triliun’ dengana [deŋan] (konjungsi yang
bara utca, (10) ‘dua puluh berfungsi sebagai penghubung
triliun’ bara uturu’, (11) ‘tiga verba dan adverbia), (1) tu, (2)
puluh triliun’ bara uttolo, (12) ‘aku dengan kau’ a’u tu au ’, (3)
‘empat puluh triliun’ bara utu ‘dia dengan temanya’ i tu ni
hat, (13) ‘lima puluh triliun’ temuna.
bara utu lium, (14) ‘lima puluh dengarv [deŋar] (mendengar suara,
triliun’ bara utu lium/lim, (15) menangkap bunyi maupun suara
‘enam puluh triliun’ bara utu melalui telinga), (1) rongan,
onan, (16) ‘tuju puluh triliun’ dongan, (2) baritara si
bara utu hitu, (17) ‘delapan darongan la’a’, (3) ‘mereka
puluh triliun’ bara utu alu, (18) mendengar kabar itu sejak
‘sembilan puluh triliun’ bara utu kemarin’ si darongan habar
sia, (19) ‘sepuluh puluh triliun’ mingirara, (4) ‘kalian sudah
bara utu sia, (20) ‘seratus mendengar berita itu?’ umu
triliun’ bara ratca. dongan baritara la’a?’.

95
didik (me-)v [didik] (memelihara dan di sinifr.pro (menyatakan keterangan
memberi latihan, ajaran, tempat di sini, bukan di sana,
tuntunan, pimpinan) mengenai bukan di situ), (1) naire, (2)
akhlak dan kecerdasan pikiran), ‘mereka di sini’ si naire, (3) ‘dia
(1) didi’, (2) ‘Dia mendidik di sini’ i nai ire.
anak-anaknya’ i nadidi’ ni ana’ di situfr.pro [di situ] (menyatakan
si’. keterangan tempat di sini, bukan
di dalamfr.pro [di dalam] (kata depan di sana, dan bukan di situ), (1)
berfungsi merangkaikan kata- naira’, (2) ‘mereka di situ’ si
kata atau bagian kalimat dan naira’, (3) ‘dia di situ’ i nai ira.
biasanya diikuti oleh nomina dingina [diŋin] (tidak panas, suhu
atau pronomina, dan tempat), (1) rendah, sejuk), (1) rihi, (2)
bo lomin, (2) ‘mereka di dalam’ ‘dingin sekali’ rihi pas’ali, (3)
si bo lomin, (3) ‘dia di dalam’ i ‘semalam sangat dingin’ dodana
bo lomin. rihi pas’ali.
di luaradv [di luwar] (menyatakan diri (ber-)v [diri] (tegak berdiri lurus,
tempat, bukan di dalam tidak loyo), (1) mariri, (2) ‘dia
melainkan di luar), (1) bo wani’, berdiri’ namariri, ‘mereka
muri wani, (2) ‘mereka di luar’ berdiri’ damariri, (3) ‘kami
si muri wani’, (3) ‘kalian di luar berdiri’ amiriri.
dulu’ umu bo wani hua, (4) disentri [disentri] (berak darah), (1)
‘mereka melakukan apa di luar’ tamain rarara [tamain rarara],
dawei la muri wani’. (2) ‘dia mengalamai disentri’ i
di manafr.pro [di manā] (kata tanya natamain rarara, (3) ‘mereka
untuk menerangkan tempat), (1) disentri’ si datamain rarara.
nagi?, (2) ‘mereka di mana?’ si dorongv [doroŋ] (mendorong, tolakan
nagi?, (3) ‘dia di mana?’ i atau dobrak dari belakang atau
nagi?. depan, sorong), (1) suar, (2) ‘dia
diniharia [dinihari] (waktu antara mendorong’ i nasuar, (3)
pukul 00.00 hingga pukul 03.00, ‘mereka yang mendorong’ si
hampir siang), (1) nagamarani, dasuar.
num
(2) ‘kami berjalan pada dinihari’ dua [duwa] (angka Arab
atagi nagamarani, (3) ‘hujan Modifikasi yang berada pada
turun dinihari’ uran urutan dua, berada di atas satu
nagamarani. dan sebelum angka tiga), (1)
diniharifr.n [dini hari] (sekitar pukul roti, (2) ‘mereka berdua si roti
03.00 sampai sekitar pukul , (3) ‘mereka bertiga’ si tolo.
04.30 pagi hari), (1) nasosa dua belasfr.num [duwa belās] (angka
marar [nasosa marar], (2) si Arab modivikasi 12, angka
dasobal nasosa marar ‘mereka Romawi XII, bilangan setelah
berangkat menjelang pagi’ (3) 11 dan sebelum 13), (1) ucasi
ami aratan nasosa marar ‘kami roti, (2) ‘dua belas ribu’ rium
tiba menjelang pagi’. ucasi roti, (3) ‘dua belas juta’
sala’ ucasi roti, (4) ‘dua belas

96
milyar etir ucasi roti, (5) ‘dua atau seseorang di atas
belas triliun’ bara ucasi roti. punggung, menggendong,
dua puluhfr.num [dawa puluh] (angka sokongan), (1) sigu, (2) ‘Dia
Arab modivikasi 20, angka mengendong’ nasigu, (3)
Romawi XX, bilangan setelah ‘dukungan’ sisigura, (4)
19 dan sebelum 21), (1) utu ru’, ‘mendukung’ dahisugi.
(2) ‘dua puluh ribu’ rium utu dungua [duŋu] (tidak cerdas, bebal,
ru’, (3) ‘dua pulu juta’ sala’ utu bodoh, tidak bisa berbicara,
ru’, (4) ‘dua puluh milyar etir tunanetra), (1) oang, (2)
utu ru’, (5) ‘dua puluh triliun’ ‘kedunguan mu itu’ numu
bara utu ru’. oangamu, (3) orang dungu’
dua puluh limafr.num [duwa puluh mata oango/ mancia oango’, (4)
lima] (angka Arab modivikasi ‘dia bisu’ noang i’.
25, angka Romawi XXV, dusunn [dusun] (kampung yang
bilangan setelah 24 dan sebelum berstatus sebagai dusun, bagian
26), (1) utu rusi lium, (2) ‘dua dari desa/ negeri “di Maluku”,
puluh lima ribu’ rium utu rusi struktur pemerintahan paling
lium, (3) ‘dua pulu lima juta’ bawah setelah desa/ negeri), (1)
sala’ utu rusi lium, (4) ‘dua soa, ota, etar, dusun, (2) ‘kepala
puluh lima milyar’ etir utu rusi dusun’ apala dusun (3) ‘enam
lium/ lim, (5) ‘dua puluh lima dusun, enam soa’ etar onan, soa
triliun’ bara utu rusi lium/lim. onan .
dudukv [duduk] (tidak berdiri,
bersila, melipat kaki secara
bersilang), (1) matoran/ matoan, ==== E-e ====
(2) ‘mereka duduk’ damatoran,
(3) ‘dia duduk’ namatoran.
dukunn [dukun] (orang yang entenga [enteŋ] (menganggap enteng,
mengobati, menolong orang menganggap remeh-temeh), (1)
sakit dengan memberi jampi- enteng, (2) ‘jangan menganggap
jampi), (1) manciya/ mata enteng’ manggap enteng bolu’.
tawara, (2) ‘orang berobat’ ekstraa [ekstra] (tambahan, bonus
mata hitawara, (3) ‘air yang mengenai waktu, hadia berupa
suda didoakan’ ar tawara. barang), ‘mereka mendapatkan
dukun bayin [dukun bayi] (orang waktu ekstra’ si daro’a ekstra.
n
umumnya perempuan yang ekor [ekor] (bagian tubuh binatang
bekerja menolong persalinan), di bagian belakang), (1) u’u, (2)
(1) biyang, (2) ‘dukun itu ‘ekor anjing’ ahuna u’uo, (3)
membantu persalinan bayi itu’ ‘memegang ekor’ dodi u’uo’.
bianga nabarobat, (3) ‘mereka elangn [elāŋ] (burung elang), (1) lusi,
mencari dukun melahirkan’ (2) ‘elang itu’ lusira, (3) ‘elang
dabail bianga. besar’ lusi lean.
dukungv [dukuŋ] (gendong, emasn [emas] (logam mulia yang
mendukung, membawa sesuatu digunakan sebagai perhiasan,
logam mulia yang berwarna
97
kuning keemasan), (1) mas, (2) onan, (7) ‘enam milyar’ etir
‘emas itu mahal’ masa mahal onan, (8) ‘enam puluh milyar’
(3) ‘banyak emas’ mas we’an. etir utu onan, (9) ‘enam triliun’
embunn [embūn] (air yang muncul bara onan, (10) ‘enam puluh
atau turun dari malam hari pada triliun’ bara utu onan, (11)
daun atau rumput atau ilalang), ‘enam ratus triliun’ bara ratu
(1) ebar, (2) ‘embun itu’ ebara, onan, (12) ‘enam ribu triliun’
(3) ‘banyak embun di pagi hari’ bara rium onan.
ebar we’an. enam belasnum [enam bêlās] (angka
empatnum [empat] (angka Arab Arab modivikasi 16, angka
Modifikasi yang berada pada Romawi XVI, bilangan setelah
urutan empat “4’, berada bawah 15 dan sebelum 17), (1) ucasi
angka tiga dan sebelum angka onan, (2) ‘enam belas ribu’ rium
lima), (1) hat [hat], (2) ‘empat ucasi onan, (3) ‘enam belas juta’
buah’ woi hat, (3) ‘mereka sala’ ucasi onan, (4) ‘enam
berempat’ si hat. belas milyar’ etir ucasi onan, (5)
empat belasnum [empat belas] (angka ‘enam triliun’ bara onan, (6)
Arab modivikasi 14, angka ‘enam belas triliun’ bara ucasi
Romawi XIV, bilangan setelah onan, (7) ‘enam puluh satu
13 dan sebelum 15), (1) ucasi triliun’ bara utu onan resi asai,
hat, (2) ‘empat belas ribu’ rium (2) ‘enam puluh dua triliun’
ucasi hat, (3) ‘empat belas juta’ bara utu onan resi roti.
sala’ ucasi hat, (4) ‘empat belas enam puluhnum [enam puluh] (angka
milyar etir ucasi hat, (5) ‘empat Arab modivikasi 60, angka
belas triliun’ bara ucasi hat. Romawi LX, bilangan setelah
empat puluhnum [empat puluh] 59 dan sebelum 62), (1) utu
(angka Arab modivikasi 40, onan, (2) ‘enam puluh ribu’
angka Romawi XL, bilangan rium utu onan, (3) ‘enam puluh
setelah 39 dan sebelum 41), (1) lima ribu’ rium utu onan resi
utu hat, (2) ‘empat pulu ribu’ lium, (4) ‘enam pulu juta’ sala’
rium utu hat, (3) ‘empat puluh utu onan, (5) ‘enam puluh
juta’ sala’ utu hat, (4) ‘empat milyar’, etir utu onan, (6) ‘enam
puluh milyar, etir utu hat, (5) puluh lima milyar’ etir utu onan
‘empat puluh triliun’ bara utu resi lium, (7) ‘enam puluh
hat. triliun’ bara utu onan.
enamnum [enam] (angka Arab encokn [encok] (jenis penyakit pada
modivikasi 6, angka Romawi kaki dan tangan atau pada
VI, bilangan setelah 5 dan bagian belakang menyebabkan
sebelum 7), (1) onan, (2) ‘enam pegal linu), (1) elar masingat,
pulu’ utu onan (3) ‘enam puluh (2) ‘dia sakit encok’ i elaro
ribu’ rium utu onan, (4) ‘enam masingat, (3) ‘mereka sakit
ratus ribu’ rium ratu onan, (5) encok’ elarodira masingat.
sala’ onan ‘enam juta’, (6) engkaupron [eŋkawu] (kata ganti orang
‘enam puluh juta’ sala’ utu kedua), (1) au, (2) ‘siapa

98
engkau’ au sei, (3) ‘dari mana gampanga [gampang] (hal remeh,
engkau’ au nagi ma. mudah saja, tidak sukar, tidak
sulit, mudah dikerjakan), (1)
gampang, (2) ‘harap gampang,
==== F-f ==== numu gampanga, (3) ‘jangan
gampang berharap’ harap
gampang bolu’.
fajarn [fajar] (cahaya matahari yang gantungv [gantuŋ] (mengaitkan
menyingsing menjelang pagi sesuatu di ketinggian, sesuatu
hari), (1) ola hada’o, (2) ‘fajar tidak menyentuh tanah, berada
sudah menyingsing’ olara di atas bidang datar yang lebih
nahada’ (3) ‘fajar menyingsing rendah), (1) gantung, (2)
dengan cerah’ ola hada’o masir. ‘menggantung’ nagantung, (3)
n
frak [frak] (tiket, tarif perjalanan ‘digantung’dahigantung.
dengan menggunakan garamn [garam] (senyawa kristalin
kendaraan, tarif mobil, tarif NaCl yang digunakan untuk
kapal laut), (1) ‘harga tiket’ penyedap makanan), (1) sira, (2)
fraka, (2) ‘berapa harga tiket ‘garam itu’ sirara, (3) ‘engkau
kapal?’ ‘frak apala pi his?. terlalu banyak mengonsumsi
ad
frei [frei] (tidak dalam hitungan, garam’ au ga sira talalu we’an.
bonus, tambahan, ekstra), (1) garpun [garpu] (jenis sendok yang
frei, (2) ‘mereka tidak dalam berjari digunakan untuk
hitungan kita’ ita tare’in sitei / menancap makanan untuk
si damasu’ ita nini hutungan tei. dimakan), (1) forok, (2) ‘dia
a
frek [frek] (sikap tidak peduli pada makan dengan menggunakan
orang lain), (1) frek, (2) ‘tidak garpu’ na’a tura foruka.
peduli dia’ frek tu I’, (2) ‘peduli gasingn [gasiŋ] (permainan/ mainan
apa dengan dia’ frek la tu i?. tradisonal terbuat dari kayu dan
farlakn [farlak] (farlak, pengalas sebagainya yang diberi pasak
lantai yang terbuat dari plastik pada bagian ekor (bawahnya)
tipis), (1) ‘farlak itu’ farlaka, (2) untuk dilingkari tali berfungsi
‘farlak hitam’ farlak metan. untuk dilempar dan ditarik agar
dapat berputar), (1) gasing, (2)
‘gasing itu’ gasinga, (3)
==== G-g ==== ‘mereka bermain gasing’ si
dalenga gasing.
galiv(meng-) [gali] (keduk, keruk, garukn [garuk] (garuk, kukur, kerok,
menggali ke dalam, menggali cakar), (1) garu’, (2)
lubang), (1) hais, (2) ‘engkau ‘menggaruk punggung saya
menggali lubang’ au hais yang gatal’ garu’ tinigura
lolou’a, (3) ‘berapa lubang yang mati’atal, (3) ‘garuk punggung
engkau gali?’ au hais lolou’ saya’ garu’ tinigura.
n
his?. gelas [gælās] (alat yang digunakan
untuk minum, berbentuk tabung

99
biasanya terbuat dari kaca dan tubuh dan sebagainya, tambun),
plastik), (1) galas, (2) ‘gelas itu’ 1) go’, watan go’, (2) ‘badannya
gelaāsa (3) ‘gelas kaca itu’ gemuk’ watano gogo’, (3) ‘agak
galas kacara, (3) ‘gelas plastik’ gemuk’ nahi gogo’ i’.
galas plastika. gerimisn [gerimis] (hujan tidak lebat),
gelangn [gelaŋ] (perhiasan yang (1) uran hinena’, (2) ‘gerimis ini
dipakai pada pergelangan sangat lama’ uran hinena’ ulat,
tangan), (1) galāng, (2) ‘gelang (3) ‘gerimis melanda’ uran
itu’ galanga, (3) ‘di manakah hinena’ baru abis.
gelang itu dibeli?’ has galanga gandengv [gandeŋ] (bersambung,
nagi?. berhubungan, berkaitan,
gelapa [gelāp] (tidak ada cahaya, bergandengan), (1) nodi, dodi,
kelam, tidak terang), (1) galap, nagandeng, nagandeng, (2)
(2) ‘gelap sekali’ galap pas’ali, ‘bergandengan’ dahiodi.
(3) ‘bulan gelap’, usia bulan gerhanan [gerhana] (matahari, bulan,
sudah di atas 15 hari’ ulan dan bumi berada pada satu garis
galapa. sejajar), (1) ortala/altala
gelarv (me-) [gelār] (menunjukan, namadein, ulana namadein, (2)
memertunjukkan, kekuatan, ‘gerhana matahari’ alatal
kebolehan, dan ketangkasan), namadein’ (3) ‘gerhana bulan’
(1) hisu’at, (2) ‘mereka ulan namadein.
n
menggelar kekuatan si dahisu’at gigi [gigi] (tulang keras, ukurannya
, (3) ‘dia menunjukan kebolehan kecil-kecil berwarna putih
dalam memainkan parang silat’ i dalam rongga mulut, tumbuh
ni nahisu’at tu pedara. dari gusi, berfungsi mengunyah
gemara [gæmār] (menyukai sesutu makanan), (1) ngisi’, (2)
seperti permainan sepak bola, ‘giginya putih’ ngisi’o mahuti,
gemar menonon tinju), (1) (3) ‘giginya kuat’ ngisi’o
su’ara, (2) ‘kegemaranya/ ahorat.
v
kesukaanya’ i ni su’ara, (3) gigit [gigit] (jepit dengan gigi), (1)
‘barang kegemaranya’ ni garat, (2) ‘gigit dia’ garat i’ (3)
susu’ara. ‘dia gigit’ i na’arat.
n
gembalan [gembala] (penjaga atau goa [gowa] (rongga bumi yang besar
pemelihara binatang), (1) dan bisa dimasuki orang atau
gembala, (2) ‘gembala itu’ binatang, pada zaman dahulu di
gembalara, (3) ‘orang jadikan sebagai tempat tinggal,
penggembala’ mata gembalara. peristirahatan, dan
genggamv [geŋgam] (mencengkram persembunyian), (1) goa, (2)
sesuatu dengan kepalan tangan), ‘goa itu’, goara(-ira) (3) ‘goa
(1) gugun, (2) ‘menggenggam’ itu besar’ goara boba’.
nagugun, (3) ‘digenggam’ gondok [gondok] (jenis penyakit
dahigugun. pembengkakan di leher), (1)
gemukn [gemuk] (besar karena gondoka, (2) ‘dia sakit gondok’ i
banyak dagingnya, tentang namasingat gondoka, (3) ‘dia

100
sakit gondok sudah lama’ i ==== H-h ====
namasingat gondoka ulat la’.
gosokv [gosok] (membersihkan hantamv [hantam] (pukul, tinju), (1)
kotoran berupa arang api, hantang [hantaŋ], (2) ‘mereka
karatan pada besi, kotoran pada menghantam lawan tiga gol’
piring atau pada beras, dll), (1) dahantang dilawan si gol tolu,
baras, (2) ‘anda yang (3) ‘stunami menghantam
membersihkan piring’ au baras kampung itu rata’ tonsoara
bingana?’ (3) ‘kalian nahantang wanura rata.
membersihkan piring’ umu hangata [haŋat] (kondisi badan yang
baras bingana. tersa tidak dingin tapi tidak juga
gundun [gundu] (kelereng, bola kecil sampai panas di atas 300 C), (1)
dari kaca atau tanah liat atau erhanas, (2) ‘cuaca hangat’
batu, digunakan sebagai olara erhanas (3) ‘cuaca hari ini
permainan anak-anak), (1) mutil/ terasa hangat’ olara sasate
muntila, (2) ‘kelereng itu’ erhanas.
muntila, (3) ‘mereka bermain halusa [halus] (kecil, perasaannya
kelereng’ si dalenga muntil. halus, lembut, tidak kasar, tidak
gunungn [gunuŋ] (daratan yang besar), (1) alus, (2) ‘badannya
paling tinggi lebih dari hutan), agak langsing’ nahialu-alusi’,
(1) u’ara, (2) ‘gunung itu tinggi’ (3) ‘agak langsing’ watano alu-
u’ara riri, (3) ‘gunung besar’ alus.
ua’ar lean. n
hari [hari] (waktu selama 24 jam,
gunturn [gunutr] (bertemunya panas satu hari), (1) dodan sa, (2) ‘hari
dan dingin di langit apa hari ini’ hari la sasate (3)
menyebabkan bunyi yang kuat ‘hari ini satu hari’
mengelegar, guntur dilangit), (1) sasate/sasatire dodan sa.
tara’a, (2) tara’ dudun ‘guntur haruma [harum] (wangi, aroma
menggelegar’ (3) ‘guntur sedap), (1) waun, (2) ‘aroma
bersahut-sahutan’ tara’a minyak itu harum’ gūla waun
nahisambung-sambung. baban, (3) ‘tubuhnya harum’
guru ngajin [guru ŋaji] (kiayai watano waun.
kampung, orang Muslim yang hapusv [hapus] (dilenyapkan, tidak
mengajari orang membaca dan terlihat lagi, seperti
mengaji Al-Qur’an), (1) nyira, membersihkan papan tulis), (1)
(2) ‘guru ngaji laki-laki’ nyira hapus, (2) ‘hapus tulisan dari
waranara, (3) ‘guru ngaji papan tulis’ hapus tulisana sebi
perempuan’ nyira wawinara, (4) papan tulisa.
‘guru ngaji yang bungsu’ nyira n
hati [hati] (organ tubuh yang
warana sa ota’a, (5) ‘guru ngaji berwarna merah di kanan atas
yang sulung’ nyira sa leano’. rongga perut), (1) at, (2)
‘hatinya’ ato’, (3) ‘dokter
mengatakan hatinya masih
sehat’ dokter nahawai ato sehat.
101
hausa [hawus] (berasa kering kerongkongan), (1) buis, (2)
kerongkongan dan ingin ‘menghisap rokok’ buis
minum), (1) haus, (2) ‘saya haus taba’ura, (3) ‘menghisap jerutu’
roti bakar’ nugu haus nai buis jerutura.
barota, (3) ‘haus ikan’ haus hitama [hitam] (warna gelap, bukan
i’ana. putih), (1) metan, (2) ‘langit
hemata [hemat] (tidak boros, berhati- berwarna hitam tanda mau
hati dalam pengeluaran), (1) hujan’ langita nametan (3)
hemat, (2) ‘orang itu hidupnya ‘hitam gelap’ metan galap.
sangat hemat’ matara nihidupa hitunga (meng-) [hituŋ] (membilang
hemat, (3) ‘hidup ini harus menjumlahkan, mengurangi,
berhemat’ hidupe musti tahemat. membagi, memperbanyak, dan
hentiv (ber-) [henti] (tidak bergerak, sebagainya), (1) re’in, de’in, (2)
tidak beraktifitas), (1) barenti, ‘berhitung’ mabare’in, (3)
(2) ‘berhenti’ mabarenti, (3) ‘Anda menghitung uang’ au
dabarenti. ‘telah berhenti’. de’in pitisa, (4) ‘saya
hidungn [hiduŋ] (alat pencium, menghitung uang’ a’u re’in
penghirup), (1) yiso, (2) pitisa.
‘hidungnya’ suwera, isora, (3) hujann [hujan] (air yang turun dari
‘dia mencium dengan langit), (1) uran, (2) ‘hujan
hidungnya’ nasinga tu suwera / deras’ uran namanugur, (3)
nasinga tu yisora. ‘hujan panas’ uran
hidupv [hidup] (masih hidup, urtala(altala), (4) ‘hujan disertai
bergerak, dan bekerja angin’ uran angin.
sebagaimana mestinya manusia, hujan anginfr.n (hujan yang disertai
binatang, tumbuhan angin ribut), (1) uran angin, (2)
beraktifitas), (1) hidupa, (2) ‘hujan angin seperti ini harus
‘masih hidup terus’ i bota hidup berhati-hati’ uran angin musti
tama, (3) ‘pohon itu masih hati-hati, (3) ‘hujan angin dan
hidup’ aira bota hidup tama. guntur’ uran angina tu tara’.
hijaua [hijawu] (warna yang serupa hujan panasn (hujan pada waktu
dengan warna daun pada matahari bersinar dengan cerah
umumnya), (1) ijo, (2) ‘kacang dan panas), (1) uran urtala/
ijo itu’ kacang ijora, (3) ‘rumah uran altala, (2) ‘jangan mandi di
itu berwarna hijau’ ruma warna hujan panas’ sou bo uran altala
ijo. bolu’.
hirupv [hirup] (menghisap melalui hutann [hutan] (areal atau tanah luas
mulut atau hidung), (1) hegus, yang ditumbuhi pohon-pohon,
(2) ‘mereka menghirup hutan kota, hutan liar, dan hutan
tembakau’ dahegus taba’ura. lindung), (1) esi, (2) ‘hutan itu
hisapv [hisap] (mengisap, menghirup, sunyi’ esira manengal, (3)
isap atau sedot dengan ‘hutan bambu’ esi tatabara, (4)
menggunakan mulut sampai ‘hutan belantara’ esi dum-dum.
masuk ke mulut atau

102
hutangn [hutaŋ] (berhutang, intaiv [intayi] (mengamat-amati dari
meminjam barang berupa uang, jauh dengan cara sembunyi-
atau barang kebutuhan yang lain sembunyi, melihat melalui
dengan perjanjian akan diganti), lubang kecil, sela-sela, sudut
(1) hiutan, (2) ‘si dahiutan’ rumah, dan semak-semak), (1)
mereka berhutang, (3) ‘u galiga, (2) ‘dia mengintai’
hiutang’ saya berhutang, (4) ‘I nagaliga (3) au galiga ‘Anda
nahiutan’ dia berhutang. mengintai’, (4) ‘mereka menitai’
si dagaliga.
v
intip (meng-) [intip] (mengintip
==== I-i ==== perempuan yang mandi setenga
bugil di kamar mandi terbuka,
iapro [iya] (orang yang dibicarakan, mengintip orang dikamar tidur,
tidak termasuk pembicara dan orang yang kelainan suku
kawan bicara, dia), (1) yi’, (2) mengintip aurat perempuan,
‘dia bekerja’ i na’arja, (3) ‘dia kejiawaan terganggu), (1) nega,
ikut bekerja’ i natura na’arja. mega, nahiega, mahiega,
n
ibu [ibu] (orang tua perempuan, dahiega, (2) ‘dia mengintip
perempuan dewasa yang perempuan yang sedang mandi’
memiliki anak, ibu tiri atau ibu I nega, (3) ‘mereka mengintip
sambung, ibu kandung) (1) īna, perempuan’ si dahiega, (4)
nina, (2) ‘ibu dan ayah’ nina tu ‘Anda mengintip perempuan’ au
baba, (3) ‘ibu di mana?, nina i mahiega.
n
nagi. ikan [ikan] (vertebrata yang hidup
igau (meng-) [igawu] (berkata-kata
v dalam air, bernapas dengan
tanpa disadari seperti pada insang, bersisik), (1) i’an, (2)
waktu tidur atau sakit), (1) ‘ikan dan sagu’ i’an tu suata, (3)
sumi’an, suma’an, (2) ‘dia ‘ikan dan nasi’ i’an tu hasara.
v
mengigau’ nasuma’an, (3) ikat [ikat] (mengikat, tidak lepas,
‘Anda mengigau’ au jadi satu), (1) wo’as, (2) ‘saya
masumi’an. mengikat kayu’ u wo’as aira,
ingatv [iŋat] (berada dalam pikiran, (3) ‘kayu satu ikat’ ai wo’as sa.
tidak lupa, timbul kembali ikat kepalafr.n [ikat kepala] (kain
dalam ingatan), (1) ingat, (2) yang biasanya dipakai sebagai
ningat ‘dia mengingat. (3) simbol tertentu dalam
‘Anda ingat’ au mingat, (4) masyarakat adat, kain berwarna
‘mereka ingat’ si dingat. merah, putih dan sebagainya),
injakv [injak] (tempat untuk (1) kain berang, (2) ‘ikat kepala
meletakkan telapak kaki, seperti itu’ kain beranga, (3) ‘punya
rem mobil, dll, tempat untuk siapakah kain berang ini?’ si ni
menginjak), (1) bora, (2) ‘dia kain berange?.
pron
menginjak’ nabora. (3) ‘Anda ini [ini] (kata penunjuk terhadap
menginjak’ au bora, (4) ‘mereka sesuatu yang letaknya tidak jauh
menginjak’ si dabora. dari pembicara), (1) ire(yera),

103
(2) ‘ikan ini’, i’an ire(era) (3) cepat karena gravitasi bumi), (1)
‘celana ini’ adare(ire). gei’, ‘buah durian yang sudah
isterin [istri] (wanita atau perempuan matang akan jatuh ke bumi’ (2)
yang sudah menikah atau yang durana abaro nagei’ wa tanara,
bersuami), (1) niwinara, (2) (3) ‘mereka sudah tersingkir dari
‘istri saya’ nugu wawinara, (3) turnamen itu’ si dagei’ sebi
‘saya sudah beristri’ nugu turnameana la’.
wawina nai la’a. jauh [jawuh] (panjang antara tempat
a
pron
itu [itu] (kata penunjuk waktu, semula dengan tempat yang
benda yang jauh dari dituju, jaraknya jauh, tidak
pembicara), (1) yara(i:ra), (2) dekat), (1) rauh, (2) mereka
‘sagu itu’ suat ira(yara), (3) sudah jauh’ si rau la’a, (3)
‘awas ada api itu’ jaga ahira. ‘mereka sudah jauh berjalan’ si
datagi rau la’.
jarumn [jarum] (alat jahit yang
==== J-j ==== terbuat dari logam, bentuknya
bulat panjang, kecil, berujung
jahatv [jahat] (emosi, emosi tidak runcing), (1) lalana, (2) ‘jarum
terkendali, sifat emisional), (1) jait’ lalan hiraita, (3) ‘mana
jahat, (2) ‘orang itu jahat’ jarum?’ lalana yo?.
matara I jahat. jingga [jiŋga] (oranye)a (kuning
v
jahit [jahit] (menjahit dengan jarum, kemerah-merahan), (1) orens,
mesin jahit, atau jahit tangan), (2) ‘rumah berwarna jingga’
(1) rait, dait [rayit, dayit], (2) ruma orens, (3) ‘kapal itu dicat
‘orang penjahit’, mata hiraita, dengan warna jingga’ apala
(3) mereka menjahit’ si dahirait. dacet orens.
v
jalanv (ber-) [jalan] (melangkahkan jilat [jilat] (menjulurkan lidah dan
kaki bergerak maju), (1) tagi, digesek di bagian tertentu untuk
dagi, (2) ‘kami berjalan’ ami merasai, mencolet dan
atagi, (3) ‘saya berjalan’ a’u sebagainya), (1) lewa, (2) ‘Dia
tagi, (4) ‘mereka berjalan’ si menjilat’ nalewa (3) ‘penjilat’
datagi, (5) ‘anda berjalan’ au nahilewa, (4) ‘penjilat
dagi, (6) ‘perjalanan’ tinagira, kepentingan orang’ nalewa
(7) ‘pindah dari sini’ dagi sebi. mancia dikepentingana.
v
jantungn [jantung] (pusat peredaran jidat [jidat] (testa, bagian tubuh di
darah dalam tubuh manusia, depan kepala di atas alis mata),
berada dalam tubuh di atas (1) talano’ [talanoˀ ] (2)
dada), (1) ato’ [a:toˀ ], (2) ‘memukul testanya/ jidat’
‘jantung mu’ atomura, (3) nababal talano’.
‘nama mu tertulis di jantung ku’ jongkokv [joŋkok] (menundukan
numu ngasana datulis nai badan dengan cara melipat
atogura. kedua lutut menyentuh tanah
jatuhv [jatuh] (lepas/ putus/ dan posisi pantat dan badan tidak
meluncur ke bawah dengan menyentuh tanah), (1) tual,

104
dual, (2) ‘Dia jongkok’ natual, kadang-kadang saja’ i namasu’
(3) ‘Anda menjongkok’ au dual. arja ha’asasai, (4) ‘kadang-
jurangn [juraŋ] (bagian bumi yang kadang mereka datang’ si
miring, tanah yang tidak rata), daratan ha’asasai.
(1) gelar, (2) ‘jurang itu’ gelara, kain batikfr.n [kayin batik] (kain yang
(3) ‘berjurang-jurang’ berciri khas Indonesia banyak
nahigegelar. diproduksi sebagai batik khas
junjungv [junjuŋ] (mengangkat kedua daerah tertentu sepeti
telapak tangan dengan cara Pekalongan, Papua, dan
disatukan dinaikan dari testa ke sebagainya), (1) kain batik, (2)
atas kepala untuk penghormatan, ‘kain batik’ kain batika, (3)
persembahan, hamba kepada ‘punya siapakah baju batik ini?’
tuan/ raja), (1) junjung, (2) ‘Dia sei ni ladan batike.
v
menjunjung’ najunjung, (3) kaji (me-) [kaji] (belajar,
‘anda jangan terlalu menjunjung memelajari, mengaji, menelaah
orang’ au junjung manciara hingga memahami dan dapat
talalu bolu’. diimplementasikan), (1) kaji, (2)
jurus pencakfr.v [jurus pencak] ‘mengaji Al-Qur’an’ nasibur
(gerakan mempertahankan diri Qur’ana, (3) ‘kajian’ kajian, (4)
dengan kepandaian menangkis, ‘mengaji’ mengaji qur’an,
mengelak, dan sebagainya), (1) mengaji ilmura, (5) ‘mereka
guan bunga, pica bunga, mengaji kitab sastra’ si dasibur
hisu’at, (2) ‘dia pertama kitab sastrara.
mengambil jurus/ ancang- kakakn [kakak] (anak yang usianya
ancang’ i naguan pica bunga lebih tua, kakak yang lahir
boano. duluan, kakak kandung, kakak
sepupu), (1) a’a, (2) ‘kakak laki-
laku’ a’a waranara, (3) ‘kakak
==== K-k ==== perempuan’ a’a wawinara.
n
kaki [kaki] (bagian dari anggota
kabutn [kabut] (awan lembap yang tubuh bagian bawah mulai dari
melayang di dekat permukaan pangkal paha hingga ujung jari-
tanah), (1) kamu-kamu, (2) jari kaki), (1) na’era, I’era, (2)
‘kabu itu’ kamu-kamura, (3) ‘kaki kanan’ na’e uwanan/ I’e
‘kabut terlalu banyak sampai uwanana, (3) ‘kaki kiri’ na’e
tidak terlihat pulau’ kamu- ubalita/ I’e ubalita.
kamura tutu tato’un pulaura tei kakuad [kaku] (kekauan, tidak dapat
la’. bergerak karena kondisi
kadang-kadangadv [kadaŋ-kadaŋ] kesehatan tertentu terganggu,
(adakalanya, sering, kapan- umumnya peredaran darah tidak
kapan, sekali-sekali), (1) mengalir secara normal
ha’asasai, (2) ‘sekali-sekali baru sehingga persendian atau tubuh
mereka datang’ ha’a sasai baru tidak bergerak secara normal,
si daratan, (3) ‘dia masuk kerja keras tidak dapat dilentukkan,

105
kejang), (1) na’aul, (2) ‘kakinya uananan, (3) ‘kaki kanan’ na’e
kaku/ tidak dapat bergerak’ uanana.
na’era/ I’era na’aul, (3) kapasn [kapas] (tanaman berserat
‘badanya kaku’ watano naauli, putih yang dibuat benang dan
(4) ‘hidup ini jangan kaku’ sebagainya), (1) kapasa, (2)
hidupe kaku bolu’. ‘banyak kapas’ kapas we’an, (3)
kalaup [kalawu] (konjungsi berfungsi ‘daun kapas’ kapas ruo’.
menyatakan syarat mengenai karenap [karena] (kata penghubung
sesuatu), (1) alau(kalau) untuk menandai sebab atau
[alau(kalau)], (2) ‘kalau seperti alasan), (1) karna, (2) ‘basah
itu’ alo mi sontoira(sontora). karena hujan tadi malam’
kalengn [kaleŋ] (wadah yang na’abotan karna uran dodana,
bentuknya bermacam-macam (3) ‘miskin karena malas’
digunakan untuk menyimpan ta’asian karna jabula.
berbagai keperluan seperti ikan kasara [kasar] (sifat atau budi pekerti,
kaleng/sardens, biskuit, dll, tindakan yang kasar, berbicara
diproduksi di pabrik-pabrik dengan suara yang keras dan
sesuai kebutuhan) (1) bale’a, (2) tidak memertimbangkan sopan-
‘kaleng kosong’ bale’ uno’. santun), (1) asar, (2) ‘anak itu
kalungn [kaluŋ] (perhiasan yang bicaranya kasar’ ana’a nasabi
terbuat dari emas, perak, dan asar, (3) ‘keluarga itu
sebagainya yang dikalungkan perangainya kasar’ keluargara
pada leher sebagai hiasan si asar.
v
kecantikan/ harga diri), (1) kata (ber-) (mengutarakan isi hati
rantira, (2) ‘kalung emas’ ranti dengan kata-kata, berbicara,
masa, (3) ‘kalung perak’ ranti mengatakan), (1) kata, (2) ‘kata
perara. mu sendiri’ au numu katara, (3)
kamipron [kami] (pembicara orang ‘kata dia’ i ni katara.
a
pertama jamak, yang menulis kaya [kaya] (mempunyai banyak
atas nama kelompok, tidak harta, harta berlimpa, tidak
termasuk pembaca), (1) ami miskin), (1) kaya raya, mancia
[ami], (2) ‘kami semua jadi satu’ naira [kaya, manciya nayirā], (2)
ami nun woisa, (3) ‘kami dan ‘mereka itu keluarga kaya raya’
mereka’ ami tu si. sira keluarga kayara, (3) ‘orang
kamupron [kamu] (orang kedua kaya, orang berada’ mancia
tunggal, orang yang diajak naira.
n
bicara), (1) au, (2) ‘kamu datang kayu [kayu] (bagian dari pohon,
sebentar’ oca au datan, (3) bagian batang, pohon yang
‘kamu datang kapan’ au datan masih hidup), (1) aira, (2) ‘kayu
muguhiso?. itu panjang’, aira malas (3) ai
kanann [kanan] (tangan atau kaki de’ar ‘kayu kering’, (4) ‘kayu
kanan bukan kiri), (1) uanan untuk pembangunan rumah’ ai
[uwanan], (2) ‘kanan’ ima(nama) rumara.

106
kebayan [kebaya] (baju perempuan kencing’ au damoman/ au
bagian atas, berlengan panjang, matumoman’.
dipakai dengan kain panjang), keringa [keriŋ] (tidak basah, tidak
(1) kabai, (2) ‘kebaya itu’ berair, tidak lembap, tidak ada
kabaira, (3) ‘kebaya putih’ airnya lagi), (1) amas, (2)
kabai mahutira. ‘sudah kering’ na amas la’a, (3)
n
kecil [kecil] (tidak besar, kurang ‘air itu sudah kering’ ara
besar), (1) mamahun, (2) ‘terlalu na’amasi la’.
a
kecil’ mamahun tu’u, (3) ‘masih kikir [kikir] (sekakar, pelit, hemat
kecil’ bota mamahun. berlebihan dalam memakai harta
kejang uratfr.a (bagian tertentu pada bendanya), (1) sa’a’ar, (2)
tubuh mengalami kekakuan ‘orang itu sangat pelit’ matara i
sehingga sulit bergerak), (1) sa’a’ar, (3) ‘jangan pelit supaya
na’aul, (2) ‘tangannya kejang- banyak keluarga, nanti pada saat
kejang’ namara/ yimara na’aul, tidak punya baru tidak ada
(3) ‘kakinya kejang-kejang’ keluarga’ sa’a’ar bolu’
naera/ I’era na’aul’. supainaia numu keluarga
kelabun [kelabu] (abu-abu, warna we’an, le’an numu naitei baru
antara hitam dan putih), (1) abu- numu keluarga nai tei.
n
abu, (2) ‘kapal itu bercat abu- kiri [kiri] (arah, pihak, atau sisi
abu’ apala ni warnara abu-abu, bagian kiri badan kita yang
(3) ‘rumah itu berwarna abu- berisi jantung, lawan dari
abu’ rumara warna abu-abu. kanan), (1) ubalit, (2) wida
kelahiv (ber-) [kelahi] (bertengkar ubalita ‘sebelah kiri’, (3) nama
dengan disertai adu kata-kata ubalita ‘tangan kiri’.
n
atau adu tenaga), (1) dahiwei, kilat [kilat] (cahaya cepat dilangit,
(2) ‘mereka berkelahi’ si cahaya yang timbul akibat
dahiwei, (3) ‘kalian berkelahi’ bertemunya aliran listrik
umu mahiwei. tegangan tinggi yang panas
kepalan [kepala] (bagian tubuh yang dengan suhu dingin di langit),
di atas leher tempat tumbuhnya (1) tiniti’, (2) ‘kilat itu’ tiniti’a,
rambut), (1) ilu, (2) ‘keras (3) ‘kilat menyambar’ tiniti’a
kepala’ ilu mangan, (3) ‘kepala na’amat.
pron
botak’ ilu baba’ar. kita [kita] (pronomina persona
kemaluann [kemaluwan] (alat pertama jamak, yang berbicara
kelamin baik laki-laki maupun bersama dengan orang lain
perempuan) (1) nimalura, (2) termasuk yang diajak bicara),
‘kemaluannya’ ni malura/ ni (1) ita, (2) ‘kita jadi satu’ ita
kemaluana. woisa / ita nun woisa, (3)
kencingv [kenciŋ] (buang air kecil, ‘mereka jadi satu’ si nun woisa.
berkemih), (1) tamoman, kopiahn [kopiyah] (songkok atau peci
tumoman, damoman, (2) ‘saya pada umumnya berwarna hitam
kecing’ utumoman, (3) ‘Anda yang dipakai umat Islam laki-
laki untuk sholat), (1) topira, (2)

107
‘saya memiliki dua kopiah’ kulin [kuli] (pekerja kasar, orang
nugu topi roti, (3) ‘kopiah untuk yang bekerja dengan
Sholat’ topi sumbiyanga. mengandalkan kekuatan
n
kota [kota] (bukan desa dan fisiknya), (1) kuli, (2) ‘para
kecamatan, status pemerintahan pekerja kasar’ mancia orja/arja,
setingkat dengan kabupaten), (1) (3) ‘pekerja bangunan’ mancia
kota, (2) ‘kota itu’ kotara, (3) bangunan.
n
‘kota Ambon’ kota Ambon. kulit [kulit] (pemalut paling luar
kotora [kotor] (tidak bersih, kena tubuh mahluk hidup atau buah-
noda, sampah berserakan di buahan), (1) li’it, (2) ‘kulit
mana-mana), (1) kotor, (2) ‘air tangan’ nama li’ito, (3) ‘kulit
itu kotor’, ara kotor, (3) kaki’ i’e li’ito/ nama li’ito.
‘halaman itu kotor’ halamana kulumv [kulum] (mengunyah,
kotor. menahan permen di dalam
kuat [kuwat] (tidak lemah, bisa
a
mulut), (1) mumut, (2) ‘mereka
mengangkat benda yang berat kulum/ mengunyah/ menahan
atau besar, banyak tenaganya, permen dalam mulut’ si
kekar), (1) ahorat, (2) ‘orang itu damumut gula-gulara.
sangat kuat’ matara i ahorat, (3) kuningn [kuniŋ] (buah yang
‘angin sangat kuat’ angin digunakan sebagai pewarna
ahorat. makanan, nama dan warna
kubangann [kubaŋan] (areal tertentu serupa), (1) unin, (2) ‘kulit
di hutan, di kebun yang kuning’ unin li’ito, (3) ‘kuning
digenangi air, biasanya isi’ unin sisio’.
digunakan sebagai pemandaian kunyahv [kunyah] (mengunyah,
hewan ternak atau kebutuhan menghancurkan atau
yang lain), (1) momar, dem, (2) melumatkan makanan dan
‘air kubangan ini bersih’ sebagainya dalam mulut dengan
momare niara barsi, (3) ‘pergi gigi), (1) mama, (2) ‘Anda
ke kubangan’ tatagi nai mengunyah permen’ au mamah
momara. gula-gulara, (3) ‘Dia
kudisa [kudis] (penyakit pada bagian mengunyah’ i namama, (4)
kulit manusia atau hewan yang ‘mereka mengunyah’ si
gatal dan menular), (1) butira, damamah.
(2) ‘dia terkena penyakit kudis’ kurapn [kurap] (penyakit kulit mirip
butira na’a i, (3) ‘badanya kudis yang disebabkan karena
penuh kudis’ watano’ lomin tura jamur), (1) kurapa, (2) ‘dia
butira. terkena penyakit kurap’ kurapa
kukun [kuku] (bagian ujung tangan na’a i’, (3) ‘badannya penuh
atau kaki melapisi isi jari), (1) dengan kudis’ watano lomin
lidir, (2) ‘kuku tangan’ nama tura kurapa.
lidir, (3) ‘kuku kaki’ i’e lidir/ kurusa [kurus] (badannya kurang
nama lidir. berdaging, tidak gemuk), (1)
watano alus, (2) ‘badan mu

108
kurus’ watanomura alus, (3) sesuatu), (1) nataga, dataga, (2)
‘badanya kurus’ watano alus. ‘saya melarang Anda’ a’u taga
kutangn [kutaŋ] (pakaian dalam au, (3) ‘Dia melarang i nataga,
wanita untuk menutupi payudara (4) ‘mereka yang melarang’
terdiri atas kain berbentuk dataga si.
v
mangkuk, tali bahu, ban kerut lari [lari] (melangkah dengan
untuk menyangga dada), (1) kecepatan tinggi), (1) hilaru,
kutanga, (2) ‘kutang itu’ halaru, (2) ‘mereka berlari’
kutanga, (3) ‘kutang merah’ dahilaru, (3) ‘Dia berlari’
kutang merah. nahilaru, (4) ‘mereka berlari’
n
kutu [kutu] (kutu, serangga parasit dahilaru.
tidak bersayap yang mengisap lari-lari kecilfr.v [lari-lari kecil]
darah binatang atau manusia, (langkah yang lebih cepat dari
pada manusia bisanya hidup di berjalan, seperti umat Islam
kepala), (1) utu, (2) ‘kutu itu’ yang melaksanakan Tawaf pada
utura, (3) utu boio’ ‘raja kutu’. waktu menunaikan ibdah haji di
Mekah), (1) halaru meleleman,
(2) ‘mereka berlari kecil-kecil
==== L-l ==== dari dini hari’ dahalaru
meleleman nagamarani.
ladang (ber-)v [ladang] (tanah yang lapanga [lapaŋ] (tanah yang luas,
diusahakan dan ditanami digunakan untuk berbagai
tanaman umur pendek seperti keperluan), (1) lapang, (2)
ubi, jagung, dan sebagainya ‘lapangan itu luas’ lapanga luas,
dengan tidak diairi), (1) um, (2) (3) ‘tana lapang itu digunakan
‘mereka berkebun’ dawei um, untuk lapangan bola’ tana
(3) ‘Dia berkebun’ nawei um, lapanga dawei lapangan goala.
(4) ‘mereka berkebun’ dawei lapangann [lapaŋan] (areal atau
uma. tanah yang luas digunakan untuk
a
lain [lain] (hal yang berbeda, tidak keperluan apel, berolahraga, dan
sama), (1) woun, (2) ‘yang lain’ bermain), (1) lapangan
woisa woun, (3) ‘keluarga yang [lapaŋan], (2) ‘lapangan bola
lain’ keluarga woun. kaki’, lapangan goala, (3)
langitn [laŋit] (ruang luas terbentang ‘lapangan terbang’ lapangan
di atas bumi, tempat beradanya terbanga.
bulan, bintang, matahari, dan laut [lawut] (air asin, bagian bumi
n

planet), (1) langit, (2) ‘langit yang genangi air asin), (1) laut,
itu’ langita, (3) ‘langit gelap (2) ‘laut itu’ lauta, (3) ‘laut biru’
gulita’ langita galap. lauta nabiru.
a
larangv (me-) [laraŋ] (larangan lama [lama] (waktu yang sudah
mendekat, larangan membuang lama, tidak sebentar), (1) ulat,
sampah, memerintahkan supaya (2) ‘kejadian itu sudah lama’
tidak melakukan sesuatu, tidak kejadianara(-ira) ulat la’a, (3)
memerbolehkan berbuat
109
‘sudah lama berpulang’ namuli lembah’ wa loiro’, (3) ‘turun ke
ulat la’a. lembah’ dudu wa loiro.
lambata [lambat] (tidak cepat, seperti lembuta [lembut] (tidak kasar, tidak
merayap, perlahan-lahan), (1) keras, lembek, seperti kapas),
lambat, ulat, (2) ‘dia berjalan (1) maluis, (2) ‘dia lembut’
terlalu lambat seperti merayap’ namaluis.
natagi ulat. lemparv [lempar] (sesuatu berupa
layangann [layaŋan] (mainan yang benda yang dilempar/ didorong
terbuat dari kertas berkerangka dengan tangan menggunakan
yang diterbangkan ke udara tenaga yang kuat), (1) bisa’, (2)
dengan memakai tali seperti ‘dia yang lempar’ i na bisa’, (3)
benang, tasi dll, sebagai ‘dia lempar dengan batu’
kendali), (1) layang-layang, (2) nabisa’ tu watura.
‘mereka bermain layang-layang’ letakanv(me-) [letakan] (menaruh,
si dalenga layang-layang, (3) menempatkan), (1) dataru, (2)
‘layang-layang itu terbang ‘mereka melatakkan di atas’
tinggi’ layang-layanga atawida. dataru ata.
lebara [lebar] (perasaan yang lapang, a
letih [letih] (capek, lalah, kurang/
tidak sempit), (1) lebar, (2) tidak bertenaga biasanya dialami
‘lebar lapangan’ lapangana ni oleh orang yang baru selesai
lebaro, lebar lapangana, (3) aktifitas berat), (1) lam, malam,
‘berapakah lebar lapangan itu?’ (2) ‘meletihkan, melelahkan’
lapangana ni lebaro his?. malam, (3) ‘dia letih setelah
lehern [leher] (bagian tubuh antara bekerja’ namalam i’.
v
kepala dan badan yang berfungsi letus (me) (pecah atau terbuka
menghubungkan kepala dengan dengan tiba-tiba karena adanya
tubuh bagian bawah), (1) tekanan atau dorongan yang
totolang, (2) ‘lehernya’ sangat kuat sehingga
totolango’, (3) ‘berleher mengeluarkan bunyi yang
panjang’ totolango’ malas. sangat keras, meledak), (1)
a
lelah [lelah] (penat, letih, payah, meletus, meledak, (2) ‘gunung
tidak bertenaga), (1) lam (ma-, itu meletus’ gununga nameletus,
nama-), (2) ‘kerja itu membuat (3) ‘gunung api itu’ gunung
saya lelah’ arja(-re, -ira) nawei apira.
a’u malam. lepasv [lepas] (dapat bergerak (lari)
lelakin [lelaki] (jantan, bukan ke mana-mana, tidak tertambat),
perempuan atau wanita), (1) (1) loas, lapas, (2) ‘lepaskan
warana, (2) ‘suaminya’ ni dia’ lapas i’, (3) ‘Dia
waranara, (3) ‘suaminya pergi dilepaskan’ daloas i’.
a
bekerja’ ni waranara natagi licin [licin] (berminyak atau
na’arja. berlendir, menyebabkan orang
lembaha [lembah] (bagian landai di mudah tergelincir), (1) sumilar,
bawah jurang), (1) loir, (2) ‘di (2) ‘jalan itu licin’ lalana

110
nasumilar, (3) ‘jalan itu licin milyar’ etir ucasi lium, (5) ‘lima
sekali’ lalana nasumilar pas’ali. belas triliun’ bara ucasi lium.
lidahn [lidah] (bagian tubuh dalam lima puluhnum [lima puluh] (angka
mulut yang berfungsi menjilat, Arab modivikasi 50, angka
mengecap, dan berkata-kata), Romawi L, bilangan setelah 49
(1) ealo, (2) ‘lidahnya ringan’ dan sebelum 51), (1) utu lium,
ealo esbaban, (3) ‘lidahnya (2) ‘lima puluh ribu’, rium utu
panjang’ ealo malas. lium, (3) ‘lima puluh lima ribu’
v
lihat [lihat] (melihat, memandang rium utu lium resi lium, (4)
benda-benda lain dalam jarak ‘lima pulu juta’ sala’ utu lium,
tertentu sesuai kemampuan (5) ‘lima puluh milyar’ etir utu
penglihatan), (1) to’un, do’un, lium, (6) ‘lima puluh lima
nato’un, dato’un, (2) ‘saya milyar etir utu lium resi lium,
melihat’ a’u to’un, (3) ‘siapakah (7) ‘lima puluh triliun’ bara utu
yang melihat?’ Sei si dato’un, lium.
(4) ‘Anda melihat’ Au do’un, (5) lima ribunum [lima ribu] (angka Arab
‘Kalian melihat’ Umu do’un, (6) modivikasi 5000, angka
‘Dia melihat’ I nato’un. Romawi MxV, bilangan setelah
n
lilin [lilin] (bahan terbuat dari 4499 dan sebelum 5001), (1)
parafin, mudah mencair jika rium lium, (2) ‘lima ribu’ rium
dipanaskan, dapat dipakai lium, rim lim, (3) ‘lima ribu lima
sebagai pelita dan/atau untuk ratus’ rium lium ratu lium, rim
membatik), (1) lilin, (2) ‘lilin itu lim ratu lim, (4) ‘lima ribu juta’
menyala sangat terang’ lilina sala’ rium lium, sala’ rim lim,
na’a masir, (3) ‘saya membeli (5) ‘lima ribu milyar’ etir rium
dua lilin’ uhas lilin roti. lium, etir rim lim, (6) ‘lima ribu
num
lima [lima] (bilangan yang lima ratus milyar’, etir rium
dilambangkan dengan angka 5 lium ratu lium, etir rim lim ratu
‘Arab modifikasi, atau V angka lim (7) ‘lima ribu triliun’ bara
Romawi, angka sesudah 4 dan rium lium, bara rim lim, (8)
sebelum enam), (1) lim (dialek ‘lima ribu lima ratus triliun’
Gorom Barat), lium (Dialek bara rium lium ratu lium, bara
Gorom Timur dan Wawasa), (2) rim lim ratu lim.
v
‘kami berlima’ ami lium, (3) lirik (me-) [lirik] (mengincar, melihat
‘kalian berlima atau berenam’ dengan tatapan yang tajam ke
umu lium te umu onan. samping kiri atau kanan), (1)
lima belasnum [lima belas] (angka sili’, (2) ‘melirik’ nasili’, (3)
Arab modivikasi 15, angka ‘Dia melirik Anda’ nasili’ aura
Romawi XV, bilangan setelah (-auira).
v
14 dan sebelum 16), (1) ucasi lotot (me-) [lotot] (melihat dengan
lium, (2) ‘lima belas ribu’, rium sorotan mata yang tajam pada
ucasi lium, (3) ‘lima belas juta’ objek yang dilihat), (1)
sala’ ucasi lium, (4) ‘lima belas manganga, matārâ nadim
(nadium), (2) ‘Dia melotot pada

111
Anda’ matara nadium nai aura, ==== M-m ====
(3) ‘mereka melototi kalian dari
tadi’ si damanganga umu mainv [main] (kegiatan yang
muhuara tama la’a. dilakukan untuk kesenangan,
luas [luwas] (lapang, lebar, panjang
a berkegiatan sambil santai-
sekali, tidak sempit), (1) luas, santai), (1) lenga, (2) ‘mereka
(2) ‘halaman rumah itu sangat bermain bola’ si dalenga goal,
luas’ kintal rumara luas walu’. di dalengan gol, (3) ‘kami
ludahn (me-) [ludah] (air yang keluar bermain di panta’ ami alengan
dari mulut, air liur, air yang lau tasi’.
dikeluarkan lewat mulut disebut makanv [makan] (memasukkan
juga air mulut), (1) inisu/anisu, sesuatu ke dalam mulut,
(2) ‘ludah itu’ inisura, (3) ‘dia kemudian mengunyah dan
meludah’ na anisu. menelannya), (1) ga, (2)
v
lupa [lupa] (tidak ingat lagi, di luar ‘mereka sedang makan’ si da’a
dari ingatan, tidak dalam ingatan hanga, (3) ‘apakah kalian sudah
lagi), (1) lupa, baleng, (2) makan?’ umu ga hanga la’a?.
‘mereka sudah melupakan malamn [malam] (waktu antara
kalian’ dalupa umu la’a, (3) ‘dia terbenam dan sebelum terbitnya
lupa’ nabalengi’/ nalupa. matahari), (1) garan, (2) ‘siang
lurusa [lurus] (tidak bengkok), (1) dan malam’ garan tu marar, (3)
molis, (2) ‘jalan itu lurus’ lalana ‘ketemu nanti malam’ garan
molis, (3) ‘hidupnya tegak lurus’ baru tahiro’a.
i ni hidupa momolis. malua [malu] (merasa sangat tidak
n
lutut [lutut] (bagian kaki yang enak hati, malu karena berbuat
merupakan pertemuan antara sesuatu yang kurang baik), (1)
paha dan betis yang menjadi malu, (2) ‘dia mempermalukan
tempat sendi agar kaki bisa kalian’ nawei malu umu.
dilekukkan), (1) na’e (i’e) u’n, mandiv [mandi] (membersihkan
(2) ‘lutut kaki’ na’e u’un, (3) tubuh dengan air dan sabun
‘lutut kakinya kuat’ na’e u’uno dengan cara menyiramkan,
ahorat. merendamkan diri dalam air,
n
luka [luka] (terbelahnya bagian dan sebagainya), (1) sou, (2)
tubuh pada manusia atau hewan ‘Dia mandi’ nasou, (3) ‘Dia
karena penyakit kulit atau mandi di air asin (pantai)’ nasou
terkena alat tajam ataupun jatuh lau tasi’.
dsb), (1) abat [a:bat], (2) ‘luka mandikanv (me-) (membersihkan
itu’ abata, (3) ‘dia terluka’ tubuh misalnya manusia, hewan,
nabat I’. dan barang pusaka, disiram,
dicelupkan), (1) nular, dular
[nular, dular], (2) ‘Ahmad
memandikan Dia’ Ahmad nular
ī’, (3) ‘mereka memandikan
Dia’ si dular ī’.

112
manisa [manis] (rasa seperti gula, ‘matahari sudah tinggi’ ola ata
lawan dari pahit, cantik, elok), wida la’, (10) ‘jangan tidur
(1) masarat, (2) ‘teh ini rasanya sampai matahari sepenggal’
terlalu manis’ tēre masarat tu’u. gihit tutu ola ata bolu’.
manjura [manjur] (obat yang cepat v
mati [mati] (tidak bernyawa, sudah
dapat menyembuhkan, mustajab, hilang nyawanya, tidak hidup
mujarab), (1) manjur, (2) ‘obat lagi), (1) mata, (2) ‘dia sudah
tabib itu sangat manjur’ matarâ mati’ namata i la’a, (3) ‘dia
ni obat manjur walu’. belum mati/ masih hidup’
maraha [marah] (tidak senang, emosi namata tei hua.
tidak tidak terkendali, berang, merahn [merah] (warna dasar yang
gusar), (1) hial, (2) ‘orang itu serupa dengan warna darah), (1)
sangat pemarah’ matara nahiyal mera, (2) ‘langit memerah’
uat, (3) ‘jangan marah-marah langita namera, (3) ‘ikan
nanti cepat tua’ mahiyal bolu’ merah’ i’an merara, (4) ‘merah
le’an mata’ena gala. darah’ mera rarara, (5) ‘warna
matan [mata] (salah satu dari mera itu’ warna merara, (6)
pancaindra yang berfungsi untuk ‘baju merah’ ladan merara, (7)
melihat), (1) matara, (2) ‘celana merah’ ada merara, (8)
‘matanya terang’ matara masir, ‘sepatu merah’ sapatu merara,
(3) ‘matanya sakit ’ matara (9) ‘ruma merah’ ruma merara.
masingat. menceretn [mencret] (diare, penyakit
mata airfr.n [mata ayir] (sumber dengan gejala berak-berak dan
keluarnya air biasanya dari munta, menceret), (1) natau’ I,
tanah atau lubang batu), (1) ar natatagi tasi’, (2) ‘dia sudah
luo’, (1) ‘di kepala air’ ata ar menceret sekitar 3 kali’ i
luo’, (2) ‘kepala air sangat jauh’ natatagi tasi’ ha’atolu la.
ar luo rau. merah darahfr.n [merah darah]
mataharin [matahari] (bintang yang (warna merah yang sewarna atau
merupakan pusat tata surya), (1) sama dengan warna hati), (1)
ortala, altal, (2) ‘terik matahari’ mera rarara, (2) ‘merah darah
ortala mahanas, (3) ‘musim pada dinding itu bagus’ mera
panas’ musim altal, (4) matahari rarara nai betona baban.
condong ke barat (posisi merah jambufr.n [merah jambu]
matahari sudah di arah barat, (warna merah yang sewarna atau
sekitar pukul 14.00-17.30), (5) sama dengan warna jambu
ola wawa [ola wawa/ ola wa], merah), (1) mera jambu, (2)
(6) ‘matahari sudah semakin ‘merah jambu itu bagus’ mera
sore’ ola wawala’, (7) ‘matahari jambura baban.
sudah lewat, sudah bergeser dari merekapron [mereka] (orang ketiga
timur ke barat’ ola nabusil, (8) jamak yang menjadi pokok
‘matahari sepenggal (matahari pembicaraan), (1) si’, (2)
sudah tinggi di atas laut, antara ‘mereka sudah orang lain’ si
pagi dan siang hari’ ola ata, (9) mancia woun la’a, (3) ‘mereka

113
dan kita adalah satu’ si tu ita ‘kapal itu berlayar miring’ apala
woisa. nasobal miring-miring.
mendungn [menduŋ] (awan berwarna miskina [miskin] (tidak berharta,
hitam mengandung air hujan), serba kekurangan dalam hidup,
(1) awan metan, (2) ‘mendung golongan ekonomi bawah, hidup
pekat’ metana galap, (3 sangat berkekurangan), (1)
‘mendung ini tanda akan hujan’ asian, (2) ‘orang itu kasian’
metane mau nawei uran. matara i asian, (3) ‘usahakan
mengaji qur’anfr.v [mengaji] (belajar, supaya tidak boleh miskin’
memelajari, mengaji, menelaah usahakan ita asian bolu.
hingga memahami dan dapat muara sungaifr.a [muara] (bagian
mengimplementasikan isi Al- sungai yang langsung
qur’an), (1) sibur (na-, da-, ma-) berhubungan dengan laut), (1)
[sibūr], (2) ‘mengaji Al-Qur’an’ ar tar, ar woio’, (2) ‘di muara
nasibur Qur’ana, (3) ‘Anda sungai’ lau ar taro’, (3) ‘perahu
mengaji Al-qur’a’ au masibur, itu berlabuh di muara sungai’
(4) ‘dia mengaji Qur’an’ i anga nabar lau air woiyo’.
nasibur, (5) ‘mereka mengaji mudaa [muda] (belum matang, belum
Qur’an’ dasibur, (6) ‘lomba cukup waktu untuk dipanen,
mengaji’ tilawatil Qur’an, (7) kelongkong), (1) ula-ula’, (2)
dia mengaji di TPQ nasibur nai ‘masih muda’ bota ula-ula’, (3)
TPQ-ra. ‘buah kenari muda’ langari
mimpiv (ber-) [mimpi] (sesuatu yang ula’o, (4) ‘kelapa kelongkon’
terlihat atau dialami dalam tidur, niu ula’o, (5) ‘kelapa muda’ niu
menghayal, yang bukan-bukan), liruso.
(1) manihi, (2) ‘Agi bermimpi’ mulasa [mulas] (sakit di bagian perut
Arobi namanihi’, (3) ‘mimpi di seperti diremas-remas), (1) itora
siang bolong’ manihi ola atara. nabail, (2) ‘perutnya mual’ itosi
minumv [minum] (memasukkan air nabail.
atau benda cair ke dalam mulut mulutn [mulut] (rongga bagian di
dan meneguknya), (1) inu, (2) muka, terdapat lida dan gigi,
‘saya minum’ a’u winu, (3) tempat mengunyah makanan),
‘anda minum air’ au minu ara, (1) ilomu, ilora, (2) ‘mulut mu’
(4) ‘mereka minum air’ si dinu ilomura.
ara, (5) ‘minuman’ inu-nura, muntahv [muntah] (keluar kembali
(6) ‘peminum’ mata inu-inura, makanan, minuman, dan
(7) ‘air minum’ ar inu-inura, (8) sebagainya yang telah masuk ke
‘tuak, arak, bir, sopi, dan jenis dalam mulut atau perut), (1)
minuman yang memabukan’ lua’, (2) ‘dia muntah’ i nalua’,
minumana. (3) ‘dia muntah dan berak’ i
miringa [miriŋ] (rendah sebelah, tidak nalua’ natumain (natamain).
datar, tidak rata, sisi yang muntahann [muntah] (hal yang
sebelah landai), (1) miring, (2) dimuntahkan keluar kembali
lewat mulut), (1) lulua’a, (2)

114
‘muntahan siapa ini’ sei ni ua’ogora, (3) ‘dia menghela
lulua’e(-ire). nafas’ i nahair ua’o’.
musim hujanfr.a [musim hujan] nanahn [nanah] (cairan berwarna puti
(turunnya hujan selama enam kecoklatan beraroma tidak sedap
bulan di Kawasan Gorom biasanya keluar dari bagian
biasanya berlangsung dari bulan tertentu tubuh manusia atau
Mei hingga awal September- hewan yang luka seperti bisul
kemudian di akhir bulan dan sebagainya), (1) nanara, (2)
Nofember hingga Awal Januari), ‘bisul itu mengeluarkan banyak
(1) musim urana, (2) ‘musim nanah’ wisula ninanara we’an’.
hujan menyebabkan banjir’, nanasn [nanas] (jenis buah rasanya
musim urana nawei banjir (3) manis, biasanya tumbuh tombuh
‘musing hujan Timur’ musim di daerah tropis dan subtropis,
uran timura. kulit buar bersisik, daunnya
musim panasfr.a [musim panas] berduri pada kedua sisinya), (1)
(tidak turun hujan kurang lebih ainasura, (2) ‘nanas itu buahnya
4-6 bulan, biasanya sekitar manis’ ainasura masrat.
bulan akhir September- nelayann [nelayan] (orang yang mata
Nofember, kemudian Januari- pencaharian utamanya adalah
April), (1) musim (al-, ur-) tala, menangkap ikan di laut), (1)
(2) ‘musim panas menyebabkan mancia motisi, (2) ‘para nelayan
kemarau’ musim Ultala nawei sedang di laut’ mancia si lau
alta lean, (3) ‘musing kemarau’ moti, (3) ‘para nelayan
musim urtala/altala lean. mendapat banyak ikan’ mancia
motisi daro’a i’an we’an.
nyalan (me-) [ƞ ala] (massa gas yang
==== N-n ==== berpijar, api yang menyala,
kobaran api), (1) ahi boil, (2)
naikv [nayik] (bergerak ke atas, panjat ‘nyala api, kobaran api’ ahira
pohon, berjalan ke ketinggian), naboil.
(1) sa’a, (2) ‘Mato memanjat nyanyiv (ber-) [ƞ aƞ i] (bersuara dengan
pohon’ Mato nasa’a ata ai, (3) suara bernada atau lirik), (1)
‘Arobi naik ke gunung’ Arobi manyanyi, (2) ‘Anda bernyanyi
nasa’a u’ara. lagu nina roti baba’ au
naman [nama] (kata nama orang atau manyanyi lagu nina roti baba,
mahluk yang dinamai, berfungsi (3) ‘mereka bernyanyi di
sebagai pembeda di antara panggung’ damanyanyi ata
sesama), (1) ngasan, (2) ‘siapa panggunga.
namu mu?’ au ngasan sei?. nyenyaka [ƞ eƞ ak] (tidur yang lelap,
nafasn [nafas] (menghirup dan pulas), (1) na’ihit pulas, (2) ‘Dia
mengeluarkan udara lewat tidur pulas’ i: na’hit pulas.
rongga hidung dan mulut dan
dikeluarkan melalui paru-paru),
(1) ua’o’, (2) ‘nafas ku’
115
==== O-o ==== (2) ‘pacarnya’ nipacara, (3)
‘mereka berpacaran’ si
orangn [orang] (manusia, mahluk dapacaran.
pro
yang dianugerahi akal budi), (1) pada [pada] (kata depan digunakan
mancia, (2) ‘ada orang yang manyatakan posisi di atas, di
datang’ mancia daratan. bawah, di dalam, di, kata ganti
n
obat [obat] (bahan atau barang orang, dan keterangan), (1) nai,
tertentu seperti air, batu, unsur (2) ‘pada hari Senin’ nai hari
kimia yang digunakan untuk Senin, (3) ‘pada waktu itu’ nai
mengurangi, menghilangkan wa’tu (-ra, -ira).
penyakit atau untuk padamn [api yang telah dipadamkan,
menyembuhkan seseorang dari api yang tidak lagi berkobar-
penyakit), (1) mohona, (2) ‘obat kobar), (1) ahira namata, (2)
untuk siapa?’ sei ni mohone / sei ‘memadamkan api’ dawuni
ni obate, (3) ‘obatnya dia’ ni ahira, (3) ‘api sudah padam’
mohona, (4) ‘obat itu mujarab ahira namata la’.
juga’ mohona mujarab walu’. padangn [padaŋ] (tanah atau areal
olahana [olahan], (hal, barang yang yang luas tidak ada pohon-
diracik dari berbagai bahan pohon, padang pasir), (1)
untuk menghasilkan sesuatu padang, (2) ‘kami berjalan di
seperti makanan, masakan, padang pasir’ ami atagi nai
bahan bangunan, karya seni), (1) padanga pasira, (3) ‘padang
olahan, (2) ‘olahan itu’ olahana, pasir tiada berpohon’ padang
(3) ‘olahannya’ ni olahana, (4) pasir ai naitei.
‘olahannya enak’ ni olahana padang alang-alangfr.n [padaŋ alaŋ-
matelas. alaŋ] (ilalang, rumput yang
ombakn [ombak] (laut yang tinggi, dijadikan obat, penahan
bergelombang naik dan turun erosi), (1) egin erira, (2)
mengarah ke daratan), (1) ‘padang alang-alang sepanjang
wawalana, uwalana, soar, (2) mata’ egin erira namajijir.
‘ombak besar’ wawalana boba’, pagarn [pagar] (digunakan untuk
(3) ‘lautan berombak’ lau soar memagari atau mengamankan
boba, (4) ‘ombak setinggi 3 lingkungan seperti desa,
meter’ wawalana ririo meter kampung, rumah, kantor, atau
tolu. gedung bisanya dibuat dengan
kayu, besi, atau tali), (1) pagar,
(2) ‘pagar rumah’ pagar
rumara, (3) ‘pagar kantor’
==== P-p ==== pagar kantora.
fr.n
pagi (pagi hari, masih pagi sekitar
pacarn [pacar] (calon pasangan hidup, pukul 06.00-09.00, masih pagi
sepasang manusia ‘laki-laki- hari, hari sangat pagi, pagi-pagi
perempuan’ yang menjajaki sekali), (1) mararani, (2) ila
untuk hidup bersama, pacaran,
berpacaran, dipacari), (1) pacar,
116
mararani ‘besok pagi-pagi mancia hitutu besisi da’arja, (3)
sekali’. ‘para pandai besi menjual
pagi harifr.n hari sudah pagi (sekitar parang hasil kerja mereka’
pukul 04.00-05.00), (1) marar, mancia hitutu besi si datana’
(2) ‘hari sudah pagi’ marar la’, pedara.
(3) ‘pagi hari baru mereka panggilv (me-) [panggil] (menyerukan
berangkat’ marar baru dasobal. kepada orang lain suara dan
pagi harifr.n (pagi hari, masih pagi biasanya disertai dengan
sekitar pukul 06.00-09.00), (1) gerakan tangan atau kepala
marani, (2) ‘masih pagi hari, mengangguk), (1) horu, (2) ‘Dia
hari sangat pagi, pagi-pagi memanggil’ i nahoru, (3)
sekali’ mararani, (3) ila marani ‘mereka memanggil Dia’, si
‘besok pagi’. nahoru ī’.
a
pahit [pahit] (rasa tidak sedap, tidak panjanga [panjang] (tidak pendek,
manis), (1) mangeran, (2) ‘obat jarak tempuh yang jauh), (1)
itu rasanya pahit’ mohona malas, (2) ‘kayu itu panjang
mangeran, (3) ‘obat pahit’ sekali’, aira malas pas’ali (3)
mohon mangerana. ‘jembatan itu panjang’ lolora
panahv (me-) [panah] (senjata berupa malas.
tongkat kecil runcing, panjang, pantain [pantayi] (bagian dari daratan
dilepaskan dengan busur, anak yang berbatasan dengan air laut,
panah, tanda penunjuk, tanda tepi pantai), (1) tono soa,
panah), (1) hana’, (2) ‘Dia tonsoa, (2) ‘mereka bermain di
memanah’ i nahanaˀ , (3) ‘anak pantai’ si dalenga lau tonsoao’,
panah’ hana-hanaˀ . (3) ‘pantainya bersih’ tonsoao
panahann [panahan] (cabang olahraga barsi.
n
yang memakai panah sebagai pasir [pasir] (lapisan tanah yang
alat lomba, olahraga memanah), paling atas yang halus berwarna
(1) hahana’a, hana-hana’, (2) putih kecoklatan, banyak di tepi
‘mereka memanah ikan’ si pantai), (1) ena, (2) ‘pasir itu’
dahana’ i’ana. enara (3) ‘pasir putih’ ena
panasa [panas] (rasanya seperti mahutira, (4) ‘pasir hitam’ ena
terbakar, dekat dengan api, metana .
suhu/ temperatur yang tinggi di pawang binatangfr.n [pawaŋ binataŋ]
atas 30%) (1) mahanas, (2) (orang yang memiliki kelebihan
‘matahri sangat panas’ olara menjinakkan binatang buas), (1)
mahanas, (3) ‘api sangat panas’ pawang binatanga, (2) ‘pawang
ahira mahanas. itu’ pawanga, (3) ‘pawang ular,
pandai besifr.n [pandayi besī] (orang pawang te’usa, (4) ‘pawang
yang mata pencahariannya dari buaya’ pawang waira, (5)
menempa besi seperti membuat ‘pawang babi’ boira nipawanga.
parang secara tradisional), (1) pejamkan matafr.v [pejamkan mata]
mancia hitutu besira, (2) ‘para (mata tertutup, meram, tidak
pandai besi sedang bekerja’ melihat dengan mata terbuka),

117
(1) dium, tium, (2) ‘Dia namamalui’, (3) ‘jangan
memejamkan mata’ i: natium. pemalu’ mamalu bolu’.
pegangv [pegaŋ] (memegang, pemarahn [pemarah] (orang yang
menjepit dengan jari), (1) odi, cepat marah, gampang marah),
(2) ‘saya pegang pena’ a’u wodi (1) nahiyayal, (2) ‘orang itu
penara, (3) ‘pegangan’ odi- cepat emosi’ matara i nihiyal
odira. gala’.
pelangin [pelaŋi] (warna merah, pemberanin [pemberani] (tidak takut,
kuning, hijau, dilangit yang tidak penakut, orang yang
muncul sebagai akibat dari berani), (1) mata baranira, (2)
terurainya sinar matahari oleh ‘mereka pemberani’ sibarani.
air, bentuknya tegak dan jug pemurahn [pemurah] (suka memberi,
lengkung), (1) nohora, (2) murah hati, tidak pelit), (1) mata
‘pelangi muncul terlihat gahina, (2) ‘orang itu baik hati’
dilangit’ nohora natawa’, (2) matara I laminora gahin.
‘dua pelangi bermunculan di pendeka [pendek] (tidak jauh, dekat
langit’ nohora roti natawa’, (3) saja, jaraknya tidak jauh), (1)
‘turunya pelangi setelah turun rarapat, (2) ‘dekat saja, tidak
hujan’ uran abis nohora jauh’ rarapat mu, rau tei (3)
natawa’. ‘perjalanan ini tidak dekat, tapi
pelawakn [pelawak] (orang yang suka jauh’ tinagire rarapat tei, tapi
melucu), (1) mumuru’, (2) rau.
‘pelawak itu sedang duduk’ pencak silatfr.v [pencak silat]
mata mumuru’o namatoran, (3) (olahraga atau permainan yang
‘pelawak itu datang’ mata didasarkan pada ketangkasan
mumur’o naratan, (4) ‘pelawak menyerang dan membela diri,
itu memanggil kita’ mata baik dengan menggunakan
mumuru’o nahoru ita. tangan kosong maupun senjata),
pelukv (me-) [peluk] (dekap, (1) langka, (2) ‘mereka bermain
memeluk dengan erat), (1) lohat, pencak silat’ si dalangka, (3)
(2) ‘Dia memeluk’ nalohat, (3) ‘mereka asik bermain pencak
‘Dia memeluk secara erat’ silat’ si dalangka aci’.
v
nalohat ahorat. pergi [pergi] (berjalan, melangkah
pemalasn [pemalas] (orang yang tidak maju), (1) tagi, dagi, (2) ‘Dia
rajin, orang yang suka bermalas- berjalan’ i natagi, (3) ‘mereka
malasan, bersifat malas), (1) berjalan’ si datagi, (4)
jabul, (2) ‘pemalas itu tidak ‘perjalanan itu’ tinagira, (5)
baik’ jabula pa’itei, (3) ‘orang ‘perjalanan ini’ tinagi (-re,-ire).
pemalas jangan dipercaya’ perajukn [perajuk] (suka merajuk),
mancia jabula parcai sibolu’. (1) nahuma’, (2) ‘orang itu
pemalun [pemalu] (orang yang mudah sudah merajuk’ matara
merasa malu, bersifat malu- nahuma’ila.
malu), (1) namamalui’, (2) peramahn [peramah] (orang yang
‘anak itu dia pemalu’ ana’a ramah, bertabiat ramah), (1) I

118
rama, (2) ‘orang itu berperilaku daleba, (4) ‘mereka memikul
ramah’ matara irama. beras’ si daleba hasara.
perakn [perak] (logam mulia yang pinjamadv [pinjaman, meminjam,
kelasnya di bawah emas, memiliki dalam waktu yang
digunakan untuk perhiasan singkat setelah itu dikembalikan
seperti anting-anting dan gelang, atau diganti), (1) hirian,
medali perak), (1) pera, (2) dahirian, nahirian, (2) ‘dia
‘perak itu’ perara, (3) ‘dia meminjam’ I nahirian, (3)
mendapat medali perak’ i naro’a ‘mereka meminjam’ si dahirian,
hadia perara. (4) ‘kalian meminjam’ umu
perasv [pêrās] (memeras hingga mahirian.
berair), (1) hora’, (2) ‘kamu pintalv (me-) [pintal] (membuat
memeras jeruk’ au hora mudara tali/benang digunakan untuk
(3) ‘peras sampai berair’ hura’ kebutuhan seperti membuata tali
tutu na’ira. atau pakaian), (1) pintal, (2)
perempuann [perempuwan] (lawan ‘Dia memintal benang’ i
jenis dari laki-laki, manusia napintal awasa, (3) ‘mereka
yang memiliki vagina dan memintal benang untuk
melahirkan, menyusui, nama membuat jaring’ si dapintal
lainya wanita, di Malasyia talira nai dawei hu’ata.
disebut puan), (1) wawina, (2) pintara [pintar] (cerdas, otaknya
‘dua perempuan’ wawina roti cemerlang, tidak bodoh), (1) I
(3) ‘perepuan bajingan’ wawina pintar, (2) ‘orang itu sangat
bajingana. pintar’ matara I pintar.
perutn [perūt] (bagian badan paling pohonn [pohon] (batang pohon,
depan dari punggung, berada di bagian dari pohon di atas akar
atas paha dan di bawah dada), dan di bawah ranting-ranting),
(1) ito, (2) ‘perutnya’ itora, (3) (1) ai watan, (2) ‘pohon kayu’
‘perut buncit’ ‘ito gogo’, ito go’. ai watan.
petanin [petani] (orang yang bermata potongv [potoŋ] (penggal,
pencaharian dalam bentuk memotong), (1) guti’, (2)
bercocok tanam), (1) mata ‘potong pohon kayu’ guti’ ai
hitau’a; petani, (2) ‘petani watano.
cengkeh’ mata hitau’ cengkera, potong kayufr.n [potoƞ kayu]
petani cengkera, (3) ‘para (penggal, bagi dua, atas bagian-
petani’ petani si’. bagian), (1) lait, (2) ‘Dia
a
pikir [pikir] (memikirkan, akal budi, memotong kayu’ i nalait aira,
ingatan), (1) hi’ir, (2) ‘cobalah (3) ‘mereka memotong kayu’ si
sedikit berpikir’ hi’ir ocate. dalait aira.
v
pikul [pikul] (beban sesuatu barang punggungn [puŋguŋ] (posisi tubuh
yang diletakkan di atas bahu), bagian belakang manusia atau
(1) leba, (2) ‘Dia memikul’ i: hewan di bawah batang leher
naleba, (3) ‘mereka memikul’ si hingga ke tulang ekor), (1)
otano, (2) ‘punggungnya’

119
otano’, (3) ‘punggungnya hitam’ memotong kayu’ i: naguti’ aira,
otano’ nametan. (3) urat lehernya terputus’ Urat
pukulv (me-) [pukul] (mengenakan totolango nabagutiˀ , (4)
suatu benda kepada benda yang ‘hubungan mereka suda putus’
lain dengan mengetuk, memalu, dihubunga nabaguti’ la’.
meninju, menokok, menempa),
(1) hot, (2) ‘siapa yang
memukul’ sei nahot, (3) ‘Arobi ==== Q-q ====
yang memukul’ Arobi nahot.
pusarn [pusar] (lubang kecil di Qafn [qaf] (huruf Arab yang dikenal
tengah-tengah dinding perut, sebagai abjad Arab, di dalam
bekas tempat tali pusar, lubang pengajian Al-Qur’an abjad Qaf
pusar), (1) usalo’, (2) ‘lubang terdiri atas dua yaitu qaf besar
pusar’ usal tulaˀ o’, (3) dan qaf kecil, qaf besar memiliki
‘bersihkan lubang pusar’ bei dua titik atas, qaf kecil tanda
usal tula’o barsi. seperti /s/ kecil di atas, qaf besar
pusingv [pusiŋ] (sakit kepala, pening), berada pada urutan abjad ke-20
(1) hano/hino nasuwail, (2) “khaf’, dan qaf kecil berada
‘siapakah yang pusing itu?’ sei pada urutan ke-21 “kaf’), (1)
hanora / hanora nasuwail?, (3) ‘qhaf/ khaf’ Qaf , (2) qaf “kaf”
‘berapa orang yang kepalanya qaf.
pusing itu?’ si his hano dira Qur’ann [Qur’an, Al-Qur’an, Kitab
nasuwail?. Suci Umat Islam yang di
putiha [putih] (warna dasar yang turunkan oleh Allah Swt melalui
serupa dengan warna kapas, Malaikat Jibril ke pada Nabi
cerah), (1) mahuti, (2) ‘kulitnya Muhammad SAW bagi alam
putih, li’ito mahuti (3) ‘kulitnya semesta).
sawo matang’ li’ito mahuti’.
puting beliungn [putiŋ beliuŋ] (angin
yang berputar dengan sangat
kencang, memiliki kecepatan di
==== R-r ====
atas 63 km/jam) bisa merusak
bangunan atau mematahkan rabav (me-) [merabah] (menyentuh,
pohon besar, usianya tidak memegang, menjamah, dengan
panjang mengandung air dan telapak tangan karena hendak
angin), (1) durmidan, (2) ‘puting merasai atau mencari sesuatu),
beliung terbentuk di laut’ (1) sosan, (2) ‘Dia meraba’
durmidana natu’u lau tasi’, (3) nasosan, (3) ‘mereka menjajaki,
‘puting beliung merusak rumah- setelah itu dilanjutkan dengan
rumah’ durmidana naha’rat meminang’ da sa’a dasosan,
ruma si’. baru dasa’a doran wawina.
putusv [putus] (tidak ada hubungan rabuna [rabun] (penglihatan yang
lagi, selesai sudah hubungan di kurang jelas pada jarak tertentu
antara mereka, (1) guti’, (2) ‘Dia karena faktor usia dan penyakit
tertentu seperti diabet), (1)
120
rabun, (2) ‘matanya sudah ratusnum [ratus] (bilangan ratusan),
rabun’ i matara rabun la’, (3) (1) ratu, (2) ‘ratusan’ ratu-ratu,
‘faktor usia menyebabkan mata (3) ‘uang ratusan’ pitis ratu-
mereka jadi rabun’ faktor usiara ratu.
walu’ tei jadi mata dira renangv (be-) [renaŋ] (bergerak maju,
nakabur. mundur atau ke samping dengan
rajasingan (sipilis) [rajasiŋa] menggerakan kaki dan tangan
(penyakit sifilis, penyakit kotor), sebagai pendorong dalam air),
(1) rajasinga, (2) ‘dia menderita (1) ngangu, (2) ‘lomba
rajasinga’ i naro’a penya’it berenang’ dangangu dahiliu, (3)
rajasingara. ‘berenang di air asin’ dangangu
a
rajin [rajin] (tidak malas, senang lau tasi’.
bekerja keras), (1) rajin, (2) rendaha [rendah] (dekat ke bawah,
‘orang itu rajin’ matara irajin, tidak tinggi), (1) wawawa, (2)
(3) ‘kita harus rajin’ ita rajin ‘di bawah’ wa wawa, (3) ‘terlalu
mu’. rendah’ wa wawa tu’u.
rakusa [rakus] (banyak makan, makan ringana [riŋan] (tidak berat, mudah
secara lahap, gelojoh), (1) terangkat), (1) esibaban,
nahasu, (2) ‘kerakusan, napsu esbaban, (2) ‘kapas itu ringan’
berlebihan’ nahasura, (3) apu’a esibaban, (3) ‘ringan
‘jangan rakus’ nahasura bolu’. sekali, sangat ringan’ esibaban
ramaha [ramah] (baik hati dan pas’ali.
Num
menarik budi bahasanya, manis ribu [ribu] (bilangan ribuan), (1)
tutur kata dan sikapnya, rama, rium, rim, (2) ‘ribuan’ rium/
(1) ‘orang itu berperilaku rim, (3) ‘uang ribuan’ pitis rium-
ramah’ matara I rama, (3) rium, pitis rim-rim.
‘ramah terhadap lingkungan’ rumputn [rumput] (tumbuhan yang
rama nai lingkungana. tumbuh sebagai pengganggu
rambutn [rambut] (bulu yang tumbuh tanaman di kebun atau di
pada kulit kepala manusia), (1) halaman rumah), (1) nu’uta, (2)
u’a, (2) ‘rambutnya panjang’ ni ‘banyak rumput’ nu’ut we’an,
u’a malas, (3) ‘rambut lurus’ u’ (3) ‘rumput di halaman’ nu’ut
molis, (4) ‘rambut keriting’ u’ nai halaman rumara, (3)
garugan. ‘menyapu rumput’ hagarai’
rangkulv [raŋkul] (memeluk badan nu’uta.
orang lain dengan melingkarkan
tangan/ lengan, disebut juga
mendekap), (1) lohat, (2) ==== S-s ====
‘mereka saling merangkul’ si
nun dahilohat, (3) ‘dia sabara [sabar] (tabah, tahan terhadap
merangkul’ nalohat I, (4) masalah), (1) sabar, (2) ‘sabar
‘merak merangkul dia’ itu subur’ sabaraira subur, (3)
darangkuli’. ‘sabar itu baik’ sabaraira gahin.

121
sabukn [sabuk] (pengikat celana pada ‘mereka berselimut dengan kain
bagian pinggang, disebut juga sarung’ dahululun si’, (3) ‘kain
sabuk), (1) hohosal, (2) ‘ikat saring ini masih baru’ halulune
pinggang itu’ hohosala, (3) bota wowou.
‘sabuk yang ini bagus’ hohosal sarung tenunfr.n [saruŋ tenun] (kain
sare-(i’are) gaga. bersulam emas / motif kuning
a
sakit [sakit] (tubuh tidak sehat, emas bervariasi digunakan
seperti demam, sakit gigi, dan untuk perempuan, kain panjang
sakit perut), (1) masingat, (2) yang pada tepi pangkal dan
‘anak itu sedang sakit’ ana’a ujungnya dijahit berhubungan),
namasingat i’, (3) ‘dia sakit (1) sarasara, (2) ‘sarung ini
apa?’ namasingat la?. milik siapa?’ sei ni sarasare?,
a
sakti [sakti] (memiliki kelibihan (3) ‘kain ini masih baru’ sarasa
dalam hal mengetahui kejadian (-re, -ire) boti wowou.
num
alam seperti mengatakan akan satu [satu] (angka Arab modiv 1
ada bahaya maka benar akan dan angka Romawi I, angka
akan kejadian bahaya), (1) setelah 0 dan sebelum 2), (1) sa,
bara’at [barakat], (2) ‘orang itu (2) ‘satu buah’ woi sa, (3) ‘satu
berkata A ya...A’ matara buah durian’ duran woi sa/
nahawai A ya A. duran sa.
a
salah [salah] (tidak benar, keliru, sakit perutn [sakit perût] (sakit di
tidak betul), (1) salah, mosan bagian perut), (1) ito [-ra, aure]
tei, (2) ‘dia salah bekerja / masingat, (2) ‘perutnya sakit’
mosan tei’ ina’arja/ na’urja itora masingat, (3) ‘dia sakit
mosan tei. perut’ namasingat itora.
sandarv [sandar] (menyandarkan diri sawahn [sawah] (tanah yang digarap
pada, menekuk sesuatu benda dan diairi untuk menanam padi),
pada tubuh sebagai sandaran (1) sawa, (2) ‘sawah itu subur
pada bagian/ bidang benda lain), ditanami padi’ sawara datau’
(1) sandar, (2) ‘dia bersandar’ i hasara subur, (3) ‘sawah itu
nasandar, (3) ‘dia tinggal digarap oleh masyarakat
bersandar pada kakaknya’ Transmigran Jawa’ sawara
namian nasandar tu ni a’ara. Jawaosi’ da’arja/ da’urja.
sangkarn [saŋkar] (tempat tinggal saya pron
[saya] (aku, orang pertama
atau tempat bertelur burung), (1) tunggal, beta dalam Melayu
tigana, (2) ‘sangkar burung’ Ambon), (1) a’u, (2) ‘saya
manu’ tigana (-o), (3) ‘jangan sendiri’ a’u asai, (3) ‘saya dan
merusak sangkar burung’ ha’rat dia’ a’u tu i’.
manu’ tigano bolu’. sayapn [sayap] (bagian tubuh
sarungn [saruŋ] (kain yang biasa binatang seperti burung dan
dipakai laki-laki Muslim untuk sebagainya yang dapat
Sholat dan ada juga dipakai digunakan untuk terbang, kepak
untuk tidur maupun untuk sayap), (1) wa’ir, (2) ‘sayap
bersantai), (1) halulun, (2) burung’ manu’ wa’iro’, (3)

122
‘sayap pesawat’ peswat wa’iro, selesman [selesma] (sakit kedinginan
(4) ‘sayap belalang’ urse’a sehingga mengeluarkan ingus,
wa’iro. pilek), (1) nasiungan, (2) ‘dia
sebelasnum [sebelas] (angka Arab sakit selesma’ nasiungani’, (3)
modivikasi 11, angka Romawi ‘sakit selesma’ hanhanas u
XI, bilangan setelah 10 dan siungan.
sebelum 12), (1) ucasi asai, (2) selendangn [selendaŋ] (kain panjang
‘sebelas ribu lima ratus’ rium penutup yang dipakai untuk
ucasi asai ratu lium, (3) ‘sebelas menari atau bersantai), (1)
juta’ sala’ ucasi asai, (4) salendanga, (2) ‘selendang ini
‘sebelas milyar’ etir ucasi asai, milik siapa?’ sei ni salendange?,
(5) ‘sebelas milyar lima ratus’ (3) ‘selendang seperti ini
etir ucasi roti ratu lim/ lium, (5) banyak’ salendange we’an.
‘sebelas triliun’ bara ucasi asai, sembilannum [sembilan] (angka Arab
(6) ‘sebelas triliun lima ratus’ modivikasi 9, angka Romawi
bara ucasi asai ratu lim/lium, IX, bilangan setelah 8 dan
(7) ‘sebelas triliun lima ratus sebelum 10), (1) sia , (2)
ribu’ bara ucasi asai rim ratu ‘sembilan puluh’ utu sia, (3)
lim/rium ratu lium, ‘sembilan ratus’, ratu sia (4)
sedikita [sedikit] (tidak banyak, ‘sembilan ribu’ rium sia, (4)
sedikit saja jumlahnya), (1) oca ‘sembilan juta’ sala’ sia, (5)
(o’asa), (2) ‘sedikit uang’ pitis ‘sembilan milyar’ etir sia, (6)
o’asa, (3) ‘banyak uang’ pitis ‘sembilan triliun’ bara sia.
we’an. sembilan belasfr.num [sembilan belas]
a
sehat [sehat] (tidak sakit, segar (angka Arab modivikasi 19,
bugar, badannya fit), (1) sehat, angka Romawi XIX, bilangan
gahin la’a, (2) ‘dia sudah sehat’ setelah 18 dan sebelum 20), (1)
nagahin la’a. ucasi sia, (2) ‘sembilan belas
sejukn [sejūk] (cuaca tidak panas juga ribu’ rium ucasi sia, (3)
tidak terlalu dingin), (1) ‘sembilan belas juta’ sala’ ucasi
momodar, sejuk, ririhi, (2) ‘hari sia (4) ‘sembilan belas milyar’
ini cuaca sejuk’ sasate olara etir ucasi sia, (5) ‘sembilan
rihi. belas triliun’ bara ucsi sia.
selamv [selām] (masuk ke dalam ir, sembilan puluhnum [sembilan puluh]
menyelam ke dalam air), (1) (angka Arab modivikasi 90,
suit, (2) ‘Dia menyelam’ i angka Romawi XC, bilangan
nasuit, (3) ‘Dia menyelam di setelah 89 dan sebelum 91), (1)
laut’ nasuit lau tasi’a. utu sia, (2) ‘sembilan puluh
selatana [selatan] (arah mata angin ribu’ rium utu sia, (3) ‘sembilan
yang berlawanan dengan angin puluh juta’ sala’ utu sia, (4)
utara), (1) tarangan [taraŋan], ‘sembilan puluh milyar’ etir utu
(2) ‘angin selatan berhembus sia, (5) ‘sembilan puluh triliun’
dengan sangat kencang’ bara utu sia.
tarangan nagtagi ahorat.

123
sembila puluh sembilannum [sembilan senandungv (ber-) [senandung]
puluh sembilan] (angka Arab (nyanyian atau alunan lagu
modivikasi 99, angka Romawi dengan suara lembut untuk
XCIX, bilangan setelah 98 dan menghibur diri atau menidurkan
sebelum 100), bayi), (1) manyanyi, (2) ‘Dia
sembuhv [sembuh] (menjadi sehat bernyanyi’ namanyanyi, (3) ‘Dia
kembali), (1) gahin, sanang, (2) bernyanyi dengan hati’
‘dia sembuh’ nagahin la’, (3) namanyanyi tu laminora.
‘sejak kemarin dia sudah sepatun [sepatu] (pembungkus kaki
sembuh’ sanangi mingirara/ dari kulit bagian telapak dan
miningi (-ira) tumit), (1) spatura, (2) ‘sepatu
sempita [sempit] (tidak luas, kurang ini milik siapa?’ sei ni spature?,
dari ukuran luas), (1) momo’at, (3) ‘sepatu ini banyak’ spature
(2) ‘rumah ini sempit’ rumare / we’an, (4) ‘berapakah harga
rumaire momo’at, (3) ‘rumah ini sepatu ini’ harga spature pi
sangat sempit’ rumare momo’at his?, (5) ‘sepatu saya’ nugu
pas’ali. spatura.
semuanum [sêmuwa] (segala, sekalian, sepak bolafr.n [sepak bola] (permainan
segenap, tidak ada yang beregu di lapangan,
tertinggal), (1) abi-abis, menggunakan bola sepak, terdiri
bababis, (2) ‘kita semua’ ita atas dua kelompok yang
bababis, (3) ‘mereka semua’ si berlawanan yang masing-masing
bababis. beranggotakan sebelas pemain,
sendaln [sendal] (alas kaki yang permainan bola sepak
dipakai untuk melindungi berlangsung selama 2 x 45
telapak kaki, biasanya terbuat menit, kemenangan ditentukan
dari karet, kayu, dan oleh selisih gol yang masuk ke
sebagainya), (1) sandal, (2) gawang lawan), (1) lenga gol,
‘sendal itu’ sandala, (3) ‘sendal (2) ‘mereka bermain bola sepak’
yang ini bagus’ sandale (i’are) si da lenga gol, (3) ‘mereka
gaga. memenangi permainan bola
n
senja [senja] (hari hampir gelap sisa sepak’ dalenga gol si manang.
cahaya matahari setelah sepuluhnum [sepuluh] (angka Arab
terbenam), (1) ola galap, (2) modivikasi 10, angka Romawi
‘waktu sudah senja’ ola galap X, bilangan setelah 9 dan
la’. sebelum 11), (1) utca, (2)
sentuhv [sentuh] (menyentuh, ‘sepuluh ribu’ rium utca, (3)
mengenai bagian tertentu sedikit ‘sepuluh juta’ sala’ utca, (4)
saja, menyentuh sedikit saja), ‘sepuluh milyar’ etir utca, (5)
(1) tutu’ [tutuˀ ] ‘menyentuh’, (2) ‘sepuluh triliun’ bara ucca.
‘Dia menyentuh’ natutu’ nai, (3) seratusnum [seratus] (angka Arab
‘Dia menyentuh bagian ekor’ modivikasi 100, angka Romawi
natutu’ nai u’uo. C, bilangan setelah 99 dan
sebelum 101), (1) ratca, (2)

124
‘seratus ribu’ rium ratca, (3) (3) ‘siapa yang berbuat dia yang
‘seratus juta’ sala’ ratca, (4) menuai’ sei nawei, i naro’a.
‘seratus milyar’ etir ratca, (5) singletn [siŋlet] (baju dalam laki-laki,
‘seratus triliun’ bara ratca, (6) tidak berlengan dan tidak
‘seratus ribu triliun’ bara rium berkerak), (1) kous kutanga, (2)
ratca, (7) ‘dua ratus triliun’ bara ‘singlet ini milik siapa?’ sei ni
rium ratu roti, (8) ‘tiga ratus kous kutangae?, (3) ‘singlet ini
triliun’ bara rium rattolo. beli di mana?’ kous kutang ira
seratus ribufr.num [seratus ribu] (angka (e) has nagi?.
Arab modivikasi 100.000, angka simpanv [simpan] (menaruh,
Romawi C, bilangan setelah mengamankan, meletakan pada
99.999 dan sebelum 101.000), tempat baik agar tidak rusak
(1) rium ratca, (1) ‘seratus ribu atau hilang), (1) taru, daru
lima ratus’ rium ratca ratu lim / ‘simpan’, (2) ‘Dia menyimpan i
lium. nataru’, (3) ‘mereka yang
seratus sepuluh ribufr.num [seratus menyimpan’ si dataru.
sepuluh ribu] (angka Arab sepakragan [sepakraga] (permainan
modivikasi 110, angka Romawi bola yang dianyam berbahan
CX, bilangan setelah 109 dan rotan, menggunakan tendangan
sebelum 111), (1) rium ratca kaki dan kepala), (1) takrau, (2)
utca, (2) ‘seratus sebelas ribu’, ‘mereka bermain bolatakrau’ si
rium ratca ucasi asai, (3) da lenga takrau, (3) ‘mereka
‘seratus sepuluh juta’ sala’ memenangi permainan
ratca utca, (4) ‘seratus sepulu bolatakrau’ dalenga takrau si
milyar’ etir ratca utca, (5) manag.
‘seratus sepuluh triliun’ bara sopana [sopan] (hormat dan takzim,
ratca utca. tertib menurut adat, beradab
seribuNum [seribu] (angka Arab baik), (1) sopan, (2) ‘jika Anda
modivikasi 1000, angka sopan pada orang lain, orang
Romawi M, bilangan setelah lain juga sopan pada Anda’ au
999 dan sebelum 1001), (1) rium sopan nai manciara, manciara
sa / rim sa, (2) ‘dua ribu’ rium sopan nai au walu’.
n
roti / rim roti, (3) ‘tiga ribu’ sore [sore] (waktu menjelang
rium tolu / rim tolo, (4) ‘empat terbenamnya matahari, waktu
ribu’ rium hat / rim hat. antara 15.00-18.00), (1) ola
n
siang [siyaŋ] (waktu petang sekitar wawa, (2) ‘waktu sudah sore
pukul 11.00–14.00), (1) marar, hari’ ola wawa la’.
ola ata, (2) ‘siang hari’ suamin [suwami] (laki-laki yang
mararar, ‘siang terlalu cepat’ menikah dan menjadi suami dari
marar gala’. seorang perempuan serta
pron
siapa [siyapa] (kata tanya untuk menjadi kepala rumah tangga),
menanyakan nama orang dan (1) ni waranara, (2) ‘suaminya
identitas), (1) sei, (2) ‘kamu siapa’ sei ni waranara, (3) ‘itu
putra/[putri siapa’ sei ni ana’ au, suami saya’ a’u nugu waranara.

125
suap (me-) [suwap] (menyuap, (1) ngara’, (2) ‘berapa tahun’
memasukan makanan dengan ngara’ his, (3) ‘dua tahun’
jari ke mulut orang lain seperti ngara’ roti, (4) ‘tiga tahun’
orang tua, pacar, dan bayi ketika ngara’ tolu.
makan), (1) sigal ‘menyuap’, (2) tajama [tajam] (sisi lain yang tajam
‘Dia menyuapi bayinya’ i dari alat seperti parang, pisau,
nasigal niana’a, (3) ‘Dia gunting, dan mesin yang
menyuapi ayahnya yang sudah berfungsi untuk memotong dan
uzur’ i nasigal nibabara. menajamkan), (1) matarin
a
sulit [sulit] (susah, tidak gampang, [matarin], (2) ‘parang itu tajam’
sukar), (1) sulit, (2) ‘pekerjaan pedara matarin, (3) ‘pisau itu
itu sulit’ arjara sulit, urjara tajam’ turi’a matarin, (4) ‘sisi
sulit. mesin pemotong itu tajam’
susu (me-) [susuyiˀ ] (memberikan air
v
masina sisio matarin.
susu (Asi) kepada bayi untuk takuta [takut] (tidak berani, rasa
diminum), (1) susu ‘susu’, (2) ikhtiar yang berlebihan), (1)
‘Dia menyusui’ nahi susu (3) mata’ut, (2) ‘orang itu penakut’
‘Dia menyusui anaknya’ nasusu matara namata’ut, (3) ‘mereka
ni ana’a, (4) ‘anak susuannya’ penakut’ damata’ut, (4) ‘jangan
ni ana’ susura. takut’ mata’ut bolu’.
sungain [sungayi] (aliran air yang n
tali [tali] (tambang, nilon atau serat
besar biasanya buatan alam kayu yang panjang, dijadikan
disebut juga kali), (1) asara, (2) sebagai pengikat), (1) tali, (2)
‘sungai sedang mengalir’ asara talira ‘tali itu’, (3) ‘tali kapal’
nawau, (3) ‘sungai itu besar’ tali apala, (4) ‘tali jaring’ tali
asara boba’. hu’ata.
suruhn [suruh] (perintah, supaya tanahn [tanah] (planet yang memiliki
melakukan sesuatu), (1) sula’, air dan udara sehingga dapat
(2) ‘mereka menyuruh’ si digunakan sebagai tempat
dasula’, (3) ‘Dia menyuruh tinggal manusia dan mahluk
mereka’ nasula’ si’, (4) ‘saya hidup yang lain, tempat
suruh mereka’ a’u sula’ si. tumbuhnya tanaman, tumbuhan
seperti tanaman umur panjang
maupun tanaman umur pendek),
==== T-t ==== (1) tana, (2) ‘tanah yang subur’
tanara subur, (3) ‘hujan emas di
tahuv [tahu] (mengetahui, memahami, negeri orang takan sama dengan
mengerti), (1) ru’, (2) hujam batu di negeri sendiri’
‘pengetahuan’ ru-ru’a, (3) uran mas nagaolat, sama tu
‘kamu tahu’ au du’, (4) ‘saya uran watu nai hun nini wanu
tahu’ a’u ru’. tana.
tahunn [tahun] (perputaran matahari tanamv [tanam] (tanam, menanam,
selama 360-366 hari dalam menaruh bibit, benih, setek, dan
kalender masehi, atau 12 bulan), sebagainya di dalam tanah

126
supaya tumbuh), (1) tau’, (2) tarin [tari] (gerakan tubuh yang
‘Dia menanam pohon’ natau’ disesuaikan dengan irama,
aira’ (3) ‘mereka menanam biasanya diiringi bunyi-bunyian
pohon’ datau’ aira, (4) ‘Anda music seperti gamelan, rabana,
menanam pohon itu’ au dau’ tiva, suling, gitar, dan
aira. sebagainya), (1) sula, (2)
tanamann [tanaman] (tanaman yang ‘mereka menari’ dasula.
a
ditanam sebagai hiasan dan tarik [tarik] (menarik ujung salah
sebagai tanaman perkebunan), satu sisi), (1) esa, mesa, (2)
(1) tinau’a, (2) ‘tanaman mereka ‘kalian yang tarik?’ umu mesa?,
sangat subur’ ditinau’a subur, (3) ‘kami yang menarik’ ami
(3) ‘banyak tanamannya’ esa, (4) ‘mereka yang menarik’
nitinau’ we’an. si desa.
tangann [taŋan] (bagian dari anggota tegaka [tegak] (berdiri lurus, tegak
tubuh yang memiliki masing- berdiri, berdiri lurus ke atas), (1)
masing 5 jari tangan kiri dan atotu, (2) ‘dia berdiri tegak’
tangan kanan), (1) namara, namariri atotu.
v
imara, (2) ima liuro ‘bulu telan (me-) [telan] (memasukan
tangan’, (3) ‘tangan kiri’ makanan ke dalam mulut
nama/ima kirira, (4) ‘tangan diturunkan ke dalam lambung
kanan’ nama/ima uanan. melalu kerongkongan), (1)
tangisn (me-) [taŋis] (ungkapan tolan, dolan, (2) ‘dia menelan’
perasaan sedih seperti kecewa, natolan, (3) ‘Anda menelan’ au
menyesal, dan sebagainya dolan.
a
dengan mencucurkan air mata tebal [tebal] (tidak tipis, menyangkut
dan mengeluarkan suara ukuran papan tebal), (1) batolur,
tersedu-sedu, menjerit-jerit, dan (2) ‘papan itu sangat tebal’
sebagainya), (1) sela, (2) ‘Dia Ahana batolur.
menangis’ nasela, (3) ‘mereka telingan [teliŋa] (salah satu dari
menangisi kematianya’ dasela pancaindra yang fungsinya
nai nimamatara. mendengar, telinga terdiri atas
tangisann [taŋisan] (perihal telinga kanan dan kiri masing-
perbuatan) menangis), (1) masing memiliki daun telina dan
sinēlara, (2) ‘tangisannya’ ni rongga telinga), (1) telîngā, (2)
sinelara, (3) ‘tangisan mereka’ ‘telinganya’ telîngāra, (3)
disinelara. ‘telinga orang itu’ matara
tanjungn [tanjuŋ] (bagian daratan telingara.
n
yang menjolok ke laut), (1) teluk [teluk] (bagian lautan yang
suaro’, (2) ‘mereka pergi ke mencolok ke daratan), (1) lo’uo,
tanjung’ si datagi nai suaro, (3) (2) ‘teluk besar’ lo’u lean, (3)
‘indah pemandangan di tanjung ‘di teluk besar’ nai lo’u lean.
n
itu’ suara ni pemandangana telur [telūr] (telur ayam, telum
baban. bebek), (1) tolur, (2) ‘telur
ayam’ manu’ tolur, (3) ‘mereka

127
membeli telur ayam, si dahas datenun, (3) ‘kain tenun’ kain
manu’ tolur (4) ‘dimanakah tenuna.
kalian membeli telur bebek itu?’ teranga [tērāŋ] (ada cahaya, tidak
umu has beba’ tolurora nagi?, gelap, (1) masir, (2) ‘ruang ini
(5) ‘mereka membeli telur itu di terang’ ruangane masir, (3)
tokoh’ dahas manu’ toluro nai ‘penglihatanya terang’ ni
tokora. toto’una masir, (4) ‘cahaya
tenanga [tenaŋ] (tidak beribut, bersifat lampu itu terang’ lampura
pendiam, tidak suka banyak nicahayao masir, (5) ‘bulan
bicara), (1) tanang, (2) ‘orang terang’ ulan del masir.
itu berperangai tenang’ matara i terbakarv [terbakar] (dilahap api,
tanang. kebaran yang menghanguskan
tendangv [tendang] (menendang, bangunan dan barang-barang
sepak, depak, terjang), (1) cepa’, lainnya), (1) tabakar, ahira na’a
(2) ‘dia menendang’ nacepa, (3) (2) ‘ruko itu terbakar’ rukora
‘merekan menendang’ dacepa’ natabakar, (3) ‘kapal itu
(4) ‘saling menendang’ terbakar’ apala tabakar/ ahira
dahicepa. na’ai apala la’.
tengaha [teŋah] (tempat di tengah, terbangv [terbaŋ] (bergerak ke depan
tidak ke/ di pinggir, antara dua atau ke samping atau berpinda
batas tepian), (1) bolomin, (2) dari satu tempat ke tempat lain
‘kalian di dalam, saya di luar’ di udara dengan menggunakan
umu bolomin, ami bo wani. sayap yang mendorong udara),
tengah harifr.n [tengah hari] (waktu (1) natiu, (2) ‘burung itu sedang
antara pagi dan petang, sekitar terbang’ manu’a natiu, (3)
pukul 11.00-12.00), (1) ola ata, ‘pesawat itu sedang terbang’
(2) ‘sudah tengah hari, sudah pesawata natiu, (4) ‘pesawat itu
sangat siang’ ola ata wida la’. terbang tinggi’ pesawata natiu
tengah malamfr.n (sekitar pukul ata wida.
23.00-01.00), (1) latla’, (2) ‘hari terbitv [terbit] (timbul, naik, keluar
sudah larut, kita beristrahat’ tentang bulan, matahari), (1) na
latla’ tastrahat hua, (3) ‘hari sa’a, (2) ‘matahari terbit’ olara
larut, tidurlah’ latla’ gihut hua. nasa’a, (3) ‘bulan suda tampak
tenggelamv [tenggelam] (terbenam ke satu hari’ ulan atala’/ ulana
dalam air), (1) ledur, (2) ‘dia nasa’a la’.
tenggelam’ namaledur, (3) ‘dia terbenamv [terbenam] (masuk dalam-
ditenggelamkan’ daleduri’, (4) dalam sehingga tidak kelihatan,
‘kapal tenggelam’ apala seperti tertanam ke dalam
namaledur. tanah), (1) nasûng, (2) olara
tenunn (me-) [tenun] (hasil kerajinan nasung ‘matahari terbenam’, (3)
yang berupa bahan atau kain ‘bulan sudah terbenam’
yang dibuat dari benang seperti dasungila’.
kapas, sutra, dan sebagainya), terbukan [membuka] (jarak antara,
(1) tenun, (2) ‘mereka menenun’ jarak yang melebar, membuka,

128
terbuka), (1) sali’, nasali’, tidaka [tidak] (kata keterangan yang
basali’, nabasali’, (2) ‘buka’, menyatakan penyangkalan,
sali’ (3) ‘terbuka’ nabasali’, (4) kebalikan atau lawan dari kata
‘membuka’ nasali’. ya....), (1) tei, (2) ‘tidak ada’ nai
teriakv [teriyak] (seruan yang keras, tei, (3) ‘apa yang tidak ada itu?
pekik), (1) lelu’, (2) ‘mereka la nai teira, (4) ‘tidak ada uang’
berteriak’ dalelu’, (3) ‘kami pitis nai tei, (5) ‘banyak uang’
berteriak’ ami alelu’. pitis we’an, (6) ‘uang berjuta-
terimav [terima] (menyambut, juta’ pitis juta-juta.
v
mendapat atau memeroleh tidur [tidur] (istirahat dari rutinitas
sesuatu), (1) da’ tarima, (2) dengan cara berbaring, mata
‘mereka suda terima’ si tertutup, hilang kesadaran
datarima la’a, si da la’ (3) sementara), (1) ihit (gihit), ihut
‘kami terima’ ami atarima. (gihut), (2) ‘dia suda tidur’
terjala [terjal] (bagian gunung, na’ihiti la’, (3) ‘mereka suda
pegunungan yang curam, tegak tidur’ da’ihit si la’, (4) tidurkan
lurus), (1) gelara natau’, (2) (me-) (membawa tidur,
‘jurang itu sangat terjal’ gelar membaringkan meninabobokan
leana natau’. dan sebagainya supaya tidur),
terkejuta [terkêjūt] (sebelumnya tidak (5) tidur di sini’ gihit naire/
tau tiba-tiba terjadi, kaget), (1) gihut nai ire.
num
alwotur, (2) ‘dia terkejut’ tiga [tiga] (urutan angka ke-3,
na’alwotur, (3) ‘jangan terkejut’ angka setelah angka 2 dan
ma’alwotur bolu’, (4) ‘mereka sebelum angka 4, angka Arab
terkejut’ da’alwotur. modifikasi 3 dan angka Romawi
terompahn [terompah] (lapik kaki III), (1) tolu [tolu], (2) ‘tiga
yang dibuat dari kulit, karet atau buah’ woi tolu, (3) ‘tiga gol’ gol
kayu yang dilengkapi dengan tolu, (4) ‘mereka bertiga’ si tolu,
tali kulit sebagai penguat, atau (5) ‘mereka bertiga berjalan’ si
kayu bertudung bulat, tempat tolu datagi, (6) ‘mereka bertiga
ibu jari kaki dan jari kaki tengah sedang duduk’ si tolu
menjepit), (1) saloapa, (2) damatoran/damatoan. (7)
‘terompah ini milik siapa?’ sei ‘mereka bertiga sedang
ni saloape?, (3) ‘terompah ini bernyanyi’ si tolu damanyanyi.
dibuat di mana?’ salopae (-ira) tiga belasnum [tiga belas] (angka Arab
dawei nagi?. modivikasi 13, angka Romawi
tertawav [tertawa] (emosi gembira XIII, bilangan setelah 12 dan
atau bahagia), (1) malihi, (2) sebelum 14), (1) utcasi tolu, (2)
‘mereka tertawa’ si damalihi, ‘tiga belas ribu’ rium ucasi tolu,
(3) ‘apa yang mereka (3) ‘tiga belas juta’ sala’ ucasi
tertawakan?’ si damilihi la?. tolu, (4) ‘tiga belas milyar’ etir
tepiann [tepiyan] (pinggir, bagian ucasi tolu, (5) ‘tiga belas triliun’
paling luar), (1) galigi, (2) bara ucasi tolu, (6) ‘tiga belas
‘bagian pinggir’ galigoro’. triliun lima ratus juta’ bara

129
ucasi tolu rim/rium ratu tinjuv [tuƞ ju] (kepalan tangan untuk
lim/lium. memukul), (1) tetewara, (2)
tiga puluhnum [tiga puluh] (angka ‘kepalannya’ nitetewara, (3)
Arab modivikasi 30, angka ‘tinju’ datewa.
a
Romawi XXX, bilangan setelah tipis [tipis] (tidak tebal, menyangkut
29 dan sebelum 31), (1) uttolu; ukuran papan yang tipis), (1)
utu tolu, (2) ‘tiga ratus’ rattolu, banihis, (2) ‘papan iti tipis’
(3) ‘tiga ratus juta’ sala’ rattolu, ahana banihis, (3) ‘mereka
(4) etir rattolu ‘tiga ratus memerlukan papan yang tipis’ si
milyar’ (5) ‘tiga ratus triliun’ daparlu ahan banihiso’.
bara rattolu, (6) ‘tiga ratus tiup [tiyup] (meniup, mengeluarkan
v

triliun lima ratus juta’ bara udara dari mulut dengan tekanan
rattolu juta ratu lim/lium. yang kuat biasanya bagi yang
tiga puluh limanum [tiga puluh lima] meniup api agar nyalanya lebih
(angka Arab modivikasi 35, besar, meniup lampu minyak
angka Romawi XXXV, bilangan tanya), (1) nawura’, (2) ‘dia
setelah 34 dan sebelum 36), (1) yang meniup’ i nawura’, (3)
uttolu resi lium, (2) ‘tiga puluh ‘bukan saya yang meniup’ a’u
lima juta’ sala’ uttolu resi lium, wura’ tei.
(3) ‘tiga puluh lima milyar’ etir tongkatn [toŋkat] (benda berukuran
uttolo resi lim/lium, (4) ‘tiga kurang lebih 15 hingga 20
pulu lima triliun’ bara uttolu meter, diameter 10 Cm, terbuat
resi lim/lium. kayu atau besi, tongkat mesjid,
tikamv [tikam] (me-) (menikam, tongkat komando), (1) tongkata,
menusuk menggunakan benda (2) ‘tongkat masjid’ tongkat
keras yang ujungnya tajam masi’ita, (3) ‘dimanakah tongkat
sehingga tertancap ke dalam), masjid itu?’ tongkat masi’ita
(1) susu’, irus, (2) ‘dia nagi?.
menikam’ i nasusu’, (3) ‘merek tua [tuwa] (menyangkut usia, rentang
a

saling menikam dengan usia 0 hari hingga beberapa hari,


menggunakan pisau tajam’ si bulan, dan tahun), (1) tua, (2)
dahiirus tu turi’a. ‘kita sudah tua’ ita tua la’, (3)
timura [timur] (arah mata angin yang ‘orang yang sudah berusia
berlawanan dengan angin barat), lanjut, bisanya menjadi panutan’
(1) timur, (2) ‘sudah musim orang tua.
angin timur’ timur natagi la’. tujuhnum [tuju] (angka Arab
tinggia [tiŋgi] (di atas sekali, jauh di modivikasi 7, angka Romawi
ketinggian, tidak rendah), (1) VII, bilangan setelah 6 dan
riri, ata wida, (2) ‘buah itu di sebelum 8), (1) hitu, (2) ‘tuju
ketinggian’ ai woio ata wida, belas’ ucasi hitu, (3) ‘tuju
(3) ‘pesawat itu terbang tinggi’ puluh’ utu hitu, (4) ‘tuju ratus’
pesawata natiu ata wida, (4) ratu hitu, (5) ‘tuju ribu’ rium
‘pohon itu sangat tinggi’ aira hitu, (6) ‘tuju juta’ sala’ hitu,
riri ata wida.

130
(7) ‘tuju milyar’ etir hitu, (8) tulisv [tulis] (tulis, menulis, membuat
‘tuju triliun’ bara hitu. huruf atau angka dan sebagainya
tujuh belasnum [tuju belas] (angka dengan pena, pensil, kapur, dan
Arab modivikasi 17, angka sebagainya), (1) tulis, (2) ‘dia
Romawi XVII, bilangan setelah menulis’, natulis (3) ‘mereka
16 dan sebelum 18), (1) ucasi menulis’ datulis.
hitu, (2) ‘tuju belas ribu’ rium tumpula [tumpul] (lawan dari tajam,
ucasi hitu, (3) ‘tuju belas juta’ bagian atau sisi lain yang tajam
sala’ ucasi hitu, (5) ‘tuju belas dari parang atau pisau), (1)
milyar’ etir ucasi hitu, (4) ‘tuju nababu, (2) ‘parang itu sudah
belas triliun’ bara ucasi hitu. tumpul’ pedara nababu i la’, (3)
tujuh puluhum [tuju puluh] (angka ‘rantai mesin sensor itu sudah
Arab modivikasi 70, angka tumpul’ rante sensora nababu
Romawi LXX, bilangan setelah ila’.
69 dan sebelum 71), (1) utu hitu, tunjukv [tunjuk] (mengangkat jari
(2) ‘tuju puluh ribu’ rium utu telunjuk diarahkan ke objek
hitu, (3) ‘tuju puluh dua ribu’ yang dituju), (1) turu’, (2) ‘dia
rium hitu resi roti, (4) ‘tuju menunjuk’ naturu’, (3) ‘mereka
puluh juta’ sala’ utu hitu, (5) menunjuk’ daturu’.
‘tuju puluh milyar’ etir utu hitu, turunv [turun] (bergerak ke bawah),
(4) ‘tuju puluh triliun’ bara utu (1) dudu, (2) ‘dia turun’ i
hitu. nadudu, (3) ‘mereka turun dari
tukangn [tukaŋ] (orang yang kapal’ si dadudu sebi apala’.
mempunyai kepandaian dalam tusukv [tusuk] (memasukkan dengan
suatu pekerjaan tangan, dengan cara menikamkan suatu benda
alat atau bahan yang tertentu), yang runcing seperti jarum,
(1) tu’an, (2) ‘tukang kebun’ pisau, dan sebagainya ke dalam
tu’an uma, (3) ‘tukang rumah’ benda lain), (1) susu’, (2) ‘dia
tu’an rumara, (4) ‘tukang kayu’ menusuk/ menjahit atap’ nasusu
tu’an aira, (5) ‘tukang batu’ e’eara/ bareama’, (3) ‘mereka
tu’an watura. menjahit atap’ si dasusu’
tulangn [tulaŋ] (bagian dari tubuh bareama.
berupa rangka yang berfungsi
menegakan tubuh, rangka tubuh
yang dibaluti daging dan kulit), ==== U-u ====
(1) ruri, (2) ‘tulang tubuh kita’,
ruri watano ninira, (3) ujungn [ujuŋ] (bagian penghabisan
‘tulangnya sangat kuat’ rurio dari suatu benda atau jarak
ahorat. tempuh), (1) matāo’, (2) ‘suda
a
tuli [tuli] (tidak dapat mendengar sampai di ujungnya’ sampe nai
karena rusak pendengarannya, mataola’, (3) ‘berujung di
tunarungu), (1) taregal, tiregal, mana? matao nagi?’, (4)
talegal, (2) ‘dia tuli’ nataregali’, ‘berujung di ibu kota
(3) ‘sangat tuli’ taregal pa’asli.

131
kecamatan’ matao nai ibu kota ==== V-v ====
kecamatana.
n
ular [ular] (mamalia yang van [va] (huruf Hijaiyah yang ke-20,
panjangnya 30 Cm hingga 10 m, Abjad Arab yang ke-20), (1)
berjalan merayap, termasuk ‘va’ va.
hewan pemangsa), (1) te’is, vaginan (kemaluan perempuan yang
te’us, (2) ‘ular itu’ te’isa, (3) berfungsi sebagai alat vital
‘ular itu ukuranya panjang’ untuk bersenggama dan
te’usa malas, (4) ‘ular sanca’ melahirkan melalui rongga
te’us batolara, (5) ‘ular itu vagina), (1) ahira, (2)
sedang bertelur’ te’usa natolur. ‘vagiannya bersih’ ahira bersih,
n
ungu [uŋu] (warna merah tua (3) ‘vaginanya terawat dengan
bercampur biru), (1) ungu , (2) baik, narawat ahira gahin.
‘sepeda itu berwarna ungu’, vakansin [vakansi], (libur, para siswa
spedara niwarna ungu, (3) libur di akhir semester atau
‘mobil itu berwarna ungu’ otora mengahiri tahun belajar pada
warna ungu, (4) ‘baju ungu’ masa tertentu yang ditetapkan
ladan ungu, (5) ‘celana ungu’ dalam kalender akademik), (1)
ada ungu. bakansi, (2) mereka sudah
v
urut [urut] (pijat, mengurut), (1) vakansi akhir semester, si
hisa’, (2) ‘dia memijat badan dabakansi la’.
orang itu’ nahisa’ matara vaksinn [vaksin] (obat yang diambil
watano’. dari bibit virus/ penyakit yang
usanga [usaŋ] (suda berusia lama, sudah dilemahkan), (1) vaksin,
kering tidak terawat, kering (2) vaksin itu gratis, vaksina
berkarat), (1) mal, namal, (2) gratis, (3) ‘jangan takut
‘sepeda itu sudah usang tidak divaksin’ mata’ut davaksin umu
terawat’ spedara namalila’, (3) bolu’, (4) ‘vaksin ini untuk
‘kebun yang sudah usang, lama kebaikan kita’ vaksine nai nini
tidak tergarap’ um malo’. gahina.
v
usap [usap] (sapu, elus), (1) seka vaksinasin [vaksinasi] (proses
[seka], (2) ‘saya mengusap memasukkan vaksin ke dalam
muka’ u seka hanogura/ pasien yang berfungsi
hanoguih. menangkal virus/ penyakit
utaraa [utara] (arah mata angin yang dalam tubuh pasien), (1)
berlawanan dengan mata angin davaksin, (2) mereka sudah
selatan), (1) Mudamar, (2) ‘awal divaksin’ davaksin si la’, (3)
angin Utara’ Mudamar awala’ / ‘sejak kapan mereka divaksin’
Mudamâr matâo’. davaksin muguhiso?, (4)
‘mereka divaksin sejak kemarin’
davaksin mingirara/ miningire.
ventilasin (rongga pada rumah yang
berfungsi sebagai tempat
pertukaran udara), (1) jelusira,
132
(2) ‘jelusi itu’ jelusira, (3) menderita wasir’ namasingat
‘rumah itu banyak ventilasinya’ tawuna ulat la’.
n
rumara ni jelusi we’an, (4) wasit [wasit] (orang yang ditugaskan
‘ventilasi di bagian kamar’ jelusi sebagai pengadil lapangan, wasit
nai kamara. pertandingan bola kaki, wasit
vetsinn [vetsin] (penyedap rasa), (1) karateka, wasit bola voli), (1)
vatsin, (2) ‘beli satu vetsin untuk wasit, (2) ‘wasit itu’ wasita, (3)
saya’ has nugu pitsin sa’. ‘wasit itu bertugas dengan tegas
n
vila [vila] (rumah kecil, tempat untuk di lapangan’ wasita I tagas bo
beristirahat di waktu tertentu lapangana, (4) ‘wasit dari luar
seperti akhir pekan atau masa negeri’ wasita bo luar negeri,
liburan), (1) vilara, (2) ‘siapa (5) ‘wasit tinju’ wasit tunjura.
pemilik vila ini’ sei ni vilare, (3) windun [windu] (delapan tahun, 96
‘siapa penjaga vila’ sei najaga bulan, 2880 hari dalam hitungan
vilare?, (4) ‘vila ini tenang’ kalender Masehi), (1) 1 windu,
vilare tangang. windu sa, (2) ‘dua windu’ windu
roti, (3) ‘tiga windu’ windu tolo,
(4) ‘empat windu’ windu hat, (5)
==== W-w ==== ‘lima windu’ windu lim / windu
lium, (6) ‘enam windu’ windu
wargan [warga] (sekumpulan/ onan.
sekelompok masyarakat pada
satu lingkungan RT/RW atau
kampong, satu kelompok social ==== X-x ====
seperti warga sekolah, warga
NU/ Muhammadiyah), (1) Xn [eks] (huruf X, huruf yang ke-24
‘warga RT 000’ warga RT 000, dalam abjad Indonesia), ‘huruf
(2) ‘warga kampung’ warga X’ huruf X.
wanu, warga ampunga, (3) Xnum
[X] (sepuluh angka romawi,
‘warga kami’ amami warga. angka Arab modifikasi 10,
warna kuningfr.a (warna yang serupa bilangan setelah angka Romawi
dengan warna kunyit atau emas IX dan sebelum angka Rumawi
murni), (1) unin, (2) ‘rumah XI).
berwarna kuning’ ruma unina’,
(3) ‘kapal itu dicat dengan
warna kuning’ apala dacet to
warna unina.
==== Y-y ====
wasirn [wasir] (hemoroid, ambien,
pembengkakan atau pembesaran yap [ya] (kata seru yang digunakan
pada pembuluh darah di usus untuk menyahuti penggilan,
besar bagian akhir serta dubur ya….), (1) ‘ya ada apa pa’, ya…,
atau anus) (1) tawuna, (2) ‘dia (2) ‘ya…bapak memanggil
menderita wasir’, ni tawuana saya?’, ya…baba nahoru a’u?,
n
natu’u, (3) ‘dia sudah lama yakis [yakis] (jenis kera berbadan
besar, jenis kera ini hidup di
133
tanah, karena gemuk tidak dapat 26 dari 26 abjad), (1) huruf Z
memanjat), (1) le’ira, (2) ‘kera ‘huruf Z’, (2) Z kapital ‘Z
besar itu’ le’i leana. kapital’, (3) Z kecil ‘Z kecil’.
n
yasin [yasin] (surat ke-36 ‘surat
Makiyah’ dalam Al-Qur’an), (1)
Yasina, (2) ‘mereka membaca
surat Yasin’ si dabaca Yasina.
yatima [yatim] (anak yang ditinggal
ayah), (1) Asian, (2) ‘yatim-
piatu’ asian nina tu babara.

==== Z-z ====


zatn [zat] (zat Allah Swt, wujud Allah
Swt, hakikat Allah Swt), (1) ‘zat
Allah Swt’ Allah ni zata, Zat
Allah Swt.
n
zat [zat] (campuran yang memiliki
unsur-unsur tertentu yang
dicampur sehingga
memunculkan sesuatu yang
baru, sesutu yang lahir/ ada dari
tidak ada sebelumnya), zat kimia
‘zat kimia’.
zakarn [zakar] (“Melayu Ambon
disebut butu”, penis, alat vital
pria / alat vital laki-laki),
‘penisnya, zakrnya’ ni zakara.
zakatn [zakāt] (jumlah harta yang
dimilik keluarga Muslim dalam
waktu tertentu dan dalam jumlah
tertentu yang wajib dikeluarkan
zakatnya untuk diserahkan
kepada 7 golongan yang berhak
menerima yaitu 1 fakir dan
miskin, 2 amil, 3 mu’allaf, 4
budak yang telah merdeka, 5
orang yang memiliki hutang
(gharim), 6 fisabilillah, dan 7
ibnu sabil), ‘serahkan zakat mu’
sarakan numu zakat la’a.
n
z [zet] (huruf z dalam abjad bahasa
Indonesia, merupakan abjad ke
134
135
100 Kalimat Bahasa Indonesia-Gorom
1. ‘saya ditawari ikan’ datawar a’au nai i’ana
2. ‘saya memikul satu tandan pisang’ a’u leba hudi daran sa’
3. ‘kau memikul satu tandan pisang’ Au leba hudi daran sa’
4. ‘saya meminjam pisau itu’ u rian turi’a hua
5. ‘rumah kakak arobi terbakar’ a’a arobi ni rumara ahira na’ai’
6. ‘kepalanya bengkak’ ilura nabulur
7. ‘maling itu tertangkap’ dodi mata ha’leusa la’a, datangkapi
mata ha’leusa’
8. ‘anak itu membawa obor saya’ ana’a nodi nugu obora
9. ‘kamu tertidur’ Au gihutla
10. ‘dia terjatuh dari pohon asam jawa’ nagei’ atamari asam jawara
11. ‘Anda menipu teman saya’ Au loli’i nugu temuna
12. ‘kampung yang pernah saya kunjungi’ ampunga parna a’u sampe la’.”
13. ‘anaknya sakit’ ni ana’a namasingati’
14. ‘mereka kedinginan’ si daro’a rihi
15. ‘kakinya kesemutan’ na’era/ i’era nasilimur
16. ‘rumahnya besar’ nirumara boba’
17. ‘saya kekenyangan’ ti’al a’ula’
18. ‘besi itu sudah berkarat’ mumûra negari la’
19. ‘kayu itu sudah lapuk’ aira nagoha’i la’
20. ‘kita harus menghormati ita musti tahormati nini nina
ayah dan ibu kita’ nini baba
21. ‘kami akan mendirikan rumah baru’ ami mau awei ruma baru sa’
22. ‘saya memberikan rokok kepada dia’ a’u guan i taba’u
23. ‘saya melihat tiga orang’ a’u to’un mancia tolu
24. ‘dia merokok sambil makan’ nabuis taba’u tu na ahanga
25. ‘buah kelapa itu akan saya petik’ mau u sa’a niura
26. ‘agar lulus ujian, kamu harus belajar’ mimau lulus nai ujian, au musti
balajar
27. ‘ibu sudah datang‘ nina naratan la’
28. ‘mereka menanam di kebun’ si dahitau’ nai umma
29. ‘lain kali saya ikut’ ha’asa woun a’u tura
30. ‘kelakuan orang itu aneh’ matara ni ala’uana aneh
31. ‘siang ini panas sekali’ ola atare mahanas pas’ali
32. ‘saya mulai minum’ mulai nai u winu
33. ‘saya sudah makan siang’ u ahanga siang la’a
34. ‘bapak Bupati meresmikan pasar baru’ Bupati naresmikan pasar barura
35. ‘semua siswa dinyatakan siswasi lulus bababis’
36. ‘rumah sakit penuh sesak dengan pasien’ruma sa’ita lomin tura mancia
Masingata

37. ‘anak-anak rajin belajar’ mahunsi dabalajar rajin


136
38. ‘mereka hidup dalam kadamaian’ si hidup tu amana
39. ‘mereka sekarang beristirahat’ dastrahat si’
40. ‘pemilihan kepala desa’ dapili kapala desara
41. ‘orang itu menghilang secara misterius’ matara namadeini tamarian
42. ‘rajinlah minum obat supaya rajin minu obata supai nai gahin
cepat sembuh’ gala’
43. ‘mereka berlibur ke Surabaya’ si dabakansi bo Surabaya

44. ‘keluarga itu berangkat dengan keluargara dasobal dasa’a pesawata


menggunakan pesawat terbang’
45. ‘suaranya tidak terdengar tarongan ni suarara teire, darongan
nisuarara tei’
46. ‘laut terlihat tenang hari ini’ tasi’a manila dodan sare
47. ‘pantai ini bersih sekali’ gulwiase barsi pas’ali
48. ‘orang itu dijuluki pembohong’ dajuliki mata eda-edara
49. ‘hujan sangat lebat’ uran namanugur
50. ‘musim kemarau tahun ini sangat lama’ urtala lean ngara’ sare ulat
51. ‘badannya saja yang besar, watano boba’ muge/ (mule, muale)
pikirannya belum dewasa’ nipikirana bota/ boti ana’-ana’
52. ‘Ali lebih pintar dari pada Budi’ ali labe pintar nagamari Bobi
53. ‘kami pergi ke hutan’ Ami atagi rei esi
54. ‘kamu membeli minyak Au has gul niura te gul tanara
tanah atau minyak kelapa’
55. ‘lindungilah adikmu sebaik-baiknya’ lindungi numu ali gahin-hin
56. ‘mereka pergi ke pasar untuk datagi nai pasara dahas hasa
membeli sekarung beras’ arung sa’
57. ‘suami dan istrinya itu I tu niwawinara baru damuli
baru saja pulang dari kantor’ kantora
58. ‘saya berangkat sekarang urang ahorat telatla’ utagi hua
meskipun hujan sangat deras’
59. ‘aku akan meminjamkan tas ku u rian au tase nai dagi tura hua
kepada mu untuk digunakan
dalam perjalanan’
60. ‘kami hidup bertetangga di desa’ ami nun tetangga nai mami desara
61. ‘mohon menunggu di dunggu tutu u rattan
sana sampai aku datang’
62. ‘badannya kurus tetapi sehat’ watano mamahun muge(-le) i sehat
63. ‘mengapa kamu memarahi ibumu?’ bei magile (-ge) mahiyal
nai numu nina
64. ‘walaupun dia diundang, dia dundangi walu’ naratan tei
tidak datang’
65. ‘siapa namamu?’ numu ngasan sei?
66. ‘mau kemanakah Anda?’ Au mau dagi nagi”
67. ‘kamu pergi dengan siapa?’ Au dagi tu sei?
68. ‘dari mana dia datang?’ I naratan nagi ma?
137
69. ‘sejak kapan kamu tiba?’ Au datan muguhiso?
70. ‘di mana rumahnya?’ ni rumara nagi”
71. ‘kamu mau apa?’ Au mau la?, numu maura la?
72. ‘apa makanan kesukaanmu?’ numu hanga susu’ara la?
73. ‘bolehkah saya minum?’ u winu jadi mu?
74. ‘siapa yang menanam singkong ini?’ sei natau’ panggalare(-ire)?
75. ‘berapa harga telur itu?’ manu’ tolurore(-ire) hargao pihis?
76. ‘berapa ekor ayam yang Anda pelihara?’ Au hara manu’ his?
77. ‘jangan lupa membeli garam di pasar!’ lupa has sira nai pasara bolu’ tei
78. ‘sagu yang baru dimasak jangan diambil!’ suat masa’o ma bolu’
79.‘jemurlah sagu itu di panas matahari!’ badar suat bo ortalara / artala /ultala
80. ‘masaklah sayur itu!’ da’an / ha’masa’ utana
81. ‘panasilah air itu!’ hanas ara
82. ‘gorenglah ikan itu’ singelar i’ana
83. ‘bakarlah sagu di api tungku!’ dunu suat bo ahira
84. ‘bayarlah hutangmu!’ bar numu ut-utana
85. ‘sebaiknya uang kau simpan di bank!’ lebebai daru pitisa bo(nai) banga
86. ‘duduklah di kursi itu!’ mato (-ran,-an) nai aderara
87. ‘makanlah kue itu!’ ga kukisa
88. ‘berjalanlah sampai ke tempat tujuan!’ dagi tutu nai numu tujuana
89. ‘burulah ayam itu!’ di’at lela manu’a
90. ‘jemurkan celanamu!’ badar numu adara’
91. ‘keringkan baju saya!’ ha’mas nugu ladana
92. ‘susuilah bayimu!’ susu numu ana’a’
93. ‘garamilah ikan itu!’ sira i’ana
94. ‘sembelihlah ayam itu!’ ngoso’ manu’a
95. ‘besarkan celanamu!’ ha’boba’ numu adara
96. ‘kecilkan bajuku!’ ha’mahun nugu ladana
97. ‘kalian istirahatlah!’ umu mastrahat hua
98. ‘mereka harus keluar hari ini juga!’ si musti da’aluar sasate
99. ‘saya akan mandi’ le’an usou a’u / mau u sou
100. ‘ayah dan ibu menyayangimu’ nina roti baba dahituin au

138

Anda mungkin juga menyukai