Anda di halaman 1dari 10

PERRLINDUNGAN ANAK

Kasus kekerasan terhadap anak tampaknya mendapat perhatian yang tiada habisnya
di media nasional. Masalah laten yang disebar sebagai “budaya negatif” di masyarakat
saat ini seringkali sudah mencapai batas kewajaran. Bullying atau yang biasa disebut
“bullying” terus mewabah pada anak-anak, terutama di lingkungan pendidikan, di
tempat-tempat yang seharusnya aman, nyaman, dan terlindungi. Bahkan,
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa bagi sebagian kaum radikal.
Sejak tahun 2020, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencermati
peningkatan kasus pelecehan terhadap anak dari tahun-tahun sebelumnya. Hingga
paruh kedua tahun 2020, 119 kasus perundungan telah dilaporkan. Pada saat yang
sama, jumlah kasus yang tidak dilaporkan tentu jauh lebih tinggi. Seperti fenomena
gunung es, 119 kasus baru muncul ke “permukaan”, sementara masih banyak lagi kasus
yang berada di bawah permukaan dan tidak terdeteksi.
Terakhir belum lama ini terjadi Kasus Bullying SMA Binus yang Libatkan Anak
Vincent Rompies, Dikatakan AF, perundungan terjadi pada 13 Februari 2024 di
sebuah warung di dekat Binus School. Warung tersebut menjadi tempat berkumpulnya
para anggota geng.
Saat itu, korban diberi tahu bahwa dirinya telah direkrut oleh anggota geng sekolah
yang dijuluki Geng Tai (GT). "Pas kejadian yang viral ini sebenarnya kejadiannya itu
di tanggal 13 Februari. Korban diberi informasi bahwa dia udah direkrut oleh anggota
GT." "Dan diminta untuk bertemu atau berkumpul bersama anggota GT di Warung Ibu
Gaul atau WIG ya singkatannya," ungkap AF. Korban lantas datang ke warung tersebut.
Sayangnya, korban dijebak dan kembali mendapatkan kekerasan yang dikatakan
sebagai syarat diterima jadi anggota geng, menurut AF. Bahkan, kekerasan yang
diterima korban jauh lebih para dari sebelumnya. "Diajak ketemu di jam 3 dan korban
langsung menyetujui untuk datang ke WIG di jam 3 sore dan ternyata korban ini seperti
dijebak ya." "Jadi pas datang di sana ternyata dia ditatar lagi tapi tatarnya itu jauh lebih
parah karena penganiayaan yang didapatkan itu lebih parah dari sebelumnya,"
bebernya. Setelah menerima perundungan dari para pelaku, orang tua korban pun
akhirnya melaporkan kasus tersebut ke polisi. Kemudian, korban dilarikan ke IGD.
"Orang tua korban pas tau ini dia langsung laporin ke pihak yang berwajib dan
membawa anaknya ke IGD," ujarnya. Saat menjenguk korban, AF baru mengetahui
bahwa salah satu dari pelakunya adalah anak Vincent Rompies. AF pun syok saat
mengetahui L adalah anak dari anak Vincent Rompies. "Waktu saya ngejenguk korban
saya diceritakan bahwa salah satu pelakunya itu dari anak artis yang terkenal yang
namanya L bapaknya Vincent Rompies itu saya syok banget sih sejujurnya," kata AF.
Menutut penuturan AF, L ikut andil dalam perundungan tersebut. L adalah orang yang
mengikat korban di tiang.
"L itu bagian yang mengikat korban ke tiang dan mungkin ya L juga ikut dalam
melakukan penganiayaan," tuturnya. Untuk jumlah pelaku, AF mengatakan ada sekitar
14 orang. "Untuk pelaku itu sebenarnya banyak ya, cuma yang di up di Twitter (X) itu
cuman ada 8 orang." "Sebenarnya pelakunya itu ada lebih dari 8 orang. Sekitar 12 atau
14 orang yang terlibat dalam kasus itu cuma belum ke up semuanya karena mungkin
mereka juga lupa siapa aja yang melakukan," katanya.
Insiden bullying, pelecehan dan pelecehan di sekolah, terutama sekolah dasar
dan menengah, harus menjadi fokus perhatian dan membutuhkan penyelesaian
segera. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan tersebutlah serta untuk
mendorong percepatan pencegahan kasus Bullying melalui sosialisasi materi tentang
Bullying Di SMPN 22 KONSEL.
A. Pengerian Perlindungan Anak
Perlindungan anak menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak danhak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berparsipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pengeran
perlindungan anak ini dibangun berdasarkan hak-hak anak dan pemenuhan
hak-hak anak tersebut anak perlu mendapat perlindungan. Berdasarkan pengeran
ini, perlindungan anak harus diarusutamakan pada semua sektor khususnya
sektor-sektor kesehatan, pendidikan, dan sosial; termasuk di satuan pendidikan.
Selain pengertian mendasar tersebut, diatur pula pada Pasal 59 ayat (1)
tentang Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
menyatakan bahwa Pemerintah Daerah dan Lembaga Negara lainnya
berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus
kepada anak.
Dalam hal ini perlindungan anak di satuan pendidikanperlu dilakukan agar
peserta didik terhindar dari kekerasan fisik dan/mental serta terhindar dari
diskriminasi yang dijamin pada Pasal 4, bahwa setiap anak berhak untuk dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berparsipasi secara wajar sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Undang-undang Perlindungan Anak mengikat setiap warga negara.
Pelanggaran terhadap undang-undang Ini dalam bentuk tindak kekerasan pada anak,
berakibat pada sanksi pidana bagi pelakunya.
B. Pengertian Perundungan (Bullying)
Perilaku kekerasan terhadap anak (child abuse), sebagai bentuk ekspresi,
dan aksi yang dilakukan oleh oranglain terhadap anak. Tindakan kekerasan
adalah salah satu bentuk manifestasi rasa marah yang bersifat agresif malignant
(berat) yang menyebabkan kesakitan atau kerusakan pada obyek sasarannya.
Perundungan juga dikenal sebagai masalah sosial, terutama ditemukan di
kalangan anak-anak sekolah.
Secara harfiah perundungan, adalah penindasan. Kata perundungan berasal
dari kata bully, yang dalam bahasa Inggris berarti penggerak orang yang
mengganggu orang lemah. Perundungan adalahkekerasan sistematik yang
digunakan untuk mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror bukan hanya
sebuah cara untuk mencapaiperundungan tapi juga sebagai tujuan perundungan.
C. Bentuk-bentuk Perundungan
Bentuk perundungan menurut Coloroso (2008:27) dibagi menjadi empat yaitu:
1. Perundungan fisik:
Penindasan fisik merupakan jenis perundungan yang paling tampak dan
paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun
kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan
yang dilaporkan oleh siswa. Perilakunya berupa kontak fisik langsung atau
serangan fisik yang dilakukan secara langsung, dapat berupa memukul,
mendorong, menendang,, mencekik, menyikut, meninju, menendang,
menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas sehingga
menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang
milik anak yang tertindas.
2. Perundungan verbal
sebagai bentuk kekerasan yang palng umum digunakan oleh anak
perempuan maupun laki-laki, kerana mudah dilakukan. Seperti melalui
bisikan yang dilakukan dihadapan orang dewasa atau teman-teman tanpa
terdeteksi. Bentuk penindasan verbal seperti memberijulukan nama, mencela,
memfitnah, mengkritik dengan kejam, menghina, menyebarkan gosip, membuat
surat ancaman kekerasan serta menuduh hal-hal yang tidak benar.
3. Perundungan atau penindasan dalam bentuk non verbal
dilakukan dengan menggunakan bahasa tubuh secara langsung, misalnya
memandang sinis, ekspres wajah dengan merendahkan, mengabaikan lawan
bicara, mengalhkan pandangan dan gerakan gerakan tubuh yang
menghina orang lain. Perundungan verbal dan non verbal, disebut juga sebagai
penindasan relasional. Bentuk ini paling sulit dideteksi dari luar, bertujuan untuk
melemahkan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan,
pengecualian atau penghindaran. Perilaku penghidaran ini berupa penyingkiran,
sebagai alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan
tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan
relational dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman
atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini
dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif,
lirikan mata, hela nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan bahas
tubuh yang kasar.
4. Perundungan Seksual
Pelecehan seksual dilakukan ssecara fisik atau lisan. Secara lisan berupa
ejekan ataukata-kata tidak sopanterhadap organ vital (seksual),penghinaan-
penghinaan terhadap lawan jenis atau sejanis seperti halnya mengatakan teman
laki-laki banci bagi laki-laki yang feminim. Perundungan seksual seperti sengaja
memegang wilayah-wilayah seksuallawan jenis.
5. Cyber.
Perundungan Ini adalah bentuk perundungan terbaru karena semakin
berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban
terus menerus mendapatkan pesan negative edaripelaku perundungan baik dari
sms, pesandi internet dan media sosial lainnya.
D. Dampak Bullying
1. Emosional dan Mental
Bullying dapat menyebabkan gangguan emosional dan mental pada korban.
Mereka mungkin mengalami kecemasan, depresi, stres, dan kehilangan
kepercayaan diri. Bullying juga dapat menyebabkan isolasi sosial, perasaan
kesepian, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.
2. Masalah Kesehatan Mental
Korban bullying memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan
masalah kesehatan mental seperti gangguan kecemasan, gangguan suasana hati,
dan gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia. Beberapa korban bahkan
dapat mengalami pemikiran atau perilaku bunuh diri.
3. Gangguan Fisik
Bullying dapat menyebabkan cedera fisik pada korban, baik secara langsung
melalui pelecehan fisik atau secara tidak langsung melalui stres kronis. Cedera
fisik dapat berkisar dari lebam, memar, hingga luka yang lebih serius. Selain itu,
stres yang berkepanjangan dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan
meningkatkan risiko penyakit fisik.
4. Performa Akademik yang Menurun
Korban bullying seringkali mengalami kesulitan dalam fokus, belajar, dan
berpartisipasi dalam lingkungan akademik. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan performa akademik, absensi yang tinggi, dan penurunan minat
terhadap pendidikan.
5. Gangguan Hubungan dan Sosial
Bullying dapat merusak hubungan sosial korban. Mereka mungkin kesulitan
mempercayai orang lain, mengembangkan persahabatan, atau berinteraksi secara
sosial. Hal ini dapat berdampak jangka panjang terhadap kualitas hubungan dan
interaksi sosial mereka di masa depan.
E. Pencegahan yang harus dilakukan
Pencegahan bullying perlu dilakukan secara menyeluruh, melalui sang anak,
keluarga, sekolah, hingga lingkungan masyarakat.
1. Pencegahan Melalui Anak
Pencegahan melalui anak bisa dilakukan dengan cara memberi
pengetahuan tentang apa itu bullyingdan pastikan anak mampu melawan
tindakan bullying jika terjadi kepadanya.Selain itu, edukasi anak agar bisa
memberikan bantuan ketika melihat tindakan bullyingterjadi. Misalnya dengan
melerai/mendamaikan, mendukung korban agar kembali percaya diri, hingga
melaporkan tindakan bullying kepada pihak sekolah, orang tua, dan tokoh
masyarakat.
2. Pencegahan Melalui Keluarga
Orang tua perlu meningkatkan ketahanan keluarga, menerapkan hidup
harmonis, dan memperkuat pola pengasuhan anak. Lakukan dengan cara
tanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak, memupuk rasa percaya diri hingga
keberanian anak, mengajarkan etika, hingga mendampingi konsumsi internet
dan bahan bacaan anak
3. Pencegahan Melalui Sekolah
Pihak sekolah juga wajib untuk membangun lingkungan sekolah yang
aman, nyaman, dan anti bullying. Ini bisa dimulai dengan menerapkan
komunikasi efektif antara guru dan murid, melakukan pertemuan berkala
dengan orang tua murid, hingga menyediakan bantuan kepada murid yang
menjadi korban bullying.
4. Pencegahan Melalui Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga berperan penting terhadap kondisi seseorang.
Jadi, sebisa mungkin memilih dan membangun lingkungan masyarakat yang
peduliterhadap perlindungan anak serta melawan keras tindakan bullying.
5. Rehabilitasi
Selanjutnya, ada tindakan rehabilitasi. Ini merupakan pendekatan
pemulihan yang dilakukan kepada korban dan pelaku bullying. Langkah ini
dilakukan dengan tujuan agar korbandan pelaku bisa kembali bertindak seperti
yang seharusnya, sesuai norma dan aturan yang berlaku. Langkah ini juga
merupakan proses intervensi yang memberikan gambaran jelas kepada
pembully bahwa tingkah laku bullying adalah tindakan yang tidak bisa
dibiarkan berlaku di sekolah dan di lingkungan masyarakat manapun.
F. Jerat Hukum Kasus Bullying
Pada dasarnya setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Adapun yang dimaksud kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual,
dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,
atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.
Terlebih anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan
perlindungan dari tindak Kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan
lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik,
dan/atau pihak lain seperti petugas keamanan, petugas kebersihan, penjual makanan,
petugas kantin, petugas jemputan sekolah, dan penjaga sekolah.
Adapun terkait pasal bullying di sekolah, baik pasal bullying fisik dan pasal
bullying verbal, Pasal 76C UU 35/2014 mengatur setiap orang dilarang
menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan kekerasan terhadap anak. Jika larangan melakukan kekerasan terhadap
anak ini dilanggar, pelaku bisa dijerat Pasal 80 UU 35/2014:
1. Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 76C UU 35/2014, dipidana penjara
paling lama 3 tahun 6 bulan dan/atau denda paling banyak Rp72 juta.
2. Apabila anak mengalami luka berat, maka pelaku dipidana penjara paling lama
5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp100 juta.
3. Apabila anak meninggal dunia, maka pelaku dipidana penjara paling lama 15
tahun dan/atau denda paling banyak Rp3 miliar.
4. Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan pada ayat (1), (2), dan (3) apabila yang
melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.
Namun, mengingat diasumsikan bahwa pelaku juga masih berusia anak atau di
bawah umur, maka perlu diperhatikan UU SPPA yang wajib mengutamakan
pendekatan keadilan restoratif.[8] Pelaku anak yang melakukan bullying tersebut
merupakan anak yang berkonflik dengan hukum yaitu anak yang telah berumur 12
tahun, tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara anak di
pengadilan negeri wajib diupayakan diversi dalam hal tindak pidana diancam pidana
penjara di bawah 7 tahun dan bukan pengulangan tindak pidana.
Jika pelaku anak belum berusia 14 tahun hanya dapat dikenai tindakan seperti:
1. pengembalian kepada orang tua/wali;
2. penyerahan kepada seseorang;
3. perawatan di rumah sakit jiwa;
4. perawatan di LPKS;
5. kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan oleh
pemerintah atau badan swasta;
6. pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau
7. perbaikan akibat tindak pidana.
Sementara itu, jenis pidana pokok bagi anak terdiri atas:
1. pidana peringatan;
2. pidana dengan syarat:
3. pembinaan di luar lembaga;
4. pelayanan masyarakat; atau
5. pengawasan.
6. pelatihan kerja;
7. pembinaan dalam lembaga; dan penjara.
Kemudian jenis pidana tambahan terdiri atas perampasan keuntungan yang
diperoleh dari tindak pidana atau pemenuhan kewajiban adat.

Patut dicatat, anak dijatuhi pidana penjara di LPKA apabila keadaan dan perbuatan
anak akan membahayakan masyarakat, yakni paling lama 1/2 dari maksimum
ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.

G. Langkah Yang Bisa Di Tempuh/Cara Melaporkan

Selain melaporkan tindakan bullying ke polisi, sebagai informasi tambahan, jika


masyarakat melihat, mendengar, atau mengalami tindak kekerasan yang menimpa
perempuan dan anak, dapat melaporkannya melalui hotline SAPA129 melalui
telepon 129 atau WhatsApp 08111-129-129 yang dikelola oleh Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Jika bullying terjadi di lingkungan sekolah, Anda dapat melakukan pengaduan


ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Anda mungkin juga menyukai