Anda di halaman 1dari 26

MELATIH

PENULISAN
ESEI DAN
KOLOM
UNTUK WBC

Leila S. Chudori
Tujuan
Meningkatkan kemampuan
menulis agar lebih tajam;
lebih enak dibaca dan tetap
berisi
Membuat WBC sebagai satu
pegangan bacaan yang
penyajiannya lebih
profesional
Jika memungkinkan, titik akhir
adalah mencoba menulis di
media resmi (mainstream)
Catatan: Karena terbatasnya
waktu, fokus webinar hari ini
akan pada penulisan
KOLOM/OPINI
BENTUK
Artikel Pendek
Berisi narasi sebuah
peristiwa dengan
memasukkan kutipan
wawancara beberapa
sumber tentang
peristiwa tersebut.
Kolom/Opini
Berisi opini Anda tentang
suatu peristiwa yang
akan atau sudah terjadi.
Isi kolom harus
menggunakan argumen–
argumen akademik
tentang peristiwa/event.
Putuskan apakah ini akan ditulis dalam
bentuk artikel (feature) atau kolom
(opini-pendapat). Setelah memutuskan
bentuk apa yang akan Anda tulis,
Beberapa hal
persiapkan bahan: Riset, wawancara, yang penting
gambar, diagram, tabel
Putuskan apa angle (sudut pandang)
untuk persiapan
yang ingin Anda tulis. Harus
mengetahui siapa pembaca/segmen
yang anda tuju: Umum? Pelaku bisnis?
Pembaca yang memperhatikan
ekonomi/bisnis? Atau Pembaca Umum
(yang harus diasumsikan orang awam
yang berpendidikan minimal lulus
SMA)?
Saran saya: Menulis dengan asyik,
naratif, meski persoalan kompleks
harus tetap enak dibaca, tapi tetap
berwibawa dan dipercaya pembaca
Sebuah artikel yang secara
umum bersifat kreatif, yang
di dalam media cetak
panjangnya nyaris tak
terbatas. Selain memberikan
informasi, sifat pemberitaan
artikel/features adalah
penulisan yang bertutur.
Lazimnya sebuah
harian/majalah/online lebih
suka artikel ditulis oleh
wartawan sendiri, tetapi
kalaupun menerima
sumbangan artikel dari
penulis luar, mereka lebih

Artikel/ suka mendiskusikan dulu


‘angle’ (sudut pandang)

Feature
mana yang akan dibahas.
Berbeda dengan penulisan kolom
atau penulisan berita straight news,
menulis artikel/features memen-
tingkan penuturan/narasi: Anda bisa
memilih dengan cara bertutur
secara kronologis; atau bisa
langsung menuju angle cerita.
Bentuk tulisan feature tak selalu
harus mengambil tema dari berita
terhangat dan terkini (hot news).
Berita yang sudah lama berlang-
sung tetapi masih saja menjadi
persoalan bisa saja ditulis asal
mencari angle/sudut pandang yang
lebih baru.
Dalam hal WARTA BEA CUKAI
(WBC), pelatihan menulis Artikel
sangat berguna untuk newsletter/
media internal.
Setelah menentukan format
tulisan
Ada prinsip yang harus selalu diingat baik untuk
ARTIKEL maupun OPINI/KOLOM: 5W 1 H
BAHAN YANG DIBUTUHKAN ARTIKEL YANG IDEAL
Wawancara sumber
Liputan
Reportase
Riset
Pustaka
Wawancara (tergantung kebutuhan), misalnya:
Menteri Keuangan
Pejabat Depkeu
Pejabat Bea Cukai
Pengamat Ekonomi
Sekedar contoh: Tulisan "MENGONTROL
PENGGUNAAN PLASTIK LEWAT CUKAI" di dalam
WBC adalah sebuah tulisan berbentuk artikel
yang menggunakan narasi dan wawancara.
Evaluasi:
1. Apakah artikel ini memenuhi
5W 1 H? 5W+1H: Who (siapa),
What (apa), Why (kenapa),
Where (dimana), When
(kapan) dan How (bagaimana).
Dalam menyusun sebuah
berita dan laporan, 6 aspek ini
harus termuat di dalamnya.
2. Apakah jumlah narasumber
berimbang?
3. Apakah ada Reportase?
4. Apakah dari sisi bahasa sudah
memadai dan memenuhi
kaidah Bahasa Indonesia?
5. Apakah sudah memenuhi
etika jurnalistik?
Kolom/Opini
Opini/Kolom adalah PENDAPAT dari
penulis yang umumnya ber-
pengetahuan mendalam tentang topik
yang ditulisnya. Meski Kolom/Opini
sering ditulis oleh kalangan akademik,
tak berarti itu tak membuka peluang
bagi kalangan lain. Yang penting, sang
penulis betul-betul memahami topik
yang ditulisnya dan mampu menulis
untuk pembaca umum.
Opini/Kolom lahir karena beberapa
hal:
Ingin mengomentari sebuah
kebijakan pemerintah baru dan
dampaknya terhadap masyarakat
Sebagai reaksi dari kasus yang
baru saja terjadi yang
menghebohkan/membingungkan
/kontroversial, hingga kolom jenis
ini berupaya mengurai masalah
Mengangkat sebuah
permasalahan kronis yang sudah
bertahun-tahun menjangkiti
pemerintah dan masyarakat yang
tak kunjung diselesaikan dan
menawarkan solusi
Contoh:
Di Harian Kompas ada halaman yang khusus disediakan untuk para kolumnis
di luar Kompas (halaman 6) atau Koran Tempo atau Media Indonesia dan The
Jakarta Post
Majalah Tempo: Setiap pekan ada kolom dari penulis luar yang:
Berkaitan dengan laporan utama, misalnya: Tentang demonstrasi
mahasiswa anti RKPK atau Kabinet Baru 2019
Kolom ‘lepas’ – artinya yang tidak harus menyangkut berita hard news,
misalnya tentang Menjelang Festival Film Indonesia: Sebuah Catatan Kritis
Lazimnya tulisan Kolom
adalah pendapat penulis,
tak harus selalu mewakili
instansi tempat dia bekerja.
Jika dia menulis atas nama
instansi tempatnya bekerja,
maka pada kreditasi harus
ditulis sebagai disclaimer
bahwa dia menulis mewakili
institusinya.
Jika sifat opini adalah
pribadi, lazimnya penulis
juga memberi disclaimer
bahwa opininya tidak
mewakili instansinya.
Penulis sebaiknya sudah
sangat menguasai topik yang
akan diangkatnya. Jika penulis
artikel/features biasanya
seorang "generalist", penulis
kolom/esei lazimnya adalah
penulis yang dikhususkan
menulis topik dari kawasan
tertentu: Ekonomi, politik,
hankam (pertahanan/
keamanan), internasional, film,
teater, musik harus ditulis oleh
orang yang menguasai
bidangnya.

Bahan yang
dibutuhkan kolom
RISET

Dari buku yang sesuai dengan topik tulisan


Internet
Dokumentasi
Wawancara dibutuhkan untuk
pengetahuan/konfirmasi penulis; bukan
untuk ditulis sebagai kutipan. Kalaupun
ingin mengutip, mungkin jika kutipan itu
memang sangat penting sebagai pembuka,
tetapi bukan sebagai sound byte seperti
pada artikel.
CONTOH:
Di WBC yang bisa dikategorikan tulisan
KOLOM/OPINI adalah:
1. Korona Bikin Ekonomi Merana (hal 6)
– Rubrik Opini
2. iPusnas: Sebuah Alternatif untuk
Memerangi Pembajakan – hal 15
Saat mengevaluasi sebuah kolom, ini
pertanyaan yang perlu dijawab:
1. Apakah kolom ini memiliki urgensi?
2. Apakah problem yang diajukan
menyangkut kepentingan publik?
3. Apakah ada solusi?
4. Apakah solusi itu memang efektif
5. Apakah ditulis dengan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar?
6. Apakah memenuhi etika?
1. Apakah kolom ini memiliki urgensi? Ya. Indonesia adalah salah
satu negara yang pembajakan luar biasa tinggi, termasuk buku.
Buku saya termasuk yang dibajak tak hanya di Indonesia tapi

ANALISA
juga di Malaysia. Ini kolom yang penting.
2. Ya. Pembajakan merupakan permasalahan publik
3. Kolom ini memberikan salah satu alternatif solusi
4. Ini sebuah alternatif, tapi bukan solusi terbesar. Contoh: Buku
saya sangat banyak peminatnya sampai 2000, dan pembaca
tidak sabar untuk menanti. Pembajakan di online masih sangat
banyak.
5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang agak bercampur dengan
bahasa lisan masa kini (mungkin ingin bergaya milenial)
6. Tulisan memenuhi etika
Saran: Angka-angka pembajakan perlu lebih dicantumkan. Bisa
juga ,untuk sekedar ilustrasi bahwa pembajakan di Indonesia
sudah sedemikian gawatnya. Di masa lalu kaset (yang kemudian
berhenti karena diprotes Bob Geldof), sekarang film, seri TV,
Netflix dan buku.
Kolom yang serius sebaiknya menggunakan bahasa tulis/resmi
dari awal sampai akhir. Bahasa slang sebaiknya di sosmed saja.
Menyusun tulisan
artikel/kolom
(Flowchart)
Satu-satunya yang harus
diingat saat menulis adalah:
Anda ingin pembaca tertarik
dan membaca kolom Anda
hingga akhir. Jika kemudian
nama anda diingat sebagai
penulis yang disukai dan
selalu diikuti karyanya, itu
adalah bonus.

Yang penting: Bagaimana


caranya menarik pembaca
dalam persaingan gadget, TV,
radio, sosial media, dan alat
hiburan/informasi lainnya
1. JUDUL KOLOM
Jangan lebih dari Enam Kata
Upayakan tidak menggunakan akronim
atau singkatan, untuk tulisan Ekonomi dan
Hukum memang sering tak terhindarkan,
karena itu upayakan jangan menggunakan
singkatan jika tak terpaksa
Jika ada istilah bahasa asing, upayakan
mencari padanan kata
Jika padanan kata tak ada, hindari istilah
tersebut dalam judul
Judul harus eye-catching, meringkus
perhatian, membuat pembaca tertarik
untuk membaca tulisan anda.
Contoh: “Korona Bikin Ekonomi Merana"
Analisa:
Judul OK
Jika mengutip tolong sebut nama,
misalnya di situ disebut “Ekonom
Australian National University” (tak ada
namanya). Kalau ini hasil sebuah tim, maka
seharusnya “Tim Ekonom Australian…”
Bahasa harus bahasa tulis resmi -> masih
ada sedikit bahasa lisan.
2. LEAD/INTRO (KOLOM)
Lead adalah kail Anda kepada pembaca. Tanpa
umpan yang asyik, akan sulit untuk menangkap
perhatian pembaca. Baik dalam Artikel/Feature
maupun Kolom, Lead berperan penting untuk
menarik pembaca dan untuk membuka jalan kepada
isi cerita.

ADA TIGA MACAM LEAD UNTUK


KOLOM:
A. LEAD YANG RINGKAS (SUMMARY LEAD)
Lead pendek, ringkas yang lazim digunakan di
harian.

Contoh: “Tiket kereta Lebaran 2011 sejak kemarin


mulai dijual PT Kereta Api Indonesia (PT KAI)” (Koran
Tempo, 17 Juli 2011)
B. LEAD YANG BERNARASI (NARRATIVE LEAD)
Lazim digunakan oleh penulis, novelis, penyair, atau
mereka yang berbakat sastra. Lazimnya lead seperti
ini menciptakan suasana; sebuah rekonstruksi dari
sebuah peristiwa. Pembaca dijadikan peran utama
peristiwa yang tengah merasakan semuanya. Ikut
merasakan gerah jika sedang menarasikan rasa
panas; atau ikut terharu jika situasi menggambarkan
kepedihan. Lead semacam ini sangat bagus untuk
reportase perjalanan.

Contoh: “Kami makan anggur kematian dan anggur


itu lezat. Berair biru kehitaman, manis dan asam.
Mereka menggantungkan setandan anggur masak
di beranda belakang rumah milik muslim yang
isterinya belum lama tewas oleh bom orang Serbia.
Ini senja di Bosnia, langit sama birunya dengan
anggur itu....” (TEMPO, 27 Maret 1993, “Potret
Berdarah dari Dalam”).
C. LEAD KUTIPAN (QUOTATION
LEAD)
Lead yang unik bersifat tak lazim.
Misalnya hanya menggunakan satu
kata, tetapi seolah menggambarkan
perasaan penulisnya—yang
melibatkan pembacanya.

Contoh:
“Fantastis!” (lead resensi film
“Mamma Mia”, TEMPO, 2009)
TUBUH TULISAN/TUBUH KOLOM: 5W1H
Katakanlah kita menulis tentang PEMBAJAKAN, kita harus
menentukan 5W1H:
WHAT: Tema apa yang anda akan tulis? Pembajakan
dan iPusnas. Apa itu pembajakan?
WHY: Mengapa ini merugikan dan mengapa ini kriminal?
Mengapa saya sebagai pembaca perlu membaca tulisan
Anda tentang Pembajakan dan iPusnas sebagai
alternatif? Apa urgensinya?
WHEN: Sekarang masih berlangsung sejak Orde Baru.
Kenapa masih berlangsung? Apa kelemahan aparat?
WHERE: Di seluruh Indonesia
HOW: iPusnas adalah alternatif
Yang harus dikemukakan:
Masyarakat Indonesia masih tak rela mengeluarkan
uang Rp 100 ribu untuk buku tapi rela membeli
handphone belasan juta. Bahkan umumnya penulis di
Indonesia lebih sering diminta bukunya.
Selain solusi iPusnas, harus ada kampanye: Pembajakan
adalah kriminal, pidana = pencurian. Pembeli = pelaku
Apapun tujuan Opini, bahan-bahan yang
disiapkan harus sangat lengkap dan sang
penulis harus menguasai dan cerdas
dalam mengolah dan memilih bahan.

Setelah lead selesai, penulis kolom


umumnya mengajukan pro kontra dari
topiknya itu. Setelah usai pemaparan
tersebut, barulah penulis akan
mengajukan opininya, tanpa menghakimi.

Sikap penulis harus jelas. Ini akan


menjadi pertimbangan redaksi, karena
tidak semua media dalam prakteknya
adalah media yang berimbang. Penutup
dalam Kolom/Opini sebaiknya juga

Notes
berkaitan dengan Lead atau konklusif.
CONTOH OPINI PENDEK TEMPO
Pekerjaan Rumah Kepala Polri Baru
Jumat, 25 Oktober 2019 07:30 WIB

Langkah Presiden Joko Widodo menyodorkan Komisaris Jenderal Idham Azis sebagai
calon tunggal Kepala Kepolisian RI cukup mencengangkan. Bukan cuma tak memiliki
prestasi yang menonjol, ia juga akan memasuki masa pensiun sekitar 15 bulan lagi.
Dengan masa tugas yang pendek, Idham akan sulit melakukan banyak perubahan.

Ketika menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Idham tidak menunjukkan
gebrakan yang luar biasa. Pencalonannya bisa dibilang merupakan antitesis dari
pengangkatan Tito Karnavian sebagai Kepala Polri pada 2016, yang dianggap mewakili
generasi muda kepolisian. Kala itu, Tito yang sebelumnya menjabat Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme harus melangkahi empat angkatan di atasnya
untuk menggantikan Jenderal Badrodin Haiti.

Prestasi dan kapabilitas Tito pun tidak diragukan. Ia berpengalaman menangani


terorisme saat menjadi Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror. Ia juga pernah
mengurus banyak kasus di Papua ketika menjadi kepala kepolisian daerah di sana
pada 2012-2014.

Keputusan Jokowi memilih Tito saat itu dinilai cukup positif demi menuntaskan
reformasi Polri. Pemerintah menginginkan perubahan yang menyeluruh dan konkret,
seperti pembenahan sistem perekrutan, pemangkasan pelayanan publik yang berbelit-
belit, penghapusan pungutan liar, serta pemberantasan mafia hukum. Pembenahan
besar-besaran itu membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Tugas itu sebetulnya belum rampung. Kepolisian di bawah Tito bahkan cenderung
banyak menggunakan pendekatan represif. Ia juga meninggalkan urusan besar, yakni
kasus penyiraman terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan.

Kini, Jokowi menugaskan Idham untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah itu. Jika
pencalonan ini direstui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Idham perlu segera
membuktikan bahwa ia memang layak menempati jabatan yang penting itu. Ia harus
menuntaskan reformasi di kepolisian, menghilangkan friksi antarkelompok, dan
menuntaskan urusan penting, seperti kasus Novel.

Tantangan lain Kepala Polri yang baru adalah menghilangkan pendekatan yang
semakin represif dalam menangani unjuk rasa. Menurut Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan, jumlah kasus kekerasan yang melibatkan polisi mencapai
643 kasus dalam setahun terakhir. Angka itu belum termasuk tindakan represif dalam
penanganan unjuk rasa mahasiswa pada September lalu. Demo itu menyebabkan dua
mahasiswa meninggal di Kendari. Adapun di Jakarta, tiga pendemo meninggal. Semua
kasus itu semestinya diusut hingga tuntas dan pelakunya diadili.

Kepolisian RI seharusnya benar-benar melaksanakan semboyan Tribrata: melayani,


melindungi, mengayomi masyarakat. Citra yang muncul sekarang, kepolisian lebih
banyak melindungi kepentingan pemerintah, elite politik, atau pengusaha ketimbang
mengayomi masyarakat. Persepsi buruk ini hanya bisa dihapus jika Kepala Polri yang
baru sanggup melakukan reformasi menyeluruh, termasuk menegakkan
profesionalisme di kepolisian.
Thank You
www.leilaschudori.com

leilachudori1212@gmail.com

@leilaschudori

@leilachudori

Anda mungkin juga menyukai