Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM

PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DI
SEKOLAH-SEKOLAH KEDINASAN KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN.
UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 :

PELAYANAN PUBLIK ADALAH KEGIATAN ATAU RANGKAIAN KEGIATAN DALAM RANGKA


PEMENUHAN KEBUTUHAN PELAYANAN SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN
BAGI SETIAP WARGA NEGARA DAN PENDUDUK ATAS BARANG, JASA, DAN / ATAU PELAYANAN
ADMINISTRATIF YANG DISEDIAKAN OLEH PENYELENGGARA PELAYANAN PUBLIK.
PENYELENGGARA PELAYANAN PUBLIK ADALAH SETIAP INSTITUSI PENYELENGGARA NEGARA,
KORPORASI, LEMBAGA INDEPENDEN YANG DIBENTUK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG UNTUK
KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK, DAN BADAN HUKUM LAIN YANG DIBENTUK SEMATA-MATA
UNTUK KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK.
PELAYANAN PUBLIK

• Pelayanan publik dalam hal ini adalah pelayanan bidang Pendidikan dan
Pelatihan di sekolah-sekolah kedinasan milik kementerian perhubungan.
• Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, seluruh sekolah-sekolah kedinasan
milik kementerian perhubungan, baik sekolah-sekolah transportasi
darat,transportasi laut,transportasi udara, maupun kereta api berusaha
semaksimal mungkin memberikan pelayanan Diklat yang baik kepada
seluruh kalangan masyarakat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEMERINTAHAN YANG BAIK
DALAM PELAKASANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI SEKOLAH-SEKOLAH
KEDINASAN MILIK KEMENTERIAN PERHUBUNGAN;
A. Penerapan prinsip partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pelayanan
publik bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) di sekolah-sekolah
kedinasan milik kementerian perhubungan;
➢Dibentuknya “Resimen Taruna” dan “Dewan Musyawarah Taruna”, yang
merupakan perwakilan dari taruna/taruni berbagai jurusan, dibentuk
guna memberikan pengalaman dalam berorganisasi kepada
taruna/taruni, sebagai sarana berkreasi disegala bidang (akademik,
olahraga, seni, keagamaan,), juga sebagai sarana menampung aspirasi
seluruh taruna/taruni. Resimen Taruna maupun Dewan Musyawarah Taruna
bertanggung jawab langsung kepada Ketua Sekolah Tinggi/Direktur
Poltek/Kepala Balai Diklat.
➢ Selain itu dibentuk pula “Dewan Orangtua”, sebagai bentuk
kerjasama pihak sekolah dengan orangtua dalam memantau dan
mengawasi kelancaran proses belajar mengajar.
B. Penerapan prinsip supremasi hukum terlihat bahwa sekolah sudah lebih baik
dalam menerapkan aturan-aturan/ketentuan-ketentuan mengenai proses
belajar mengajar, aturan tentang kedisiplinan taruna, aturan kehidupan di
asrama, dan sebagainya.

C. Penerapan prinsip transparansi terlihat bahwa sekolah sudah lebih transparan


dalam menyampaikan informasi-informasi terkait kegiatan belajar mengajar
taruna/taruni, juga transparansi dalam hal seleksi penerimaan taruna (
melalui media cetak, internet, televisi maupun radio) mulai dari proses
pendaftaran, kegiatan seleksi, tahapan-tahapan seleksi, sampai dengan
pengumuman akhir kelulusan seleksi.
D. Penerapan prinsip responsif terlihat bahwa sekolah-sekolah dibawah
kementrian perhubungan sudah berusaha untuk dapat melayani semua
pihak yang berkepentingan. Untuk masyarakat umum, mulai dari
masyarakat tidak mampu (dimana bagi masyarakat tidak mampu
disediakan program beasiswa), sampai dengan masyarakat menengah ke
atas diberikan kesempatan yang sama untuk dapat menjadi peserta diklat,
mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah kedinasan kementrian
perhubungan. Peserta diklat sponsor badan usaha maupun pemerintah
daerah juga difasilitasi sesuai dengan jalur yang ada dan aturan yang
berlaku.
E. Penerapan prinsip berorientasi pada konsensus (Consensus) terlihat bahwa dalam
penentuan kelulusan maupun ketidaklulusan taruna/taruni dilakukan dengan proses
musyawarah melalui konsesus. Melalui Dewan Akademik yang dibentuk (terdiri
dari Ketua jurusan, dosen/instruktur) dan Dewan Senat, maupun tim ahli lainnya
(dokter, psikolog), dengan mempertimbangkan hasil/nilai dari keseluruhan (nilai
akademik baik teori maupun praktek, absensi, nilai kepribadian/kedisiplinan).
Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak
atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik
bersama, sehingga ia akan mempunyai kekuatan memaksa (coercive power) bagi
semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut
F. Penerapan prinsip kesetaraan (Equity) terlihat bahwa sekolah-sekolah
dibawah Kementrian perhubungan memberikan perlakuan dan
pelayanan yang sama dalam proses belajar mengajar bagi seluruh
masyarakat dari berbagai kalangan, dari Sabang sampai Merauke.
Keberadaan sekolah-sekolah kedinasan milik kementrian perhubungan
menyebar diberbagai lokasi di seluruh Indonesia. Sehingga diharapkan
seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati kemudahan dan memiliki
kesempatan yang sama untuk belajar dan bersekolah di sekolah
kedinasan milik kementrian perhubungan.
G. Penerapan prinsip Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency) terlihat bahwa proses
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah kedinasan kementrian
perhubungan, sudah memenuhi kriteria efektif dan efisien, berdaya guna dan berhasil
guna. Dengan metode diklat yang lebih berorientasi kepada “ketrampilan/skill”, dimana
perbandingan antara jumlah jam pelajaran teori dan praktek adalah 30:70, sehingga
diharapkan para taruna/taruni setelah lulus memiliki kompetensi sesuai bidangnya masing-
masing, dibuktikan dengan sertifikat kompetensi/lisensi yang akan diterima oleh lulusan.
Diharapkan para lulusan dapat langsung diterima bekerja dan aplikatif dilapangan sesuai
kompetensi yang dimiliki, baik di dunia kerja nasional maupun internasionl.
H. Penerapan prinsip akuntabilitas terlihat bahwa hasil akhir dari proses
pembelajaran di sekolah-sekolah kedinasan kementrian perhubungan
seluruh lulusan dipastikan menerima sertifikat kompetensi/lisensi yang
dikeluarkan oleh instansi berwenang. Lisensi tersebut dapat digunakan
sebagai alat mencari pekerjaan, dan diakui secara nasional maupun
internasional.
I. Penerapan prinsip visi strategis terlihat bahwa sesuai dengan visi Badan
Pengembangan SDM Perhubungan yaitu terwujudnya SDM Perhubungan yang
prima, professional dan beretika dalam menyelenggarakan transportasi yang
handal serta berorientasi zero accident, sekolah-sekolah kedinasan
kementerian perhubungan berusaha meningkatkan kualitas lulusannya dengan
berkolaborasi bersama lembaga-lembaga diklat lainnya baik tingkat
nasional maupun internasional, menjadi anggota organisasi dunia bidang
transportasi dan berperan aktif didalamnya (seperti : menjadi anggota IMO
dan ICAO)

Anda mungkin juga menyukai