Anda di halaman 1dari 11

CYBERCRIME

“KASUS LOLY CANDY’S”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi
dan Komunikasi pada Program Diploma (III)

Disusun oleh :

1. M. Aldi Muzakki (12165274)


2. M. Bayu Alamsah (12163231)
3. M. Agus Santoso (12162465)
4. Safrizal Nur. K (12162212)
5. Yusman Bagus. M (12160998)

Kelas 12.6A.27

Program Studi Sistem Informasi


Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Bina Sarana Informatika
Jakarta
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun isi dari makalah ini adalah pembahasan secara detail mengenai salah satu
kasus cybercrime yang permah terjadi di Indonesia yaitu “Loly Candy” termasuk juga
asal-usul, modus, penyebab, dan juga cara mengatasi kasus tersebut.

Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Meskipun penulis telah
berusaha dengan segenap kemampuan, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun makalah
ini, penulis harapkan guna memperbaiki kualitas makalah ini kedepannya.

Akhir kata, kami mohon maaf apabila ada kesalahan di dalam makalah ini dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.

Tangerang, April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Judul Makalah ........................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan .............................................................................. 1

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian cybercrime illegal content ................................................. 2

2.2 Contoh kasus cybercrime illegal content ............................................. 2

2.3 Modus dan penyebab kasus Loli Candy’s ........................................... 3

2.4 Peradilan dan undang-undang yang berlaku ........................................ 4

2.5 Penanggulangan kasus cybercrime illegal content .............................. 5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 6

3.2 Saran .................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Masalah

Internet memainkan peranan sangat


penting dalam kehidupan kita saat ini. Dengan
pertumbuhan yang cepat dan kemudahan
akses ke Internet, jumlah dan kecanggihan
serangan di dunia maya juga meningkat.
Dampak serangannya pun semakin bervariasi
dari pencurian informasi pribadi,
mendapatkan akses ke sistem yang dibatasi,
kerusakan reputasi organisasi, kerugian
finansial, dan sebagainya.
Internet memainkan peranan sangat
penting dalam kehidupan kita saat ini. Dengan
pertumbuhan yang cepat dan kemudahan
akses ke Internet, jumlah dan kecanggihan
serangan di dunia maya juga meningkat.
Dampak serangannya pun semakin bervariasi
dari pencurian informasi pribadi,
mendapatkan akses ke sistem yang dibatasi,
kerusakan reputasi organisasi, kerugian
finansial, dan sebagainya.
Kasus pornografi di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya, bahkan pada
tahun 2018 tercatat ada 525 kasus pornografi dan cyber crime hingga bulan
September. Meningkatnya kasus pornografi di Indonesia disebabkan oleh semakin
berkembangnya teknologi yang memungkinkan para pelaku kejahatan menyebarkan
konten negatif tersebut melalui jaringan internet seperti via media sosial, website, dll.

Penyebaran konten pornografi via internet termasuk kedalam kejahatan siber


jenis illegal content, dan salah satu kasusnya adalah Loly Candy’s. Kasus ini sempat
heboh pada tahun 2017 karena beberapa anak dibawah umur turut menjadi korban.
Kemudian pada tahun 2018 lalu kasus ini mencuat kembali dengan modus
penyebaran konten-konten pornografi anak-anak dibawah umur.

1
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kasus ini, maka kami
merangkumnya dalam sebuah makalah berjudul “Kasus Loly Candy’s”

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud penulisan makalah ini adalah :


1. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang salah satu jenis
cybercrime yang pernah terjadi di Indonesia.
2. Membahas contoh kasus cybercrime yaitu “Loly Candy’s”
3. Memberikan solusi dari masalah yang sedang dibahas.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi nilai UAS pada mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi dan
Komunikasi pada jurusan Sistem Informasi Universitas Bina Sarana Informatika.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian cybercrime illegal content

Illegal content adalah kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke


Internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap
melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum.

Contohnya pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan


menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan
pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan
propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah dan sebagainya.

Illegal content menurut pengertian diatas dapat disederhanakan pengertiannya


menjadi : kegiatan menyebarkan (mengunggah,menulis) hal yang salah atau diarang
atau dapat merugikan orang lain.Yang menarik dari hukuman atau sanksi untuk
beberapa kasus seseorang yang terlibat dalam ‘Illegal content’ ini ialah hanya

2
penyebar atau yang melakukan proses unggah saja yang mendapat sangsi sedangkan
yang mengunduh tidak mendapat hukuman apa-apa selain hukuman moral dan
perasaan bersalah setelah mengunduh file yang tidak baik.

2.2 Contoh kasus cybercrime illegal content

Salah satu contoh kasus cybercrime dalam bentuk illegal content adalah
penyebaran konten pornografi. Pornografi menjadi masalah utama yang dihadapi
Indomesia saat ini karena sejatinya dia adalah gerbang utama bagi kejahatan seksual
lainnya. Pornografi dan media adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan sehingga
semakin berkembangnya teknologi, penyebaran konten pornografi pun semakin tidak
terbendung sehingga pemerintah kesulitan mengatasi masalah ini.

Banyak sekali kasus illegal content yang pernah terjadi di Indonesia dan salah
satunya adalah Loly Candy’s. Loly Candy’s sendiri adalah sebuah grup facebook
yang anggotanya adalah seorang Pedofil atau penyuka anak-anak dibawah umur 14
tahun. Pada tahun 2017 lalu, Polda Metro Jaya menangkap 3 orang yg diduga sebagai
admin dari grup tersebut dan 1 pelajar perempuan. Lalu bagaimana cara polisi
mengungkap praktik busuk ini? Sebenarnya sejak Januari 2017 tim siber polisi sudah
berpatroli dan menemukan adanya sebuah grup yang diduga mengekploitasi anak
secara seksual di dunia maya. Kemudian Tim Kejahatan Siber Polda Metro Jaya
membuat beberapa akun anonim untuk bergabung ke dalam grup Loly Candy dan
menyamar seolah-olah menyukai konten pornografi anak. Ternyata ada beberapa
syarat untuk bisa bergabung ke dalam grup Loly Candy tesebut yaitu calon anggota
harus mengirim beberapa konten porno anak ke nomor WhatsApp admin yang tertera
di halaman grup. Setelah masuk, anggota grup wajib aktif mengirimkan gambar atau
video. Jika pasif, admin akan mengeluarkannya dari grup. Walaupun terlihat sulit,
penyidik yang meenyamar tidak kesulitan untuk bergabung dengan Loly Candy’s
karena forum tersebut ternyata lebih cair dan welcome terhadap member baru.

Setelah berhasil masuk, penyidik polisi langsung menyisir foto, video dan
juga mencatat testimoni anggota grup. Salah satu member mengatakan tautan yang

3
diunggah di grup Loli Candy’s sangat mudah diunduh. Domainnya tidak berlapis-
lapis dan tidak membutuhkan password. Karena aksesnya yang mudah dibandingkan
dengan grup lain, Loly Candy’s pun berkembang pesat. Pada Maret 2017 lalu tercatat
7479 anggota masih aktif di dalam grup tersebut dan beberapa anggota juga terdeteksi
berasal dari luar negeri. Ironisnya tidak hanya foto dan video vulgar yang di share,
tetapi juga foto anak-anak di sekitar mereka misal foto anak-anak yang sedang
liburan.

2.3 Modus dan penyebab kasus Loli Candy’s

Modus dari kasus ini adalah penyebaran konten-konten pornografi anak


dibawah umur via grup facebook yang bernama Loly Candy’s. Di dalam grup
tersebut, member harus aktif memposting gambar-gambar dan video pornografi anak
dibawah umur. Kasus Loly Candy’s ini ternyata belum selesai karena pada tahun
2018, grup ini aktif lagi dan berbasis di aplikasi Whats App dan Telegram sebagai
wadah untuk bertukar konten porno. Polisi menemukan bahwa kasus yang diusut
2017 lalu ternyata belum selesai karena ada beberapa pelaku yang kabur dan masing-
masing mereka mendirikan grup Whats App baru tempat menyebarkan konten
pornografi. Tidak tanggung-tanggung, satu grup berisi 200 anggota yang berasal dari
63 negara. Penyebab atau motif dari kasus ini tidak lain adalah murni penyakit
kelainan seksual yaitu menyukai konten-konten pornografi anak dibawah umur.
Selain itu ada motif mencari keuntungan karena ada juga member yang membuat
sendiri konten pornografi tersebut untuk kemudian dijual kepada member lain yang
berminat.

2.4 Peradilan dan undang-undang yang berlaku

Ada dua versi peradilan yang berlaku disini, yang pertama adalah pelaku yang
menyebarkan konten pornografi anak dan yang satu lagi adalah pelaku yang membuat
dan menyebarkan konten pornografi anak. Membuat konten berarti si pelaku
melibatkan anak dibawah umur dan melakukan pelecehan seksual kepada korban
kemudian direkam lalu diupload ke dalam grup Loly Candy’s.

4
Untuk pelaku yang menyebarkan konten akan dijerat dengan pasal 27 ayat 1
jo pasal 45 ayat 1 UU RI 19 tahun 2016 tentang perubahan atas UU RI no 11/2008
tentang ITE dan pasal 4 ayat 1 jo pasal 29 tentang pornografi dengan ancaman pidana
paling singkat lima tahun dan maksimal 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5
miliar.

Sedangkan yang membuat dan menyebarkan konten pornografi anak dijerat


dengan pasal 27 ayat 1 jo pasal 45 ayat 1 UU RI nomor 19 tahun 2016 tentang
perubahan atas UU RI nomor 11/2008 tentang ITE dan atau pasal 4 ayat 1 jo pasal 29
dan atau pasal 4 ayat 2 jo pasal 30 UU RI nomor 44/2008 tentang Pornografi dan atau
pasal 76D pasal 81 dan atau pasal 76E jo pasal 82 dan atau pasal 76 jo pasal 88 UU
no 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dengan ancaman pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling
lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5 miliar.

2.5 Penanggulangan kasus cybercrime illegal content

Salah satu cara untuk menangani masalah illegal content seperti kasus Loly
Candy’s ini adalah dengan membatasi pencarian terhadap konten-konten ilegal
tersebut. Pada tanggal 10 Agustus 2018 lalu, Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan penyedia layanan internet (ISP)
dan Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) mulai menguji coba
mekanisme baru penyaringan konten pornografi. Kali ini dengan mengaktifkan fitur
Safe Search secara permanen di mesin pencari dan salah satu yang sudah terdampak
adalah platform Google. Jadi saat pengguna internet memasukan kata kunci yang
berkaitan dengan pornografi lewat platform google, maka hasil pencarian akan
dipilah dan konten yang berbau pornografi tidak akan ditampilkan. Tentu langkah
menyalakan akses permanen Safe Search di Google akan memberikan banyak
dampak.

Adapun solusi lainnya adalah melalui pendidikan sejak usia dini. Pemerintah
perlu secara serius menyusun sebuah kurikulum yang memberikan pengertian tentang

5
batasan-batasan berinternet, sembari menanamkan moral terkait bagaimana
bersosialisasi digital dengan benar, memberikan pengertian konten negatif, hingga
mengajarkan bagaimana cara menepis/melaporkannya. Kesadaran di level individu
menjadi kunci untuk perubahan revolusioner. Jika tidak dimulai dengan menanamkan
prinsip-prinsip dasar berinternet yang benar, berbagai upaya yang telah dilakukan tadi
(pemblokiran) akan sia-sia. Misalnya saat orang sudah tahu bagaimana cara
menggunakan VPN gratis di perangkat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kasus Loly Candy’s ini
menargetkan anak-anak dibawah umur untuk kepuasan seksual para pelaku. Dengan
menggunakan media sosial berupa facebook dan Whats App sebagaai wadah untuk
bertukar foto, video dan konten-konten negatif lainnya. Kasus Loly Candy’s ini
termasuk ke dalam kejahatan siber jenis illegal content karena pada prakteknya
pelaku membuat dan menyebarluaskan konten porno yang di dalam undang-undang
termasuk salah satu konten ilegal dan dilarang.

3.2 Saran

Untuk mengatasi cybercrime illegal content penyebaran konten pornografi ini


perlu adanya usaha dari semua pihak. Pemerintah sudah memberikan kebijakan
dengan membuat undang-undang dan membatasi pencarian dengan fitur safe search
pada platform google. Pihak lainnya yaitu orang tua juga seharusnya memberikan
edukasi kepada anak-anak mengenai hal apa saja yang boleh mereka akses di internet

6
dan bahkan sebaiknya tidak memberikan gadget kepada anak-anak tanpa pengawasan
ketat.

Apabila memang terpaksa memberikan gadget dan tidak bisa memantau


aktivitas anak di dunia maya, orang tua bisa memblokir situs-situs yang berbau
pornografi dengan cara menambahkan add ons pada browser mozilla, yaitu block
adult sites. Dengan adanya add-Ons ini, user tidak akan bisa mengakses situs yang
berbau pornografi. Fitur save search sendiri masih rentan karena hanya memfilter
hasil pencarian berdasarkan kata kunci namun tidak memblokir akses menuju situs
pornografi.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.suara.com/news/2018/06/25/222430/anggota-komunitas-pedofil-

official-loly-candy-kembali-dibekuk

2. https://news.detik.com/berita/4082540/polisi-tetapkan-3-tersangka-baru-di-

kasus-loly-candys

3. https://dailysocial.id/post/melihat-efektivitas-pembatasan-konten-lewat-safe-

search

4. https://tirto.id/pencabulan-anak-via-grup-fb-lolly-candy-bertambah-13-korban-

ckZZ

5. https://www.era.id/read/V4U7Ne-jaringan-loly-candy-hidup-lagi

6. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl1182/pornografi

7. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt540b73ac32706/sanksi-

bagi-pembuat-dan-penyebar-konten-pornografi

7
8

Anda mungkin juga menyukai