Anda di halaman 1dari 11

PERMASALAHAN PENIPUAN DATA DI MASYARAKAT

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Informatika

Guru Pengampu : Sri Sulasmi

Oleh :

1. Christy Felicia

2. Delia Indah

3. Engel Andriani

4. Fera Putri Dea

5. Gargaren Anggun

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SMA CORPATARIN

JAKARTA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan segala
rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun makalah dengan tema ‘PERMASALAHAN
PENIPUAN DATA DI MASYARAKAT’ ini tepat pada waktunya. Tidak lupa saya
menyampaikan rasa terimakasih kepada Lisbet Hutagalung selaku Ibu Kepala Sekolah, juga
kepada Sri Sulasmi selaku guru pembimbing kami yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami bisa mendapatkan banyak tambahan pengetahuan khususnya terhadap masalah yang akan
dibahas ini. Terimakasih juga kepada teman-teman kami yang telah memberikan waktunya untuk
berdiskusi sehingga makalah ini akhirnya bisa tersusun dengan baik dan benar.

Kami berharap semoga makalah yang telah disusun ini bisa memberikan banyak manfaat
serta menambah pengetahuan terutama dalam hal menghadapi kasus penipuan data di
masyarakat. Namun terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi di masa depan.

JAKARTA, 11 Oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB 1 ............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................................................... 5
BAB 2 ............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
A. Penyebab Penipuan dan Kebocoran Data Terjadi ............................................................................ 6
B. Contoh Kasus Penipuan atau Pencurian Data di Masyarakat ........................................................... 7
C. Cara Mencegah Kebocoran Data ...................................................................................................... 9
BAB 3 ........................................................................................................................................... 10
PENUTUP..................................................................................................................................... 10
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 10
B. SARAN ................................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkaitan dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi
(IPTEK) saat ini, berpengaruh besar dalam perubahan perilaku dan hukum dalam masyarakat.
Memajukan kehidupan masyarakat modern terhadap teknologi merupakan salah satu kunci
keberhasilan dan kemajuan dalam pembangunan. Kemajuan teknologi informasi termasuk
telekomunikasi tidak hanya terjadi pada negara maju, namun juga terhadap negara berkembang.
Indonesia adalah salah satu negara yang perkembangan teknologinya saat ini sedang berkembang
dengan pesat termasuk dalam di pidang ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, dan budaya.

Perkembangan teknologi dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Salah satu
dampak negatif yang ditimbulkan karena perkembangan teknologi yaitu munculnya ancaman
kejahatan-kejahatan yang modern. Kejahatan terus berkembang seiring dengan perkembangan
peradaban manusia, dengan kualitas dan kuantitasnya kompleks dengan variasi modus
operansinya. Melalui media internet beberapa jenis tindak pidana semakin mudah untuk
dilakukan seperti, penipuan data, tindak pidana pencemaran nama baik, pornografi, perjudian,
pembobolan rekening, perusakan jaringan cyber (hacking), penyerangan melalui virus (virus at-
tack) dan sebagainya.

Salah satunya yang akan kami bahas di makalah ini yaitu tentang penipuan data yang sering
terjadi agar masyarakat dapat memahami dan mengantisipasi kejahatan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya :

1. Mengapa penipuan dan kebocoran data di Indonesia sering terjadi?

2. Sebutkan contoh kasus penipuan dan pencurian data di masyarakat!

3. Bagaimana cara mencegah kebocoran data?


C. Tujuan Masalah

Dengan mempelajari materi penipuan data, masyarakat diharapkan mampu:

1. Mengetahui sebab penipuan dan kebocoran data sering terjadi.

2. Mengetahui contoh kasus penipuan dan pencurian data di masyarakat.

3. Mengetahui cara mencegah kebocoran data.


BAB 2

PEMBAHASAN

A. Penyebab Penipuan dan Kebocoran Data Terjadi

Kebocoran data sangat erat hubungannya dengan pembobolan data. Ketika data tanpa sengaja
terkespos ke internet ataupun situs yang tidak aman, seorang peretas dapat mengakses informasi
pribadi Anda untuk melakukan pembobolan data (data breach). Berikut merupakan beberapa
penyebab terjadinya kebocoran data:

1. Kesalahan Manusia (Human Error)

Kurangnya kesadaran diri terhadap penyebaran data sensitif seperti memasukkan data pribadi
berupa nomor telfon di situs atau aplikasi yang tidak aman. Kelalaian dan kurang telitinya
pegawai dalam mengirim email maupun menjaga aset kantor seperti hard drive dan laptop kantor
juga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya kebocoran data.

2. Malware (Malicious Software)

Malware adalah program yang dirancang untuk merusak dengan menyusup ke sistem komputer,
salah satu jenis dari malware adalah spyware. Menurut Kaspersky, spyware merupakan software
yang didesain untuk masuk ke dalam perangkat komputer, mengumpulkan data tentang Anda,
dan mengirimnya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan Anda.

3. Social Engineering

Social engineering merupakan penggunaan manipulasi psikologis untuk mengumpulkan data


sensitif seperti nama lengkap, username, password, dan sebagainya melalui media elektronik
dengan menyamar sebagai pihak yang dapat dipercaya. Biasanya phishing memanfaatkan email
untuk mengelabui korbannya. Email yang dikirimkan pelaku dapat berisi sesuatu yang
mengatasnamakan pihak tertentu dan memancing korban untuk mengeklik tautan yang tercantum
di dalamnya.

Selain melalui email, pelaku juga dapat melakukannya melalui telepon, biasanya disebut juga
dengan Vishing (Voice phishing). Penipu akan menelepon mengatasnamakan pihak tertentu
untuk mendapat akses ke informasi keuangan pribadi Anda atau informasi lain untuk mencuri
identitas Anda.
Salah satu contohnya adalah pelaku akan menelepon Anda dengan mengatasnamakan dirinya
dari pihak tertentu, kemudian memberi Anda informasi bahwa Anda memenangkan sebuah
undian dan hadiah dari pihak tersebut. Pelaku lalu menyarankan Anda untuk memberi informasi
berupa username dan password untuk masuk ke akun Anda, kemudian meminta Anda
mengirimkan kode OTP.

B. Contoh Kasus Penipuan atau Pencurian Data di Masyarakat

1. Modus 1: Pemalsuan akun palsu media sosial

Kasus ini dimuat dalam berita di situs news.detik.com pada Jumat, 28 September 2018. Modus
yang dilakukan adalah memalsukan akun media sosial atas nama Martha Catur Wurihandini, istri
dari Pradi Supriatna yang saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Depok.

Pelaku penipuan mengkloning akun Facebook milik Martha lalu menghubungi orang-orangn
yang dikenalnya untuk meminta diisikan pulsa. Mengetahui bahwa namanya dicatut untuk
melakukan penipuan demi keuntungan pihak lain, Pradi mengambil langkah awal yaitu dengan
menginfokan kepada teman-teman di media sosial bahwa ada akun palsu yang mengatasnamakan
Martha.

Informasi tentang penipuan ini diperoleh dari salah satu rekan Martha yang menjadi salah satu
korbannya. Rekan tersebut mengaku dihubungi oleh pelaku yang mengaku sebagai Martha dan
meminta dikirimi pulsa.

2. Modus 2: Mencatut foto dan melakukan penipuan via WhatsApp

Kasus yang kedua adalah penipuan via Whatsapp yang dimuat di situs berita Detik pada Kamis,
14 September 2017. Korban penipuan adalah pria bernama Imam Bahauddin yang foto profilnya
dipasang oleh akun lain oleh pelaku. Pelaku kemudian menghubungi teman-teman korban untuk
melancarkan aksinya.

Salah satu teman korban yang dihubungi adalah adik korban sendiri. Pelaku menghubungi adik
korban via telepon lalu meminta sejumlah uang dengan dalih bahwa sopir korban sedang sakit
dan memerlukan perawatan. Pelaku yang mengaku sebagai korban mengatakan bahwa ia telah
kehabisan uang.
Sayangnya, adik korban tertipu dan mengirimkan sejumlah uang sebanyak 2 kali karena foto
profil WhatsApp yang sangat meyakinkan. Korban yang mengetahui hal ini kemudian langsung
melapor ke Polda Metro Jaya untuk ditindak lebih lanjut.

3. Modus 3: Penipuan dengan cara membajak email nasabah bank

Kasus ketiga dimuat di situs berita Kompas pada 9 Maret 2018. Modus yang dilakukan adalah
membajak email milik salah satu nasabah bank DBS Singapura. Jumlah yang yang berhasil
diperoleh para pelaku dari modus penipuan ini mencapai USD 1.8 juta. Para pelaku membajak
email milik salah satu nasabah lalu mengirimkan perintah pencairan dana pada pihak bank.

Uang sejumlah itu ditransfer ke 3 negara yaitu Indonesia, China, dan Hong Kong. Menurut pihak
kepolisian, komplotan penipu ini bernama kelompok Nigeria karena para pelakunya berasal dari
negara tersebut. Kasus ini kemudian diusut oleh aparat setempat dengan membuat laporan
kepada pihak kepolisian dengan melibatkan para petugas yang ada di negara-negara tujuan
pengiriman dana.

4. Modus 4: Pembobolan internet banking

Kasus berikutnya masih tergolong baru, dimuat di situs berita Detik pada 1 Juli 2020. Kasus ini
terjadi di Kepulauan Riau, yaitu penipuan dengan modus pembobolan internet banking korban.
Modus yang dijalankan adalah mengakses kartu SIM korban secara ilegal untuk bisa membobol
internet banking miliknya.

Uang yang ada di rekening korban kemudian ditransfer ke beberapa rekening pelaku melalui
internet banking. Jumlah kerugian yang diderita oleh korban mencapai lebih dari Rp 415 juta.
Pelaku mengaku mendapatkan data korban secara acak.

5. Modus 5: Pemalsuan KTP untuk membobol kartu kredit

Kasus kelima dimuat di situs berita Detik pada 8 Juni 2020. Pembobolan kartu kredit di wilayah
Jakarta Pusat ini dilakukan oleh seorang perempuan. Korbannya adalah nasabah Bank Mega
yang menggunakan kartu kredit. Akibat ulah pelaku, kerugian yang harus ditanggung mencapai
miliaran rupiah.

Modus yang dilakukan oleh pelaku adalah memalsukan KTP milik korban lalu mengajukan
kredit pada pihak bank. Kasus ini terbongkat ketika Bank Mega menerima laporan dari salah satu
korban yang menemukan adanya transaksi kredit hingga mencapai Rp 1 miliar. Pelaku tidak
bekerja sendirian, melainkan bersama seorang rekan yang memberikan identitas palsu kepada
pelaku.
C. Cara Mencegah Kebocoran Data

Pencegahan kebocoran data ini harus melibatkan semua orang dari pengguna sampai staff IT,
dan semua orang yang berkaitan di dalamnya. Semua orang yang berinteraksi ke dalam sistem
memiliki potensi kerentanan yang sama. Berikut merupakan beberapa cara untuk mencegah
terjadinya kebocoran data:

 Selalu perbarui patch dan software ketika pilihannya sudah tersedia


 Waspada jika menerima email dari sumber tidak diketahui dan jangan buka lampiran
email atau tautan di dalamnya.
 Meningkatkan kesadaran staff dengan memberikan edukasi dalam praktik keamanan dan
cara menghindari modus penipuan melalui social engineering.
 Gunakan otentikasi multi faktor
 Gunakan password manager
 Jangan sembarangan menggunggah data-data pribadi yang sensitif di internet, baik di
media sosial, ataupun ke orang lain
 Hindari aplikasi-aplikasi ilegal/belum berizin dari Pemerintah agar tidak terjadi
penyalahgunaan data
 Kebocoran data (data leak) menjadi gerbang utama bagi peretas untuk melakukan
pembobolan data (data breach) dan mencuri informasi sensitif dari korbannya.

Adanya regulasi yang jelas terkait perlindungan data pribadi di Indonesia juga merupakan
salah satu bentuk pencegahan terjadinya kebocoran data di kemudian hari.
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan adanya penyalahgunaan data pribadi, maka dapat terlihat adanya kelemahan sistem,
kurangnya pengawasan, sehingga data pribadi dapat disalahgunakan dan mengakibatkan
kerugian bagi pemilik data tersebut. Penyalahgunaan, pencurian, penjualan data pribadi
merupakan suatu pelanggaran hukum dalam bidang teknologi informasi dan juga dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran atas hak asasi manusia, karena data pribadi merupakan bagian
dari hak asasi manusia yang harus dilindungi.

Penyalahgunaan data pribadi merupakan perbuatan yang memenuhi unsur-unsur perbuatan


pidana seperti unsur tindak pidana pencurian dan unsur tindak pidana penipuan serta tindak
pidana lainnya baik dari sisi unsur objektif maupun unsur subjektif. Dengan terpenuhinya unsur-
unsur tersebut, maka sanksi administratif, sanksi perdata maupun sanksi pidana belum cukup
untuk mengakomodir tindak pidana penyalahgunaan data pribadi yang senyatanya merupakan
bentuk kejahatan yang sempurna.

B. SARAN

Sampai saat ini pemerintah belum bisa melindungi masyarakatnya secara maksimal
khususnya dalam hal ini melindungi masyarakat atas tindak pidana penipuan transaksi di
internet, seharusnya pemerintah melakukan berbagai cara melindungi masyarakatnya dari tindak
pidana, seperti melakukan sosialisai atau himbauan kepada masyarakat melalui upaya preventif
dan represif.
DAFTAR PUSTAKA

Lala Asri. 2020. https://fhukum.unpatti.ac.id/jurnal/sasi/article/view/394/285, jam 19.30 WIB.

Kanwil. 2021. https://blog.privy.id/kebocoran-data-di-indonesia-dan-pencegahannya/, jam 20.00


WIB.

Anda mungkin juga menyukai