Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : ACHMAD RIFAI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043597661

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4408/Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama

Kode/Nama UT Daerah : UPBJJ UT JAKARTA

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
1.
1) Mengenai apa saja yang menjadi sumber hukum Islam, kita dapat
menemukannya dalam Al-Qur’an dan surah An-Nisa ayat 59 dan hadis
Mu’az bin Jabal. “Hai, orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah rasul(Nya) dna Ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (Al-
Qur’an dan rasul (sunah) jika kamu benar-benar mengimani Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik
akibatnya (An-Nisa: 59).
Surah An-Nisa ayat 59 menyebutkan bahwa setiap muslim wajib
mengikuti kehendak Allah, kehendak rasul, dan kehendak ulil amri.
Kehendak Allah adalah larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya
sesuai dengan yang diturunkan melalui Al-Qur’an. Perintah menaati rasul
adalah menjalankan perintah yang diberikan rasul melalui sunah. Dalam
hal ini, sunah tersebut paralel dengan Al-Qur’an yang berasal dari Allah
SWT. Ulil amri adalah orang yang mempunyai kekuasaan berupa ilmu
pengetahuan untuk mengalirkan ajaran hukum Islam dari dua sumber
utama, yaitu Al-Qur’an dan hadis.
Para ahli berpendapat bahwa sunah dan hadis memiliki perbedaan,
tetapi ada juga yang tidak membedakan keduanya. Perbedaan tersebut
adalah sunah berasal dari Nabi Muhammad SAW yang diucapkan dan
dilakukan secara terus-menerus, diturunkan dari generasi ke generasi, dan
diikuti oleh sahabat-sahabat. Sementara itu, hadis berkonotasi segala
peristiwa yang diambil dari Nabi Muhammad walaupun hanya sekali
beliau melakukan atau mengatakannya. Akan tetapi, dalam kebiasaan
hukum islam, hadis dan sunah hanya berbeda dari sisi penggunaan, tidak
dalam isi dan tujuannya.
Sunah adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
Sunah berfungsi sebagai penopang dan penyempurnaan Al-Qur’an dalam
menjelaskan hukum-hukumnya. Apabila sunah tidak berfungsi sebagai
sumber hukum, kaum muslim akan mengalami kesulitan dalam hal cara
salat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji, dan lain-lain. Hal ini sebab Al-
Qur’an hanya berbicara secara global dan umum, penjelasan terperinci
ditemui dalam sunah.
2) Tidak semua hadis diakui sebagai sumber hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan, hadis dapat di golongkan berdasarkan kualitas
rawi (orang yang meriwayatkan hadis). Berdasarkan kualitas rawi, hadis
dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu hadis sahih, hadis hasan, dan hadis
daif.
Hadis sahih adalah hadis yang memenuhi syarat dan dapat diterima
dengan sempurna. Dalam hal ini, rawi menunjukkan pribadi yang takwa
serta terjaga daru sifat muru’ah. Sanad (mata rantai menguhubungkan)
bersambung sampai Nabi Muhammad SAW. Sanadnya bersambung dari
awal hingga akhir. Kemampuan rawi yang dimaksudkan adalah
kesempurnaan menghafal tingkat tinggi yang berarti hafal diluar kepala
dan hadis tersebut ditulis dalam kitab yang terjaga kebenarannya. Tidak
terdapat Illat (disini berarti cacat samar) yang mengakibatkan hadis
tersebut tidak dapat diterima atau kesamaran yang menyebabkan keraguan.
Hadis hasan, adalah hadis yang sanadnya tidak terputus dari rawi
akhir dan para sahabat yang bersumber langsung dari Nabi Muhammad
SAW. Hadis ini diriwayatkan oleh rawi yang adil, tidak bertentangan
dengan rawi lain yang terpercaya, serta tidak cacat, tetapi rawi kurang teliti.
Hadis hasan hampir sama dengan hadis sahih, tetapi yang membedakan
adalah ingatan para rawi. Pada hadis sahih, daya ingat para rawi harus
sempurna, tetapi dalam hadis hasan ingatan atau daya hafalnya kurang
sempurna.
Hadis daif, daif berarti lemah. Oleh karena itu, hadis daif berarti
hadis yang tidak memenuhi kriteria seperti yang terdapat dalam hadis sahih
dan hasan. Hadis ini adalah hadis yang ditolak. Apabila terdapat suatu hadis
yang tidak memenuhi syarat hadis sahih atau hasan, hadis tersebut
dikatakan hadis daif (ditolak).
Untuk menilai hadis dapat dijadikan sumber hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, perlu dilakukan penelitian dan
kajian untuk mengetahui apakah hadis tersebut memenuhi kriteria sahih
atau tidak.
2. Tidak semua benda atau harta yang kita milik wajib dizakati. Akan tetapi,
ada aturan mengenai nisab, haul, dan kadar zakat masing-masing. Secara
umum zakat dibadi menjadi dua macam, yaitu zakat fitrah dan zakat mal.
Zakat fitrah adalah sejumlah bahan pokok yang dikeluarkan pada
bulan Ramadhan oleh setiap muslim bagi dirinya dan bagi orang yang
ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok yang untuk sehari
pada hari raya Idul Fitri. Zakat fitrah wajib dikeluarkan sesuai dengan bulan
Ramadhan sebelum salat Ied. Zakat yang diberikan setelah bulan Ramadhan
dan setelah salat Ied bukan termasuk zakat fitrah, melainkan hanya sedekah.
Zakat mal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim
atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Zakat mal dikenakan atas
harta yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga dengan syarat-syarat yang
telah ditetapkan.
Zakat profesi adalah kekayaan yang diperoleh seorang muslim
melalui bentuk usaha baru yang sesuai dengan syariat agama. Berdasarkan
Keputusan Ketua Badan Amil Zakat Nasional Nomor
KEP.016/BP/BAZNAS/XII/2015 tentang Nilai Nasab Zakat Pendapatan atau
Profesi Tahun 2016 Badan Amil Zakat Nasional, zakat pendapatan atau
profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan yang diperoleh dari
hasil profesi pada saat menerima pembayaran. Menurut Yusuf Al Qardhawi,
yang termasuk dalam zakat profesi adalah gaji karyawan, harta hasil usaha,
upah karyawaan, pendapatan dokter, insinyur, advokat, dan lain-lain yang
mengerjakan profesi tertentu dan juga pendapatan yang diperoleh dari modal
yang diinvestasikan diluar sektor perdagangan, seperti mobil, kapal, pesawat,
percetakan, dan tempat hiburan, wajib terkena zakat apabila sudah mencapai
nisab dan mencapai satu tahun.
Harta profesi tersebut di-qiyas-kan dengan bentuk harta zakat lain.
Penghasilan berupa uang nisabnya 520 kg beras apabila di-qiyas-kan dengan
zakat pertanian. Sementara itu, nisabnya 85 gram jika di-qiyas-kan dengan
zakat emas dan kadarnya 2,5%. Apabila hendak menghitung seluruh nisab
dengan besaran uang, nilai nisab zakat pendapatan di seluruh Indonesia pada
tahun 2017 berdasarkan Keputusan Ketua BAZNAS Nomor 142 Tahun 2017
tentang Nilai Nizab Zakat Pendapatan Tahun 2017 di Seluruh Wilayah
Indonesia adalah sebesar Rp.5.240.000. besaran jumlah uang ini bisa saja
berubah seiring dengan berkembangnya zaman.
3. Dalam perspektif sosiologi, zakat merupakan suatu refleksi dari
rasa kemanusiaan, keadilan, keimanan, serta ketaqwaan yang mendalam yang
muncul dalam sikap orang yang mempunyai kelebihan harta. Zakat sangat
erat kaitannya dengan masalah moral, karena dengan melaksanakan zakat
dapat mengikis sifat ketamakan dan keserakahan orang yang
memilikkelebihan harta benda. Salah satu ayat yang populer sebagai perintah
zakat adalah al-Qur’an Surat Al-Taubah (9): 103. “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. sesungguhnya doa kamu
itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui”. (QS. Al-Taubah (9): 103). Pada ayat ini terdapat kata
penting yakni ‘membersihkan’, ‘menyucikan’ ‘mendoa’ dan ‘ketentraman
jiwa’, setelah kata zakat. Ini bisa diasumsikan bahwa pengamalan zakat
berkaitan erat dengan hal-hal psikologis, yuridis dan sosiologis.
Zakat jika ditinjau dari segi Yuridis, maka merupakan amanat
Allah di dalam Al-Qur’an dan fungsi Undang-undang nomor 38 tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat dan Keputusan Menteri Agama (KMA) Republik
Indonesia Nomor 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat serta Keputusan
Direktor Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor
D/291 tahun 2000 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat bahwa
pengelolaan zakat merupakan bagian integral dari proses pembentukan dan
penguatan Ekonomi Islam secara makro.
Menurut pendapat saya pada kasus diatas, sebagai muslim yang taat
Smith seharusnya mengerti dikarenakan hukumnya zakat adalah wajib, pada
kasus diatas Smith bukan hanya seorang ASN tetapi juga menjadi petani dan
pengusaha cabe yang memang diharuskan wajib membayar zakat. Yang
dimaksud hasil pertanian dalam hal ini adalah tanaman yang memiliki hasil
ekonomi, seperti padi, biji-bijian (jagung, kedelai), umbi-umbian (ketela, ubi
jalar), sayuran (kol, sawi, bayam, cabai), buah-buahan (apel, jeruk, mangga,
alpukat), dan sebagainya. Dasar dari adanya zakat ini adalah Q.S Al-Baqarah
ayat 267 dan Q.S Al-An’am ayat 141.

Anda mungkin juga menyukai