2.5.1 Pengertian Kalor Jenis Logam Kalor adalah energi dalam yang dipindahkan dari benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah ketika kedua benda disentuhkan (dicampur). Sedangkan energi dalam menyatakan total energi, yaitu jumlah energi kinetik dan energi potensial, yang dmiliki oleh seluruh molekul-molekul yang terdapat dalam benda. Menurut Black (1803) Kalor merupakan sesuatu yang memproduksi dalam diri kita suatu sensasi yang khas dari sifat kalor, yang dengan tepat dapat disebut sebagai sensasi panas atau dingin. Kalor adalah suatu mode gerak, suatu jenis gerak tertentu yang terjadi pada molekul-molekul dari zat apa pun wujudnya padat, cair atau gas (Joule, 1884). Kalor jenis didefinisikan sebagai jumlah energi panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu satuan massa suatu bahan sebesar satu satuan suhu pada tekanan konstan. Secara kuantitatif, kalor jenis mewakili kapasitas suatu bahan untuk menyimpan energi termal. Dalam konteks logam, kalor jenis berkaitan erat dengan struktur kristal dan ikatan metalik yang terbentuk antara atom-atom logam. Logam umumnya memiliki kalor jenis yang relatif rendah dibandingkan dengan material non-logam seperti polimer dan keramik. Namun, terdapat variasi yang signifikan dalam nilai kalor jenis di antara logam-logam yang berbeda. Misalnya, aluminium memiliki kalor jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan tembaga atau besi. Pemilihan logam yang tepat dengan kalor jenis yang sesuai dapat memberikan dampak besar pada efisiensi energi dan kinerja termal dalam aplikasi seperti perpindahan panas, penyimpanan energi, dan sistem pendinginan. Pengetahuan yang akurat tentang kalor jenis logam juga sangat penting dalam industri metalurgi, pengecoran, dan perlakuan panas logam. Dalam proses-proses ini, logam sering kali mengalami perubahan fase atau perubahan suhu yang signifikan. Dengan memahami kalor jenis logam, dapat dilakukan perhitungan yang tepat mengenai kebutuhan energi dan waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi termal yang diinginkan. Selain itu, kalor jenis logam juga relevan dalam aplikasi energi terbarukan, seperti sistem penyimpanan energi termal dan peralatan surya. Logam dengan kalor jenis yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai media penyimpan panas, memungkinkan penyimpanan energi termal yang efisien dan pelepasan panas yang terkontrol. Kalor jenis logam mengacu pada kalor jenis yang spesifik untuk zat-zat logam dalam fase padat. Kalor jenis logam hanya berlaku untuk zat-zat logam padat, bukan untuk zat non-logam atau zat dalam fase lain. Secara umum, kalor jenis logam memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan kalor jenis zat non-logam. Hal ini disebabkan oleh struktur kristal logam yang lebih rapat dan ikatan antar atom yang lebih kuat, sehingga membutuhkan energi kalor yang lebih sedikit untuk menaikkan suhu. Logam memiliki beberapa sifat termal yang khas, antara lain: 1. Konduktivitas termal yang tinggi, yang memungkinkan mereka mengalirkan panas dengan baik. 2. Kalor jenis (heat capacity) yang relatif rendah dibandingkan dengan zat non-logam. 3. Ekspansi termal yang cukup besar saat dipanaskan. Tabel 2. Kalor Jenis Pada Suhu Sekitar 20°C Logam Kalor Jenis (J/kg.K) Aluminium 897 Tembaga 385 Besi 448 Timah 227 Seng 388 Perak 235 Emas 129
Sumber: (Kelompok 15, 2024)
Pada tabel 2. menunjukkan bahwa Logam memiliki nilai kalor
jenis yang relatif rendah dibandingkan dengan zat non-logam seperti air (4.184 J/kg.K). Ini karena struktur kristal logam yang rapat dan ikatan logam yang kuat, sehingga membutuhkan energi kalor lebih sedikit untuk menaikkan suhunya. Logam mulia seperti emas dan perak memiliki kalor jenis yang relatif rendah, yaitu 129 J/kg.K untuk emas dan 235 J/kg.K untuk perak. Ini menunjukkan bahwa logam mulia memiliki struktur kristal yang sangat rapat dan ikatan logam yang sangat kuat.
Struktur kristal dan ikatan logam memiliki pengaruh terhadap
kalor jenis logam. Secara umum, semakin kuat ikatan logam dan semakin rapat strukturnya, semakin rendah kalor jenisnya. Logam memiliki struktur kristal yang teratur, di mana atom-atomnya tertata rapat dalam susunan yang teratur. Semakin rapat susunan atom dalam struktur kristal, semakin sedikit ruang untuk getaran termal, sehingga kalor jenisnya menjadi lebih rendah. Ikatan logam terbentuk dari interaksi elektrostatik antara ion positif logam dan elektron valensi yang bergerak bebas. Semakin kuat ikatan logam, semakin sulit untuk menggetarkan atom-atom dalam kisi kristal, sehingga kalor jenis menjadi lebih rendah. Logam dengan struktur kristal yang lebih rapat, seperti besi (body-centered cubic) dan aluminium (face-centered cubic), memiliki kalor jenis yang lebih rendah dibandingkan dengan logam yang memiliki struktur kristal kurang rapat, seperti timah (tetragonal).
2.5.2 Konsep Dasar Kalor Jenis
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan suhu 1 kg zat sebesar 1°C atau 1 K (Kelvin). Kalor jenis merupakan salah satu sifat khas dari suatu zat, yang bergantung pada jenis zat tersebut. Satuan kalor jenis Satuan kalor jenis dalam Sistem Internasional (SI) adalah Joule per kilogram Kelvin (J/kg.K) atau Joule per kilogram derajat Celcius (J/kg.°C). Dalam sistem CGS (Centimeter Gram Second), satuan kalor jenis adalah kalori per gram derajat Celcius (cal/g.°C). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kalor jenis suatu zat antara lain, jenis zat (padat, cair, atau gas), susunan molekul dan struktur kimia zat, temperatur, tekanan (pada zat gas). Secara umum, kalor jenis zat padat lebih rendah daripada zat cair dan kalor jenis zat cair lebih rendah daripada zat gas. Semakin tinggi temperatur, kalor jenis zat padat dan cair cenderung meningkat, sedangkan kalor jenis gas cenderung menurun. Selain itu, zat dengan struktur molekul yang lebih kompleks cenderung memiliki kalor jenis lebih tinggi dibandingkan dengan zat yang lebih sederhana. Kalor jenis dapat dirumuskan: Q = m. c. ∆ T ...............................................................................() Keterangan: Q = Kalor (J) m = Massa (kg atau gram) c = Kalor jenis (J/kg.°C atau kal/gr.°C) ΔT = Perubahan suhu (°C atau °K) Rumus tersebut didapatkan karena memiliki asal usul, rumus ini berasal dari konsep-konsep dasar dalam fisika yang berkaitan dengan termodinamika dan perpindahan kalor. Kalor (Q) adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena perbedaan suhu. Satuan kalor dalam Sistem Internasional (SI) adalah joule (J). Massa (m) adalah ukuran jumlah materi yang terkandung dalam suatu benda. Massa mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan atau menurunkan suhu suatu benda. Kalor jenis (c) adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan atau menurunkan suhu satu satuan massa suatu zat sebesar satu derajat. Kalor jenis berbeda-beda untuk setiap jenis zat dan bergantung pada sifat-sifat zat tersebut. Perubahan suhu (ΔT) adalah selisih antara suhu akhir dan suhu awal suatu benda setelah menerima atau melepaskan kalor. 2.5.3 Aplikasi Kalor Jenis Menurut Daniel D. Pollock (2018), seorang insinyur mesin dari Universitas Massachusetts Lowell, "Kalor jenis logam adalah salah satu sifat termal yang paling penting dalam desain sistem pendingin dan pemanas. Logam dengan kalor jenis yang tinggi seperti tembaga dan aluminium sangat efisien dalam menyerap dan melepaskan kalor, sehingga mereka banyak digunakan dalam heat sink dan heat spreader pada perangkat elektronik dan mesin". Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat kalor jenis dari suatu logam memegang peranan krusial dalam merancang sistem pendingin (seperti pendingin komputer, AC, kulkas) dan sistem pemanas (seperti pemanas ruangan, oven, tungku). Kalor jenis menentukan seberapa banyak energi yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan suhu logam tersebut. Logam seperti tembaga dan aluminium memiliki kalor jenis yang relatif tinggi dibandingkan logam lainnya. Ini berarti bahwa mereka dapat menyerap atau melepaskan sejumlah besar energi panas tanpa mengalami perubahan suhu yang besar. Sifat ini membuatnya efisien untuk digunakan dalam aplikasi termal. Heat sink dan heat spreader adalah komponen yang berfungsi untuk menyerap dan menyebarkan panas dari perangkat elektronik atau mesin. Tembaga dan aluminium sering digunakan untuk komponen ini karena sifat kalor jenisnya yang tinggi, sehingga dapat dengan efisien menyerap dan menyebarkan panas berlebih untuk mencegah kerusakan akibat panas.