Anda di halaman 1dari 2

Saudara mahasiswa,

Salah satu sistem yang sekarang digunakan, khususnya untuk pengawai negeri sipil, adalah
penetapan gaji berdasarkan golongan. Golongan ini didasarkan pada tingkat pendidikan pada saat
seorang PNS diterima, misalnya golongan II/a jika ia lulusan SLTA, atau golongan III/a untuk
lulusan S1. Dengan demikian, otomatis seorang lulusan SLTA dan seorang lulusan S1 akan
menerima gaji yang berbeda (walaupun mungkin pekerjaan mereka sama) karena golongan
mereka berbeda.

Nah......sekarang, bagaimana Anda menyikapi masalah seperti ini?. Apa kelemahan dan
keunggulan sistem gaji di atas. Jika ada kelemahannya, menurut Anda bagaimana kira-kira
mengatasinya? Diskusikan dengan teman2 Anda.

Selamat berdiskusi

Permalink | Reply

Re: Diskusi.5
by MOHAMAD SAFRI BUDIANTO 041306823 - Monday, 28 October 2019, 9:00 PM

Penentuan gaji pokok didasarkan pada teori human capital, yang artinya gaji pegawai diberikan
sebanding dengan tingkat Pendidikan yang mereka tempuh dan latihan yang dicapainya.

Keunggulan sisitem penggajian pokok ini sangat sederhana dan cukup dengan satu peraturan
yang mengatur, selain itu dapat memicu semangat pegawai untuk mengenyam Pendidikan lebih
tinggi. Namun kekurangannya penggajian sistem ini dianggap kurang adil dan dapat
menimbulkan kecemburuan terutama untuk pegawai yang memiliki pekerjaan sama namun
berbeda golongan. Hal ini dapat menurunkan motivasi kerja pegawai tersebut.

Lalu bagaimana kira-kira cara mengatasinya? Sistem penggajian di Indonesia menggunakan


Sistem Penggajian Campuran sesuai dengan UU 43/99 dan PP No. 6 Tahun 2008 Menetapkan
penggajian berdasarkan skala tunggal maupun skala ganda. Yaitu pegawai yang berpangkat sama
diberi gaji pokok yang sama. Disamping itu diberikan tunjangan kepada pegawai yang
melaksanakan pekerjaan yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga.
Sehingga kesimpulannya selain pegawai mendapatkan gaji pokok berdasarkan golongan,
pegawai juga mendapatkan tunjangan pegawai yang dinilai berdasarkan beban kerja yang lebih
besar memikul tanggung jawab yang besar daripada pegawai yang memikul tanggung jawab
lebih kecil.

Sekian

Permalink | Show parent | Reply

Re: Diskusi.5
by ANGGA PRIMANDA PUTRA 041097368 - Tuesday, 29 October 2019, 12:11 PM

Menurut saya, sudah sepantasnya gaji PNS dibayarkan sesuai golongan. Namun, beban kerja
antara pegawai golongan II dan pegawai golongan III juga harus dibedakan, di mana semakin
tinggi golongan seorang pegawai maka seharusnya semakin besar pula tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya. Agar tidak ada kesamaan beban kerja antara pegawai golongan II dengan
pegawai golongan III yang berbeda pendapatan. Yang tidak kalah penting, kinerja setiap pegawai
harus dikontrol (oleh atasan langsung) capaian kinerjanya, agar setiap pegawai melaksanakan
tugasnya sesuai dengan kontrak kinerja yang diberikan oleh atasan dan dapat
mempertanggungjawabkannya.

Permalink | Show parent | Reply

Re: Diskusi.5
by SISKA ARRUMONA LAS SUNARYA 041245529 - Tuesday, 29 October 2019, 3:42 PM

Sering kita dengar bersama bahwa terjadi penggelembungan pegawai golongan III. Hal ini
sewajarnya terjadi, hal ini dikarenakan ada pegawai lama lulusan SMA atau Diploma I atau
bahkan lebih rendah yang pada masanya akan masuk ke golongan III (setelah sekian tahun
pengabdiannya di golongan II), dan diperparah dengan banyaknya PNS yang diangkat di
golongan III dengan masuk melalui jalur sarjana. Menurut pendapat anda, bagaimanakah upaya
optimalisasi diverensiasi pekerjaan seperti yang anda maksud dalam "beban kerja antara pegawai
golongan II dan pegawai golongan III juga harus dibedakan, di mana semakin tinggi golongan
seorang pegawai maka seharusnya semakin besar pula tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya" pada implementasi pemberian gaji dan atau tunjangan?

Maximum rating: -
Permalink | Show parent | Edit | Delete | Reply

Re: Diskusi.5
by SISKA ARRUMONA LAS SUNARYA 041245529 - Tuesday, 29 October 2019, 3:48 PM

Saya setuju dengan pendapat Saudara, akan tetapi menurut saya penggajian dengan sistem
golongan sesuai pendidikan juga membawa dampak positif bagi pegawai. Hal ini dikarenakan,
pegawai yang merasa kompetensinya diatas beban kerja yang dibebankan kepadanya (misal dia
lulusan SMA tetapi diberikan pekerjaan sekelas sarjana) akan terpacu untuk diperlakukan dan
diberi kompensasi yang setara. Secara tidak langsung, pegawai yang bersangkutan akan memacu
dirinya untuk memperluas pengetahuan dan melakukan studi lanjutan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai