Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL ILMIAH

UPAYA DALAM MEWUJUDKAN NEGARA YANG SEJAHTERA


DI INDONESIA

DIUSUSUN OLEH:

FILDA ARIANTI
(C1B322043)

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
1

UPAYA DALAM MEWUJUDKAN NEGARA YANG SEJAHTERA DI


INDONESIA
FILDA ARIANTI

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Politik


Universitas Haluoleo

ABSTRAK
Tingkat kesejahteraan dalam suatu negara yang rendah dapat menjadi indikator
bahwa rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas pelayanan kesehatan
dikarenakan aspek perlindungan hukum yang masih rendah. Kesejahteraan sosial
akan mempersulit terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi serta kemampuan
mereka untuk menangkis penyakit, sehingga tidak mengherankan apabila di
lingkungan masyarakat yang miskin tersebut tingkat kematian bayi masih sangat
tinggi. Berbagai penyakit mengancam kehidupan mereka, seperti malaria,
tuberkulosis, penyakit mata, dan lainnya sebagai akibat lemahnya daya resistensi.
Maka yang menjadi pokok penelitian ini adalah "Perlindungan Hukum terhadap
Pelayanan Pasien di Puskesmas Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar".
Pokok masalah dalam artikel ini adalah tingkat kesejahteraan suatu negara diukur
dari pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dilakukan serta perlingdungan
hukumnya.
Kata Kunci : Kesejahteraan, Pelayanan Kesehatan, Hukum

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep negara kesejahteraan (welfare state) pemecahan masalah kesejahteraan
sosial, seperti kemiskinan, pengangguran, ketimpangan, dan ketelantaran tidak
dilakukan melalui proyek-proyek sosial parsial yang berjangka pendek. Melainkan
diatasi secara terpadu oleh program-program jaminan sosial seperti pelayanan
sosial/rehabilitasi sosial, berbagai tunjangan pendidikan, dan kesehatan. Dalam
konsep ini, pemerintah memberi peran lebih besar dalam pembangunan
kesejahteraan sosial yang terencana, melembaga dan berkesinambungan. Malasalah
pendidikan dan kesehatan di Indonesia masih menuai banyak sorotan pada
kualitasnya, padalah dua hal tersebut merupakan hak asasi manusia paling
mendasar yang sudah tentu menjadi kewajiban negara untuk memenuhinya.
Pidatonya Sri Mulyani di Universitas Indonesia pada tanggal 26 Juli 2016, dia
mengatakan, "terjadi peningkatan ketimpangan di antara masyarakat, indikator
kesenjangan (koefisien gini) Indonesia meningkat tajam dari 30 pada tahun 2003,
ke 41 pada tahun 2014, Ketimpangan yang sangat tajam bisa menghambat proses
pertumbuhan jangka panjang Indonesia, masalah ketimpangan di Indonesia hanyak
ditentukan di luar kendali penderita. Anak-anak Indonesia yang lahir dengan
2

ketimpangan tersebut akan sulit mengatasi ketimpangan di masa depannya". Sri


Mulyani menyebutkan, faktor pertama yang menentukan adalah layanan kesehatan,
Sekitar 37,2% balita Indonesia mengalami Stunting. Artinya, pertumbuhan tak
maksimal diderita oleh sekitar 8 juta anak Indonesia, atau 1 dari 3 anak Indonesia
akan kehilangan peluang lebih baik dalam pendidikan dan pekerjaan dalam sisa
hidup mereka. Ini adalah musibah bagi Indonesia, karena tingkat stunting di
Indonesia sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti di
Thailand adalah 16%, Myanmar 35% dan di Vietnam 23%.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut bagaimana gambaran pelayanan kesehatan pada tingkat pertama di Kota
Kendari serta bagaimana perlindungan hukum pada pelayanan kesehatan tingkat
pertama di Kota Kendari tersebut.
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari permasalahan ini adalah untuk
mengetahui gambaran pelayanan kesehatan kesehatan pada tingkat pertama di Kota
Kendari serta untuk mengetahui perlindungan hukum pada pelayanan kesehatan
tingkat pertama di Kota Kendari.
1.4 Manfaat Masalah
Manfaat dari adanya permasalahan ini adalah diharapkan akan berguna dan menjadi
evaluasi pemerintah dalam pemenuhan SDM dan fasilitas pada layanan tingkat
pertama/primer karena Puskesmas sebagai tulang punggung pelayanan kesehatan
serta menjadi referensi pengetahuan tentang perlindungan hukum pada pelayanan
kesehatan tingkat pertama di Kota Kendari.

METODE PENELITIAN
Dalam artikel penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah kualitatif dimana
pengumpulan data diperoleh dari berbagai sumber tertulis seperti buku, artikel,
jurnal, serta majalah yang berkaitan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta
hubungannya dengan konsep negara kesejahteraan dan kesejahteraan sosial.
Secara kategoris, teknik pengumpulan data dalam artikel penelitian ini
menggunakan penelitian pustaka (library research), yaitu dengan memanfaatkan
sumber informasi yang berada di perpustakaan baik berupa buku, jurnal dan lain
sebagainya. Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Studi kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Negara Sejahtera
3

Negara kesejahteraan atau Welfare State merupakan suatu model pembangunan


sebuah negara yang difokuskan pada peningkatan kesejahteraan dan
penyelenggaraan sistem perlindungan sosial yang melembaga bagi setiap warga
negara sebagai cerminan dari adanya hak asasi manusia yaitu hak kewarganegaraan
(right of citizenship). Negara merupakan organisasi tertinggi di antara satu
kelompok atau beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk
bersatu hidup di dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang
berdaulat.” Ciri utama dalam negara kesejahteraan adalah isu mengenai jaminan
kesejahteraan rakyat oleh negara. Menurut Habermas, jaminan kesejahteraan rakyat
yang dimaksud diwujudkan dalam perlindungan atas “The risk of unemployment,
accident, ilness, old age, and death of the breadwinner must be covered largely
through welfare provisions of the state. “Oleh sebab itu, kesejahteraan merupakan
hak yang harus diterima oleh warga negara yang harus dipenuhi oleh sebuah negara
sebagai sebuah kewajiban negara (state obligation).
Hakekat dari negara kesejahteraan adalah sebuah model kebijakan negara yang
mengarah kepada perlindungan sosial atau kesejahteraan publik (public welfare)
yang menjamin adanya rasa aman, ketentraman, dan kesejahteraan bagi warga
negaranya agar tidak jatuh ke dalam kesengsaraan. Negara Kesatuan Republik
Indonesia juga menganut faham negara kesejahteraan, sebagaimana diatur dalam
UUD NRI 1945, Prinsip Welfare State, dapat ditemukan secara jelas dalam
beberapa pasal yang berkaitan dengan aspek sosial dan ekonomi dalam UUD NRI
1945. Dengan masuknya perihal kesejahteraan dalam Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menurut Jimily Asshidiqie, Konstitusi
Indonesia dapat disebut sebagai konstitusi ekonomi (economic constitution) dan
bahkan konstitusi sosial (social constitution),
Hal ini dapat dibuktikan pada salah satu tujuan negara Indonesia, sebagaimana
ditegaskan dalam pembukaan UUD NRI 1945 adalah memajukan kesejahteraan
umum. Pasal dalam UUD NRI 1945 yang mengatur tentang kesejahteraan adalah
Pasal 33 UUD 1945 yang berjudul “Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan
Sosial”. Selanjutnya dalam Pasal 33 ayat (3) dan (4) UUD 1945.
Prinsip kesejahteraan menjadi pedoman atau bingkai hukum yang melandasi sistem
perizinan pada sektor pertambangan di Indonesia. Namun, sebelum menganut
sistem perizinan, dikenal sistem kontrak karya dalam sektor pertambangan
Indonesia. Sistem kontrak karya berpegang pada prinsip keadilan distributif.
2.2 Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat
inap. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 tahun 2016 tentang Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat
4

Pelayanan kesehatan promotif adalah pelayanan kesehatan berbentuk edukasi


kesehatan seperti penyuluhan kesehatan dan penyebaran informasi kesehatan dalam
bentuk lain seperti poster, pamflet, leaflet, hingga media elektronik seperti sosial
media, radio dan televisi.
Pelayanan kesehatan preventif adalah pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mencegah suatu penyakit, seperti imunisasi anak, kegiatan senam sehat, cek
kesehatan berkala dan kegiatan lain yang dapat membantu Pins dalam mencegah
suatu penyakit.
Sedangkan, pelayanan kesehatan kuratif adalah pelayanan kesehatan yang biasa
kita ketahui seperti pengobatan, pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan
kesehatan ini bertujuan untuk mengobati pasien yang menderita suatu penyakit.
Kemudian pada pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah perawatan kesehatan yang
bertujuan untuk mengembalikan pasien ke dalam masyarakat sehingga dapat
beraktivitas dan berfungsi kembali sebagai anggota masyarakat sesuai dengan
kemampuannya.
2.3 Perlindungan Pelayanan Kesehatan Hukum
Pengertian awal pelayanan kesehatan, yaitu : “ perihal atau tatacara melayani hal
hal atau yang berhubungan dengan keadaan sehat”
Baik di dalam UU No. 36 Tahun 2009 maupun UU No. 44 Tahun 2009, tidak
ditemukan arti dari istilah pelayanan kesehatan. Kedua undang-undang tersebut
langsung mencantumkan berbagai jenis pelayanan kesehatan, antara lain; pelayanan
kesehatan promotif, preventif, kuratif , rehabilitatif dan tradisional yang
kesemuanya dikelompokkan dengan istilah lain yaitu ”Pelayanan Kesehatan
Paripurna” . Lebih lanjut Pasal 30 UU No. 36 Tahun 2009 mengemukakan istilah
istilah lain yang dikelompokkan ke dalam Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yaitu :
Pelayanan Kesehatan Perorangan, Pelayanan Kesehatan Masyarakat , lalu
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, Kedua dan Ketiga. Akan tetapi terdapat
istilah lain yang dapat dipakai untuk memahami makna pelayanan kesehatan yaitu
Upaya Kesehatan. Upaya kesehatan di dalam UU No. 36 Tahun 2009 diartikan
sebagai ”setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat”. Sementara pengertian yang bisa ditarik dari istilah
”pelayanan Kesehatan” dalam berbagai bentuknya (promotif dll) adalah, bahwa
pelayanan kesehatan merupakan kegiatan atau serangkaian kegiatan, dengan
demikian ”pelayanan kesehatan” pada hakikatnya adalah segala
kegiatan/serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam hal-hal yang berhubungan
dengan kesehatan termasuk kedalamnya adalah ”pelayanan medik” yang meliputi
sarana dan prasarana kesehatan.
Sebagai bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah, maka pelayanan
kesehatan termasuk ke dalam pelayanan publik. Pelayanan publik itu sendiri
5

merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh


penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. (KEMENPAN No.
63/KEP/M.PAN/7/2003) .
Terlepas dari pengertian tersebut di atas, Pelayanan kesehatan menurut Undang-
Undang No. 36 Tahun 2009 seperti dalam penjelasannya adalah, bahwa dalam
memberikan pelayanan kesehatan baik itu perseorangan maupun masyarakat sangat
dijamin dalam UU tersebut, dalam beberapa pasal sangat jelas ditegaskan bahwa
untuk menjamin kesehatan masyarakat maka pemerintah mengupayakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mencapai Indonesia yang sehat.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah baik itu berupa penyediaan
fasilitas pelayanan kasehatan, penyediaan obat, serta pelayanan kesehatan itu
sendiri adalah dalam upaya menjamin kesehatan masyarakat.

KESIMPULAN
Berdasarakan konsep kesejahteraan negara, pada pembahasan ini berfokus terhadap
pelayanan kesehatan pada tingkat pertama, utamanya pada Puskesmas dengan
korelasi penggunaan UU sebagai antisipasi dan untuk meningkatkan kesejahteraan
negara. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah layanan awal yang dilakukan
oleh para tenaga kesehatan dal memberantas penyakit yang ada. Pentingnya
perlindungan hukum yang harus ditegakkan demi keberlangsungan pelayanan itu
sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Wiku Adisasmito. 2016. Rencana Naskas Akademik & Kebijakan Kesehatan,
Jakarta: Universitas Indonesia Press. pp 2-8.
Endang Sulistina. 2015. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktik di Puskesmas,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal (6)
Agus Fitri Angga. 20012enerapan Prinsip Manajemen Kualitas di Poli Umum
Puskesmas Kecamatan Tebet Jakarta Selatan, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. 3(4): 186-196.
Muhammad Sadi. 2007. Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Prenadamedia
Group. hlm. 7.
Putu Ayu Indrayathi, Fitri Wulandari. 2014. Quality of Sevices in Health Care
Center with General Service Agency Status, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, Vol. 9, No. 2. hlm. 168.
Prajudi Atmosudirjo, 1994, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia
Indonesia, hal. 18.
Soerjono Soekanto 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Surabaya:
Ghalia Indonesia, hal. 3.
Hamid S. Attamimi dalam Siswanto Sunarso, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah
di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 42.
6

Sajipto Rahardjo, 2009, Penegakan hukum; Suatu Tinjauan Sosiologis, ctk. Kedua,
Yogyakarta: Genta Publishing, hal.vii.
Andi Hamzah, 2005, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta: Sinar Grafika, hal
48-49.
Sumantoro, 1986, Hukum Ekonomi, Jakarta: UI–Press, hal. 4.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2012, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi ke-3, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 281.
Azwar, Asrul. (1994). Manajemen Kualitas Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai