Anda di halaman 1dari 4

Pola Pembiayaan Kesehatan Indonesia Dari Masa Ke Masa (1)

Tulisan ini tulisan berseri tentang bagaimana pola pembiayaan kesehatan di Indonesia dari masa
penjajahan hingga masa sekarang disertai pengaruh politik yang terjadi dan solusi pembiayaan
kesehatan Indonesia di masa yang akan datang dan tentang pentingnya pembiayaan kesehatan di
Indonesia dan perubahan pola yang terjadi berhubungan dengan perubahan politik pemerintahan.

Kesehatan adalah salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang. Kesehatan sangat
menunjang dalam aktivitas setiap manusia. Pembangunan kesehatan dalam kehidupan berbangsa
sangat besar nilai investasinya terutama terhadap sumber daya manusia. Dengan adanya penduduk
suatu bangsa yang terjaga kesehatannya dengan baik, bangsa tersebut akan memiliki sumber daya yang
manusia yang lebih optimal dalam pembangunan.

Pembiayaan kesehatan dalam suatu negara merupakan aspek penting yang sangat menunjang
pencapaian target Indeks Pambangunan Manusia (Human Development Index / HDI). Banyak faktor
yang mempengaruhi kebijakan pembiayaan kesehatan suatu negara, salah satunya adalah faktor politik.
Suasana perpolitikan suatu negara dan kebijakan pemerintahan yang sedang berkuasa ikut menentukan
besarnya anggaran yang dialokasikan untuk sektor kesehatan.

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan,
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau dan
berhak secara mandiri dan bertanggung jawab mementukan sendiri pelayanan kesehatan yang
diperlukan bagi dirinya. Untuk itu pemerintah Indonesia berkewajiban memberikan jaminan untuk
terpenuhinya hak hidup sehat setiap warga negaranya, tanggung jawab pemerintah termasuk
didalamnya pembiayaan kesehatan bagi seluruh warga negara.

Berdasarkan literatur dan catatan sejarah, tidak bisa dihindari kenyataan bahwa sistem pembiayaan
kesehatan di Indonesia dari waktu ke waktu cenderung mengikuti keinginan rezim pemerintahan yang
berkuasa. Di saat Indonesia dipimpin dan dikuasai oleh pemimpin yang beranggapan bahwa kesehatan
bukan merupakan faktor penting dalam pembangunan, kualitas hidup dan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Nilai Indeks Pembangunan Manusia (Human
Development Indeks) tahun 2010 berada pada peringkat 108 dari 169 negara dan kembali menurun
menjadi peringkat 124 dari 183 negara di tahun 2011 versi UNDP. HDI adalah ukuran keberhasilan suatu
negara yang dinilai dari parameter pembangunan ekonomi, kesehatan dan pendidikan (Astaqauliyah :
2011).

Bergantinya tampuk kekuasaan pemerintahan selama beberapa dekade pemerintahan Indonesia tidak
membawa perubahan yang signifikan dalam sistem pembiayaan kesehatan negara. Rendahnya anggaran
negara yang diperuntukkan dalam bidang kesehatan dapat dinilai sebagai bentuk rendahnya
penghargaan pemerintah akan pentingnya sektor kesehatan sebagai salah satu elemen pendukung
dalam proses pembangunan manusia Indonesia. Bila hal ini terus diabaikan akan menimbulkan banyak
masalah baru yang justru akan menguras keuangan negara yang lebih besar lagi. Belum adanya
perencanaan kebijakan kesehatan yang tearah dari pemerintah dalam peningkatan kualitas kesehatan
setiap warga negara tercermin pada minimnya anggaran kesehatan yang dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Oleh karena itu, masalah pola pembiayaan kesehatan di Indoensia sangat menarik untuk dikaji lebih
lanjut dan bagaimana hubungannya dengan pengaruh peta politik dari masa ke masa di Indonesia.
Tulisan ini mencoba menjelaskan masalah tersebut mengingat ke depan masalah kesehatan cenderung
akan menjadi prioritas di masa yang akan datang. Setidaknya ada beberapa alasan terkait dengan
pentingnya masalah pembiayaan kesehatan :

Sektor Kesehatan merupakan salah satu indikator penilaian Indeks Pembangunan Manusia atau HDI
(Human Development Indeks) ;

semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang ikut berkontribusi pada semakin
meningkatnya dana yang diperlukan dalam pembiayaan sektor kesehatan dalam pembangunan;

adanya tuntutan demokratisasi dan bertambahnya jumlah penduduk miskin dari waktu ke waktu
mengharuskan negara membuat kebijakan pembiayaan kesehatan yang bisa dinikmati oleh seluruh
warga negara tanpa terkecuali.

Konsep dan pendekatan kesehatan adalah salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang.
Kesehatan sangat menunjang dalam aktivitas setiap manusia. Pembangunan kesehatan dalam
kehidupan berbangsa sangat besar nilai investasinya terutama terhadap sumber daya manusia. Dengan
adanya penduduk suatu bangsa yang terjaga kesehatannya dengan baik, bangsa tersebut akan memiliki
sumber daya yang manusia yang lebih optimal dalam pembangunan. Dalam Undang-undang Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bawa pemerintah Indonesia bertanggungjawab penuh
dalam pemenuhan hak hidup sehat setiap warga negara termasuk penduduk miskin dan tidak mampu.
Tanggung jawab pemerintah termasuk di dalamnya komponen pembiayaan kesehatan.
Another Lost Stories : Seri Content Marketing Tools : ACCOUNT BASED MARKETING TOOLS 2017

Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan/atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat (Azrul Azwar : 2004). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pihak
yang terlibat yaitu pelaksana pelayanan kesehatan (provider) dan pengguna jasa pelayanan kesehatan.
Bagi pelaksana upaya kesehatan terkait dengan besarnya dana penyelenggaraan upaya kesehatan,
sedangkan dari sisi pengguna jasa layanan berhubungan dengan besarnya dana yang diperlukan untuk
mendapatkan manfaat suatu pelayanan kesehatan.

Dalam pembiayaan kesehatan suatu negara selalu mempertimbangkan keikutsetaan sektor swasta yang
ikut berperan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dari sisi pemerintah,
pembiayaan kesehatan dihitung pada besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi semua warga negaranya, pengeluaran dana oleh pengguna
jasa pelayanan kesehatan tidak diperhitungkan sehingga total pembiayaan kesehatan Indonesia adalah
jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah ditambah dengan jumlah dana yang dikeluarkan oleh
pengguna jasa pelayanan kesehatan untuk sektor swasta.

Menurut Azrul Azwar (2004), biaya kesehatan digolongkan menjadi biaya pelayanan kedokteran dan
biaya pelayanan kesehatan masyarakat. Biaya pelayanan kedokteran merupakan komponen biaya yang
dikeluarkan dalam penyelenggaraan atau pemanfaatan pelayanan kedokteran dengan tujuan utama
lebih ke arah pengobatan dan pemulihan kesehatan (aspek kuratif dan rehabilitatif) dengan sumber
pembiayaan dari sektor pemerintah dan swasta. Sedangkan biaya pelayanan kesehatan masyarakat
adalah biaya yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan
masyarakat dengan tujuan utama lebih ke upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
(aspek promotiif dan rehabilitatif ) dengan sumber dana utama dari pemerintah.

Di berbagai negara, terdapat tiga model sistem pembiayaan kesehatan bagi warganya yang diberlakukan
secara nasional yaitu model asuransi kesehatan sosial (Social Health Insurance), model asuransi
kesehatan komersial atau privat (Commercial or Private Health Insurance) dan model terakhir yaitu
Pelayanan Kesehatan Nasional (National Health Services). Model asuransi kesehatan berkembang
pertama kali di beberapa negara benua Eropa pada tahun 1882 dan kemudian menyebar ke benua Asia.
Another Lost Stories : Dinamika Pengaturan Desa Dalam Tata Hukum Negara Indonesia - Bagian 11 :
Catatan Kaki dan Referensi

Kelebihan model ini adalah kemungkinan cakupan yang mencapai 100 persen jumlah penduduk dan tarif
yang relatif rendah dalam pembiayaan kesehatan. Model asuransi komersial mulai berkembang di
Amerika Serikat. Sistem ini tidak berhasil mencapai cakupan 100% penduduk sehingga Bank Dunia
merekomendasikan pembaruan sistem asuransi kesehatan.

Berdasarkan data Bank Dunia, Amerika Serikat merupakan negara dengan pembiayaan kesehatan paling
tinggi di dunia yang mencapai 13,7% dari GNP pada tahun 1997, sementara negara Jepang yang
pembiayaan kesehatannya hanya 7% dari GNP tetapi memiliki derajat kesehatan penduduk yang lebih
tinggi yang dibuktikan dengan tingginya usia harapan hidup penduduk Jepang yang mecapai 77,6 yahun
untuk pria dan 84,3 tahun untuk wanita. (Fatmah Arianty : 2011)

H.W. Daendels | Sumber foto: wikipedia.org

Sejarah kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda pada abad ke-19.
Pada tahun 1807 di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendles pembiayaan
kesehatan dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu pernah dilakukan pelatihan dukun
bayi dalam praktik persalinan dengan tujuan penurunan angka kematian bayi yang sangat tinggi pada
masa tersebut. Upaya tersebut tidak berlangsung lama karena terbatasnya dana dalam penyediaan
tenaga pelatih kebidanan. Pada tahun 1930 upaya ini dilanjutkan kembali dengan mendata semua
dukun bayi yang ada di Indonesia untuk diberikan pelatihan pertolongan persalinan.

Pada tahun 1851 didirikan Sekolah Dokter Java (sekarang menjadi Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia) di Jakarta yang dikepalai oleh orang Belanda yang kemudian terkenal dengan nama STOVIA
(School Tot Opleding Van Indische Arsten) untuk pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 juga
didirikan sekolah dokter di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School). Kedua
sekolah dokter tersebut mempunyai peranan besar dalam pengembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia (Notoatmodjo : 2005).

Anda mungkin juga menyukai