Anda di halaman 1dari 9

ESAI ILMIAH

Keunggulan Program Jamu COZY sebagai Bentuk Peran Aktif


Komunitas Mahasiswa Kesehatan Indonesia Guna Pengembangan
Daerah dengan Pelayanan Kesehatan Tradisional

Oleh:

1. Madriena Nazaha Arief (0065589680)


2. Shellomitha Laudya Santoso (0065264420)

Diajukan untuk Mengikuti

Pharmadays National Essay Competition 2023

Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta
“He who has health has hope, and he who has hope has everything. He who has health
has many desires, while he who is sick has only one desire.“ - Thomas Carlyle

Seseorang bisa saja begitu beruntung untuk terlahir tanpa cacat, dibesarkan oleh
keluarga yang berkecukupan, mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga ia dapat
tumbuh menjadi anak yang sehat secara fisik, bahkan ada di lingkungan sosial yang
sehat untuk mendukung perkembangan non fisiknya dengan baik. Faktanya, tidak
semua anak memiliki keberuntungan yang sama dengan yang lainnya. Menurut
Kementerian Kesehatan RI, kebutuhan dasar seorang anak untuk tumbuh kembang
yang optimal meliputi Asuh, Asih, dan Asah. Asuh, yaitu kebutuhan fisik dan biologis
anak berupa nutrisi, imunisasi, kebersihan, aktivitas fisik yang seimbang, dan
pelayanan kesehatan. Asih, yaitu kebutuhan kasih sayang dan emosi berupa dukungan
emosional dari lingkungannya untuk perkembangan non-fisiknya. Asah yaitu
kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara,
kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak
(KEMENKES RI, 2011).

Kekurangan gizi pada anak adalah masalah signifikan yang tengah dihadapi
saat ini, hal ini ditinjau dari banyaknya kasus kurang tinggi badan (stunting), kurang
gizi akut (wasting), berat badan terlalu rendah untuk usianya (underweight), dan
kekurangan zat besi (anemia) yang terus memengaruhi kesehatan balita hingga remaja.
Masalah kesehatan berupa penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, kesehatan
reproduksi, penyalahgunaan zat, dan kesehatan jiwa juga terus menjadi tantangan bagi
Indonesia. Pemerataan kesehatan belum mencapai tahap maksimal seiring dengan fakta
bahwa kesenjangan stunting antarprovinsi masih terbilang tinggi, belum lagi
perwujudan sanitasi dan air bersih di Indonesia serta akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi masih berada dibawah target Sustainable Development Goals
(SDGs) (UNICEF Indonesia, 2020). Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian anak di
Indonesia belum mendapat kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang yang optimal.

2
Dalam 20 tahun kedepan, tongkat estafet kepenerusan bangsa akan jatuh kepada
generasi Z dan generasi setelahnya sebagai sumber daya manusia usia produktif.
Generasi Z adalah mereka yang lahir pada rentang tahun 1997-2012, sedangkan
generasi setelahnya adalah generasi Alpha yaitu mereka yang lahir pada rentang tahun
2013-2025 (PSKP Kemdikbud Ristek, 2023). Indonesia saat ini dihadapkan dengan
peluang luar biasa di masa depan yaitu bonus demografi yang mencapai puncaknya
pada tahun 2030 sebagai potensi dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045.
Indonesia akan genap berusia 100 tahun pada tahun 2045 dan memiliki bonus
demografi dimana angka usia produktif melonjak dan mencapai lebih dari 70%
populasi Indonesia. Dalam laporan Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045,
Kementerian PPN dan BPS memprediksi jumlah penduduk Indonesia akan mencapai
318,96 juta jiwa pada 2045. Dari jumlah tersebut, penduduk usia produktifnya (15-64
tahun) diperkirakan mencapai 207,99 juta jiwa. Jika bonus demografi ini tidak
dimanfaatkan dengan baik akan membawa dampak buruk dalam masalah sosial seperti
pengangguran, kemiskinan, tingkat kriminalitas yang tinggi, dan terutama pada tingkat
kesehatan yang rendah.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28H
ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”. Faktanya, distribusi tenaga kesehatan yang belum
merata masih menjadi fokus dari Pemerintah Republik Indonesia (Timor, 2022: 3).
Mereka yang hidup di daerah pelosok tidak memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan
fisik maupun non fisik yang memadai. Tidak dapat dipungkiri bahwa upaya yang
dilakukan untuk perawatan kesehatan di Indonesia masih belum maksimal. Stigma-
stigma yang keliru mengenai kesehatan pun seringkali tumbuh di kalangan masyarakat
yang tidak terjangkau informasi dan fasilitas kesehatan. Akibatnya, Implementasi
paradigma sehat yang sesungguhnya belum dapat tercapai secara merata di seluruh
lapisan masyarakat Indonesia.

3
Dalam banyak permasalahan kesehatan yang harus segera diatasi oleh
pemerintah, masyarakat pun perlu turut aktif mewujudkan keberhasilan dalam
pembangunan sektor kesehatan. Masyarakat tersebut layaknya Mahasiswa yang
memiliki peran penting sebagai kontrol sosial melalui gagasan dan inovasi dalam
pengabdian kepada masyarakat juga membawa bukti konkret dari pengalaman belajar
dengan metodologi ilmiah. Sebagai kaum muda intelektual yang berhasil menempuh
pendidikan hingga perguruan tinggi, Mahasiswa dituntut untuk mengambil peran aktif
di masyarakat dan menebar kebermanfaatan bukan hanya sekadar untuk dirinya sendiri
tapi juga kepada orang banyak. Tentunya banyak cara yang dapat dilakukan Mahasiswa
untuk berkontribusi kepada masyarakat, salah satu cara yang sering dilakukan adalah
dengan membentuk komunitas Mahasiswa.

Menurut Suardi (2018: 3), komunitas adalah kumpulan individu yang terikat
oleh perekat sosial dengan berbagai ciri khas. Komunitas mahasiswa terbentuk karena
adanya keinginan yang sama dari suatu kumpulan Mahasiswa untuk bergerak dalam
bidang tertentu. Sebuah komunitas Mahasiswa memungkinkan Mahasiswa yang
tergabung didalamnya bekerjasama dan membuat gerakan besar di suatu bidang
dengan adanya kontribusi satu sama lain yang memiliki tujuan yang sama. Maka dari
itu, sebuah potensi besar yang dapat diupayakan untuk mencapai kesehatan nasional
yang maksimal adalah dengan melibatkan peran Mahasiswa Kesehatan. Mahasiswa
Kesehatan adalah Mahasiswa yang mengambil pendidikan yang berhubungan dengan
profesi tenaga kesehatan, di antanya yaitu Mahasiswa Kedokteran, Mahasiswa
Kedokteran Gigi, Mahasiswa Farmasi, Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Mahasiswa
Keperawatan, Mahasiswa Kebidanan, Mahasiswa Ilmu Gizi dan Mahasiswa Psikologi.

Mahasiswa Kesehatan selayaknya memiliki satu kesamaan tujuan yaitu


menyumbangkan kontribusi mereka kepada sektor kesehatan di Indonesia. Dengan
kesamaan tersebut, Mahasiswa Kesehatan harus memiliki sesuatu yang dapat
merekatkan dan mewujudkan cita-cita kesehatan tersebut secara bersama-sama dalam
bentuk Komunitas Mahasiswa Kesehatan Indonesia. Mahasiswa Kesehatan diharapkan
mampu mengimplementasikan pengalaman belajar mereka kepada kondisi nyata

4
berupa masalah kesehatan yang tengah dihadapi Indonesia saat ini. Disamping itu,
Mahasiswa Kesehatan dapat memiliki pengalaman yang nyata di lapangan yang
memberikan mereka pengetahuan akan peluang dan tantangan sesungguhnya untuk
dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, sehingga nantinya, dalam mengemban
profesi sebagai tenaga kesehatan, Mahasiswa Kesehatan mempunyai perspektif dan
pengetahuan lebih dalam akan kondisi kesehatan sesungguhnya yang dihadapi
Indonesia. Dengan demikian, masalah pemerataan kesehatan demi meningkatkan
perkembangan dan kualitas generasi Z ini dapat diatasi dengan salah satu inovasi yang
melibatkan peran Mahasiswa Kesehatan Indonesia, yaitu Jamu COZY.

Jamu COZY (Corners of Gold Zeneration) adalah sebuah program inovatif


dengan pendekatan edukatif dan praktikal yang melibatkan inisiatif mahasiswa
kesehatan di Indonesia untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan dalam
pencegahan penyakit (preventif) dan penyembuhan penyakit (kuratif) kepada
masyarakat khususnya anak-anak dan pemuda di pelosok Indonesia. Program ini
bertujuan bukan hanya untuk melakukan pencegahan dan penyembuhan penyakit,
tetapi juga untuk melakukan upaya peningkatan kesehatan (promotif) pada lingkungan
masyarakat pelosok dan membantu daerah-daerah pelosok untuk mendapatkan akses
kesehatan yang memadai. Fokus pada program ini dirancang untuk menjadi alih
pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya pemuda atau remaja sebagai generasi
yang akan menjadi teladan bagi generasi yang terus lahir dalam membangun upaya
kesehatan yang lebih baik di daerah dengan tetap mempertahankan bentuk metode
budayanya masing-masing tetapi juga tetap didukung dengan studi empiris.

Teknis pelaksanaan program Jamu COZY diawali dengan pembagian setiap


divisi (tim) yang akan ditujukan ke daerah pelosok yang telah ditentukan bagi setiap
tim. Misi utama dalam program ini adalah setiap tim relawan dari Komunitas
Mahasiswa Kesehatan Indonesia tersebut harus betul-betul paham mengenai situasi dan
kondisi masyarakat dan budaya dalam segi kesehatan masing-masing daerah tujuannya
sebelum melakukan pengabdian kepada masyarakat secara langsung. Bentuk konkret
yang dilakukan adalah melakukan riset suatu daerah mendalam dengan menggunakan

5
analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat), yang menunjukkan
kelebihan, kekurangan, peluang, dan tantangan yang dimiliki suatu daerah. Setelah
setiap tim sudah siap untuk terjun ke lapangan secara nyata, maka para relawan harus
mengabdi selama 3-4 minggu yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masing-masing daerah pelosok. Pendekatan edukatif dan praktikal yang dilakukan oleh
para relawan kepada para remaja dan pemuda dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
dalam program Jamu COZY antara lain, penelitian kebutuhan lanjutan, menggelar
tenda klinik kesehatan, pelayanan konsultasi kesehatan, vaksinasi masyarakat,
pemberian gizi seimbang pada ibu hamil dan anak, mewujudkan akses air bersih &
sanitasi yang layak, kerja bakti & melakukan penghijauan, edukasi perilaku hidup
bersih & sehat yang sederhana, edukasi pertolongan pertama pada kecelakaan, edukasi
bahaya NAPZA dan pergaulan bebas, edukasi gizi seimbang, pembangunan Posyandu,
praktik kebidanan, edukasi jamu sebagai obat tradisional, eksplorasi tanaman obat,
praktik membuat jamu yang baik & teruji, dan evaluasi kondisi kesehatan masyarakat.

Salah satu keunggulan dalam program Jamu COZY adalah memiliki manfaat
untuk memantik dan memperluas khazanah ilmu pengetahuan kepada masyarakat
khususnya remaja dan pemuda di pelosok akan kekayaan negara Indonesia yang
menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Ribuan jenis tumbuhan tropis yang
tumbuh dengan subur di seluruh pelosok negeri harus diketahui manfaat dan khasiatnya
untuk kesehatan sehingga dapat dikembangkan menjadi obat tradisional oleh
masyarakat di seluruh penjuru Indonesia. Salah satu obat tradisional yang sering
dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia adalah jamu. Pengertian jamu dalam
Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan serian (generik), atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Berdasarkan pengertian jamu tersebut, masyarakat khususnya remaja dan
pemuda pelosok dapat menemukan bahan dari alam sekitarnya yang mudah untuk
dijadikan jamu sebagai obat dalam perawatan kesehatan di pelosok. Penelitian dan

6
pengembangan yang efektif terhadap pembuatan jamu juga diperlukan agar seluruh
masyarakat lokal di pelosok dapat meningkatkan kualitas dan mutu jamu yang
dihasilkan, serta pengujian yang dilakukan agar masyarakat terlindung dari obat
tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Relawan yang
tergabung dalam Komunitas Mahasiswa Kesehatan Indonesia dapat melakukan upaya
tersebut untuk membantu pemerintah di bidang pemeliharaan kesehatan masyarakat
dan melestarikan jamu sebagai kearifan lokal.

Pada masa kini, bukan hanya upaya Pemerintah yang diandalkan dalam
mewujudkan kesehatan nasional, tetapi juga diperlukan kerjasama dari seluruh pihak
khususnya Mahasiswa Kesehatan yang memiliki potensi besar untuk mengatasi
berbagai masalah kesehatan di Indonesia. Dengan program Jamu COZY ini, Mahasiswa
Kesehatan memiliki kesempatan untuk turut andil ke seluruh penjuru pelosok dan
mewujudkan pengembangan daerah dalam pelayanan kesehatan di Indonesia melalui
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,
serta menyediakan bantuan fasilitas kesehatan masyarakat.

Mereka yang sehat memiliki banyak harapan, disaat mereka yang sakit hanya
memiliki satu harapan. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa untuk mampu memiliki
akses dan fasilitas kesehatan yang memadai adalah sesuatu yang tidak mudah untuk
digapai bagi sebagian masyarakat. Akibatnya, masalah-masalah tersebut dapat
menghambat upaya pembangunan kesehatan nasional dan memengaruhi tumbuh
kembang generasi calon penerus bangsa di pelosok negeri apabila tidak segera diatasi
secara merata. Maka dari itu, upaya yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan sistem pelayanan kesehatan dalam skala nasional di Indonesia bukan
hanya menjadi tanggung jawab lembaga pemerintahan yang bertugas untuk
memberikan pelayanan, tetapi masyarakat khususnya Mahasiswa Kesehatan dengan
komunitasnya di Indonesia perlu menjalar ke seluruh penjuru negeri untuk ikut andil
dalam menghubungkan, mengarahkan, memeratakan, dan menyempurnakan pelayanan
kesehatan demi kualitas hidup seluruh rakyat dan generasi muda Indonesia yang lebih
baik di masa depan.

7
DAFTAR PUSTAKA
KEMENKES RI. “Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang yang
Optimal.” Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, 11 February 2011,
https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/021113-kebutuhan-dasar-anak-
untuk-tumbuh-kembang-yang-optimal#.
KEMENKES RI. “Kenali Masalah Gizi yang Ancam Remaja Indonesia.”
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 15 May 2018,
https://www.kemkes.go.id/article/view/18051600005/kenali-masalah-gizi-
yang-ancam-remaja-indonesia.html. Accessed 12 July 2023.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. “Masalah dan Tantangan
Kesehatan Indonesia Saat Ini.” Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 15
March 2022, https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/masalah-dan-
tantangan-kesehatan-indonesia-saat-ini. Accessed 12 July 2023.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. “Permenkes 003 2010 Saintifikasi
Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan.” PERATURAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :
003/MENKES/PER/I/2010, 2010. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
https://farmalkes.kemkes.go.id/unduh/permenkes0032010saintifikasi-jamu-
dalam-penelitian-berbasis-pelayanan-kesehatan/.
PSKP Kemdikbudristek. “Gen Z Dominan, Apa Maknanya bagi Pendidikan
Kita?” Gen Z Dominan, Apa Maknanya bagi Pendidikan Kita?, 04 Februari
2023, https://pskp.kemdikbud.go.id/produk/artikel/detail/3133/gen-z-
dominan-apa-maknanya-bagi-pendidikan-kita.
Suardi. Sosiologi Komunitas Menyimpang. Yogyakarta, Writing Revolution,
2018. https://books.google.co.id/,
https://books.google.co.id/books?id=F9kKEAAAQBAJ&pg=PA84&hl=id&s
ource=gbs_selected_pages&cad=2#v=onepage&q&f=false.

8
Timor, Lucyana Ratna. “Pemerataan Tenaga Kesehatan di Seluruh Indonesia.”
Pemerataan Tenaga Kesehatan di Seluruh Indonesia, 2022. OSF Pre Prints,
https://osf.io/9ahgq.
UNICEF Indonesia. Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan
Tantangan Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta, United Nations
Children’s Fund, 2020,
https://www.unicef.org/indonesia/sites/unicef.org.indonesia/files/2020-
07/Situasi-Anak-di-Indonesia-2020.pdf.

Anda mungkin juga menyukai