Anda di halaman 1dari 52

Upaya Peningkatan Kualitas

Prasarana Satuan Pendidikan


untuk Mengurangi Resiko
Bencana

Direktorat Prasarana Strategis


Direktorat Jenderal Cipta Karya
18 Maret 2022
1 Gambaran Bencana dan Dampaknya Pada
Bangunan Gedung di Indonesia

2 Dasar Penugasan

OUTLINE 3 Mekanisme Penanganan

4 Penanganan Sarana Prasarana Pendidikan

5 Tantangan

6 Rekomendasi
GAMBARAN BENCANA DAN DAMPAKNYA PADA
BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA
*Sumber : https://gis.bnpb.go.id/ diakses tanggal 16 Maret 2022

Berdasarkan data Kejadian Bencana Per Provinsi Tahun 2022*, telah tercatat 954 kejadian bencana di
Indonesia dimana bencana banjir dan cuaca ekstrim menjadi bencana yang paling banyak terjadi dan telah
berkontribusi pada kerusakan di 332 fasilitas Pendidikan di Indonesia
Data Kerusakan Prasarana Pendidikan Akibat Gempa

Berdasarkan data kerusakan prasarana Pendidikan yang diterima oleh PUPR akibat bencana gempa bumi antara
lain :

112 855 105 251


Unit Unit Unit Unit

Pidie Jaya dan Bireun, Lombok, Sulawesi Tengah Sulawesi Barat


Aceh Nusa Tenggara Barat
Kerusakan yang terjadi Akibat Bencana (1-2)

Keruntuhan dinding akibat tidak adanya pengikat pada dinding ke struktur utama
(kolom dan balok)
Kerusakan yang terjadi Akibat Bencana (2-2)

Keruntuhan bangunan akibat struktur utama bangunan Keruntuhan penutup plafond akibat spesifikasi dan
(kolom dan balok) tidak ada atau tidak mampu menahan pemasangan rangka plafon yang tidak benar
beban gempa
Penyebab Kerusakan (1-3)

Tidak sesuai
persyaratan
keandalan
Penyebab Kerusakan (2-3)
Penggunaan agregat/split bulat
(NABIRE)

SEHARUSNYA

Kontrol
di lapangan
masih kurang
Penggunaan tulangan bekas
(SUMBAR)

Jumlah dan ukuran


tulangan yang tidak Pembesian hubungan sudut yang
memadai keliru
(BENGKULU) (YOGYAKARTA)
Penyebab Kerusakan (3-3)
Rendahnya mutu bahan dan pelaksanaan di lapangan

(Source: Dr. Krishina S. Pribai ITB)

■ Kuat tarik tulangan ■ Kualitas beton ■ Kualitas bata


Pemakaian bahan dan diameter Untuk “non engineering Standar minimum kekuatan bata
tulangan harus memenuhi SNI building”, mutu beton harus > Klass III, harus setara 25 kg/cm2.
dan Pedoman Persyaratan K-125
Teknis
DASAR PENUGASAN
Latar Belakang Penugasan
18 Juli 2018 2019 2020

Pusat Pengembangan Sarana PPSPPOP berubah


Prasarana Pendidikan, nomenklatur menjadi
Olahraga dan Pasar Direktorat Prasarana
(PPSPPOP) terbentuk Strategis berdasarkan
berdasarkan Peraturan Peraturan Menteri PUPR
Kementerian PUPR Menteri PUPR Nomor 03 Nomor 13 Tahun 2020
menerima amanah dari Tahun 2019
Presiden untuk
melaksanakan kegiatan
pembangunan sarana Berada dibawah Berada dibawah
dan prasarana guna Koordinasi Direktorat Direktorat Jenderal
Jenderal Cipta Karya Cipta Karya
menunjang penguatan
SDM
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan terkait Penugasan
Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pembangunan, Rehabilitasi, atau Renovasi Pasar Rakyat, Prasarana Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dan Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan K/L Terkait Peraturan terkait Bangunan Gedung


Peraturan Menteri Undang-Undang • Permen PU Nomor 29 Tahun 2006
• Permen PU Nomor 24 Tahun 2008
Pendidikan Nasional Nomor Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
• Permen PUPR Nomor 14 Tahun
24 Tahun 2007 2017
tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk • Permen PUPR Nomor 22 Tahun
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Peraturan Pemerintah
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah 2018
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah
Nomor 36 Tahun 2005 • SE DJCK 47 Tahun 2020
tentang Peraturan Pelaksanaan UU
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) • SNI terkait Bangunan Gedung
Nomor 28 Tahun 2001
MEKANISME PENANGANAN
Kriteria Penanganan Prasarana Pendidikan
oleh Kementerian PUPR

Sesuai Peraturan Presiden


Nomor 43 Tahun 2019

01
tentang Pembangunan, Rehabilitasi, atau Renovasi
Pasar Rakyat, Prasarana Perguruan Tinggi Keagamaan
Islam, dan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
SEKOLAH/MADRASAH NEGERI

TIDAK SEDANG MENDAPAT BANTUAN PENDANAAN


( Baik dari dana DAK, APBD dan/atau CSR )
02

Pemerintah Daerah
membuat Surat
BERADA DI LOKASI / LAHAN MILIK NEGARA
(Clean & Clear) 03
Pernyataan :
1. Mempermudah
proses perizinan
2. Menerima asset
3. Mengalokasikan
PRIORITAS
1. RUSAK BERAT (memiliki minimal 1 ruang kelas rusak berat) 04
anggaran untuk
pemeliharaan aset
2. Berada di Wilayah 3T atau Desa Berkembang
(Tertinggal, Terdepan & Terluar Sesuai Peraturan Presiden No. 131/2015)
Konsep Penanganan Prasarana Pendidikan
oleh Kementerian PUPR
• KM/Toilet → mendukung
pola PHBS
• Wastafel/Sarana Cuci
Tangan → mendukung pola
PHBS
• Tempat sampah →
mendukung pemilahan
sampah & PHBS
• Lapangan olahraga sekaligus
upacara
• Fasilitas pendukung lainnya

PBG/IMB dan SLF


Pola Penanganan Prasarana Pendidikan
oleh Kementerian PUPR
Usulan* Survey & Verifikasi
Verifikasi
Seluruh usulan penanganan (Daftar Nominatif)
Teknis
Administrasi
prasarana Pendidikan harus Diajukan oleh
melalui proses verifikasi oleh Kemendikbud Kemen PUPR Kemen PUPR. Kemendikbud Ristek,
Kemedikbud Ristek/Kemenag Ristek/Kemenag Kemenag./ Kanwil Penetapan Penanganan
(Daftar Definitif I)
01 02 03 Jika sesuai kriteria dan selanjutnya Penetapan
sekolah oleh Kementerian PUPR dan

04
Kemendikbud Ristek/Kemenag beserta ruang
Proses Penetapan Verifikasi & lingkup penanganannya atas rekomendasi
Kemenag/Kemendikbud Ristek
Pembahasan
Pelelangan Daftar Perencanaan
Definitif II Tim Teknis dari Unsur
Dit. PS, Balai. Satker.
Siap Lelang oleh Kemendikbud Ristek.
Perencanaan Teknis
05
Kementerian PUPR Kemenag dan Unsur
Dinas / Kanwil
Oleh Kementerian PUPR melalui Dit. PS dan

08 07 06
Balai

Pelaksanaan
Pembangunan
09 Pelaksanaan Serah Terima Pemanfaatan
Ket:
• Daftar Nominatif ialah daftar lokasi nominasi
monev ASSET sekolah/madrasah dari Kemendikbud dan Kemenag
untuk dilakukan pembangunan/rehabilitasi.
• Daftar Definitif 1 ialah daftar lokasi sekolah/madrasah
Pendampingan
BPKP 10 hasil konsolidasi yang belum ditangani melalui sumber
pendanaan lain dan telah dinyatakan termasuk dalam
11 12 13 klasifikasi rusak berat.
• Daftar Definitif 2 ialah daftar lokasi sekolah/madrasah
yang dinyatakan siap lelang dan RC telah terpenuhi.
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS
PRASARANA PENDIDIKAN
Mewujudkan Prasarana Pendidikan Aman Bencana
Guna memastikan bahwa bangunan prasarana Pendidikan aman bencana, maka penyediaan prasarana Pendidikan perlu memenuhi standar teknis
bangunan Gedung yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021, yaitu :

Ketentuan Tata Bangunan dan Lingkungan Ketentuan Keandalan Bangunan Gedung


1. Kesesuaian pemanfaatan bangunan gedung terhadap fungsi
bangunan gedung Ketentuan Keselamatan Bangunan Gedung
2. Kesesuaian intensitas bangunan gedung
Ketentuan Kesehatan Bangunan Gedung
3. Pemenuhan persyaratan arsitektur bangunan gedung
4. Pemenuhan persyaratan pengendalian dampak lingkungan
Ketentuan Kenyamanan Bangunan Gedung
5. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
6. Pembangunan Bangunan Gedung diatas dan/atau dibawah Ketentuan Kemudahan Bangunan Gedung
tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum
Fasilitas Pendukung Pendidikan Aman Bencana

Konstruksi tahan gempa Guiding block pada selasar Lap. Upacara + Lap. Olahraga + Evakuasi

Ramp Disabilitas dan Wastafel, pintu mengarah keluar Pedestrian/Jalur Pejalan Kaki Toilet Siswa Laki-Laki dan Perempuan
Arahan Kebijakan Penanganan Prasarana Pendidikan
di Era Pandemi Covid-19

• Memastikan tenaga pendidik dan peserta didik tetap


aman ketika terjadi bencana. Bangunan dibangun
sesuai standar teknis, untuk memastikan kekuatan struktur
dapat terjamin pasca bencana.

• Sarana Prasarana pendidikan tetap dapat beroperasi


ketika terjadi bencana (resilience). Misalkan, telah
dibangun wastafel pada pembangunan sekolah untuk
mengantisipasi Covid-19). Pembangunan titik-titik tempat
cuci tangan dan toilet sebagai desain adaptif terhadap
COVID-19

• Proses belajar mengajar dapat tetap berlangsung karena


didukung oleh fasilitas minimum yang memadai walaupun
terjadi bencana.
SIDLa(P)COM Sekolah
SURVEY
PROCUREMENT
Standarisasi metode dan instrumen survey sesuai
dengan SE Dirjen CK No. 47 / 2020. Hal ini berlaku 1. Pengendalian JUMLAH PAKET dengan mempertimbangkan
untuk kegiatan yang akan didanai oleh APBN Kementerian EFISIENSI biaya, EFEKTIVITAS pelaksanaan pekerjaan, terutama di
PUPR maupun DAK Kemendikbud. Ke depan, instrumen daerah 3T, serta STRATEGI PENINGKATAN MUTU melalui
akan ditetapkan melalui Permen PUPR dan berlaku juga PENGGABUNGAN obyek penanganan dalam 1 atau bbrp kabupaten
untuk kegiatan yang didanai APBD di seluruh Indonesia. dalam 1 provinsi.
2. Peningkatan MUTU DOKUMEN LELANG melalui verifikasi dokumen
lelang dan RPB.
IDENTIFIKASI 3. Konsolidasi Lelang melalui penerbitan SPL (Surat Perintah Lelang)
Standarisasi metode dan instrumen IDENTIFIKASI
PENILAIAN KERUSAKAN sesuai dengan SE Dirjen CONSTRUCTION
CK No. 47 / 2020. Hal ini berlaku untuk kegiatan yang 1. Menerapkan Prinsip 5T
akan didanai oleh APBN Kementerian PUPR maupun DAK 2. Proses PAM dan PCM didampingi oleh Tim Pusat.
Kemendikbud. Instrumen dilengkapi dengan e-book dan 3. Kontrak disaksikan oleh Direktur / KSD Wilayah, baik secara
video tutorial agar lebih mudah dipahami oleh pelaksana langsung maupun daring.
dengan pengetahuan teknis terbatas. 4. Pengendalian Adendum dan pekerjaan Tambah Kurang.
Ke depan, instrumen akan ditetapkan melalui Permen 5. Pengendalian pekerjaan KRITIS atau STRATEGIS.
PUPR dan berlaku juga untuk kegiatan yang didanai APBD 6. Proses SCM II dan seterusnya didampingi Tim Pusat.
di seluruh Indonesia. 7. Pembahasan progress secara berkala.
8. Pengawasan dan pengendalian oleh Tim Pusat secara berkala.
9. MC-100 dan PHO didampingi Tim Pusat secara random sampling.
DESAIN 10. Penerapan BIM (Building Information Modelling)
Standarisasi SPESIFIKASI dan PROTOTYPE sesuai
dengan SE Dirjen CK No. 47 / 2020. Pengembangan OPERATION & MAINTENANCE
desain dapat disesuaikan dengan kondisi tapak yang ada 1. Proses serah kelola / pemanfaatan asset pasca
dan arsitektur lokal pada bagian facade. Hal ini berlaku PHO melalui Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan
untuk kegiatan yang akan didanai oleh APBN Kementerian 2. Percepatan serah terima / hibah asset, baik ke
PUPR maupun DAK Kemendikbud. Ke depan, desain akan K/L maupun Pemda (maksimal H +1)
ditetapkan melalui Permen PUPR dan berlaku juga untuk 3. Mendorong penerima manfaat mengalokasikan
kegiatan yang didanai APBD di seluruh Indonesia, biaya pemeliharaan yang memadai.
termasuk implementasi BIM sejak tahap PERENCANAAN.
LANGKAH PENANGANAN
Evaluasi Kerusakan

Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No. 22 Tahun 2018 tentang


Bangunan Gedung Negara, kerusakan bangunan dapat
dikelompokkan menjadi 3 tingkat, yaitu:

Kerusakan Ringan (≤ 30%) Kerusakan Ringan

Kerusakan Ringan adalah kerusakan yang terjadi pada bagian non


struktural, seperti atap, plafon, lantai dan dinding.

Kerusakan Sedang (> 30% - 45%)


Kerusakan Sedang adalah kerusakan yang terjadi pada bagian Kerusakan Sedang

struktural dan non struktural dengan tingkat minor.

Kerusakan Berat (> 45%)


Kerusakan Berat adalah kerusakan yang terjadi pada bagian
struktural dan non struktural.
Kerusakan Berat
Form Penilaian Kerusakan Sekolah
Dalam Surat Edaran Nomor 47 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis
Standardisasi Desain dan Penilaian Kerusakan Sekolah dan Madrasah telah
tercantum form dan tata cara penilaian kerusakan sekolah yang terdiri
dari :

1 Formulir Penilaian Kerusakan Bangunan 1 Lantai


(Form A)

2 Formulir Penilaian Kerusakan Bangunan 2 Lantai dan


Bangunan Panggung
(Form B)

3 Formulir Penilaian Kerusakan Bangunan >2 Lantai


(Form C)

Hasil dari penilaian kerusakan menjadi justifikasi teknis penentuan


rencana penanganan sekolah berupa Bongkar-Bangun Baru atau
Rehabilitasi/Renovasi
Tata Cara Penilaian Kerusakan Sekolah

TAHAP 1
Pengisian kolom kerusakan berdasarkan
Pengamatan visual ada / tidaknya
kerusakan dan indikasi dampak kerusakan
terhadap keselamatan pemanfaatan
ruangan / bangunan

TAHAP 2
Perhitungan Volume : 7 TINGKAT
KLASIFIKASI
1. Tidak Rusak (Klasifikasi 1)
2. Rusak Sangat Ringan (Klasifikasi 2)
3. Rusak Ringan (Klasifikasi 3)
4. Rusak Sedang (Klasifikasi 4)
5. Rusak Berat (Klasifikasi 5)
6. Rusak Sangat Berat (Klasifikasi 6)
7. Komponen Tidak sesuai/ Tidak ada
(Klasifikasi 7)
Formulir
FORM A Penilaian
Kerusakan
Bangunan 1
Lantai
Formulir

FORM B
Kerusakan
Bangunan 2 Lantai
dan Bangunan
Panggung
FORM C
Formulir
Kerusakan
Bangunan >= 3
Lantai
Penanganan Rehabilitasi dan Renovasi
Prasarana Pendidikan
Renovasi/Rehabilitasi ruang kelas baik
ruang kelas rusak berat maupun rusak
ringan/sedang

Renovasi/Rehabilitasi ruang guru,


perpustakaan, dan ruang pendukung
lainnya

Renovasi/Rehabilitasi drainase, toilet dan


air bersih

Penataan lapangan upacara (dapat


dimanfaatkan untuk lapangan olahraga)

Renovasi/Rehabilitasi pembuatan pagar


sekolah
Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis
Dalam Surat Edaran Nomor 47 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis
Standardisasi Desain dan Penilaian Kerusakan Sekolah dan Madrasah dijelaskan
bahwa penanganan sarana pendidikan dapat dilakukan dengan tiga metode
konstruksi, yaitu :

1 Sistem Konstruksi Konvensial

2 Sistem Konstruksi RISHA

3 Sistem Konstruksi Kayu


Sistem Konstruksi Konvensional
Sistem Konstruksi Konvensional

Struktur bangunan konvensional telah mempertimbangkan wilayah gempa ambang bawah, ambang tengah, dan
ambang atas sesuai dengan SNI 1726 : 2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
Sistem Konstruksi Konvensional
Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan material struktur konstruksi tahan gempa sesuai SNI 2847 : 2019, antara
lain :

1 BETON
2 BAJA TULANGAN
• Dinyatakan dalam fc’ dengan satuan MPa • Harus berulir (BjTS)
• Mutu beton struktural tahan gempa tidak disarankan • Dapat berupa baja karbon (ASTM A615M), baja alloy rendah
lebih rendah dari fc’ 21,7 MPa. (ASTM A706M), baja as dan baja rel (ASTM A996M, dan harus
bertipe R), baja nirkarat (ASTM A966M), atau baja karbon
kromium rendah (ASTM A1035M)
Sistem Konstruksi Konvensional
Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan material struktur konstruksi tahan gempa sesuai SNI 2847 : 2019, antara
lain :

3 PEMASANGAN SENGKANG 4 PEMASANGAN ANGKUR/PENGIKAT


• Pemasangan bagian ujung tulangan Sengkang pada ANTAR ELEMEN STRUKTURAL
sloof, kolom, dan balok keliling/ring harus ditekuk • Pemasangan angkur pada pondasi ke balok
paling sedikit 75 mm dengan sudut 135⁰ pengikat/sloof berjarak paling jauh 1 m dengan
diameter 12 cm
• Ikatan antara sloof dan kolom menggunakan tulangan
kolom yang dibengkokkan ke dalam sloof dengan
panjang tulangan paling pendek 40 x diameter
tulangan
• Pemasangan angkur pada kolom ke dinding berjarak 6
lapis bata dengan diameter angkur 10 mm dan
Panjang minimal 40 cm
• Pemasangan angkur pada gunung-gunung berjarak 6
lapis bata dengan diameter angkur 10 mm dan
Panjang minimal 40 cm
• Ikatan antara kolom dan balok keliling/ring
menggunakan tulangan kolom yang dibengkokkan ke
dalam balok keliling/ring dengan panjang tulangan
paling pendek 40 x diameter tulangan
Sistem Konstruksi Konvensional
ILUSTRASI PEMASANGAN ANGKUR/PENGIKAT ANTAR ELEMEN STRUKTURAL
Sistem Konstruksi RISHA

Prototipe struktur bangunan


RISHA ini didesain dengan
memenuhi persyaratan yang
diterapkan pada Kategori Desain
Seismik D pada SNI 1726:2019
Sistem Konstruksi Kayu

Sistem konstruksi kayu tetap


menjadi salah satu pilihan
dalam prototipe desain sarana
pendidikan dengan
mempertimbangkan lokasi
beberapa wilayah yang cukup
sulit mengakses material
bangunan lainnya.

Penggunaan struktur kayu


mengacu pada SNI 7973 :
2013, Spesifikasi Desain untuk
Konstruksi Kayu
DESAIN ADAPTIF
ERA PANDEMI COVID-19

Pilihan layout toilet dengan akses menuju kamar mandi/WC


tanpa pintu guna meminimalkan sentuhan dengan objek lain
sesudah bercuci tangan

Penyediaan sistem penghawaan alami yang SDN 06 Nangka Kab. Landak


memungkinkan adanya sirkulasi silang sehingga udara
yang ada di dalam ruangan selalu berganti Penyediaan sarana cuci tangan (wastafel) di setiap depan ruang kelas
Penanganan Rehabilitasi dan Renovasi
TERTIB PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG
PERSYARATAN LAHAN PERSYARATAN BANGUNAN
1. Lahan terhindar dari potensi bahaya dan memiliki akses 1. Bangunan memenuhi ketentuan KDB, KLB, Ketinggian
untuk penyelamatan Maksimum, dan Jarak Bebas Bangunan yang diatur
2. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak dalam peraturan terkait
berada di dalam garis sempadan sungai, pantai, danau 2. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan,
dan jalur kereta api. kesehatan, kenyamanan, dan keamanan yang diatur
3. Lahan terhindar dari Pencemaran air, Kebisingan, dalam peraturan dan standar yang berlaku
Pencemaran udara. 3. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang
4. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi difabel
dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang 4. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan
Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang lebih 5. Bangunan bertingkat maksimum 3 lantai
rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan 6. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang,
tanah dari Pemerintah Daerah setempat. dilaksanakan, dan diawasi secara profesional
5. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau 7. Bangunan dilengkapi IMB dan SLF sesuai dengan
memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas peraturan yang berlaku
tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 8. Bangunan sekolah/madrasah baru dapat bertahan
yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun minimum 20 tahun
Persyaratan Administrasi Bangunan Gedung
IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) / PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG (PBG)
Penanganan Rehabilitasi dan Renovasi
SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
Kebijakan Pelaksanaan Konstruksi
PELAKSANAAN MONITORING dan EVALUASI
Sistem Informasi Dit Prasarana Strategis (e-dps) Drone dan cctv

Drone Monitoring System

CCTV Monitoring System


OPTIMALISASI PELAKSANAAN BIM

TUJUAN IMPLEMENTASI MANFAAT IMPLEMENTASI


Prototipe BIM dalam Rangka Percepatan
Sistem Konstruksi Konvensional Sistem Konstruksi RISHA Sistem Konstruksi Kayu
Prototipe BIM untuk sistem konstruksi
konvensional tersedia untuk bangunan 1
lantai dan 2 lantai
Pelaksanaan Konstruksi di Era Pandemi
Instruksi Menteri PUPR Nomor 02 Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum
Tahun 2020 tentang Protokol Pencegahan dan Perumahan Rakyat Nomor
Penyebaran Corona Virus Disease 2019
18/SE/M/2020 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Tatanan Dan Adaptasi Kebiasaan
(Covid-19) Dalam Penyelenggaraan Jasa
Baru (New Normal) Dalam Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi Konstruksi
TANTANGAN
1 Lokasi yang tidak mudah dijangkau

Kurangnya Ketersediaan Material Berkualitas di


2 Lokasi Penanganan

Kualitas Tim Perencana, Kontraktor, dan


3 Pengawas yang Kurang Kompeten

Pemahaman terhadap Peraturan terkait


4 Bangunan Gedung yang Kurang Baik

5 Rendahnya pemahaman terkait standar


teknis bangunan gedung
REKOMENDASI
Penerapan tertib penyelenggaraan bangunan
1 gedung (pemenuhan persyaratan administrasi
dan teknis bangunan gedung)
Pembangunan gedung harus dirancang,
2 dilaksanakan, dan diawasi secara profesional

Menerapkan Standar Teknis dan Capacity Building


3 bagi konsultan perencana, kontraktor, dan
konsultan pengawas

Menggalakkan sosialisasi terkait peraturan


4 gedung dan implementasinya

5 Meningkatnya pemahaman terhadap standar teknis


bangunan gedung
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai