Anda di halaman 1dari 3

KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT

AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH


NURJATI CIREBON
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PJJ PAI
Alamat: Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Telp. (0231) 481264 Faks. (0231) 489926 Cirebon 45132
Website: web.syekhnurjati.ac.id/fitk Email: fItk@syekhnurjati.ac.id.

TUGAS PERTEMUAN 1

Nama : Faqihudin
NIM : 2281130209
Kelas : A5
Mata Kuliah : PAI Berbasis Moderasi Beragama
Dosen : Dr. Ardi Dwi Susandi, M.Pd

silakan tonton Video pada pertemuan 1, Kemudian catat apa yang menjadi kesimpulan dari
video tersebut!

1. Kesimpulan Video 1 https://www.youtube.com/watch?v=rODv9ZaVDkU

Surah Al-Baqarah ayat 143 difokuskan pada Pembahasan mengenai moderasi beragama,
yang menyatakan bahwa umat Islam diharapkan menjadi umat yang adil. Meskipun agama
Islam secara prinsip sudah moderat, Meskipun keagamaan Islam pada dasarnya sudah
mencerminkan sikap moderat, tantangannya terletak pada bagaimana umat Islam
mengimplementasikannya, namun perilaku umat dapat bertentangan dengan nilai-nilai
Islam. Oleh karena itu, peran aktif umat dalam mewujudkan pemaafan dalam kehidupan
sehari-hari menjadi sangat penting
Dalam menganalisis ayat tersebut, tiga poin utama ditekankan. Pertama, umat Islam
sebagai subjek pembicaraan diingatkan untuk mengadopsi sikap pemaaf. Walaupun
kepercayaan mereka telah menyatakan sikap moderat, pelaksanaannya bergantung pada
umat itu sendiri. Kedua, penggunaan kata "ja'ala" menyoroti bahwa sikap pemaafan tidak
hanya diberikan oleh Allah, tetapi juga memerlukan usaha aktif dari umat untuk
mewujudkannya. Moderasi diberikan sebagai potensi melalui keagamaan Islam, tetapi harus
diupayakan agar dapat diaktualisasikan sesuai dengan norma-norma Islam yang terdapat
dalam Al-Qur'an dan Sunnah..
Pentingnya usaha umat dalam mewujudkan moderasi, dengan mengacu pada konsep
"wasathan" yang juga berarti wasit. Seorang wasit harus bersikap moderat, dan analogi ini
diterapkan untuk menunjukkan bahwa sikap moderat tidak berlebihan atau kurang.
Selanjutnya membahas konsep "washatan", menyoroti bahwa menjadi moderat berarti tidak
berlebihan dan tidak kurang dalam segala hal.
Analogi makanan dari Al-Qur'an digunakan untuk menekankan pentingnya moderasi
dalam kehidupan sehari-hari. Allah menekankan agar umat tidak berlebihan, karena segala
sesuatu yang berlebihan tidak disukai-Nya. Pembicara juga mengaitkannya dengan ibadah,
mengutip nasehat Nabi kepada Abdullah bin Amr tentang puasa yang berlebihan.
Keseimbangan dalam ibadah diingatkan sebagai aspek penting dari moderasi beragama.
Dalam konsep adil dan wasathan, pembicara menyebutkan bahwa orang yang moderat
harus memiliki ketinggian moral dan kebesaran hati. Mereka diharapkan dapat menilai
secara fair dan tidak mudah digoyangkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Moderasi
beragama juga berarti adil dalam bersikap, tidak berlebihan terhadap yang benar, dan tidak
bersikap keras terhadap yang salah.
Secara keseluruhan, pesan yang disampaikan adalah bahwa moderasi beragama
memerlukan peran aktif umat Islam. Dengan menggali makna dari Surah Al-Baqarah ayat
143, pembicara memotivasi umat untuk berupaya mewujudkan moderasi dalam setiap
aspek kehidupan. Analisis yang mendalam terhadap konsep "wasathan" dan kaitannya
dengan adil serta ketinggian moral menjadikan moderasi sebagai pilar utama dalam
menjalankan ajaran Islam dengan baik dan sejalan dengan nilai-nilai agama.

2. Kesimpulan Video 2 https://www.youtube.com/watch?v=4p6aQ-ogQvQ

Dalam pembahasan mengenai prinsip dasar moderasi, terdapat dua elemen kunci yang
terus dipegang teguh, yaitu adil dan berimbang. Prinsip ini mendasari konsep moderasi
beragama, yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara berbagai aspek
kehidupan, seperti akal dan wahyu, jasmani dan roh, hak dan kewajiban, serta antara
kepentingan individual dan kemaslahatan komunal.
Pertama-tama, adil, seperti dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengacu
pada sikap yang tidak berat sebelah, berpihak kepada kebenaran, dan tidak sewenang-
wenang. Analoginya dapat ditemukan dalam peran seorang wasit dalam pertandingan, yang
memimpin dengan tidak memihak dan lebih berpihak pada kebenaran. Dalam konteks
moderasi beragama, adil mengajarkan kita untuk tidak memihak pada pandangan ekstrem,
tetapi selalu mencari titik temu yang adil dan seimbang.
Kedua, keseimbangan menjadi prinsip vital dalam moderasi beragama. Menurut
Muhammad Hasim Kamali, konsep kesimbangan dalam moderasi beragama berarti tidak
bersikap ekstrem pada pandangan agama, melainkan selalu mencari titik temu yang
seimbang. Wasathiyah, atau sikap moderat, dianggap esensi dari ajaran Islam.
Keseimbangan juga mencerminkan pandangan untuk melakukan sesuatu secukupnya, tidak
berlebihan atau kurang, serta tidak bersikap konservatif atau liberal secara berlebihan.
Moderasi beragama bukanlah konsep yang hanya terdapat dalam Islam, melainkan juga
ada dalam berbagai agama lainnya. Lebih lanjut, moderasi dipandang sebagai kebijakan
yang mendorong terciptanya harmoni sosial dan keseimbangan dalam kehidupan personal,
keluarga, dan masyarakat secara luas. Penerapan moderasi ini membutuhkan karakter
utama, seperti rendah hati, pengetahuan yang komprehensif, pengendalian emosi, dan
kemampuan untuk berpikir terbuka terhadap pandangan orang lain.
Dalam konteks kehidupan beragama, moderasi juga menuntut pemahaman teks
keagamaan secara komprehensif dan kontekstual. Pemahaman ini memerlukan
pengetahuan yang luas atas hukum-hukum agama dan kemampuan untuk melaksanakan
ibadah dengan memahami esensi ajaran agama tersebut. Seseorang yang memiliki
pengetahuan yang memenuhi kriteria ini akan lebih mampu membuka diri terhadap
keragaman dan perbedaan dalam masyarakat.
Terakhir, moderasi beragama menegaskan pentingnya inklusivitas dalam mendialogkan
berbagai keyakinan dan tradisi. Moderasi mendorong umat beragama untuk tidak bersifat
eksklusif, tetapi terbuka, adaptif, dan dapat bergaul dengan berbagai komunitas. Dengan
demikian, moderasi beragama dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketegangan dan
perbedaan dalam masyarakat, serta mempromosikan kesepakatan bersama dalam sebuah
negara.
Secara keseluruhan, moderasi beragama memainkan peran penting dalam menciptakan
harmoni sosial, menghindari ekstremisme, dan membangun masyarakat yang inklusif.
Prinsip dasar moderasi, yakni adil dan berimbang, memberikan landasan yang kuat untuk
menjaga keseimbangan antara berbagai elemen kehidupan dan mempromosikan sikap
yang terbuka terhadap perbedaan. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu dan
masyarakat untuk menerapkan prinsip moderasi ini guna menciptakan kehidupan yang lebih
damai dan harmonis.

Anda mungkin juga menyukai