Anda di halaman 1dari 2

MATERI KONSELING

Nama : BUNYAMIN Unit kerja : Kua Kecamatan Padaherang


Nip : 197203232014111001 Jabatan : Penyuluh Agama islam

KELUARGA HARMONIS
Allah swt telah menciptakan segala makhluk di atas muka bumi ini berpasang-pasangan. Ada
langit ada bumi, ada siang ada malam, ada air ada api, ada gelap ada terang, demikian pula ada
laki-laki dan perempuan. Semua ini merupakan ketentuan Allah sebagaimana disinggung dalam
Al-Qur’an. Allah swt berfirman:
‫َوِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َخ َلْقَنا َز ْو َج ْيِن َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن‬
Artinya: “Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran
Allah).” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 49)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, berdasarkan ayat di atas, hikmah Allah menciptakan
semua makhluk secara berpasang-pasangan adalah agar kita ingat dan selalu mengimani bahwa
hanya Allah yang tunggal dan tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang setara dengan-Nya.
(Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, [Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, 2018], juz VIII,
halaman 395).
Dalam ayat lain Allah juga menyampaikan bahwa Nabi Adam diciptakan seorang diri, kemudian
diciptakanlah Siti Hawa sebagai pasangannya. Ini semakin memperkuat bahwa setiap makhluk
di dunia ini, termasuk kita sebagai manusia, membutuhkan pasangan. Allah berfirman:
‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس اَّتُقْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم ِّم ْن َّنْفٍس َّواِحَدٍة َّو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج ااًل َك ِثْيًرا َّوِنَس ۤا ًء ۚ َو اَّتُق وا َهّٰللا اَّل ِذ ْي َتَس ۤا َء ُلْو َن‬
‫ِبٖه َو اَاْلْر َح اَم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقْيًبا‬
Artinya: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri
yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang
dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS. An-Nisa [4]: 1)
Salah satu tujuan agung Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan di dunia ini adalah
agar tercipta rasa nyaman dan damai. Andai Allah hanya menciptakan laki-laki saja di muka
bumi, niscaya kenyamanan dan kedamaian itu tidak terwujud, demikian juga sebaliknya
andaikan hanya ada perempuan saja di dunia ini. Allah sudah menegaskan ini dalam firman-Nya
yang berbunyi:
‫َوِم ْن ٰا ٰي ِتٖٓه َاْن َخ َلَق َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًجا ِّلَتْس ُك ُنْٓو ا ِاَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َّمَو َّد ًة َّوَر ْح َم ًةۗ ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن‬
Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-
pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia
menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum
[30]: 21)
Kata litaskunū ilaihā (supaya kalian merasa nyaman) pada ayat di atas secara tegas menunjukkan
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dari jenis mereka sendiri (manusia), adalah untuk
mewujudkan rasa tenteram. Kemudian, setelah ada sakīnah (rasa nyaman) antara keduanya,
maka hubungan akan semakin kuat dengan terwujudnya mawaddah (rasa cinta) dan raḥmah
(rasa sayang).
Sebab, sebagaimana Ibnu Katsir menegaskan dalam tafsirnya, mawaddah dan raḥmah
merupakan dua unsur penting yang menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga. Tentu,
semua ini bisa tercipta melalui ikatan pernikahan yang sah secara agama. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-
Qur’anil ‘Azhim, [Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, 2018], juz VII, h. 309)
Terwujudnya keharmonisan dalam rumah tangga sangat penting. Sebab, keluarga merupakan
lingkungan pertama dan paling pokok bagi setiap individu untuk menghadapi lingkungan sosial
yang lebih luas dan kompleks. Keluarga yang harmonis akan menciptakan sosok-sosok anggota
keluarga yang bisa mengaplikasikan keharmonisan itu di lingkungan lain seperti di tempat kerja,
sekolah, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, dalam satu hadits
diriwayatkan,
‫ َخْيُر ُك ْم َخْيُر ُك ْم َألْهِلِه َو َأَنا َخْيُر ُك ْم َألْهِلى‬:‫َع ْن َعاِئَشَة رضي هللا عنها َقاَلْت َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا صلى هللا عليه وسلم‬
Artinya: “Aisyah radhiyallāhu ‘anhā berkata, 'Rasulullah saw bersabda, ‘Sebaik-baik kalian
adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap
keluargaku.” (HR Tirmidzi)
Hadits di atas menunjukkan adanya prioritas dari Rasulullah tentang aktivitas seseorang
terhadap keluarganya. Banyak laki-laki dan wanita-wanita tangguh terlahir dari keluarga yang
harmonis, demikian pula tidak sedikit anak-anak yang berprestasi dididik dalam lingkungan
keluarga yang rukun. Oleh sebab itu tidak berlebihan jika disebut keberhasilan negara dalam
membangun kerukunan sangat dipengaruhi oleh sosok-sosok yang mampu menciptakan
keharmonisan dalam rumah tangganya sendiri.
Ada beberapa tips dalam menciptakan keluarga harmonis. Pertama adalah memilih pasangan
hidup yang tepat. Artinya, saat mencari calon suami atau istri, kita harus mengetahui betul-betul
latar belakangnya seperti apa. Jangan hanya kenalan di media sosial, atau sebatas tertarik karena
ketampanan wajah dan kekayaan tanpa peduli baik buruk sifatnya, kita langsung menyatakan
cinta dan berkomitmen ke hubungan yang lebih serius.
Ingat, pasangan hidup adalah orang yang akan menemani hari-hari kita dan sangat menentukan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Tentu, untuk mendapatkan pasangan hidup yang benar-benar baik harus dimulai dengan diri
sendiri dulu. Jika kita menginginkan pasangan yang saleh atau salehah, maka kita sendiri harus
menjadi pribadi yang demikian. Sebab, jodoh kita adalah cermin dari diri kita sendiri. Allah swt
berfirman,
‫َاْلَخ ِبْيٰث ُت ِلْلَخ ِبْيِثْيَن َو اْلَخ ِبْيُثْو َن ِلْلَخ ِبْيٰث ِۚت َو الَّطِّيٰب ُت ِللَّطِّيِبْيَن َو الَّطِّيُبْو َن ِللَّطِّيٰب ِۚت‬

Artinya: “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji
untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik
untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik
(pula).” (QS. An-Nur [24]: 26)
Contoh paling sederhana, sebagai sosok manusia yang memiliki akhlak mulia, Rasulullah saw
memperoleh Siti Aisyah menjadi pasangan hidupnya. Sudah tidak asing lagi bahwa Aisyah
merupakan sosok muslimah tangguh yang banyak berkontribusi besar dalam penyebaran agama
Islam fase awal dan menjadi pendamping dakwah Rasulullah yang hebat.
Kemudian, keharmonisan rumah tangga juga bisa terwujud dengan kamatangan antar kedua
pasangan. Jangan sampai, misalkan, keduanya belum cukup umur tetapi hanya karena modal
cinta memilih nekat untuk melanjutkan ke pernikahan. Pernikahan di usia dini merupakan salah
satu pemicu ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Mental yang belum siap, pendidikan yang
belum matang, ekonomi yang belum mencukupi, adalah hal-hal yang kerap menyebabkan
kekacauan dalam pernikahan usia dini hingga berujung perceraian.

Anda mungkin juga menyukai