Anda di halaman 1dari 10

MATERI KONSELING

Nama : Dedi Rosadi Unit kerja : Kua Kecamatan Padaherang

Nip : 198802022023211028 Jabatan : Penyuluh Agama islam

HAJI DAN UMROH

Latar Belakang

Rukun islam sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari kehidupan Muslim.
Rukun Islam terdiri daripada lima perkara, yaitu Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji. Rukun Islam yang
kelima yaitu Haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala dengan ruh, badan dan harta. Ketika haji kaum
muslimin dari segala penjuru dapat berkumpul dan bertemu di satu tempat. Mereka mengenakan satu pakaian dan
menyembah satu Robb dalam satu waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, kaya
maupun miskin, kulit putih maupun kulit hitam. Semua merupakan makhluk dan hamba Allah. Sehingga kaum
muslimin dapat bertaaruf (saling kenal) dan taawun (saling tolong menolong). Mereka sama-sama mengingat
pada hari Allah membangkitkan mereka semuanya dan mengumpulkan mereka dalam satu tempat untuk
diadakan hisab (perhitungan amal) sehingga mereka mengadakan persiapan untuk kehidupan setelah mati dengan
mengerjakan ketaatan kepada Allah ta’ala1

Dalam QS. Al Baqarah: 196, Allah Swt. berfirman:

‫ ۚ َو َأِتُّم و۟ا ٱْلَح َّج َو ٱْلُع ْمَر َة ِهَّلِل‬...

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah…”

Ayat di atas jelas bahwa Allah Swt. memerintahkan untuk melaksanakan haji dan umrah secara sempurna seraya
memohon kepada Allah Swt. Maksud dari kata sempurna yaitu dengan melaksanakan ibadah haji sesuai rukun-
rukun dan syarat-syaratnya. Menurut Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah/Markaz Ta’dzhim al-Qur’an di bawah
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur’an Universitas Islam Madinah,
bahwa barang siapa yang memulai salah satu ibadah ini maka wajib baginya untuk menyelesaikan dan
menyempurnakannya. Dan pendapat lain mengatakan, penyempurnaan haji dan umrah adalah dengan
menjalankannya satu persatu dan tidak melakukannya dengan cara haji tamattu’ dan qiran.

Sejarah dan makna haji menjadi bagian dari kesempurnaan ibadah haji. Melalui makalah ini, penulis akan
menyajikan tentang sejarah haji dan makna haji. Sejarah haji menjadi aspek pendukung dalam makna haji setelah
mengetahui aspek normatif (Al-Qur’an dan Hadits). Makna haji akan terbentuk jika ada aspek normatif dan
historis.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah makalah ini, yaitu:

Apa Pengertian Ibadah Haji dan Umrah?

Apa makna Haji dan Umrah?

1
6
1
Apa dalil dan hukum haji dan umrah?

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengertian ibadah haji.

Untuk mengetahui makna haji dan umrah.

Untuk mengetahui dalil dan hukum haji dan umrah.

PEMBAHASAN

Pengertian Haji dan Umrah

Haji

Haji adalah rukun (tiang agama) islam yang kelima setelah syahdat, shalat, zakat dan puasa, menunaikan ibadah
haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin sedunia yang mampu (material, fisik, dan
keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu
waktu yang dikenal sebagai muslim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang
dilaksanakan sewaktu-waktu.

Kegiatan inti ibada haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah Ketika umat islam bermalam di mina. Wukuf
(berdiam diri) dipadang arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu
simbolisasi setan) pada tanggal 10 Dzulhijjah, masyarakat Indonesia biasa menyebut juga hari raya idul adha
sebagai hari raya haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji.2

Umrah

Umrah adalah ibadah umta Islam yang dilakukan di Mekah Al-Mukarammah khsususnya di Masjdil Haram.
Ibadah Umrah hampir mirip dengan ibadah haji, hanya saja dalam kegiatan umrah tidak melakukan wukuf, mabit
dan melontar jumrah sebagaimana yang dilakukan dalam haji.3

Secara Bahasa, umrah artinya berkunjung ke suatu tempat. Sedangkan secara istilah fikih, umrah artinya
melakukan serangkaian ibadah : tawaf (mengitari Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran), sai (berlari-lari kecil) di
antara dua bukit shafa dan marwah, lalu diakhiri dengan tahallul (memotong sebagaian rambut kepala). Semua
rangkaian ibadah tersebut dilakukan setelah ihram (niat) untuk umroh dari batas-batas miqat yang telah
ditentukan.

Makna Haji dan Umrah

Ibadah haji adalah miniatur kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Segala praktik ritual yang dilakukan
seorang jamaah haji mengandung makna-makna simbolis dan kehidupannya. Bahkan jauh sebelum seorang

2
melaksanakan ibadah haji, ia harus mulai menanamkan niat sucinya untuk berhaji. Hal itu sudah merupakan
simbolisasi niat suci setiap Muslim untuk melakukan perjalanan ibadah hajinya. Berikut ini sejumlah Langkah -
Langkah yang harus dilalui jemaah haji.

Pertama , Persiapan Bekal ( tazawwud )

Di dalam AI-Qur’an. Para calon jemaah haji diperintahkan untuk melakukan persiapan sebelum melakukan
perjalanan hajinya, “...Bawalah bekal, karena sesungguhnva sebaik-baik bekal adalah takwa....” Persiapan ini
perlu dilakukan karena jemaah haji akan melakukan perjalanan jauh dan melelahkan. Sebuah perjalanan suci
menuju ke haribaan illahi. Perjalanan ta’abbudi, ketaatan yang diliputi oleh rasa pengabdian total.

Bekal perjalanan haji sudah tentu meliputi segala yang diperlukan dalam perjalanan yang berat itu. Perbekalan
fisik dan material, persiapan mental dan spiritual, serta persiapan intelcktual. Ketiga persiapan ini menjadi sangat
penting sehingga mengabaikan salah satunya akan menjadi beban tersendiri dalam perjalanan suci itu.

Bekal haji di atas merupakan simbolisasi dan perbekalan hidup manusia secara keseluruhan. Bukankah setiap diri
kita sedang dalam perjalanan suci. dan satu titik kehidupan menuju titik yang lebih tinggi? Hidup itu tak Lebih
sebuah perjalanan (safar) yang di istilahkan oleh Rasulullah saw. sebagai ubuur (penyeberangan) dalam
haditsnya, “jadilah kamu dalam hidup ini seolah seorang yang asing atau sedang menyebrangi jalan”. OIeh
karena itu, setiap manusia harus mempersiapkan bekal perjalanan dalam kehidupan ini.

Sebagaimana perbekalan haji. perbekalan “safar” duniawi kita juga menuntut persiapan total yang mencakup
tiga aspek tadi. Kita pun berjalan, menelusuri lorong-lorong kehidupan duniawi ini untuk mengumpulkan
sekurang-kurangnya tiga perbekalan hidup, yaitu materi, rohani, dan intelektual.

Kedua, Awal Perjalanan

Tibalah masanya memulai perjalanan ibadah haji. Awal perjalanan ini disimbolkan dengan meninggalkan semua
bentuk batasan-batasan duniawi (worldly barriers) berupa harta, pangkat, jabatan, warna kulit, kondisi kuat atau
lemah, status kaya atau miskin. Semuanya tertanggalkan dalam sebuah kesamaan di hadapan satu tujuan. satu
perilaku dan i’tikad, menuju ke haribaan Ilahi, Yang Maha Segala-galanya.

Itulah simbolisasi akhir perjalanan duniawi kita. Kita berakhir untuk memasuki awal perjalanan suci yang
hakiki. Dunia ini punya akhir dan akhir durnawi ditandai dengan terlepasnya “simbol-simbol” duniawi kita. Di
saat seorang kaya mengakhii dunianya. persis tak beda ketika seorang miskin mengakhiri kemiskinannya. Di saat
seorang jenderal memnggal dunia, persis seperti seorang kopral atau petugas Hansip mengakhiri masa perjalanan
sementaranya di dunia ini. Semua atribut keduniaan tertangalkan dan hanya digantikan oleh dua potong pakaian
yang tak berjahit, yakni pakaian ihram, semacam kain kafan yang kita kenakan saat dikubur nanti. 4

Awal perjalanan yang hakiki disambut dengan ungkapan, “Labbaika allahumma labbaik, labbaika Iaa syariika
laka labbaik. innal hamda wanni’mata laka walmulk Iaa syariika laka.” Sebuah pengakuan jujur. Seolah serak-
serak duniawi yang mengganjal antara kemurnian pengabdian akan kebesaran Ilahi telah tersingkap. Keangkuhan
atribut duniawi tenggelarn dalam ketulusan pengabdian ukhrawi, mengakui kebesaran segala karunia liahi.
Sungguh seluruh pujian, kenikmatan, dan kekuasaan adalah milik-Nya semata.

4
Syamsi. Dai Muda Di New York City,(cet.1;Depok:GEMA INSANI,2007),h.97.
3
Prinsip akhir periapan sebagai awal kehidupan hakiki seharusnya dihayati secara baik oleh para jamaah haji.
Pernik-pernik duniawi yang seringkali menjadi sitar (penghalang) antara kebenaran dan Diri kita, menjadi nyata
kenaifannya dengan mulainya jemaah haji memasuki “alam kesucian’ (ihram). Pangkat, kekayaan, bentuk fisik.
serta berbagai prestasi, dan prestise duniawi seketika menjadi sirna. Yang ada hanya pengakuan kehambaan
secara kolektif di hadapan Dia Yang Mahakuasa. Tukang sapu menjadi satu warna dengan Seorang bos atau
jenderal besar. Hanya Allah Yang Maha tahu, mana di antara mereka yang lebih mulia.

Ketiga, tarwiyab(Persiapan Pengenalan)

Berangkatlah jamaah haji menuju Padang Muna. Mina atau Muna, konon kabarnya memiliki arti angan-angan
atau cita-cita dan harapan. Seorang Muslim memiliki cita dan harapan yang tinggi dalam genggaman
kesuciannya. Rajaa atau harapan seorang Muslim setinggi tumpuan harapannya, yaitu Allah swt.

Kehadiran para jemaah haji di Mina merupakan awal dan pelaksanaan puncak ibadah haji, yakni wukuf di
Arafah, simbolisasi dan keseriusan untuk mengenal realitas kehidupan kita. Sehagaimana akan dijelaskan. wuquf
Arafah adalah puncak pelaksanaan ibadah haji karena di sanalah terjadi reintrospeksi akan jatidiri seorang insan
(fitrah) sebagaimana Ia diciptakan pertama kali. Pengenalan terhadap fitrah bukanlah hal yang mudah.
Diperlukan keseriusan, ketulusan, dan persiapan mental-spiritual yang tinggi. Untuk itulah, maka para hujjaj
disunahkan melakukan shalat lima waktu di tempat yang khusus, mina, yang jauh dari berbagai buaian duniawi .
Di harapkan dari ritual ini akan terlahir perisapan mental spiritual yang kokoh sehingga upaya pengenalan diri
akan sukses.

Keempat, Thawaf di sekitar ka’bah

Thawaf adalah satu dan puncak ritual haji. Para jamaah haji mengelilingi Ka’bah sebagai bentuk pengabdian.
Perputaran yang dilakukan jemaah ini adalah simbolisasi siklus hidup yang selalu berputar pada poros yang telah
ditentukan. Arah kehidupan tidak ke mana - mana, tetapi telah ditentukan oleh Sang Pencipta. Yang terpenting
dari semua itu adalah kesadaran bahwa perputaran itu mutlak dilakukan hanya di sekitar Ka’bah. Ka’bah tidak
lain ialah simbol kesucian. Putaran hidup seharusnya selalu berporos pada kesucian hidup itu sendiri

Kelima, SA’I di Bukit Safa dan Marwa

Sa’i adalah ritual yang sejarahnya kembali kepada Ibu dari Nabi Ismail. yaitu Siti Hajar. Beliau berlari di bukit
Safa dan Marwa untuk mendapatkan air (sumber kehidupan) demi kelangsungan hidup anaknya, Ismail. Dalam
hidup ini kita sebenamya juga sedang bersa’i. Kita berjalan, bahkan berlari-lari, dalam rangka mencari sumber
kehidupan. Seperti halnya mencari nafkah untuk keluarga kita. Maka, mencari sumber kehidupan adalah bagian
integral dan ubudiyah (pengabdian) kita kepada Allah swt.

Keenam, Wukuf di arafah

Wukuf di Arafah adalah puncak dan semua rangkaian ritual haji. Rasulullah saw. Bersabda, “Haji itu adalah
Arafah.” Dijadikannya wukuf di Arafah sebagai puncak dan semua rangkaian ritual haji karena memang tujuan
utama dari ibadah haji adalah agar seorang haji Muslim setelah melakukan ibadah tersebut kembali menjadi
manusia yang fitri. Yaltu, manusia yang kembali sadar akan autentisitas dirinya, persis di saat pertama kali
dilahirkan ke dunia ini.

4
Kenyataannya, dari masa ke masa seiring perjalanan zaman yang semakin maju manusia semakin jauh dari
fitrahnya. Sebagai akibatnya, manusia tidak lagi terkontrol oleh nuraninya, malahan terjebak berbagai hiruk-
pikuk hawa nafsu yang menggerogoti akal pikiran sehatnya. Konsekuensi lanjutannya ialah timbul berbagai
kerusakan yang bersumber dari ulah tangan – tangan manusia yang jauh dari “nurani” tersebut.

Ketujuh, Mabit di Musdalifah

Bersamaan dengan terbenamnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah. jemaah haji bergegas menuju Padang
Muzdalifah. Sebuah tanah Lapang yang dijuluki “masy’aril haram” (tempat-tempat untuk merasakan
kesucian).Allah berfirman,

“...Maka apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam....” (al-Baqarah: 198)

Alangkah tepatnya jika Muzdalifah dijuluki tempat untuk merasakan kesucian. Kesucian setelah seharian penuh
berjuang mengembalikan kefitrahan itu ke dalam diri setiap jemaah haji. Maka tiada kegiatan, tiada ruang dan
masa, kecuali kembali melakukan reintrospeksi.

Di Muzdalifah, selain merenungi keindahan kesucian diri, Juga kembali mempersiapkan diri dalam sebuah
pertarungan hebat dan abadi. perintah untuk melakukan zikir ketika berada di masy’aril haram itu adalah perintah
untuk membekali diri dalam rangka menghadapi pertarungan itu. Pengambilan batu adalah simbolisasi fisik dan
persiapan untuk menghadapi peperangan yang abadi itu.

Peperangan ini adalah peperangan yang tidak mengenal ruang dan waktu. Ia terjadi kapan saja dan di mana saja,
serta bersifat alami dan abadi. Maka. diperlukan kesungguhan manusia untuk menghadapinya. Perintah mabit
(bermalam) adalah simbolisasi kesungguhan. Musuh kita akan mendatangi kita dan semua arah muka, Belakang,
kanan, kiri, dan bawah menurut AI-Qur’an. OIeh karena itu, aI-jiddsyali (kcsungguhan) yang rncnjadi landasan
jihad kita mer upakan modal utama dalam persiapan ini.

Kedelapan, Perang AL - kubra (melontar jumrah)

Lewat tengah malam, para jemaah haji dengan semangat membara dan tekad yang kuat, menuju Mina. Ia, tempat
di mana setan-setan dalam kisah sejrah berusaha menggagalkan upaya Nabi Ibrahim dalam pengabdiannya
kepada Sang Khalik. Di sini pula lah diwajibkan kepada seluruh jamaah haji untuk melakukan peperangan dalam
rangka menjaga nafs fitriyah yang di raih di arafah.

Setiba di Mina. jamaah haji melakukan pelemparan batu. Mereka melempar musuh terbesar yang tersimbolkan
dalam pilar Jumrah Aqabah. Musuh terbesar memang menjadi perhatian pertama karena musuh itu adalah yang
terdekat dengan kita. Terkadang karena sedemikian dekatnya hingga terlupakan bahwa musuh itu sesungguhnya
telah menguasasi kita. Musuh itu adalah musuh yang dipesankan Rasulullah saw., “‘Kita baru kembali dari
perang kecil untuk menuju sebuah jihad yang Iebih besar.” Para sahabat bertanya, “Perang apakah itu, ya
Rasulullah?” Dijawabnya, “ jihad melawan hawa nafsu.”

Seorang Muslim boleh jadi mencaci-maki orang lain karena kezaliman-kezaliman yang dilakukannya. Namun
tidak jarang, dia lupa bahwa dia sendiri telah melakukan kezaliman-kezaliman itu. Untuk itu. sebelum melakukan
peperangan kepada musuh pertengahan (wustha) atau yang lebih kecil (shugraa). mestinya di selesaikan dengan
baik perlawanan kita kepada musuh terbesar.
5
Kesembilan, Berjaga dimalam hari ( Mabit di mina)

Peperangan tadi memerlukan kesungguhan dalam persiapan yang tersimbolkan dalam kegiatan semalaman di
Muzdalifah (mabit). Selain bermakna keseriusan dan kesungguhan atau dalam bahasa A1-Qur’an. “…dan
berjuanglah terhadap mereka dengannya (AlQur’an) dengan (semangat) perjuangan yang besar.” (al-Furqaan: 52)
maka mabit di Mina juga mengandung makna keabadian dan fenomena permusuhan ini.

Dalam pelemparan (peperangan) dua hari berturut-turut, maka kali ini Jumrah shugra atau setan kecil menjadi
target pertama. Sebab, adalah mustahil untuk mengalahkan musuh yang besar jika musuh-musuh kecil dipandang
enteng. Bukankah manusia selalu memandang enteng dosa-dosa kecil? padahal Rasulullah menegaskan. “Tidak
ada dosa kecil jika berterusan”

Kesepuluh, Tawaf wada’ atau selamat tinggal

Dengan selesainya pelemparan jumarat di mina, berarti selesai sudah pelaksanaan ibadah haji secara sempurna.
Kini masanya untuk bergegas kembali ke tempat asal. Maka kepergian kembali disimbolkan dengan tawaf wada’
atau tawaf perpisahan . setelah melakukan ini, semua kegiatan rutin di tanah suci tidak lagi diperkenankan.

Dalil dan Hukum Haji dan Umrah

Dalil Haji dan Umrah

Surat Al-Baqarah Ayat 158

‫ِإَّن الَّص َفا َو اْلَم ْر َو َة ِم ْن َش َع اِئِر ِهَّللاۖ َفَم ْن َح َّج اْلَبْيَت َأِو اْعَتَم َر َفاَل ُجَناَح َع َلْيِه َأْن َيَّطَّوَف ِبِهَم اۚ َو َم ْن َتَطَّوَع َخْيًرا َفِإَّن َهَّللا َش اِك ٌر َع ِليٌم‬

Artinya: “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah
haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha
Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”

Surat Al Baqarah ayat 189

‫َٰل‬
‫َيْس َأُلوَنَك َع ِن اَأْلِهَّلِةۖ ُقْل ِهَي َم َو اِقيُت ِللَّناِس َو اْلَح ِّجۗ َو َلْيَس اْلِبُّر ِبَأْن َتْأُتوا اْلُبُيوَت ِم ْن ُظُهوِر َها َو ِكَّن اْلِبَّر َمِن اَّتَقٰى ۗ َو ْأُتوا اْلُبُي وَت ِم ْن َأْبَو اِبَه اۚ َو اَّتُق وا َهَّللا‬
‫َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu
bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan
tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya;
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”

Surat Al-Baqarah Ayat 196

‫َو َأِتُّم وا اْلَح َّج َو اْلُع ْمَر َة ِهَّلِلۚ َفِإْن ُأْح ِص ْر ُتْم َفَم ا اْسَتْيَسَر ِم َن اْلَهْد ِي ۖ َو اَل َتْح ِلُقوا ُر ُء وَس ُك ْم َح َّتٰى َيْبُلَغ اْلَهْد ُي َم ِح َّلُهۚ َفَم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم َم ِر يًضا َأْو ِب ِه َأًذ ى ِم ْن َر ْأِس ِه‬
‫َفِفْد َيٌة ِم ْن ِصَياٍم َأْو َص َد َقٍة َأْو ُنُس ٍك ۚ َفِإَذ ا َأِم ْنُتْم َفَم ْن َتَم َّتَع ِب اْلُع ْمَر ِة ِإَلى اْلَح ِّج َفَم ا اْسَتْيَس َر ِم َن اْلَه ْد ِي ۚ َفَم ْن َلْم َيِج ْد َفِص َياُم َثاَل َث ِة َأَّي اٍم ِفي اْلَح ِّج َو َس ْبَعٍة ِإَذ ا‬
‫َر َج ْع ُتْم ۗ ِتْلَك َع َش َر ٌة َك اِم َلٌةۗ َٰذ ِلَك ِلَم ْن َلْم َيُك ْن َأْهُلُه َح اِض ِر ي اْلَم ْس ِج ِد اْلَحَر اِم ۚ َو اَّتُقوا َهَّللا َو اْعَلُم وا َأَّن َهَّللا َش ِد يُد‬

6
Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh
atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu,
sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban.
Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam
bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang
korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu
telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi
orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota
Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”

Ali Imron Ayat 96

‫ِإَّن َأَّوَل َبْيٍت ُوِضَع ِللَّناِس َلَّلِذ ي ِبَبَّك َة ُمَباَر ًك ا َو ُهًدى ِلْلَع اَلِم يَن‬

Artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah
yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”.

Ali Imron Ayat 97

‫ِفيِه آَياٌت َبِّيَناٌت َم َقاُم ِإْبَر اِهيَم ۖ َو َم ْن َد َخ َلُه َك اَن آِم ًناۗ َو ِهَّلِل َع َلى الَّناِس ِح ُّج اْلَبْيِت َمِن اْسَتَطاَع ِإَلْيِه َس ِبياًل ۚ َو َم ْن َكَفَر َفِإَّن َهَّللا َغ ِنٌّي َع ِن اْلَع اَلِم يَن‬

Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya
(Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

Al-Maidah ayat 2

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل ُتِح ُّلوا َش َع اِئَر ِهَّللا َو اَل الَّشْهَر اْلَح َر اَم َو اَل اْلَه ْد َي َو اَل اْلَقاَل ِئ َد َو اَل آِّم يَن اْلَبْيَت اْلَح َر اَم َيْبَتُغ وَن َفْض اًل ِم ْن َر ِّبِه ْم َو ِر ْض َو اًناۚ َوِإَذ ا َح َلْلُتْم‬
‫َفاْص َطاُدواۚ َو اَل َيْج ِر َم َّنُك ْم َشَنآُن َقْو ٍم َأْن َص ُّد وُك ْم َع ِن اْلَم ْس ِج ِد اْلَحَر اِم َأْن َتْعَتُدواۘ َو َتَع اَو ُنوا َع َلى اْلِبِّر َو الَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَع اَو ُنوا َع َلى اِإْل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن ۚ َو اَّتُقوا َهَّللا‬
‫ۖ ِإَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلِع َقاِب‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

At-Taubah ayat 19

‫َأَجَع ْلُتْم ِس َقاَيَة اْلَح اِّج َوِع َم اَر َة اْلَم ْس ِج ِد اْلَحَر اِم َك َم ْن آَم َن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َو َج اَهَد ِفي َس ِبيِل ِهَّللاۚ اَل َيْسَتُووَن ِع ْنَد ِهَّللاۗ َو ُهَّللا اَل َيْهِد ي اْلَقْو َم الَّظاِلِم يَن‬

7
Artinya: “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus
Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad
di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”

Al-Hajj ayat 27

‫َو َأِّذ ْن ِفي الَّناِس ِباْلَح ِّج َيْأُتوَك ِر َج ااًل َو َع َلٰى ُك ِّل َض اِم ٍر َيْأِتيَن ِم ْن ُك ِّل َفٍّج َع ِم يٍق‬

Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,”.

Hukum Haji dan Umrah

Hukum Haji

Wajib

Wajib di sini bukan hanya terbatas untuk yang berhaji pertama kali, tetapi juga karena adanya nazar, qadha atau
karena murtad dan kembali lagi masuk Islam. Seorang yang cukup syarat dan belum pernah berhaji sejak balig,
maka dia wajib untuk pertama kalinya melaksanakan ibadah haji. Ulama mengistilahkan haji ini sebagai haji
Islam. Maksudnya ibadah haji yang diwajibkan dalam rukun Islam.

Terkait nazar, seorang muslim yang telah berhaji, namun ia kemudian bernazar akan pergi haji jika doanya
terkabul, maka wajib baginya melaksanakan kembali ibadah haji. Kendati haji kedua dan seterusnya bagi yang
bersangkutan hukumnya sunah, namun jika sudah bernazar maka menjadi wajib baginya kembali melaksanakan
rukun Islam kelima ini.

Sementara wajib dalam hal qadha dimaksudnya, jika seorang jemaah haji tidak melaksanakan wukuf di Arafah
pada 9 Zulhijah karena satu hal lain, maka diwajibkan mengulang kembali hajinya tahun berikutnya meski ia
pernah berhaji sebelumnya.

Adapun terkait murtad, dalam pandangan Mazhab Al-Malikiyah, seorang yang sudah pernah mengerjakan ibadah
haji, kemudian murtad dari Islam, bila ia kembali masuk Islam maka wajib baginya berhaji lagi. Alasannya,
karena kekafiran telah menghapus amal-amal yang pernah dikerjakannya, termasuk haji.

Namun Mazhab Al-Syafi'iyah memandang orang yang murtad dan kembali masuk Islam, haji yang pernah
dikerjakannya tidak terhapus, sehingga tidak perlu mengulang lagi.

Sunnah

Ibadah haji yang sunah adalah yang dikerjakan untuk kedua kali atau yang dikerjakan anak yang belum balig
namun sudah mumayyiz. Sebab perintah mengerjakan haji hanya sekali saja seumur hidup.

Makruh

Misalnya haji yang dilakukan berulang-ulang dengan menghabiskan banyak biaya, sementara orang-orang di
sekelilingnya kelaparan. Demikian pula dengan wanita yang berhaji tanpa izin suaminya.

Haram
8
Hukum haji haram jika biaya pelaksanaan ibadah ini didapat dari jalan yang tidak benar, misal hasil merampok,
menipu, mencuri, membungakan uang, korupsi, suap dan lainnya.

Namun meski dalam ilmu fikih hukumnya haram, bila ibadah haji yang dikerjakannya lengkap dan semua syarat
dan rukunnya terpenuhi, ibadah hajinya tetap sah dan secara hukum menjalankan ibadah hajinya gugur. 5

Hukum Umrah

Mengenai hukum ibadah atau pelaksanaan umrah ini terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama,
khususnya aliran sunni. Meskipun demikian hal itu tidak lantas membuat umrah itu menjadi suatu hal yang
sangat penting dan bisa menggantikan haji. Bisa dikatakan bahwa umrah ini bisa menyempurnakan ibadah haji
Anda, sehingga lebih afdhal.

Ulama madzhab Maliki dan kebanyakan ulama penganut madzhab Hanafi berpendapat bahwa hukum umrah
adalah sunnah muakkad sekali dalam sumur hidup. Sebagian ulama bermadzhab Hanafi lagi mengatakan bahwa
melaksanakan umrah adalah wajib (berdasarkan dalil yang dzanni) hukumnya sekali dalam seumur hidup.

Sementara itu, menurut madzhab syafii dan hanbali berpendapat bahwa hukum umrah adalah wajib sekali dalam
seumur hidup. Hanya saja imam Ahmad bih Hanbal menegaskan bahwa hukum itu tidak berlaku bagi masyarakat
kota Makkah, mengingat kebanyakan rukun umrah dilakukan di sana dan mereka sudah terbiasa melakukannya.

Tentu antara umrah dengan haji mempunyai perbedaan yang mendasar, khususnya dalam hal rukun, wajib, dan
waktu pelaksanaannya. Haji hanya bisa dilakukan pada bulan dzulhijjah khususnya tanggal 10, dimana miqat
zamaninya bisa dimulai pada bulan syawal. Sementara umrah bisa dilakukan kapan saja, namun yang paling
utama adalah di bulan ramadhan.

Bahkan saat Anda berhaji bisa melaksanakan umrah sekaligus sebanyak yang Anda kehendaki, tentu di luar
waktu khusus haji seperti waktu wukuf. Artinya ibadah umrah ini cenderung lebih ringan jika dibandingkan
dengan haji, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk melakukannya. Adapun syarat dan ketentuannya
tidak jauh berbeda dengan haji.6

Kesimpulan

Haji adalah rukun (tiang agama) islam yang kelima setelah syahdat, shalat, zakat dan puasa, menunaikan ibadah
haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin sedunia yang mampu (material, fisik, dan
keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu
waktu yang dikenal sebagai muslim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang
dilaksanakan sewaktu-waktu.

Umrah adalah ibadah umta Islam yang dilakukan di Mekah Al-Mukarammah khsususnya di Masjdil Haram.
Ibadah Umrah hampir mirip dengan ibadah haji, hanya saja dalam kegiatan umrah tidak melakukan wukuf, mabit
dan melontar jumrah sebagaimana yang dilakukan dalam haji.

9
Ibadah haji adalah miniatur kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Segala praktik ritual yang dilakukan
seorang jamaah haji mengandung makna-makna simbolis dan kehidupannya. Bahkan jauh sebelum seorang
melaksanakan ibadah haji, ia harus mulai menanamkan niat sucinya untuk berhaji. Hal itu sudah merupakan
simbolisasi niat suci setiap Muslim untuk melakukan perjalanan ibadah hajinya.

Dalil tentang Haji dan Umrah Surat Al-Baqarah Ayat 158, Surat Al Baqarah ayat 189, Surat Al-Baqarah Ayat
196, At-Taubah ayat 19, Al-Hajj ayat 27, Ali Imron Ayat 96 , Ali Imron Ayat 97, Al-Maidah ayat 2.

Hukum Haji dan Umrah , Adapun hukum melaksanakan ibadah haji adalah wajib, sunnah, haram, dan makruh
sedangkan hku melaksanakan ibadah umrah yaitu Mengenai hukum ibadah atau pelaksanaan umrah ini terdapat
perbedaan pendapat diantara para ulama, khususnya aliran sunni. Meskipun demikian hal itu tidak lantas
membuat umrah itu menjadi suatu hal yang sangat penting dan bisa menggantikan haji. Bisa dikatakan bahwa
umrah ini bisa menyempurnakan ibadah haji Anda, sehingga lebih afdhal.

Ulama madzhab Maliki dan kebanyakan ulama penganut madzhab Hanafi berpendapat bahwa hukum umrah
adalah sunnah muakkad sekali dalam sumur hidup. Sebagian ulama bermadzhab Hanafi lagi mengatakan bahwa
melaksanakan umrah adalah wajib (berdasarkan dalil yang dzanni) hukumnya sekali dalam seumur hidup.

Sementara itu, menurut madzhab syafii dan hanbali berpendapat bahwa hukum umrah adalah wajib sekali dalam
seumur hidup. Hanya saja imam Ahmad bih Hanbal menegaskan bahwa hukum itu tidak berlaku bagi masyarakat
kota Makkah, mengingat kebanyakan rukun umrah dilakukan di sana dan mereka sudah terbiasa melakukannya.

Saran

Sebaiknya, selama proses perkuliahan ini tidak hanya mengandalkan teori pembelajaran yang diberikan di
ruangan-ruangan kelas perkuliahan. Alangka baiknya jika diselingi dengan praktek-praktek atau kunjungan-
kunjungan ke tempat-tempat yang berkaitan dengan jurusan agar belajar lebih menyenangkan dan pelajaran pun
mudah diterima saat suasana hati pun sedang baik.

10

Anda mungkin juga menyukai